• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INOVASI PELAYANAN KESEHATAN HOME CARE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI PUSKESMAS KOTA KABUPATEN BANTAENG PUJI ASTUTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INOVASI PELAYANAN KESEHATAN HOME CARE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI PUSKESMAS KOTA KABUPATEN BANTAENG PUJI ASTUTIK"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH INOVASI PELAYANAN KESEHATAN “HOME CARE” TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI PUSKESMAS KOTA

KABUPATEN BANTAENG

PUJI ASTUTIK

Nomor Stambuk : 105640221015

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i

PENGARUH INOVASI PELAYANAN KESEHATAN “HOME CARE” TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI PUSKESMAS KOTA

KABUPATEN BANTAENG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan diusulkan oleh PUJI ASTUTIK

Nomor Stambuk : 10564 02210 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Puji Astutik Nomor Stambuk : 105640221015 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, Januari 2020 Yang Menyatakan,

(6)

iv ABSTRAK

Puji Astutik. Pengaruh Inovasi Pelayanan Kesehatan “Home Care” Terhadap Kualitas Pelayanan Di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng (dibimbing oleh Nuryanti Mustari dan Ahmad Taufik).

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden tentang inovasi pelayanan kesehatan di puskesmas kota kabupaten Bantaeng, tanggapan responden tentang kualitas pelayanan dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh inovasi pelayanan kesehatan Home care terhadap kualitas pelayanan di puskesmas kota Kabupaten Bantaeng. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jumlah sampelnya sebanyak 97 orang yang di ambil dengan menggunakan teknik Probability Sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dokumentasi kemudian dikembangkan dengan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap inovasi pelayanan kesehatan (Home Care) berada pada kategori Baik (B), sedangkan tanggapan responden tentang Kualitas Pelayanan di Puskesmas Kota Bantaeng berada pada kategori Sangat Baik (SB). Adapun pengaruh inovasi pelayanan kesehatan Home care terhadap kualitas pelayanan di Puskesmas kota Kabupaten Bantaeng yaitu sebesar 18,4%.

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala cinta kasih-Nya yang tak terhingga dan nikmat-kasih-Nya yang tak berujung sehingga kita mampu melewati hari-hari yang penuh makna, dan memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inovasi Pelayanan Kesehatan Home Care Terhadap Kualitas Pelayanan di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng” Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah tulus memberikan sumbangan berupa fikiran, motivasi, dan nasehat. Untuk semua itu dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

(8)

vi

Kedua orang tua penulis, Ibu (Almarhumah) Nujurwati dan Bapak Abd. Rahman yang telah membesarkan dan mendidik penulis secara ikhlas serta memberikan motivasi dan doa yang tiada henti-hentinya. Terimakasih juga untuk ibu Juharti S.Pd selaku wali penulis yang senantiasa menyayangi dan membantu selama sekolah hingga saat ini baik berupa materi maupun motivasi semangat untuk melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada :

1. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku ketua prodi Ilmu Pemerintahan sekaligus selaku Pembimbing I dan Bapak Ahmad Taufik S.IP., M.Si selaku Pembimbing II ditengah kesibukan yang begitu padat selaku tenaga pengajar dan berbagai kesibukan lainnya, tetapi beliau masih sempat meluangkan waktunya untuk membimbing penulis secara intensif, mengoreksi naskah skripsi serta mendorong agar penulis dapat menyelesaikan studi dengan cepat. Penghargaan yang sangat tinggi kepada beliau atas keteladanan yang diberikan baik sebagai pribadi maupun sebagai pembimbing

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE, MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Segenap Dosen serta staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu

(9)

vii

pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kota Bantaeng yang telah membantu saya dalam memberikan informasi terkait penelitian ini.

6. Kepada keluarga Kak Hatta yang telah bersedia membantu selama penulis melakukan penelitian di Kota Bantaeng

7. Sahabatku Ema Kirana Bakhtiar yang selalu setia menemani penulis selama kurang lebih tujuh tahun ini, baik dalam keadaan suka maupun duka. Senantiasa memberikan doa dan semangatnya selama proses penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman dari organisasi LIMPA INDONESIA, IPMIL, GMNI, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan (HIMJIP).

