• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan .1 Sejarah Singkat .1 Sejarah Singkat

4.1.5 Sumber Daya Manusia

1. Pengelolaan karyawan berdasarkan sistem pengupahannya a. Karyawan Tetap

- Karyawan Pimpinan - Karyawan Pelaksana

Sistem pengupahan diatur tersendiri dalam PKB antara Serikat Pekerja dengan Direksi.

b. Karyawan Tidak Tetap

- Karyawan Kerja Waktu Tertentu/KKWT (hanya bekerja pada masa produksi)

- Karyawan Borong (hanya bekerja bila ada pekerjaan borong) Sistem pengupahan mengacu pada upah minimum Propinsi yang berlaku.

Jumlah Karyawan PT. Madubaru:

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Karyawan Pimpinan 60 orang

Karyawan Pelaksana 387 orang

KKWT 939 orang

Jumlah 1.386 orang

Borongan tebangan dan Garap kebun ± 3.000 orang 2. Organisasi Karyawan Tetap

Organisasi karyawan PT. Madubaru, mulai tahun 2000 telah membentuk Serikat Pekerja PT. Madubaru/SPPT Madubaru, dan mulai tahun 2001 telah disahkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), yang mengatur tentang hak dan kewajiban Karyawan dan Perusahaan. 3. Jaminan Sosial

a. Program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) untuk semua karyawan

b. Hak Pensiun untuk Karyawan Tetap (Pimpinan dan Pelaksana) c. Program Taskat (Tabungan Asuransi Kesejahteraan Hari Tua)

untuk Karyawan Kampanye

d. Koperasi Karyawan dan Pensiun PT. Madubaru e. Perumahan Dinas untuk Karyawan Tetap

f. Poliklinik dan Klinik KB Perusahaan untuk semua Karyawan dan Keluarga

g. Taman Kanak-kanak Perusahaan untuk Karyawan dan Umum

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

h. Sarana Olah Raga dan Kesenian untuk Karyawan dan Umum i. Pakaian Dinas untuk Karyawan Tetap, Kampanye dan Musuman j. Biaya Pengobatan

k. Rekreasi Karyawan dan Keluarga

4.1.6 Proses Kegiatan A. Proses kegiatan.

Perusahaan ini melakukan berbagai kegiatan meliputi: 1. Produksi

a. Produksi Utama (dari PG. Madukismo)

Gula Pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head Sugar) atau GKP (gula kristal putih). Mutu produksi dipantau oleh P3GI pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia).

b. Produksi Sampingan (dari PS. Madukismo) - Alkohol Murni (kadar Minimal 95%) - Spritus Bakar (kadar 94%)

Mutu dipantau oleh oleh Balai Penelitian kimia Departemen perindustrian dan PT. Sucoffindo Indonesia.

c. Hasil Produksi rata-rata pertahun 1. Pabrik gula:

a) Bahan baku tebu : 400.000 – 500.000 ton pertahun

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

b) Hasil gula SHS : 35.000 ton pertahun c) Rendemen antara 7,0% - 8,5%

d) Bahan pembantu : Batu Gamping dan Belerang 2. Pabrik spritus:

a) Bahan baku : tetes dari PG. Madukismo 30.000 ribu ton pertahun.

b) Hasil Alkohol : 8 juta liter pertahun

c) Dipasarkan sebagai alkohol murni dan Spritus bakar d) Bahan pembantu : pupuk Urea, NPK, Asam sulfat d. Masa produksi

a) Pabrik Gula

Sekitar 5 sampai 6 bulan per tahun (24 jam/hari). Terus menerus, antara bulan Mei s/d Oktober. Selain bulan tersebut digunakan untuk memelihara mesin pabrik (servis, revisi, perbaikan, pergantian dll).

b) Pabrik Spritus

Sekitar 9 sampai 11 bulan pertahun (24 jam/hari).

2. Permodalan

Selain modal sendiri juga mendapatkan kredit dari bank pemerintah untuk operasional dan investasi.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Kapasitas : 1)PG. Madukismo :

a) Desain awal 1.500 ton tebu perhari (tth)

b)Tahun 1976 ditingkatkan lagi menjadi : 2.500 tth c) Tahun 1992 ditingkatka lagi menjadi : 3000 tth d) Tahun 2006 sampai sekarang : 3.500 tth 2)PS. Madukismo :

a) Tahun 1976 awal 15.000 liter Alkohol per hari.

b) Tahun 2002 ditingkatkan menjadi 25.000 liter Alkohol perhari.

3. Proses Pengolahan di PG. Madukismo

Proses pengolahan tebu menjadi gula pasir melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Pemerahan Nira (Extraction)

Tebu setelah ditebang, dikirim ke Stasiun Gilingan (ekstraksi) untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (Nira mentah) melaui alat-alat berupa

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Unigrator Mark IV digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran 36”x64”.

Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar di Stasiun Ketel (pusat tenaga), sedangkan Nira mentah akan dikirim ke stasiun Pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bekteri sanitasi di Stasiun Gilingan.

b. Pemurnian Nira

PG. Madukismo menggunakan sistem Sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70° -75°C, direkaksikan dengan susu kapur dalam Defekator, dan diberi gas SO2 dalam peti Sulfitasi

sampai pH 7,00 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100° - 105°C. kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (Dorr Clarifier) dan disaring menggunakan Rotary Vacum Filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya (blotong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blotong ini dibawah 2,00%. Nira jernihnya dikirim ke Stasiun Penguapan. c. Penguapan Nira

Nira jernih dipekatkan didalam pesawat penguapan dengan sistem Quadruple effect, yang disusun secara interchangeable

agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap dikristalkan di Stasiun Kristalisasi/ Stasiun Masakan.

