• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TEMUAN DATA

III.2 Gambaran Kebutuhan Informasi Lansia di Kota Surabaya

III.2.1 Subjek Informas

III.2.1.5 Sumber informasi yang dituju

Tabel 3.9 Sumber informasi yang dituju oleh responden

No

Sumber informasi yang

dituju

Sering Jarang Tidak

pernah Jumlah f % f % f % f % 1 Perpustakaan 0 0% 0 0% 100 100% 100 100% 2 TBM 2 2% 5 5% 93 93% 100 100% 3 Toko Buku 0 0% 18 18% 82 82% 100 100% 4 Internet 0 0% 0 0% 100 100% 100 100% 5 Keluarga 65 65% 35 35% 0 0% 100 100%

6 Teman Karang Werda 70 70% 30 30% 0 0% 100 100% 7 Pakar Informasi 64 64% 36 36% 0 0% 100 100%

Sumber: Kuisioner No. 11

Tabel 3.9 menampilkan gambaran pilihan sumber informasi yang dituju oleh lansia anggota Karang Werda ketika melakukan pemenuhan kebutuhan informasinya, yakni : Perpustakaan, Taman Bacaan Masyarakat, Toko Buku, Internet, Keluarga, Teman Karang Werda dan Pakar Informasi.

Dari data di atas pula, didapatkan data bahwa lansia tidak menggunakan sumber informasi “perpustakaan” dan “internet” untuk mencari informasi yakni dengan presentase “tidak pernah” menjadikan perpustakaan dan internet sebagai sumber informasi yang dituju yakni sebanyak 100%.

Berdasarkan hasil probing dengan responden lansia mengenai alasan dari mengapa keseluruhan lansia tidak menuju ke perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasinya, para lansia menyatakan bahwa lokasi perpustakaan yang cukup jauh menjadikan perpustakaan bukanlah menjadi sumber informasi yang

mereka tuju, mengingat bahwa kemampuan fisik lansia juga semakin menurun untuk perjalanan jauh.

“sudah tua gini mbak, masak mau ke perpustakaan, jaraknya jauh, kaki

udah gak kuat kalau dibuat kemana-mana.”(R.83)

Selain lokasi perpustakaan yang jauh, beberapa responden lansia menyebutkan alasan lain mereka tidak menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi yang dituju, yakni salah satunya fasilitas yang ada di perpustakaan bukanlah untuk para lanjut usia. Lanjut usia membutuhkan fasilitas dan perlakukan yang berbeda daripada masyarakat pada usia lainnya, sehingga mere menganggap bahwa perpustakaan masih belum menyediakan fasilitas khusus yang sesuai dengan karakteristik lanjut usia.

“perpustakaan kan buat anak muda bukan buat lansia, lihat aja fasilitasnya, saya nggak pernah tau kalo ada fasilitas khusus lansia di

perpustakaan .”(R.83)

Sama halnya dengan probing pada tabel 3.8 mengenai website, koran online dan media sosial, berdasarkan hasil probing dengan responden pula, lansia menyatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan internet untuk memenuhi kebutuhan informasinya, dikarenakan keseluruhan dari lansia yang diteliti tidak dapat mengoperasikan gadget maupun teknologi lainnya yang dapat digunakan untuk membuka internet, sehingga untuk mengaksesnya juga tidak tahu caranya.

“gak bisa mbak pake internet, bukanya saja nggak bisa, sudah tua juga

buat apa mainan internet.. hehe..”(R.81)

Untuk Taman Bacaan Mayarakat, sebagian besar lansia menyatakan “tidak pernah” menjadikan TBM sebagai sumber informasi yang ia pilih, yakni sebanyak 93 responden (93%). Namun dapat dilihat pula bahwa terdapat beberapa lansia yakni sebanyak 2 dan 5 responden yang mengunjungi TBM untuk memenuhi kebutuhan informasinya, yakni dengan presentasi “sering” sebanyak 2% dan “jarang” sebanyak 5%.