9. Saudara-saudar IP.D yang selalu membantu penulis dalam pemyusuan skripsi baik secara moril maupun materil

10. Teman-teman angkatan 2015 “EXECUTIVE” Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

11. Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi. Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca guna menambah Khasanah Ilmu Pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pemerintahan. Teriring doa semoga Allah SWT menjadikan pengorbanan dan kebaikan itu sebagai cahaya penerang di dunia maupun di akhirat kelak.

(10)

viii BillahiFiiSabililhaqFastabiqulKhairat WassalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatu Makassar, November 2019 Penulis Puji Astutik

(11)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inovasi Pelayanan Kesehatan “Home Care” (Variabel X) ... 7

B. Kualitas Pelayanan (Variabel Y) ... 14

C. Teori Pengaruh/Hubungan Inovasi Pelayanan Kesehatan “Home Care” Dengan Kualitas Pelayanan ... 16

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 17

E. Kerangka Fikir ... 19

F. Definisi Operasional Variabel ... 20

G. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian... 22

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 22

C. Populasi dan Sampel... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

(12)

x

F. Teknik Analisis Data... 27 G. Pengabsahan Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 31 B. Pengumpulan Data... 38 C. Hasil Penelitian ... 41 D. Pengaruh Inovasi Pelayanan Kesehatan (Home care) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Puskesmas Kota Bantaeng ... 99

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………... 104 B. Saran……..………... 105 DAFTAR PUSTAKA

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan unsur yang tidak terlepas dari pengaruh globalisasi yang sedang trend pada saat ini. Globalisasi telah mengubah cara hidup orang banyak, menentukan suka duka selera dan pilihan-pilihan orang dimanapun, akan terjadi persaingan yang bebas, tidak mengenal belas kasihan, serta persaingan yang kejam yang akan mengalahkan dan meninggalkan yang lemah apabila tidak siap menghadapinya. Hal ini membuat banyak organisasi termasuk organisasi di bidang pelayanan kesehatan untuk melakukan inovasi dalam memberikan pelayanannya. Pelayanan yang bersifat inovatif dan menguntungkan masyarakat sebagai pengguna jasa akan lebih diminati masyarakat. Inovasi di sektor publik pada saat ini menjadi sebuah kewajiban untuk membuat ketersediaan layanan yang semakin merata, murah, dan mudah terjangkau (Suwarno, 2008)

Artinya, inovasi menjadi sebuah pilihan paling rasional agar terhindarnya suatu negara dari berbagai bentuk kegagalan. Bahkan, inovasi sesungguhnya sudah tidak lagi menjadi pilihan, melainkan kewajiban dan kebutuhan bagi jajaran pemerintah disemua tingkatan. Kesimpulannya bahwa inovasi merupakan jawaban terhadap setiap permasalahan yang dihadapi oleh sektor publik (Widodo Tri Utomo, 2016)

Di Indonesia setelah adanya otonomi daerah, yaitu dimana suatu daerah memiliki kewajiban mengatur sendiri urusan pemerintahan dan

(14)

2

kepentingan masyarakatnya, daerah di tuntut untuk menyediakan pelayanan yang di harapkan masyarakat sesuai dengan perubahan kualitas pelayanan. Penyediaan pelayanan yang berkualitas merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap penyelenggara negara sebagaimana di atur dalam UU no. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah yang berbunyi “penyelenggaraan pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan, pelayanan, peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem NKRI” (Fitria Pratiwi, 2015)

Masalah kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap warga Negara. Dalam UUD 1945 pada Pasal 28 huruf (h) dan UU No. 36 tahun 2009 sudah dijelaskan tentang kesehatan yang berbunyi “Kesehatan merupakan Hak

Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan UUD negara republik Indonesia tahun 1945, bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat” (Arif Rohman, 2011)

Bantaeng sebagai kabupaten sehat tingkat nasional di harapkan mampu membuat terobosan baru di bidang kesehatan yang mengarahkan agar pelayanan kesehatan meningkat lebih luas, lebih merata dan terjangkau oleh

(15)

3

lapisan masyarakat. Salah satu inovasi pelayanan kesehatan yang di terapkan pemerintah kabupaten Bantaeng yaitu pelayanan kesehatan berbasis home care. Pemerintah Kabupaten Bantaeng mengeluarkan SK Nomor 1313/440

