• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh, pada penelitian ini penulias menggunakan dua sumber data yaitu : 1. Data Primer adalah data yang langsung diperoleh dari responden, yaitu

berupa jawaban pertanyaan dari kuesioner yang disebarkan tentang variabel Inovasi Pelayanan Kesehatan (X) dan Kualitas Pelayanan (Y) serta karakteristik/profil responden sebagai data pendukung.

2. Data Sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung, misalnya melalui orang lain ataupun dari dokumen-dokumen. Data sekunder antara lain disajikan dalam bentuk data-data, dokumen, tabel-tabel mengenai topik penelitian.

Perolehan Data primer dalam penelitian ini yaitu diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden. Penyebaran kuesioner, dengan teknik pengumpulan data yang disebarkan kepada responden dengan menyusun daftar pertanyaan. Dengan cara responden cukup menjawab pertanyaan pada kolom yang sudah tersedia menggunakan Skala Likert, yaitu memberi pilihan diantara 5 jawaban alternative, seperti :

27

a) Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5 b) Setuju (S) : diberi skor 4 c) Kurang Setuju (KS) : diberi skor 3 d) Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2 e) Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut :

0-20 21-40 41-60 61-80 81- 100

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

F. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier sederhana. Regresi linear sederhana adalah metode statistik yang

berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel faktor penyebab (X) terhadap variabel akibatnya (Y). Faktor penyebab pada umumnya dilambangkan dengan X atau disebut juga dengan predictor sedangkan variabel akibat dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan Response. Regresi linear sederhana atau sering disingkat dengan SLR ( Simple Linear Regression) juga merupakan salah satu metode statistik yang

dipergunakan dalam produksi untuk melakukan peramalan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun kuantitas. Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independent (X) dengan variabel dependent (Y).

28

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Model persamaan regresi linear sederhana adalah seperti berikut ini :

Y = a + bX + e Dimana :

Y = Variabel response atau variabel akibat ( Dependent )

X = Variabel predictor atau variabel faktor penyebab ( Independent ) a = Konstanta

b = Koefisien regresi ( Kemiringan ) besaran response yang ditimbulkan oleh predictor .

e = Residual atau error

Jika nilai F hitung lebih kecil > F tabel, artinya variabel X berpengaruh terhadap variabel Y, maka Hipotesis a (Ha) diterima dan Hipotesis o (Ho) ditolak. Adapun cara mencari nilai F table yaitu :

F tabel = F (1-α) (db reg[b|a],[db res] F tabel = F (1-0,05) ([1], [97-2] F table = F (1-0,05) ([1], [95] Keterangan :

Menentukan nilai kritis α = 0,05 dan F tabel pada derajat bebas db reg b/a = 1 dan db res = n-2, dimana n adalah jumlah sampel.

29 G. Teknik Pengabsahan Data

Untuk mengukur data, ada dua konsep yang digunakan yaitu validitas dan reliabilitas. Suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang valid dan kurang reliabel.

1. Uji Validitas

Menurut (Sahid, 2016) mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument. Data dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu angka diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa cermat suatu test atau pengujian melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrument pengumpulan data dikatakan valid apabila mampu mengungkapkan data atau informasi dari suatu variabel yang diteliti secara tepat dan mampu memberikan pengukuran yang tepat seperti yang dapat diterapkan dalam penelitian. Adapun tinggi rendahnya koefiien validitas menggambarkan kemampuan instrumen dalam mengungkapkan data atau informasi dari variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini perhitungan validitas item dianalisis dengan menggunakan komputer program SPSS. Caranya dengan mengkorelasikan skor item pertanyaan dngan skor total. Jika nilai r hitung> r

tabel pada taraf signifikan 5%, maka ditolak dan disimpulkan bahwa skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor sehingga dikatakan valid dan tidak perlu dikeluarkan dari daftar pertanyaan.

30 2. Uji Reliabilitas

Menurut (Sahid, 2016) alat ukur yang baik selain memenuhi kriteria validitas, juga dituntut memenuhi kriteria reliabilitas yang menunjukkan suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini perhitungan reabilitas dianalisis dengan menggunakan komputer program SPSS.