Berdasarkan hasil probing dengan responden lansia mengenai alasan mereka tidak menjadikan TBM sebagai sumber informasi yang mereka tuju, lansia menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui apa itu TBM serta tidak mengetahui pula adanya TBM yang berada di daerah dekat rumah mereka,

hanya beberapa saja yang mengetahui bahwa ada TBM di sekitar, namun tidak tertarik untuk berkunjung dikarenakan lokasi TBM yang masih dianggap jauh oleh mereka dan ada beberapa TBM yang tidak aktif di daerah tersebut.

saya baru pertama kali dengar ada yang namanya TBM, kalau

perpustakaan saya tau.” (R. 15)

Tidak jauh berbeda dengan Taman Bacaan Masyarakat, untuk sumber informasi Toko Buku, sebanyak 82 responden lansia (82%) menyatakan “tidak pernah” menjadikan Toko Buku sebagai sumber informasi yang ia tuju. Namun dapat dilihat pula bahwa terdapat beberapa lansia yakni sebanyak responden yang mengunjungi Toko Buku untuk memenuhi kebutuhan informasinya, yakni dengan presentasi “jarang” sebanyak 18%.

Berdasarkan hasil probing dengan responden lansia mengenai alasan mereka tidak menjadikan toko buku sebagai sumber informasi yang mereka tuju, lansia menyatakan bahwa mereka tidak tertarik untuk pergi ke toko buku dikarenakan lokasi toko buku yang dianggap jauh oleh mereka, serta ketertarikan mereka untuk membaca buku juga masih rendah.

ke toko buku juga mau ngapain mbak hehe...jauh tempatnya, lagipula

sudah jarang baca buku juga.” (R. 22)

Dari data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa sumber informasi Keluarga mendapatkan frekuensi tertinggi sebagai tujuan lansia untuk memenuhi kebutuhan informasinya, yakni dengan frekuensi “sering” sebanyak 65% dan “jarang” sebanyak 35%.

Dari data di atas pula, dapat dilihat bahwa sebagian besar lansia akan menuju pada sumber informasi “Teman Karang Werda” untuk mencari informasi yakni sebanyak 70 responden yang mengatakan “sering” (70%) dan 30 responden mengatakan “jarang” (30%).

Berdasarkan hasil probing dengan responden lansia mengenai alasan mereka menjadikan keluarga dan teman Karang Werda sebagai sumber informasi yang sering mereka tuju, lansia menyatakan bahwa mereka lebih sering menanyakan informasi kepada keluarga dikarenakan keluarga merupakan orang

Karang Werda juga menjadi sumber informasi yang sering dituju dikarenakan kebanyakan teman Karang Werda tempat tinggalnya dekat atau bertetangga, sehingga bertanya informasi kepada keluarga dan teman Karang Werda lebih sering untuk dilakukan.

kalo mau tanya informasi ya enak sama keluarga, soalnya kan deket satu

rumah jadi enak. Sama temen Karang Werda ya sering juga, kan rumahnya deket

tetanggaan jadi biasanya kalau pagi sama sore sering ketemu cerita-cerita.

(R.1)

Sama halnya dengan sumber informasi Keluarga, dapat dilihat pada tabel di atas bahwa Pakar Informasi mendapatkan frekuensi tertinggi sebagai tujuan lansia untuk memenuhi kebutuhan informasinya, yakni dengan frekuensi “sering” sebanyak 64% dan “jarang” sebanyak 36%.

Berdasarkan hasil probing dengan responden lansia mengenai alasan mereka menjadikan pakar informasi sebagai sumber informasi yang sering mereka tuju, lansia menyatakan bahwa mereka lebih sering menanyakan informasi kepada pakar informasi yakni dokter, baik dokter puskesmas maupun dokter langganan pribadi, dikarenakan dokter tersebut dianggap lebih mengetahui secara mendalam daripada sumber informasi lainnya. Selain pengetahuan dokter yang dianggap luas, keberadaan dokter puskesmas di puskesmas setempat yang letaknya juga tidak jauh dari rumah mereka menjadi alasan mengapa lansia memilih menjadikan dokter puskmas sebagai sumber informasi yang ditujunya.

seringnya pergi ke dokter puskesmas kalo pengen tau tentang penyakit,

biasanya kalo sakit langsug tanya ke dokter ini penyakit apa ya? Gitu.. enak,

dekat terus juga dokternya baik..” (R.1)