1.3.8/2010. Tentang 1.Meningkatkan status dan fungsi sarana pelayanan kesehatan dari puskesmas rawat jalan menjadi puskesmas inap. 2. Puskesmas rawat inap mempunyai punyai tugas melaksanakan program pelayanan kesehatan dasar, pelayanan rujukan dan pelayanan rawat inap. 3. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat keliruan didalamnya maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya (Tahir & Harakan, 2017)

Selain Inovasi pelayanan kesehatan Home care, Kabupaten Bantaeng juga menerapkan Inovasi Brigade Siaga Bencana (BSB) dimana kedua inovasi ini merupakan inovasi pelayanan kesehatan masyarakat. Namun, pada Inovasi Brigade Siaga Bencana (BSB) program ini tidak hanya berfokus pada kondisi

sakit saja tetapi juga berfokus pada kondisi bencana dan musibah yang dianggap sebagai keadaan darurat misalnya seperti kebakaran, kecelakaan dll. Sedangkan pada Inovasi Pelayanan Kesehatan Home Care program ini hanya berfokus pada masyarakat dengan kriteria tertentu seperti pasien dengan penyakit kronis, lanjut usia, dll ataupun masyarakat yang mendapat perawatan lanjut di rumah.

Home Care merupakan pilihan yang pada masa kini diharapkan

tersedia sebagai pilihan lain yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Kesibukan anggota keluarga dan kerumitan proses prosedur medis menjadikan

(16)

4

keluarga menuntut layanan yang dapat disediakan di rumah. Keterbatasan jumlah ruangan rawat inap dan peningkatan kasus penyakit kronis menjadikan keterbatasan ruang inap dirumah sakit sehingga Home Care diharapkan dapat menjadi solusi penyelesaian masalah tersebut. Home Care merupakan jenis layanan kesehatan terutama keperawatan yang memberikan pilihan terhadap klien untuk memiliki kontrol yang lebih luas terhadap dirinya. Klien secara bebas memilih pilihan layanan yang akan digunakan, kebebasan pilihan layanan tersebut akan didampingi dan diawasi langsung oleh tenaga kesehataan profesional sehingga klien mampu memilih layanan kesehatan yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan mampu mempertahankan status kesehatan yang baik (A Parellangi, 2015)

Terciptanya suatu terobosan baru merupakan bentuk nyata keberhasilan dari otonomi daerah, keberadaan inovasi sangat penting untuk pelayanan publik karena dapat meningkatkan kualitas pelayanannya. Otonomi daerah sangat berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan masyarakat karena setiap pemerintah daerah di wajibkan melakukan suatu terobosan baru sesuai kebutuhan daerahnya (Anggraeny, 2013)

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti bagaimana pengaruh inovasi pelayanan kesehatan “Home care”

terhadap kualitas pelayanan di Kabupaten Bantaeng, sehingga dapat dijadikan sebuah pelajaran bagi pemerintah daerah lainnya. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Inovasi Pelayanan

(17)

5

Kesehatan “Home Care” terhadap Kualitas Pelayanan di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggapan responden tentang inovasi pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng ?

2. Bagaimana tanggapan responden tentang kualitas pelayanan di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng ?

3. Bagaimana pengaruh inovasi pelayanan kesehatan “Home Care” terhadap kualitas pelayanan di puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanggapan responden tentang inovasi pelayanan kesehatan di Puskesmas kota Kabupaten Bantaeng.

2. Untuk mengetahui tanggapan responden tentang kualitas pelayanan di Puskesmas kota Kabupaten Bantaeng.

3. Untuk mengetahui pengaruh inovasi pelayanan kesehatan “Home Care” terhadap kualitas pelayanan di puskesmas kota Kabupaten Bantaeng. D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis : Penelitian ini di harapkan mampu memperkaya penelitian di bidang kesehatan dan di bidang pemerintahan khusunya mengenai inovasi pelayanan kesehatan “Home Care” terhadap kualitas

(18)

6 2. Manfaat praktis :

a) Manfaat untuk pemerintah

Manfaat untuk pemerintah mengenai inovasi pelayanan kesehatan berbasis “home care” terhadap kualitas pelayanan dimana pemerintah

sebagai stakeholder, maksudnya pemerintah yang memiliki peran penting untuk mengembangkan tujuannya yaitu membuat terobosan baru agar dapat membantu mewujudkan pelayanan berbasis pelanggan dan mengetahui terobosan apa yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan.

b) Manfaat untuk masyarakat

Manfaat untuk masyarakat yaitu dengan adanya inovasi pelayanan kesehatan “home care” masyarakat sebagai klien lebih leluasa

mengontrol dan memilih pelayanan kesehatan untuk diri sendiri selain itu keluarga dapat menghemat biaya konsumsi dan akomodasi anggota keluarga.