Jika nilai Cronbach Alpha (a) lebih dari 0,6 maka instrument tersebut reliable, semakin besar nilainya berarti instrument tersebut semakin reliable. Tetapi sebaliknya jika Cronbach Alpha (a) kurang dari 0,6 maka dianggap kurang handal, artinya bila variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Kabupaten Bantaeng adalah salah satu dari 24 Kabupaten di Sulawesi Selatan.Daerah yang berjuluk “Butta Toa” (Tanah Tua) ini diapit oleh dua Kabupaten, yakni Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Bulukumba. Kabupaten Bantaeng mempunyai luas wilayah ±395,83 Km. Yang memiliki 8 wilayah Kecamatan, terdiri dari 46 Desa dan 21 Kelurahan. Dimana 8 Kecamatan yang dimaksud yaitu Kecamatan Bissappu (4 desa dan 7 kelurahan), Kecamatan Bantaeng (1 desa dan 8 kelurahan), Kecamatan Gantarangkeke (4 desa dan 2 kelurahan), Kecamatan Pa’jukukang (10 desa), Kecamatan Sinoa (6 desa), Kecamatan Tompobulu (6 desa dan 4 kelurahan), Kecamatan Uluere (6 desa) dan Kecamatan Eremerasa (9 desa).

1. Kondisi Geografi Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng terletak di kawasan selatan Sulawesi Selatan dengan jarak ±120 km dari Kota Makassar. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada titik 5º21'23"-5º35'26" Lintang Selatan dan 119º51'42"-120º5'26" Bujur Timur. Kabupaten Bantaeng ini terletak pada kaki Gunung Lompobattang, yang memiliki topografi terdiri dari daerah pegunungan, pantai dan daratan.

Kabupaten yang berjuluk Butta Toa ini terletak didaerah pantai yang memanjang pada bagian barat dan timur sepanjang 21,5 km yang

32

cukup potensial untuk perkembangan perikanan dan rumput laut. Pada bagian utara daerah ini terdapat dataran tinggi meliputi pegunungan Lompobattang. Sedangkan pada bagian selatan membujur dari barat ke timur terdapat dataran rendah yang meliputi pantai dan persawahan.

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan :

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Flores

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kab. Gowa dan Kab. Bulukumba Jarak antara Ibukota Kabupaten Bantaeng ke Daerah Kecamatan :

Bantaeng – Bissappu : 4 km. Bantaeng – Uluere : 23 km. Bantaeng – Sinoa : 14 km. Bantaeng – Eremerasa : 5 km. Bantaeng – Tompobulu : 21 km. Bantaeng – Pa’jukukang : 7 km. Bantaeng – Gantarangkeke : 11 km.

Penduduk Kabupaten Bantaeng berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 185.581 jiwa. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Kabupaten Bantaeng mengalami pertumbuhan sebesar 0,58 persen. Angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 94, yang

33

berarti bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 96.087 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki 89.494 jiwa.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Bantaeng tahun 2017 mencapai 469 jiwa/km2, yang berarti bahwa dalam satu km2 di huni oleh 469 penduduk. Kepadatan penduduk di 8 Kecamatan cukup beragam, dan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Bantaeng dengan kepadatan sebesar 1.337 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Uluere sebesar 169 jiwa/km2.

Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng tertinggi berada pada kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebanyak 17.650 jiwa dan terendah berada pada kelompok umur 70-74 tahun yaitu sebanyak 2.910 jiwa.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bantaeng Pada Tahun 2010, 2016 dan 2017.

Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2019 NO

Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan 2010 2016 2017 201020 17 2016 2017 1 Bissappu 31 036 32 299 32 485 0,65 0,58 2 Uluere 10 850 11 291 11 357 0,65 0,58 3 Sinoa 11 867 12 350 12 422 0,66 0,58 4 Bantaeng 36 842 38 341 38 561 0,65 0,57 5 Eremerasa 18 678 19 439 19 551 0,65 0,58 6 Tompobulu 22 992 23 929 24 067 0,65 0,58 7 Pa’jukukang 29 115 30 300 30 474 0,65 0,57 8 Gantarang keke 15 919 16 586 16 664 0,66 0,58 Bantaeng 177 299 184 517 185 581 0,65 0,58

34

Letak geografis Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki alam tiga dimensi, yaitu bukit pegunungan, lembah daratan dan pesisir pantai dengan dua musim. Di daerah Bantaeng iklim yang dimiliki tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan 200 mm. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntng bagi sektor pertanian.

Kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Bantaeng menghasilkan keragaman hayati dan hewani yang dapat bernilai ekonomis. Dengan kondisi alam yang sangat cocok dengan berbagai jenis hewan dan tanaman, memberikan peluang daerah Bantaeng untuk dikembangkan menjadi sentra produksi beberapa komoditas unggulan, sehingga Bantaeng bisa menjadi sentra penghasil benih dan bibit unggul.

2. Kesehatan

Kesehatan merupakan bagian yang terpenting dan diharapkan dapat menghasilkan derajat kesehatan yang lebih baik dan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Penyedian sarana pelayanan kesehatan berupa puskesmas, rumah sakit dan tenaga kesehatan semakin ditingkatkan jumlahnya sesuai dengan rencana pentahapannya, sejalan dengan itu penyedia obat-obatan, alat kesehatan, pemberantasan penyakit menular dan peningkatan penyuluhan dibidang kesehatan.

Adapun fasilitas kesehatan di Kabupaten Bantaeng pada tahun 2017 terdiri dari 1 rumah sakit, 240 posyandu, 13 puskesmas, 28 prakter

35

dokter/bidan dan 8 klinik/ balai kesehatan. Selain dari itu jumlah doter spesialis sebanyak 26 orang, dokter umum sebanyak 26 orang dan dokter gigi sebanyak 15 orang.

Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Bantaeng merupakan bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat dilihat dari bagaimana pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di Kabupaten Bantaeng.Pelayanan kesehatan di Bantaeng diarahkan agar pelayanan masyarakat lebih meningkat, lebih luas, lebih merata, terjangkau oleh lapisan masyarakat.

Tabel 4.2 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bantaeng NO Kecamatan RS RB Pusk esm as Klin ik Bid an Posk edes Puskesmas Pembantu 1 Bissappu - - 2 2 4 8 4 2 Uluere - - 1 - - 3 2 3 Sinoa - - 1 - - 4 2 4 Bantaeng 1 - 2 5 19 3 2 5 Eremerasa - - 2 - 1 5 3 6 Tompobulu - - 1 - - 6 3 7 Pa’jukukang - - 2 1 3 11 5 8 Gantarangkek e - - 2 - 1 2 1 Bantaeng 1 0 13 8 28 42 22

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, 2019

3. Profil Puskesmas Kota Bantaeng a. Visi Dan Misi

1) Visi Puskesmas Kota

Puskesmas Kota dalam melaksanakan fungsinya mempunyai Visi sebagai berikut : “Menjadi Puskesmas Mitra

36

Keluarga dan Masyarakat dengan Pelayanan Prima dan Profesional”

2) Misi Puskesmas Kota

Untuk mewujudkan visi tersebut, Puskesmas Kota memiliki misi sebagai berikut :

a) Meningkatkan profesionalisme secara berkesinambungan dalam pengelolaan organisasi dan pelayanan kesehatan

b) Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu

c) Memberdayakan masyarakat untuk lebih mandiri dalam upaya kesehatan

d) Membangun kinerja yang efektif dan efisien

e) Berkoordinasi dan bekerjasama dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan dan pembangunan kesehatan

f) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pelayanan masyarakat

b. Letak Geografis

Puskesmas Kota mempunyai wilayah kerja di sebagian Kecamatan Bantaeng yang membawahi 5 Kelurahan dengan luas wilayah 14.35 Ha dan mencakup 52 dusun/lingkungan. Kondisi geografis berupa dataran rendah dengan ketinggian 100 m dari permukaan laut dan suhu 23 – 31°C yang merupakan tanah persawahan, Kebun dan pekarangan sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan mobil atau pun motor sampai ke dusun.

