• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.2 Sumber Data

Data penelitian ini bersumber dari tuturan lisan masyarakat Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar yang berjumlah 28 orang.

Pemilihan informan ini sebaiknya memenuhi syarat-syarat tertentu (Mahsun, 2004:106). Persyaratan yang dimaksud ialah:

1. Berjenis kelamin pria dan wanita 2. Berusia 25-60 tahun

3. Sudah lama menetap di Desa Petapahan Jaya

4. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP) 5. Dapat berbahasa Sunda

6. Dapat berbahasa Indonesia 7. Sehat rohani dan jasmani

17 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9).

Metode dan teknik pengumpulan data yang sesuai harus diperhatikan karena akan menciptakan penelitian yang terarah untuk mendapatkan data yang diinginkan.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode simak. Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan : dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial (Sudaryanto, 1993:133).

Metode simak yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik simak libat cakap (SLC) maksudnya bahwa peneliti terlibat langsung dalam suatu percakapan.

Setelah itu teknik lanjutan yang dilakukan ialah dengan menggunakan teknik rekam. Teknik rekam ini dilakukan dengan bantuan alat, yaitu tape recorder. Setiap penelitian yang dilakukan rekaman adalah hal yang utama, karena sebagai bahan bukti peneliti terhadap data yang telah didapat. Pada teknik rekam yang dilakukan ini haruslah tanpa sepengetahuan Participants yang akan dijadikan sebagai sumber data, agar data yang didapat memang benar-benar asli.

Setelah perekaman dilakukan selanjutnya yaitu mencatat data sesuai dengan sasaran yang diinginkan dengan menggunakan alat tulis tertentu.

18 3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara metode padan. Metode padan adalah alat penentunya diluar terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang digunakan ialah berupa metode padan pragmatis (Sudaryanto, 1993:25), karena dalam peristiwa alih kode dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar bahasa tersebut.

Metode padan ini selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik dasar, yaitu teknik pilah unsur penentu atau teknik PUP. Adapun alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh seorang peneliti. Sesuai dengan penentunya maka akan dipisah-pisah menjadi berbagai unsur. Kemudian teknik lanjutan menggunakan teknik hubung banDing membedakan (teknik HBB) karena akan membanDingkan peristiwa tutur percakapan oleh para participants yang menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia.

Berikut ini analisis metode padan alih kode di Desa Petapahan Jaya : (2) Peristiwa Tutur

Aa Iyan : Teu ningali Jarkep di SP 2 mang ? Enggak melihat jarkep PREP SP 2 mang?

Tidak melihat jarkep di SP 2 paman?

Mang Ipul : Ningali kumaha Yan, loba kitu barudak nu Melihat bagaimana Yan, banyak begitu anak-anak yang ngarental band.

ngerental band.

19

Bagaimana melihat Yan, begitu banyak anak-anak yang ngerental band.

Aa Iyan : Anggotana kamana atuh mang. Loba cenah nu ningali.

Anggotanya kemana lah paman. Banyak katanya yang melihat teh mang

PART mang.

Kemana anggotanya mang. Katanya banyak yang melihat mang.

Ya kan Dit, rame kan yang nonton jarkep di SP 2?

Adit : Iya bang. Kek mana gak rame bang, pemainnya aja dari Pekanbaru.

Setting and Scene Di depan rumah Aa Iyan RT 12 RW 05. Pada tanggal 26 April 2015, pukul 13:30 WIB.

Participants Syaipulloh berasal dari Ciamis, Jawa Barat, Mulyana Yusuf berasal dari Cirebon, Jawa Barat dan Aditya Wahyudi berasal dari Padang, Sumatera Barat.

Ends Membahas mengenai menonton jarkep.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Santai dan akrab.

Intrumentalities Bahasa lisan.