(19)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inovasi Pelayanan Kesehatan “Home Care” (Variabel X) 1. Teori Inovasi

Secara umum inovasi seringkali diartikan sebagai penemuan baru. Namun sebenarnya aspek “kebaruan” dalam inovasi sangat ditekankan

untuk inovasi di sektor swasta atau di sektor industri. Sedangkan, inovasi pada sektor publik lebih ditekankan pada aspek “perbaikan” yang

dihasilkan dari kegiatan inovasi tersebut, yaitu pemerintah mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara lebih efektif, efisien, berkualitas, murah dan terjangkau (Sry Wahyuni Wijayanti, 2008)

Inovasi adalah pengenalan dan penerapan suatu gagasan, proses, produk, dan prosedur yang baru kemudian di terapkan oleh pemerintah kepada masyarakat, yang di rancang untuk memberikan keuntungan bagi individu, kelompok, organisasi dan masyarakat luas. Inovasi disebut juga sebuah hasil karya pemikiran baru yang diterapkan dalam kehidupan manusia khususnya masyarakat sebagai klien (Ancok, 2012)

Inovasi memiliki aspek yang luas karena dapat berupa barang maupun jasa, proses, dan metode pemasaran atau metode organisasi yang baru atau telah mengalami pembaharuan yang menjadi sarana jalan keluar dari permasalahan yang pernah di hadapi oleh organisasi (Peter J & Olson J, 2014) Sedangkan menurut Joseph A Schumpeter yaitu ahli yang pertama kali mengemukakan konsep Inovasi. Ia mendefinisikan “inovasi”

(20)

8

sebagai penggabungan dari faktor-faktor produksi yang dibuat oleh pengusaha dan pemikiran inovasi adalah kekuatan pendorong yang penting (critical driving force) dalam pertumbuhan ekonomi (Joseph A Schumpeter, 2017)

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah suatu hasil karya pemikiran baru baik suatu ide ataupun gagasan yang diterapkan pemerintah kepada publik untuk mendorong pertumbuhan perekonomian.

2. Teori Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan menurut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010) adalah suatu komponen kesehatan yang tujuan utamanya adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan dengan sasaran masyarakat. Adapun definisi lain tentang Pelayanan Kesehatan yaitu upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan peroorangan/individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat (A Aswar, 2010)

Pelayanan kesehatan yaitu setiap upaya yang diselenggarakan baik secara sendiri ataupun bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok

(21)

9

ataupun masyarakat sesuai dengan batasan dan agar mudah dipahami (Departemen Kesehatan RI, 2009)

Menurut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010) bahwa pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Dilihat dari sifat upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan, umumnya dibedakan oleh:

1. Sarana pelayanan kesehatan primer (Primary Care) Adalah sarana atau pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit ringan. Sarana kesehatan primer ini adalah yang paling dekat bagi masyarakat, artinya pelayanan kesehatan yang paling pertama menyentuh masalah kesehatan di masyarakat. Misalnya: Puskesmas, Poliklinik, dokter praktik swasta dan sebagainya.

2. Sarana pelayanan kesehatan tigkat dua (Secondary Care) Adalah sarana atau pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit dari pelayanan kesehatan primer, karena peralatan atau keahliannya belum ada. Misalnya: Puskesmas dengan rawat inap (Puskesmas RI), Rumah Sakit Kabupaten, Rumah Sakit tipe D dan C dan Rumah bersalin.

3. Sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga (Tertiary Care) Adalah sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh sarana-sarana pelayanan kesehatan primer seperti disebutkan diatas. Misalnya: Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit tipe B atau A.