37

Tabel 4.3 Luas Wilayah dan Jumlah Dusun/ Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas Kota

NO KELURAHAN LUAS WILAYAH (KM) JUMLAH LINGKUNGAN/ DUSUN 1 Pallantikang 0.93 11 2 Tappanjeng 0.82 11 3 Malilingi 0.84 8 4 Karatuang 7.07 8 5 Onto 4.69 14 JUMLAH 14.35 52

Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kota Tahun 2016

Batas wilayah kerja Puskemas Kota , yaitu:

Sebelah Utara : Desa Kayu Loe Kecamatan Bantaeng, Sebelah Selatan : Laut Flores

Sebelah Timur : Desa Mamampang Kecamatan Eremerasa Sebelah Barat : Kel. Bonto Sunggu, Bonto Rita (kecamatan

Bissappu), Desa Bonto Bulaeng (kecamatan Sinoa)

Secara geografis Puskesmas Kota mempunyai letak pada lokasi yang strategis, yaitu terletak di Jalan Elang yang merupakan salah satu poros Jalan Kabupaten Bantaeng, yang disekelilingnya terdapat beberapa Kantor Pemerintahan dan beberapa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas.

38 c. Demografi Kependudukan

Wilayah Puskesmas Kota terdiri dari 5 Kelurahan. Jumlah penduduk dari pendataan BPS tahun 2016 sebanyak 23.865 jiwa (Laki-laki 11.693 jiwa atau 49.49 % dan perempuan 11.669 jiwa atau 50.51 %) dengan jumlah kepala keluarga 5.805 KK. 20.53% jumlah rata-rata jiwa/ KK dan 14.764,175 kepadatan penduduknya per kilometer. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk, KK, Rata-rata Jiwa/KK dan Persebaran

Penduduk Wilayah Puskesmas Kota

NO KELURAHA N JUMLAH PENDUDU K JUML AH KK RATA-RATA JIWA/ KK KEPADAT AN PENDUDU K/ KM 1 Pallantikang 8.140 1.883 4.32 8752.68 2 Tappanjeng 3.817 922 4.13 4654.87 3 Malilingi 4.809 1.089 4.41 5.725 4 Karatuang 2.518 601 4.18 356.15 5 Onto 4.581 1.310 3.49 976.75 JUMLAH 23.865 5.805 20.53 14.746,175 Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kota Tahun 2016

B. Pengumpulan Data

Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh selama penelitian di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng. Data ini diperoleh melalui kuesioner yang didistribusikan kepada 97 orang. Penyajian data meliputi data-data tentang identitas responden dan distribusi jawaban responden terhadap pernyataan yang di ajukan dan yang akan di uraikan dalam table frekuensi.

39

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah masyarakat kota Bantaeng yang mendapat pelayanan Home Care.

a. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini masyarakat yang menjadi responden lebih dominan berjenis kelamin Perempuan yang mendapat perawatan Home Care dibanding berjenis kelamin laki-laki, hal ini dapat dilihat

dari tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin NO . JENIS KELAMIN FREKUENSI (ORANG) PERSENTASE (%) 1. Laki-Laki 43 44 2. Perempuan 54 56 % Jumlah 97 100 %

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Dari data pada tabel diatas dapat kita ketahui bahwa masyarakat yang menjadi responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang (44%) dan yang menjadi responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 54 orang (56%).

b. Identitas Responden Berdasarkan Umur

Dalam penelitian ini yang menjadi responden berada pada tingkat umur yang berbeda-beda. Tingkat umur masyarakat berada pada kisaran 16-90 tahun. Data tersebut diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diajukan langsung peneliti kepada masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini :

40

Tabel 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Umur

NO. UMUR FREKUENSI

(ORANG) PERSENTASE (%) 1. 16-25 Tahun 22 23 % 2. 26-35 Tahun 19 19 % 3. 36-45 Tahun 21 22 % 4. > 46 Tahun 35 36 % Jumlah 97 100 %

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas, responden yang paling banyak adalah responden yang berada pada kelompok umur >46 tahun yaitu sebanyak 35 orang (36%), kemudian kelompok umur 16-25 tahun yaitu sebanyak 22 orang (23%) dan kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 21 orang (22%) dan kelompok umur 26-35 tahun berjumlah 19 orang (19%). Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pasien Home Care di dominasi oleh responden yang berumur 46 tahun ke atas.

c. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Masyarakat yang menjadi responden pada penelitian ini berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Wiraswasta, Petani, Pelajar/Mahasiswa dan lain-lain (Ibu rumah Tangga dan masyarakat yang tidak bekerja). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

41

Tabel 4.7 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan NO. PEKERJAAN FREKUENSI