20 Norm Of Interaction and interpretation

Norma interaksi begitu baik terjadi antara participants dalam bertanya dan menjawab.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Participants yaitu adanya Mang Ipul dan Aa Iyan. Mang Ipul merupakan asli penutur bahasa Sunda dari Ciamis Jawa Barat, selain bahasa Sunda Mang Ipul dapat berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Apabila bertemu dengan orang Jawa Mang Ipul berusaha mengimbangi dengan menggunakan bahasa Jawa, walaupun pemakaian bahasa Jawa Mang Ipul begitu pasif digunakan. Aa Iyan juga penutur asli bahasa Sunda namun, berasal dari Cirebon Jawa Barat dan dapat menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan Adit merupakan asli orang Minang yang dapat berbahasa Minang, Jawa dan bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa pada peristiwa tutur yang terjadi merupakan jenis alih kode internal, yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

Sedangkan faktor yang terjadi ialah karena hadirnya penutur ketiga, yang tidak mengerti bahasa Sunda. Jadi agar komunikasi berjalan lancar, maka Aa Iyan menanyakan kepada Adit menggunakan bahasa Indonesia.

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Pengkajian Data

Setelah analisis dilakukan, maka selanjutnya akan dihasilkan penyajian dalam bentuk kaidah. Penulisan hasil analisis data ini untuk memprasyratkan

21

adanya kelayakan baca, dan kelayakan baca yang dimaksud adalah demi pemanfaatan yang terikat pada tujuan tertentu.

Pada penyajian hasil analisis data ini, maka digunakan adalah metode dengan penyajian informal. Metode informal dimaksudkan sebagai cara penyajian hasil dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Dengan demikian, penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini tidak memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan, seperti yang biasa digunakan dalam metode penyajian hasil analisis data secara formal.

22 BAB VI PEMBAHASAN

4.1 Jenis-Jenis Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

Penggunaan bahasa dalam kegiatan sehari-hari sering terjadi alih kode.

Alih kode yang terjadi merupakan ketergantungan bahasa di dalam masyarakat dwibahasawan. Daerah yang ada di Indonesia mempunyai berbagai macam bahasa daerah. Salah satu bahasa yang ada di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar adalah bahasa Sunda. Kemudian bahasa Sunda tersebut beralih kode ke bahasa Indonesia. Adapun jenis alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yang terjadi di Desa Petapahan Jaya, yaitu:

4.1.1 Alih Kode Internal

Alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yang terjadi di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, yaitu alih kode internal.

Alih kode internal merupakan alih kode yang terjadi antarbahasa sendiri, yaitu bahasa Sunda ke bahasa Indonesia. M<?>MN<>>

Data 3

Setting and Scene Di depan rumah bi Dewi pada tanggal 14 Juni 2015, pukul 14:00 WIB.

Participants Dewi Tomini berasal dari Karawang, Jawa Barat dan Nunung berasal dari Garut, Jawa Barat.

23

Ends Pembahasan mengenai hapalan surat

untuk MTQ MDA.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Sedikit kesal karena anaknya

menggantikan Siska untuk menghapal surat al-quran.

Intrumentalities Bahasa lisan.

N orm Of Interaction and interpretation

Norma interaksi begitu baik terjadi antara participants dalam bertanya dan menjawab.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Ikut. Ada lima orang dari sini, si Pipit, si Patir, si Saras

Ari teu mangkat kumaha, si Siska dadakan wae

Kalau tidak pergi bagaimana, si Siska mendadak aja

24 bicarana.

bicaranya

Kalau tidak pergi bagaimana, si Siska memberitahunya mendadak.

Atuh si Ribka sapepeuting ngapal ayat-ayat teh, aya Ya, si Ribka semalaman ngapal ayat-ayat PART, ada

lima belas surat manehna, tadi na mah dua puluh.

lima belas surat 3TG taDinya PART dua puluh.

Ribka satu malam menghapal ayat-ayat, yang dipilih hanya lima belas dari dua puluh surat.

Bi Nunung : Mereunan siskana hapalanna teu acan lancar.

Kemungkinan Siskanya hapalannya belum lancar.

Kemungkinan menghapalnya Siska belum lancar.