(22)

10

Menurut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010) mengemukakan bahwa pada prinsipnya ada dua kategori pelayanan kesehatan berdasarkan sasaran dan orientasinya, yakni:

1. Kategori berorientasi publik (Masyarakat) Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kategori publik terdiri dari sanitasi lingkungan (air bersih, sarana pembuangan limbah, Imunisasi,dll), pelayanan kesehatan masyarakat lebih diarahkan langsung kearah publik ketimbang kearah individu-individu khusus. Orientasi pelayanan publik ini adalah pencegahan dan peningkatan.

2. Kategori yang berorientasi pada perorangan (pribadi) Pelayanan kesehatan pribadi adalah langsung kearah individu yang pada umumnya mengalami masalah kesehatan ataupun penyakit. Orientasi pelayanan individu ini adalah penyembuhan dan pengobatan, dan pemulihan ditujukan langsung pada pemakai pribadi.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan adalah upaya yang di selenggarakan suatu organisasi baik sendiri atau kelompok yang memiliki tujuan pencegahan, memelihara, menyembuhkan dan peningkatan kesehatan dengan sasaran masyarakat.

3. Teori Home care

Menurut (Kementerian Sosial, 2009) Home care merupakan bentuk pelayanan pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga atau di rumah sebagai wujud perhatian terhadap klien

(23)

11

dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Teori lain menyatakan bahwa Home care adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya (M Nies, 2008)

Home care merupakan layanan kesehatan yang dilakukan oleh

profesional di tempat tinggal pasien atau bisa di rumah pasien dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan pasien dalam mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan oleh tim kesehatan profesional dengan melibatkan anggota keluarga sebagai pendukung di dalam proses perawatan dan penyembuhan pasien sehingga keluarga bisa mandiri dalam mengatasi masalah kesehatannya (A parellangi, 2015)

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa home care adalah suatu pelayanan kesehatan di rumah yang di berikan kepada masyarakat dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan ke rumah sakit.

4. Teori Inovasi Pelayanan

Menurut (Mirnasari, 2013) mengartikan inovasi di dalam pelayanan publik bisa diartikan sebagai prestasi dalam meraih, meningkatkan, dan memperbaiki efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas pelayanan publik yang dihasilkan oleh inisiatif pendekatan, metodologi, dan atau alat baru dalam pelayanan masyarakat. Berikut penjelasan mengenai efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas :

(24)

12

1) Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektiv pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Media pembelajaran bisa dikatakan efektiv ketika memenuhi criteria, diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat membawa hasil. Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka efektivitas dapat dilihat dari seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin banyak tujuan tercapai, maka semakin efektiv pula media pembelajaran tersebut.

2) Efisiensi berarti suatu ukuran keberhasilan suatu kegiatan yang diukur berdasarkan besarnya biaya atau sumber daya yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Bias dikatakan bahwa semakin sedikit dana atau sumber daya yang digunakan dalam mencapai hasil yang direncanakan maka semakin dapat dikatakan efisien.

3) Akuntabilitas berasal dari bahasa inggris accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas yaitu berfungsinya seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-masing. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola

(25)

13

sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabiltas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.

Inovasi di sektor publik yaitu pembaharuan dalam pelayanan publik. Karakteristik dari sistem di sektor publik yang formalistik, rigid, kaku dan status quo dan cenderung tidak menyukai perubahan ini, mampu dicairkan melalui penularan budaya inovasi. Inovasi yang biasanya hanya akrab di lingkungan dinamis seperti sektor bisnis perlahan mulai diaplikasikan ke sektor publik (Suwarno, 2008)

Sedangkan Menurut Lu dan Tseng Inovasi layanan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang berisi konsep-konsep baru dan produksi, pengembangan dan implementasi perilaku . Ini juga merupakan metode, perubahan respon terhadap lingkungan eksternal atau tindakan pertama akibat pengaruh lingkungan terhadap transformasi organisasi (Lu dan Tseng, 2010)

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Inovasi Pelayanan adalah suatu proses pembaharuan dalam meningkatkan efektivitas pelayanan public dan di aplikasikan ke sektor publik.

Berdasarkan uraian teori di atas, maka penulis memilih salah satu teori yaitu teori (Mirnasari, 2013) yang akan digunakan dalam penelitian ini.

