BAB III METODE PENELITIAN
3.3 Data dan Sumber Data
Data penelitian ini adalah leksikon verba, nomina, dan ajektiva yang terkait dengan leksikon persawahan dan perladangan di Kecamatan Sayurmatinggi. Pada umumnya ketiga jenis leksikon ini banyak ditemukan dibanding jenis kata lainnya. Data bersumber dari data lisan yang diperoleh dari informan.
Dari penelitian awal yang dilakukan informan adalah orang yang sudah lama bertani dan berdomisilih di Kecamatan Sayurmatinggi. Informan yang dimaksud adalah para petani yang bermukim di lingkungan persawahan dan perladangan Kecamatan Sayurmatinggi, kontak tani, kelompok tani (Poktan), Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Badan Pelaksana Pertanian dan Ketahanan Pangan (BP3K), Kecamatan Sayurmatinggi, seksi pemerintahan di Kantor Camat Saturmatinggi, dan anggota masyarakat sekitar Sayurmatinggi yang memahami pengolahan persawahan dan perladangan secara tradisional dan modern.
Informan dipilih 75 orang dari petani, Poktan, PPL, BP3K, sebagai sumber data lisan yang diambil dari 5 (lima) desa berdomisili di kecamatan Sayurmatinggi. Data ini diperoleh dari penutur yang sama di desa yang paling dekat dengan sekitar irigasi dan mempunyai areal persawahan dan perladangan yang luas.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri sebagi instrumen utama dan dibantu dengan instrumen pendukung berupa alat rekam, alat tulis dan kamera
yang dimanfaatkan untuk merekam dan mencatat data atau informasi data yang diperoleh dari informan.
Wawancara mendalam dilakukan secara terstruktur dan terbuka untuk memperoleh kekayaan data yang akurat, memiliki nilai budaya, dan kearifan lingkungan ekoagraris dari pengolahan persawahan dan perladangan kepada beberapa informan. Pemilihan informan ini merujuk kepada kriteria Mahsun (2005:141-142) yang telah disesuaikan dengan rujukan penelitian. Di antara rujukan yang dimaksud sebagai berikut:
1. Berjenis kelamin pria atau wanita.
2. Berusia antara 30-61 tahun (tidak pikun), dan mengusahakan persawahan dan perladangan selama 15 tahun terakhir. Alasan memilih usia tersebut adalah umumnya para petani dan peladang di Kecamatan Sayurmatinggi menekuni pekerjaannya pada usia 15 tahun.
3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di Kecamatan Sayurmatinggi atau berdomisilih di Kecamatan Sayurmatinggi
4. Berpendidikan minimal sekolah Dasar.
5. Dapat memahami pertanyaan dalam bahasa Mandailing. 6. Dapat mengerti bahasa Indonesia.
7. Pekerjaan bertani mengolah persawahan dan perladangan tradisional dan modren di kecamatan Sayurmatinggi.
3.5 Pengujian Data
Seluruh data leksikon yang terkumpul akan dilanjutkan dengan pengujian data untuk mengetahui apakah leksikon ekoagraris dalam persawahan dan perladangan dalam tataran nomina, verba dan ajektiva di Kecamatan Sayurmatinggi masih dikenal dan digunakan dalam keseharian atau tidak. Pengujian dilakukan kepada beberapa informan di desa/kelurahan Kecamatan Sayurmatinggi terdiri atas 15 informan laki-laki atau perempuan setiap desa/kelurahan, yang dirujuk dari lima desa yang berdekatan dalam Kecamatan Sayurmatinggi. Total informan penguji dalam Kecamatan Sayurmatinggi adalah 75 orang. Proses yang dilakukan sebelum tahap pengumpulan data, yaitu ketika menentukan rancangan dan perencanaan penelitian; ketika proses pengumpulan data dan sementara dan analisis awal; dan setelah pengumpulan data akhir Reduksi data (data reduction) yang berarti penyederhanaan data. Menurut Moleong (2006: 247) proses analisis dengan analisis dengan reduksi data yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Selanjutnya disusun dalam satuan- satuan kemudian dikategorisasikan yang dibuat dalam bentuk kode untuk langkah berikutnya. Dan langkah akhir adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Hal ini dilakukan ketika peneliti menentukan kerangka kerja konseptual (conceptual framework), pertanyaan penelitian, kasus, instrumen penelitian yang digunakan jika hasil catatan lapangan, wawancara, rekaman, dan data lain telah tersedia, tahap seleksi data berikutnya adalah perangkuman data (data summary), pengkodean (coding), merumuskan tema-tema, pengelompokan (clustering), dan penyajian cerita secara tertulis (Huberman dan Miles 1984, 1994 dalam Denzin dan Lincoln 2009: 592).
3.6 Analisis Data
Analisis data diawali dengan menelaah seluruh data yang diperoleh berdasarkan observasi, wawancara, catatan lapangan, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, langkah selanjutnya adalah mereduksi data dengan membuat abstraksi/rangkuman untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam satuan-satuan untuk menjawab rumusan masalah. Moleong (2006:103) mendefinisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema...” Analisis data sudah dimulai sejak penelitian awal dilakukan,dan langkah selanjutnya dilakukan pemeriksaan keabsahan data. Dalam hal ini, peneliti dibantu oleh informan kunci.
Gambar 3.1. Komponen analisis data: Model Interaktif
Dalam Mahsun (2005:118) mengatakan metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa
Reduksi Data Verifikasi
dalam teknik hubung banding menyamakan (HBS), yakni memadankan satuan lingual leksikon ekoagraris dengan referen yang diacunya.
Rumusan masalah kedua akan dianalisis dengan metode kuantitatif. Berkenaan dengan data leksikon ekoagraris. Jawaban dari setiap informan akan diberi simbol dalam bentuk angka dalam tabel untuk seluruh desa sayurmatinggi. Untuk membantu deskripsi kualitatif dibutuhkan data kuantitatif. Kemudian hasil analisis yang terdapat dalam bentuk angka diuraikan kedalam bentuk tabel dan persentase lalu ditabulasi sehingga terlihat kecenderungan-kecenderungan tertentu. Untuk mendapatkan jumlah persentase pemaham leksikon ekoagraris digunakan rumus hitungan sederhana adalah sebagai berikut:
Keterangan: t = angka persentase t = l p x 100% p = jumlah temuan l = total informan
Rumusan masalah ketiga adalah menganalisis wawancara mendalam tentang bagaimana nilai budaya dan kearifan lingkungan terhadap ekoagraris di Kecamatan Sayurmatinggi. Hasil wawancara dengan informan kunci, untuk memperoleh deskripsi nilai-nilai dan kearifan lingkungan melalui leksikon ekoagraris dalam persawahan dan perladangan serta apakah kelestarian lingkungan masih terjaga atau tidak. Dengan demikian, metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan disokong oleh data kuantitatif.
3.7 Pengecekan Keabsahan Penelitian
(2006: 334) yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teknik perpanjangan keikutsertaan, peneliti memperpanjang waktu untuk bertanya dan berbaur deangan informan.
2. Ketekunan pengamatan, peneliti melakukan pengamatan langsung ke lingkungan ekoagraris dalam persawahan dan perladangan kecamatan Sayurmatinggi.
3. Pengecekan anggota atau diskusi sejawat, peneliti mengadakan pengecekan data dan diskusi dengan beberapa teman sejawat tentang penghitungan pemahaman ekoagraris dalam persawahan dan perladangan di kecamatan Sayurmatinggi.
4. Kecukupan referensi.