Ehh bi, punggahan tanggal berapa? Ada yang bilang selasa ada rabu?

Bi Dewi : Hari Selasa kalau kata bu Dul tuh.

Participants Bi Dewi pada kesehariannya menggunakan bahasa Sunda, Jawa dan bahasa Indonesia. Namun lebih dominan menggunakan bahasa Sunda.

Karena kedua orang tua, mertua, suami dan tetangga sekitar adalah penutur bahasa Sunda. Bahasa Jawa jarang digunakan, karena hanya beberapa orang yang menggunakan bahasa Jawa dilingkungan itu, sedangkan bi Nunung hanya dapat menguasai bahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja.

25

Pada peristiwa tutur yang terjadi pada awalnya Bi Nunung menanyakan keikutsertaan anak Bi Dewi dalam MTQ MDA ( Lomba mengaji sekolah Madrasah Diniyah Awaliyah) dengan menggunakan bahasa Sunda. Bi Dewi pun menjawab dengan menggunakan bahasa Sunda. Setelah bi Dewi menjelaskan siapa-siapa saja yang ikut serta dalam kegiatan MTQ tersebut. Setelah itu Bi Nunung pun ikut menjelaskan, dan Bi Nunung menanyakan sesuatu mengenai kapan diadakan punggahan (Menyambut hari puasa) dengan menggunakan bahasa Indonesia seperti pada kalimat “Ehh bi, punggahan tanggal berapa? Ada yang bilang selasa ada rabu?”. Kemudian Bi Dewi menjawab dengan menggunakan bahasa Indonesia, karena penutur ( Bi Nunung) telah menggunakan bahasa Indonesia.

Peristiwa tutur yang terjadi pada alih kode ini termasuk alih kode internal, yaitu alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia. Sedangkan Faktor terjadinya alih kode karena pergantian topik pembicaraan, yaitu pada awalnya membahas mengenai anak bi Dewi yang mengikuti acara MTQ di sekolahnya dan beralih pembicaraan mengenai punggahan untuk menyambut bulan suci ramadhan.

Data 4

Setting and Scene Di depan rumah mang Herman pada tanggal 13 Juni 2015, pukul 15:35 WIB.

26

Participants Herman berasal dari Garut, Jawa Barat dan Ujang Mulyadi berasal dari Garut, Jawa Barat.

Ends Mengenai anak Ujang Mulyadi yang

ingin menaiki sisingaan dan berganti topik mengenai makanan untuk para penari.

Act Squence percakapan sehari-hari.

Key Ramai, karena acara sedang

berlangsung. Percakapan berlangsung dengan suara agak sedikit keras.

Intrumentalities Bahasa lisan Norm Of Interaction and

interpretation

Norma interaksi begitu baik terjadi antara participants dalam bertanya dan menjawab.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

PeristiwaTutur

Ujang Mulyadi : Her, Ribka teh hayang Dinaikkeun ka sisingaan.

Her, Ribka PART ingin Dinaikkan ke Sisingaan.

Her, Ribka ingin Dinaikkan ke Barongan.

27

Manehna ceurik wae eta. Urang mah bisi tiguling 3TG menangis aja DET. 1TG PART takut nanti terguling budak teh.

anak PART.

Dianya menangis saja. Saya takut anak itu nanti terguling.

Herman : Yeee kunaon teu nyarios ti tadi atuh.

Yeee kenapa tidak bicara PREP tadi lah Yeee kenapa tidak bicara dari tadi.

Si Fajar mah seuri wae geus di sisingaan teh.

Si Fajar PART tertawa aja udah di sisingaan PART.

Si Fajar saja tertawa di barongan.

Ujang Mulyadi : Lamun ceurik mah hese cicing.

Kalau menangis PART susah diam.

Kalau menangis susah diam.

Da cicingna mah dahar coklat wae eta oge.

Lantaran diamnya PART makan coklat aja DET juga.

Jika diam makan coklat saja.

Man makannya jam berapa yang nari-nari itu?