(ORANG) PERSENTASE (%) 1. PNS 1 1 % 2. Wiraswasta 13 13 % 3. Petani 21 22 % 4. Pelajar/Mahasiswa 14 15 % 5. Lain-lain 48 49 % Jumlah 97 100 %

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1 orang (1%), responden yang berprofesi sebagai Wiraswasta sebanyak 13 orang (13%), responden yang berprofesi sebagai Petani sebanyak 21 orang (22%), responden yang berprofesi sebagai Pelajar/Mahasiswa sebanyak 14 orang (15%) dan responden yang berprofesi sebagai Ibu rumah Tangga maupun yang tidak bekerja sebanyak 48 orang (49%). Sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini berprofesi sebagai Ibu Rumah tangga dan sebagian masyarakat yang tidak bekerja.

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini tentang Pengaruh Inovasi Pelayanan Kesehatan “Home Care” Terhadap Kualitas Pelayanan Di Puskesmas Kota Bantaeng. Penelitian

ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan yaitu mulai 28 Agustus 2019 s/d 28 Oktober 2019. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mendapat pelayanan Home Care di Puskesmas kota

42

Bantaeng yang berjumlah 97 orang responden. Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu, Inovasi Pelayanan dan Kualitas pelayanan. 1. Inovasi Pelayanan (Variabel X)

Inovasi Pelayanan diartikan sebagai prestasi dalam meningkatkan dan memperbaiki sistem pelayanan melalui pendekatan metodologi atau alat baru dalam pelayanan masyarakat. Dalam sistem pemerintahan Indonesia, daerah di tuntut untuk menyediakan pelayanan yang di harapkan masyarakat sesuai dengan perubahan kualitas pelayanan sebagaimana diatur dalam UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah yang berbunyi bahwa pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan dengan memperhatikan kekhasan suatu daerah. Inovasi Pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Inovasi Pelayanan berbasis kesehatan melalui program Home Care. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas. Dimana dari tiap indikator tersebut masing-masing memiliki beberapa item instrument.

a. Efektivitas

Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Dalam suatu pelayanan dapat dikatakan efektiv ketika memenuhi kriteria diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan dan dapat membawa hasil. Untuk mengetahui

43

indikator efektivitas diukur melalui sub indikator dalam 5 pernyataan yang berkaitan dengan :

1. Tercapainya pelayanan kesehatan secara merata

2. Terpenuhnya pelayanan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan pasien

3. Meningkatnya kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

4. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahannya

5. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar anggota keluarga Berdasarkan instrument diatas, untuk mendeskripsikan pernyataan dari ke 97 responden terhadap sub indikator efektivitas dapat dilihat dalam pengolahan data pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8 Tercapainya Pelayanan Kesehatan Secara merata ITEM PERNYATAAN JUMLAH PERSENTASE

(%) JUMLAH SKOR Sangat Setuju (SS) 33 34,0 165 Setuju (S) 62 63,9 310 Kurang Setuju (KS) 2 2,1 10 Tidak Setuju (TS) - - -

Sangat Tidak Setuju (STS) - - -

Jumlah Total 97 100 485

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai pernyataan tercapainya pelayanan kesehatan secara merata, di

44

dominasi dengan jawaban Setuju (S) dengan memperoleh tanggapan sebanyak 62 responden atau sebesar 63,9%. Dari hasil observasi penulis juga membuktikan bahwa pelayanan kesehatan di kabupaten Bantaeng bisa dikatakan sudah merata di buktikan dari banyaknya program kesehatan yang diterapkan di tiap-tiap puskesmas, salah satunya yaitu program kesehatan kunjungan rumah (Home care). Program kunjungan rumah ini dapat menjangkau wilayah yang sulit terjangkau oleh pelayanan kesehatan, masyarakat sangat di mudahkan dengan adanya program ini dengan mekanisme pelayanan dimana masyarakat langsung menghubungi puskesmas terdekat dan pihak Home care langsung menuju ke rumah pasien. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan di kabupaten Bantaeng dapat dikatakan sudah merata.