Total luas bidang pemanas 5.990 m VO. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching/ pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.

d. Kristalisasi

Nira kental dari Stasiun Penguapan ini diuapkan lagi dalam Pan Kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul Kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vakum sebesar 65 CmHg, sehingga suhu didihnya hanya 65°C, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran Kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di Stasiun Puteran, gula lebih dahulu didinginkan di dalam palung pendinginan (kultrog). e. Puteran Gula (Centrifuge)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Alat ini bertugas memisahkan gula dengan larutannya (stroop) dengan gaya centrifugal. Puteran gula yang tersedia:

- 3 buah Broadbent untuk gula A

- 6 buah Batch Sangerhausen untuk gula A - 2 buah Broadent untuk gula SHS

- 3 buah Batch Sangerhausen induk gula SHS - 1 buah BMA K 1100 untuk gula C

- 2 buah FC 1000 untuk gula C - 2 buah WS CC5 untuk gula D1 - 1 buah WS CC6 untuk gula D1 - 1 buah BMA K 850 untuk gula D1 - 1 buah BMA K 2300 untuk gula D1 - 3 buah BMA K 850 untuk gula D2 f. Penyelesaian dan Gudang Gula

Dengan alat penyaring gula, Gula SHS dari puteran SHS dipisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal dikirim ke Gudang gula dan dikemas dalam karung plastik (polipropoline), kapasitas 50kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendeman 8% maka pada kapasitas 3.000 tth diperoleh gula 2.400 ku atau 4.800 sak. g. Pembangkit Tenaga Uap/Tenaga Listrik

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Sebagai penghasil tenaga uap digunakan 5 buah pipa air New Mark @6 ton/jam masing-masing 440 m2 VO dengan tekanan kerja 15kg/cm dan satu buah ketel Cheng-Chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk meggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenaga listrik.

Sebagai bahan bakar dipakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1.800 kkal/kg dan kekurangannya ditambah dengan BBM (FO).

h. Kualitas Produk Gula

Kualitas Gula Produksi PG. Madukismo masuk klasifikasi SHS IA, dengan nilai remisi direduksi diatas 70. Gula PG. Madukismo semuanya dibeli Bulog sebelum dipasarkan bebas termasuk bagian gula petani.

4. Proses Pengolahan di Pabrik Alkohol/Spritus Madukismo terdiri dari 3 tahap:

a. Masakan:

Tetes diencerkan dengan air sampai kadar tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi. Sebagai sumber Nitrogen dipakai pupuk Urea dan sebagai sumber Phospor dipakai pupuk

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

NPK, pH diatur sekitar 4,8 dengan H2SO4 agar tidak terjadi kontaminasi dari bakteri lain.

b. Peragian:

Dilaksanakan bertahap mulai volume 3.010, 18.000 liter dan 75.000 liter, waktu peragian utama berkisar 50-60 jam dan kadar alkohol yang dicapai antara 9-10%.

c. Penyulingan:

Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) didalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom:

- Kolom Maische - Kolom Voorloop - Kolom Rectifiser - Kolom Nachloop

Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0,5 kg/cm2 suhu 1200C.

1. Kolom Maische

Alkohol kasar kadar ± 45% masuk ke kolom Voorloop

Hasil bawah : Vinase dibuang 2. Kolom Voorloop

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

Hasil atas : Alkohol Teknis kadar 95% masih mengandung aldehide, ditampung sebagai hasil

Hasil bawah : Alkohol muda kadar ± 25% masuk ke kolom rektifiser

3. Kolom Rektifiser

Hasil atas : Alkohol Murni (Prima I) kadar minimal 95% ditampung sebagai hasil

Hasil tengah : Alkohol Muda yang mengandung minyak Fusel, masuk kolom Nachloop

Hasil bawah : Lutter waser, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menambah kolom Voorloop sebagai bahan penyrap alcohol dan sebagian dibuang

4. Kolom Nachloop

Hasil atas : Alkohol teknis kadar 94% ditampung sebagai hasil

Hasil bawah : Air yang bebas alkkohol, dibuang Minyak Fusel (amyl alcohol) merupakan hasil samping Pabrik Spritus, ini biasanya digunakan untuk bahan baku pembuatan essence (amylacetat)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

4.1.7 Panenan

Tebu dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa) maksimal, dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor kemasakan, koefisiensi daya tahan dan lain-lain. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum giling dimulai. Tebu diangkut dari kebun dengan truk atau lori tebu. Pelaksanaan tebang bisa dilakukan petani sendiri atau diserahkan pabrik dengan biaya petani sesuai kesepakatan dalam FMPG (Forum Musyawarah Produksi Gula). Beberapa KUD yang mandiri telah dapat melaksanakan tebang angkut sendiri. Kapasitas tebang harus sama dengan kapasitas giling agar tidak terjadi stagnasi di emplasement yang akan menurunkan rencemen dan sebaliknya kekurangan tebu akan menyebabkan berhenti giling, produksi ampas berkurang, sehingga perlu suplesi BBM untuk bahan bakar stasiun Boiler, jumlah tebu ditebang per hari sekitar 3.000 ton, alat trasnportasinya : 80% menggunakan truk sisanya : 20% dengan lori.

Dokumen terkait