Herman : Ya habis jarang kepanglah, sebentar lagi.

Kedua participants sama-sama dapat menguasai bahasa Sunda, Jawa dan bahasa Indonesia. Namun keduanya lebih dominan menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, karena Nenek, Ibu, Istri dan tetangga sering menggunakan bahasa Sunda dalam kesehariannya.

28

Pada peristiwa tutur yang terjadi bahwa Alih kode ini termasuk alih kode internal, yaitu alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

Adapun faktor terjadinya alih kode ialah karena pergantian topik pembicaraan. Pada awalnya membicarakan anak Ujang Mulyadi yang ingin menaiki barongan menggunakan bahasa Sunda dan berubah pembicaraan mengenai makanan untuk para penari barongan tersebut, seperti pada kalimat

“Man makannya jam berapa yang nari-nari itu?” dengan menggunakan bahasa Indonesia.

4.2 Faktor-faktor Terjadinya Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

Alih kode di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kam par yaitu terjadi antara bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Adapun faktor-faktor terjadinya alih kode di Desa Petapahan Jaya, yaitu:

4.2.1 Kehadiran Orang ketiga

Pada faktor alih kode ini terjadi saat melakukan suatu komunikasi yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur di suatu tempat dengan membahas topik tertentu menggunakan bahasa Sunda. Namun ketika sedang melakukan percakapan tersebut hadirlah seorang penutur ketiga, maka percakapan pun beralih menjadi bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dilakukan agar mudah dipahami.

29 Data 5

Peristiwa Tutur

Bu Nining : Ti RK opat aya tujuh budak nu milu sunatan teh.

PREP RK empat ada tujuh anak yang ikut sunatan PART.

Ada tujuh anak dari RK empat yang ikut sunatan.

Eta oge teu sakabehna nu milu, teu aya nu nyaraho kitu.

DET juga tidak semuanya yang ikut, tidak ada yang tahu begitu.

Tidak semuanya ikut, tidak ada yang tahu Di RK genep kumaha eta?

PREP RK enam bagaimana DET?

Bagaimana di RK enam?

Bu Maryati : Aya duaan wae mak. Teu aya nu ngabejaan mah Ada duaan aja mak. Tidak ada yang memberitahu PART Kitu mak

begitu mak

Ada dua saja mak. Tidak ada yang memberitahu bu.

Bu Nining : Heeh. Eta oge peuting-peuting si Bapak ngabejaan ka batur.

Iya. DET juga malam-malam si Bapak memberitahu ke teman.

Iya. Si Bapak malam-malam memberitahu ke orang. Jam berapa kemaren Bapak ngasih tau Er?

30

Erna : Kalau gak salah jam 8 entah jam tengah 8 mak.

Participants Bu maryati dalam hal percakapan lebih aktif dalam menggunakan bahasa Sunda daripada bahasa Indonesia, bahasa batak dan bahasa Jawa. Hal ini disebabkan Bu Maryati memunyai orang tua, suami maupun saudara-saudara yang berlatar belakang penutur Sunda. Kemudian Ibu Nining Kurnia juga lebih aktif menggunakan bahasa pertamanya, yaitu bahasa Sunda.

Karena suami, anak-anak, dan sesama penutur bahasa Sunda sering menggunakan bahasa Sunda. Sedangkan Ibu Erna Wati yang merupakan menantu dari Ibu Nining berasal dari Indrapura yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu, walaupun suaminya terkadang menggunakan bahasa Sunda namun, Ibu Erna Wati hanya dapat mengerti tetapi sulit untuk mengatakan bahasa Sunda tersebut.

Faktor terjadinya alih kode ialah kehadiran orang ketiga, yaitu hadirnya Ibu Erna yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.

Maka untuk memermudah Ibu Nining beralih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

Data 6

Peristiwa Tutur

Bi Tati : Ngesian wae ngesian arisan dei.

Mengisi aja mengisi arisan lagi.

Membayar arisan lagi.

Sabaraha urang dei teu acan ngisi teh?