Tabel 4.9 Terpenuhnya Pelayanan Kesehatan Di rumah Sesuai Kebutuhan Pasien

ITEM PERNYATAAN JUMLAH PERSENTASE (%) JUMLAH SKOR Sangat Setuju (SS) 29 29,9 145 Setuju (S) 64 66,0 320 Kurang Setuju (KS) 4 4,1 20 Tidak Setuju (TS) - - -

Sangat Tidak Setuju (STS) - - -

Jumlah Total 97 100 485

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai pernyataan terpenuhnya pelayanan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan pasien, di dominasi dengan jawaban Setuju (S) dengan memperoleh

45

tanggapan sebanyak 64 responden atau sebesar 64%. Dari hasil observasi penulis juga membuktikan bahwa pelayanan kesehatan berbasis kunjungan rumah sudah terpenuhi sesuai kebutuhan pasien dibuktikan dengan salah satu kasus pasien yang mendapatkan pelayanan Home Care yang mengidap penyakit kurang gizi dimana pasien tersebut mendapatkan jaminan beras dan biskuit dari petugas Home care. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan di kabupaten Bantaeng bisa dikatakan terpenuhi sesuai kebutuhan pasien.

Tabel 4.10 Meningkatnya Kemandirian Pasien Dan Keluarga Dalam Pemeliharaan Dan Perawatan Anggota Keluarga Yang Mempunyai Masalah Kesehatan

ITEM PERNYATAAN JUMLAH PERSENTASE (%) JUMLAH SKOR Sangat Setuju (SS) 21 21,7 105 Setuju (S) 75 77,3 375 Kurang Setuju (KS) 1 1,0 5 Tidak Setuju (TS) - - -

Sangat Tidak Setuju (STS) - - -

Jumlah Total 97 100 485

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai pernyataan meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, di dominasi dengan jawaban Setuju (S) dengan memperoleh tanggapan sebanyak 75 responden atau sebesar 77,3%. Dibuktikan dari hasil observasi penulis bahwa pasien yang mendapatkan pelayanan kunjungan rumah dapat meningkatkan kemandirian pasien dalam

46

melakukan pemeliharaan dan perawatan kesehatannya, salah satu studi kasus yaitu pasien yang mengidap penyakit TB. Penderita penyakit TB paru harus mandiri dalam pengobatan dan pencegahan penularan penyakit yang ia derita dengan melakukan diet tinggi kalori dan tinggi protein sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh penderita TB paru agar kuat dan mempercepat penyembuhan penyakitnya diperlukan asupan gizi yang cukup. Keterlibatan anggota keluarga juga sangat penting dalam proses penyembuhan pasien karena keadaan pasien yang terkadang mengeluh tidak ada nafsu makan, perut mual atau sakit perut diperlukan pengawasan anggota keluarga pada saat pasien minum obat. Jadi, dapat di simpulkan bahwa program kesehatan Home Care dapat meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan kesehatan pasien.

Tabel 4.11 Memberikan Pendidikan Kesehatan Pada Keluarga tentang Peningkatan Kesehatan Dan Pencegahannya

ITEM PERNYATAAN JUMLAH PERSENTASE (%) JUMLAH SKOR Sangat Setuju (SS) 25 25,8 125 Setuju (S) 69 71,1 345 Kurang Setuju (KS) 3 3,1 15 Tidak Setuju (TS) - - -

Sangat Tidak Setuju (STS) - - -

Jumlah Total 97 100 485

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai pernyataan memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahannya, di dominasi dengan jawaban Setuju (S) dengan memperoleh tanggapan sebanyak 69 responden atau sebesar 71,1%. Dari hasil observasi peneliti bahwa pasien yang mendapat

47

pelayanan kesehatan kunjungan rumah mendapat pendidikan kesehatan atau pengetahuan tentang peningkatan kesehatan dan pencegahannya. Seperti pada pasien penderita penyakit TB, keluarga pasien harus mengetahui tentang pencegahan penularan penyakit TB dengan mengingatkan kepada penderita TB yang sedang batuk di lingkungan rumah dengan menutup mulut dengan sapu tangan dengan demikian resiko penularan penyakit dapat dihindari. Jadi, dapat disimpulkan bahwa petugas memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahannya.

Tabel 4.12 Menguatkan Fungsi Keluarga Dan Kedekatan Antar Anggota Keluarga

ITEM PERNYATAAN JUMLAH PERSENTASE

Dokumen terkait