• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

2. Sumber Informasi Informan terhadap Keberadaan Tali Kasih

Dari hasil wawancara mendalam kepada semua informan diketahui bahwa dua informan menyatakan, sumber informasi informan tentang keberadaan Tali Kasih berasal dari internet, dan dua informan menyatakan dari teman informan, dan satu informan menyatakan dari dokter.

Informan yang menyatakan, mengetahui keberadaan Tali Kasih dari internet, menemukan bahwa hanya Tali Kasih sebagai satu-satunya tempat terapi autisme yang ada di Kota Medan yang mereka temukan di internet. Bahkan Satu informan menyatakan, sudah mengetahui keberadaan Tali Kasih sebelumnya dari teman informan, sebelum tahu dari internet. Seperti pernyataan informan berikut ini :

”Saya tahu Tali Kasih karena dibilangin sama Saya, di tali Kasih ada jam sorenya, kata teman Saya. Saya juga cari di internet, kebetulan Saya cari tempat-tempat terapi, yang keluar Tali Kasih.”

Informan yang mengetahui keberadaan Tali Kasih dari teman informan, juga sudah mengetahui keberadaan Tali Kasih sebelumnya, dari sumber yang lain, sama halnya dengan informan yang mengetahui keberadaan Tali Kasih dari internet. Seperti pernyataan informan berikut ini :

”Saya tahu Tali Kasih bagus, dari teman saya, tapi sebenarnya Saya udah tahu Tali Kasih dari dulu, karena Saya sering lewat dari jalan ini.”

Berbeda dengan informan-informan sebelumnya yang mengetahui keberadaan Tali Kasih dari internet maupun dari teman informan, Informan yang mengetahui keberadaan Tali Kasih dari dokter, sama sekali tidak mengetahui keberadaan Tali Kasih sebelumnya. Karena sebelumnya, informan tidak mengetahui bahwa anaknya menderita autisme.

Informan mengetahui anaknya menderita autisme, ketika informan membawa anak informan untuk diperiksa oleh dokter, kemudian dokter meyarankan agar anaknya mendapatkan terapi di Tali Kasih. Dari dokter inilah informan mengetahui keberadaan Tali Kasih sebagai tempat terapi autisme. Seperti pernyataan informan berikut ini :

”Saya tau Tali kasih dari dokter Pringadi bagian anak. Pas saya periksa anak Saya ke Dia, dia bilang ini anak Ibu kayaknya autis, kalau untuk autis ada sekolahnya di jalan Sei Wampu.”

Terapi autisme adalah terapi yang diberikan untuk penyandang autisme yang mengalami gangguan perkembangan, untuk mengurangi masalah perilaku yang ada pada mereka, khususnya yang terjadi pada masa anak-anak, yang membuat mereka tidak mampu berinteraksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri (Angelfire, 2008).

Keberhasilan terapi autisme ini tergantung pada usia anak pada saat pertama kali di terapi dan kemampuan terapis dalam memberikan terapi, (Sutardi, 2003). Artinya semakin dini anak autisme diketahui menderita autisme, maka terapi yang diberikan untuk anak autisme ini akan semakin cepat diberikan, sehingga kemungkinan terapi yang diberikan berhasil, akan semakin besar.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa dari lima orang informan, hanya satu informan yang masuk ke Tali Kasih karena saran dari dokter. Selebihnya adalah karena informasi dari internet atau saran dari teman informan.

Informan yang mengetahui keberadaan Tali kasih dari dokter, sama sekali tidak mengetahui keberadaan Tali Kasih sebelumnya, seperti informan-informan yang lain, yang mengetahui keberadaan Tali Kasih sebelumnya dari teman informan. Informan mengetahui keberadaan Tali Kasih. Karena sebelumnya, informan tidak mengetahui bahwa anaknya menderita autisme.

Informan mengetahui anaknya menderita autisme, ketika informan membawa anak informan untuk diperiksa oleh dokter, kemudian dokter meyarankan agar anaknya mendapatkan terapi di Tali Kasih. Dari dokter inilah informan mengetahui keberadaan Tali Kasih sebagai tempat terapi autisme.

Saran yang diberikan oleh dokter kepada informan, membuat informan membawa anaknya, untuk di terapi pertama kali di Tali Kasih, setelah informan mengetahui anaknya menderita autisme. Sehingga anak informan dapat langsung diterapi dan kemungkinan anak informan untuk sembuh, akan semakin besar.

Dalam hal ini dokter memiliki peranan yang sangat besar terhadap kesembuhan anak autisme, karena dokter merupakan orang yang pertama sekali mendengar keluhan- keluhan informan (ibu) terhadap anak autisme, Oleh karena itu dokter perlu dibekali pengetahuan mengenai autisme sehingga dokter dapat memberikan saran yang terbaik dalam pemberian terapi anak autisme dan kemungkinan anak autisme untuk sembuh akan semakin besar.

Selain itu diperlukan adanya Pusat informasi mengenai autisme di Puskesmas- Puskesmas agar orang tua yang merasakan keganjilan-keganjilan dalam diri anak mereka dapat membawa anak mereka ke Puskesmas, untuk mendapatkan penjelasan yang jelas mengenai keadaan anak mereka, apakah anak mereka menderita autisme atau tidak. 3. Pendapat Informan tentang Informasi Keberadaan Tali Kasih

Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa dua dari lima informan yang mendapatkan informasi tentang keberadaan Tali Kasih dari internet menyatakan bahwa mereka merasa tidak puas terhadap informasi yang mereka dapatkan dari internet. Seperti ungkapan informan berikut ini :

”Di situ (internet) ada alamat-alamat terapi lain, hanya alamatnya rata-rata (banyak) di kota lain. Kalau di Medan saya liat hanya Tali Kasih. Saya juga coba cari di situs yang lain selain Wikipedia, yang di internet ada juga Tali Kasih di situ.”