31

Berapa orang lagi belum mengisi PART?

Berapa orang yang belum membayar uang arisan?

Bi Nunung Hasanah: Aya Opat dei Ari emak Aah encan, bi Fatimah, Ada empat lagi kalau Ibu Aah belum, bi Fatimah Bi Engkos, jeung Bu Yuni.

Bi Engkos, KONJ Bu Yuni.

Ada empat lagi, yang belum Ibu Aah, Bu Engkos, Bu Fatimah sama Bu Yuni.

Bi Tati : Ditelpon atuh, mereun poho eta.

Ditelpon lah, mungkin lupa DET.

Ditelponlah, mungkin dia lupa.

Bi Nunung Hasanah : Muhun. Keur ditelpon si Suprihatin di tukang.

Iya. Lagi ditelpon si Suprihatin PREP belakang.

Iya. Sedang ditelpon si Suprihatin di belakang.

Bi Tati : Sakeudeng dei atuh daratang.

Sebentar lagi lah berdatangan.

Sebentar lagi mereka datang. Bu Er, si emak kemana?

Kok gak datang?

Bu Erna : Kecapean dia bu. Katanya badannya pegal-pegal.

32

Participants Bi Tati dalam percakapan menggunakan bahasa pertamanya, yaitu bahasa Sunda. Karena suami, anak-anak dan tetangganya sering menggunakan bahasa Sunda, namun apabila bertemu dengan orang yang berlatar belakang berbeda maka menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian Bi Nunung juga sama dengan Bi Tati. Sedangkan Ibu Erna Wati yang merupakan Menantu dari Ibu Nining berasal dari Indrapura yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu, walaupun Suaminya terkadang menggunakan bahasa Sunda. Namun Ibu Erna Wati hanya dapat mengerti tetapi sulit untuk mengatakan bahasa Sunda tersebut.

Faktor terjadinya alih kode ialah karena kehadiran orang ketiga, yaitu hadirnya Ibu Erna yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Maka untuk memermudah Ibu Tati beralih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

4.2.2 Perubahan dari Formal ke Informal

Perubahan situasi formal menjadi situasi tidak formal menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya perubahan situasi ketika dua orang mahasiswa sedang duduk-duduk di kampus dengan melakukan percakapan menggunakan bahasa santai. Namun, disaat melakukan percakapan tersebut tiba-tiba datang seorang Bapak dosen yang ikut serta dalam melakukan percakapan, dengan begitu para mahasiswa itu beralih kode dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam formal.

33 Data 7

Peristiwa Tutur

Bapak Egi : Aya naon, maneh ka die Din?

Ada apa, 2TG PREP sini Din?

Ada apa, kamu ke sini Din?

Peneliti : Ka die teh hoyong nyandak surat penelitian nu abdi PREP sini PART ingin mengambil surat penelitian yang 1TG bere tea Pak, tos siap ncan Pak?

beri DET Pak, sudah siap belum Pak?

Saya ke sini ingin mengambil surat penelitian yang saya beri itu Pak, sudah siap atau belum Pak?

Bapak Egi : Diberekeun ka saha eta surat maneh?

Diberikan PREP siapa DET surat 2TG?

Kamu berikan kepada siapa surat kamu itu?

Peneliti : Ka Bapak Delfi Pak.

PREP Bapak Delfi Pak.

Ke Bapak Delfi Pak.

34

Bapak Egi : Ouhh nu ieu tah Din. Sakeudeng heulana Din diketik.

Ouhh yang DET yah Din. Sebentar dulu Din diketik

Ieu ditujukeun ka Dekan Fakultas Ilmu Budaya Din?

DET ditujukan PREP Dekan Fakultas Ilmu Budaya Din?

Ouhh ini suratnya Din. Diketik dahulu. Apakah tujukan ke Dekan kepada Fakultas Ilmu Budaya Din?

Peneliti : Sumuhun Pak.

Iya Pak.

Iya Pak.

Bapak Egi : Loh Din, jadi kamu bentar lagi wisuda lah ya?