Kemudian, Dua dari lima informan, yang mendapatkan informasi dari teman informan tentang keberadaan Tali Kasih, menyatakan bahwa mereka merasa puas terhadap informasi yang mereka dapatkan dari teman informan. Seperti ungkapan informan berikut ini :

”Teman Saya bilang Tali Kasih bagus, karena anak teman Saya juga dari sana. Tapi anaknya udah sembuh, udah bisa masuk sekolah biasa.saya lihat anaknya memang bagus, udah seperti anak yang normal. Makanya Saya percaya. Tali Kasih bagus.”

Dan satu dari lima informan, yang mendapatkan informasi dari dokter, menyatakan bahwa, informan juga merasa puas terhadap informasi yang informan dapatkan tentang keberadaan Tali Kasih. Seperti ungkapan informan berikut ini :

”Kalau dokter yang bilang saya percaya (Tali Kasih bagus). Dokter kan lebih tahu dari pada kita.”

Pernyataan tidak puas yang diutarakan informan yang mendapatkan informasi dari internet, dikarenakan mereka tidak mendapatkan penjelasan yang lengkap mengenai keberadaan Tali Kasih dari informasi tersebut. Sehingga, mereka mencari sumber informasi yang lain yang dapat memberikan penjelasan secara lengkap kepada mereka tentang keberadaan Tali Kasih. Seperti yang dilakukan oleh salah satu informan yang mencari sumber informasi tersebut, langsung ke Tali Kasih. Seperti yang diungkapkan informan berikut ini :

”Kalau nama situsnya saya lupa, waktu itu saya buka-buka Google Disitu (internet) ada Tali Kasih, dibilang disitu khusus untuk anak autisme. Sekolah lain juga ada di situ, cuma Tali Kasih duluan muncul (pertama) namanya .Ya udah Saya cek aja langsung ke Tali Kasih, terus saya daftar aja langsung ke sana.”

Informasi yang dapat memberikan penjelasan secara lengkap kepada informan tentang keberadaan Tali Kasih sangatlah penting bagi informan, karena informasi tersebut dapat memenuhi kebutuhan informan akan tempat terapi autisme untuk anak informan.

Jika informan tidak mendapatkan informasi yang dapat memberikan penjelasan secara lengkap kepada informan tentang keberadaan Tali Kasih, informan akan terus mencari informasi tersebut sampai kebutuhan informan terhadap informasi tersebut terpenuhi.

Menurut Sabur (2003) yang mengutip pendapat Dirgagunasa, tingkah laku informan tersebut, yaitu mencari informasi yang dapat memberikan penjelasan secara lengkap kepada informan tentang keberadaan Tali Kasih disebut tingkah laku bermotivasi, karena tingkah laku tersebut dilatarbelakangi oleh adanya sebuah kebutuhan informan akan tempat terapi autisme untuk anak informan. Informan akan berhenti

mencari informasi tersebut sampai kebutuhan informan terhadap tempat terapi autisme untuk anak informan terpenuhi.

Lain halnya dengan informan-informan sebelumnya, yang merasa tidak puas terhadap informasi yang mereka dapatkan tentang keberadaan Tali Kasih dari internet, informan-informan yang mendapatkan informasi dari teman maupun dari dokter informan menyatakan bahwa mereka merasa puas, terhadap informasi yang mereka dapatkan tentang keberadaan Tali Kasih dari teman maupun dari dokter informan.

Informan yang merasa puas terhadap informasi yang mereka terima tentang keberadaan Tali Kasih tersebut, tidak lagi berusaha mencari informasi-informasi lain yang dapat memberikan penjelasan secara lengkap kepada informan seperti yang dilakukan oleh informan-informan di atas. Hal ini dikarenakan informan sudah mendapatkann penjelasan yang lengkap mengenai keberadaan Tali Kasih tersebut dari teman maupun dari dokter informan beruapa bukti ataupun penejelasan yang lengkap mengenai terapi autisme di Tali Kasih.

Informasi-informasi tentang keberadaan Tali Kasih yang informan peroleh dari teman maupun dari dokter informan telah memenuhi kebutuhan informan akan tempat terapi autisme untuk anak informan. Sehingga motivasi informan untuk mencari informasi-informasi lain tentang keberadaan Tali Kasih (tempat terapi) menjadi berkurang.

Berkurangnya motivasi informan terhadap informasi-informasi lain, menurut teori Maslow yang dikutip oleh Miftah Thoha (2007) dikarenakan kebutuhan informan terhadap informasi yang dapat memberikan penjelasan secara lengkap tentang

5.1.2.2 Lingkungan

Faktor ekstrinsik yang kedua adalah lingkungan, dalam hal ini adalah suami informan. Berdasarkan observasi peneliti, peneliti melihat lingkungan disekitar informan khususnya orang-orang disekitar informan, yang paling dekat dengan informan adalah suami informan, maka dari itu peneliti memasukkan pendapat suami informan sebagai salah satu faktor ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi informan.

Pendapat suami informan terhadap Tali Kasih, dihimpun dalam penelitian ini tentang meliputi, (1) Pendapat suami informan terhadap terapi di Tali Kasih, (2) Pendapat Suami Informan terhadap biaya di Tali Kasih, dan pendapat suami informan terhadap alat terapi di Tali Kasih.

Dokumen terkait