Peneliti : Amin Pak. Ya doakan aja Pak semoga saya cepat wisuda.

Participants Bapak Egi dalam percakapan menggunakan bahasa pertamanya, yaitu bahasa Sunda karena sering menggunakan bahasa Sunda kepada kedua orangtua dan sesama penutur bahasa Sunda. Selain bahasa Sunda, Bapak Egi dapat menggunakan bahasa Indonesia saja.

Faktor yang terjadi ialah pembicaraan dari Formal ke Informal. Pada awalnya membahas mengenai surat balasan penelitian dan beralih kode mengenai pertanyaan Bapak Egi tentang Wisuda.

35 Data 8

Peristiwa Tutur

Peneliti : Pak tanggal opat belas teh dibejakeun Bapak NasruDin Pak tanggal empat belas PART diberitahukan Bapak NasruDin

Aya acara Sunat massal ya Pak?

Ada acara sunat massal ya Pak?

Pak tanggal empat belas diberitahu Bapak NasruDin ada acara sunat massal ya Pak?

Bapak Egi : Lain atuh Din, acarana tanggal sabelas henteu tanggal opat

Bukan begitu Din, acaranya tanggal sebelas tidak tanggal empat belas.

belas.

Bukan begitu Din. Acaranya tanggal sebelas bukan tanggal empat belas.

Peneliti :Oh kitu Pak, disangka teh minggu isuk acarana.

Glos Cermat : Oh begitu Pak, dikirain PART minggu besok acaranya.

Glos Lancar : Oh begitu Pak, saya kira minggu depan.

Bapak Egi : Teu ah Din.

Tidak ah Din.

36

Tidak Din. Din, jurusan Sastra Indonesia, kok skripsinya bahasa Sunda Din?

Peneliti : Iya Pak, ngambil bahasa sendiri Pak. Kebetulan disini ada datanya Pak.

Participants Bapak Egi dalam percakapan menggunakan bahasa pertamanya, yaitu bahasa Sunda karena sering menggunakan bahasa Sunda kepada kedua orangtua dan sesama penutur bahasa Sunda.

Faktor yang terjadi ialah Informal ke formal. Pada awalnya peneliti menanyakan tanggal perencanaan sunat massal, namun pada saat berlangsungnya percakapan tiba-tiba Bapak Egi menanyakan tentang skripsi peneliti.

4.2.3 Pergantian Topik Pembicaraan

Pergantian topik pembicaraan merupakan faktor yang paling dominan terjadinya alih kode. Pada penelitian ini ditemukan pokok pembicaraan yang bersifat nonformal. Misalnya masalah kekeluargaan, persaudaraan, dan sebagainya disampaikan dengan bahasa yang tidak baku yaitu bahasa santai.

Data 9

Peristiwa Tutur

Ibu Juju : Lalieur ayeuna mah ceu, ari ngabeuli gas teh hese pisan,

Pusing sekarang PART kak, kalau membeli gas PART susah amat.

teu aya dimana-mana. Lamun aya mah mahal pisan.

37

Tidak ada dimana-mana. Kalau ada PART mahal amat.

Sekarang pusing kak, kalau membeli gas sangat susah. Tidak ada dimana-mana. Kalau ada sangat mahal.

Ibu Siti : Ti Ibu Lastri teu aya kitu ? PREP Ibu Lastri tidak ada begitu?

Dari Ibu Lastri tidak ada?

Ibu Juju : Ayeuna mah aya, tapi mahal pisan ceu Sekarang PART ada, tapi mahal amat kak.

Sekarang ada, tapi sangat mahal kak.

Ibu Siti : Sabaraha atuh hargana ? Glos Cermat : Berapa lah harganya?

Glos Lancar : Berapa harganya?

Ibu Juju : 25.000 ceu. Awis mah tenaon-naon lamun loba di 25.000 kak. Mahal PART tidak apa-apa kalau banyak PREP

warung nu ngajual teh.

warung nu ngajual teh.

Dokumen terkait