(26)

14 B. Kualitas Pelayanan (Variabel Y)

Kualitas pelayanan merupakan suatu bagian dari manajemen pemasaran yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi, pengembangan kualitas pelayanan sangat di dorong oleh kondisi persaingan antar perusahaan, kemajuan teknologi, tahapan perekonomian dan sosial budaya masyarakat. Kualitas pelayanan menjadi suatu keharusan bahkan kewajiban yang harus di lakukan suatu organisasi atau perusahaan agar dapat mampu bertahan dan tetap mendapat kepercayaan publik sebagai pelanggan.

Menurut (Prasetyo, 2012) kualitas pelayanan adalah hasil tanggapan pelanggan setelah mereka membandingkan dengan kualitas yang mereka terima. Sedangkan menurut Tjiptono Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan (excellent) yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Definisi diatas dapat di katakan bahwa baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan konsumen secara konsisten. Kualitas berhubungan erat dengan kepuasan konsumen. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Karena dalam jangka panjang dari ikatan hubungan tersebut perusahaan dapat memahami harapan konsumen lebih baik dan dapat meningkatkan kepuasan konsumen dengan memaksimumkan pengalaman konsumen yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman konsumen yang kurang menyenangkan (Fandy Tjiptono, 2014)

(27)

15

Menurut (Hardiansyah, 2018) untuk mengetahui kualitas pelayanan yang di rasakan secara nyata oleh konsumen, ada indikator kualitas pelayanan yang terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu:

1) Tangible (Berwujud), yaitu kemampuan suatu perusahaan/organisasi dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan/organisasi dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yaitu fasilitas fisik, peralatan, pegawai dan fasilitas-fasilitas komunikasi yang dimiliki oleh penyedia layanan. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. 2) Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan perusahaan/organisasi untuk

memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan, tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

3) Responsiviness (Ketanggapan), yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan memberi pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan menyampaikan informasi yang jelas. Tanpa membiarkan konsumen menunggu lama tanpa adanya suatu alasan yang jelas sehingga menyebabkan persepsi yang negative dalam pelayanan. 4) Assurance (Jaminan), yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan

(28)

16

rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan/organisasi. Assurance terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun.

5) Emphaty (Empati), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan/organisasi diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu persepsi masyarakat atas pelayanan yang mereka dapatkan yang sangat mempengaruhi kualitas organisasi atau perusahaan.

Berdasarkan uraian teori di atas, maka penulis memilih salah satu teori yaitu teori (Hardiansyah, 2018) yang akan digunakan dalam penelitian ini.

C. Teori Pengaruh/Hubungan Inovasi Pelayanan Kesehatan “Home Care” dengan Kualitas Pelayanan

Penelitian ini melibatkan dua variable yaitu variabel Inovasi Pelayanan Kesehatan “Home Care” sebagai variabel X atau independen (bebas), dan Kualitas Pelayanan sebagai variabel Y atau dependen (terikat).

(29)

17

Untuk mengukur variabel “Inovasi Pelayanan Kesehatan Home Care”

penulis menggunakan konsep (Mirnasari, 2013) menyatakan bahwa inovasi di dalam pelayanan publik bisa diartikan sebagai prestasi dalam meraih, meningkatkan, dan memperbaiki efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas pelayanan publik yang dihasilkan oleh inisiatif pendekatan, metodologi, dan atau alat baru dalam pelayanan masyarakat.Sedangkan untuk variable “Kualitas Pelayanan” penulis menggunakan konsep (Hardiansyah, 2018) yang

menyatakan bahwa untuk mengetahui kualitas pelayanan yang di rasakan secara nyata oleh konsumen, ada indikator kualitas pelayanan yang terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu: Tangible (Berwujud), Reliability (Kehandalan), Responsiviness (Ketanggapan), Assurance (Jaminan), Emphaty (Empati).

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara inovasi pelayanan kesehatan “home care”dengan kualitas pelayanan tergantung penerapannya karena

masalah pelayanan kesehatan di kabupaten Bantaeng di dasarkan pada pemerintah setempat yang mengeluarkan program inovasi berbasis kesehatan. D. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang ditampilkan pada bagian ini bertujuan untuk membandingkan penelitian yang akan dilakukan dengan sejumlah penelitian yang pernah dilaksanakan oleh orang atau pihak lain.

(30)

18

Cindy anggraeny Universitas Airlangga Program Studi Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam penelitiannya yang berjudul “Inovasi Pelayanan Keseatan Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Di Puskesmas Jagir kota Surabaya”. Dimana dalam penelitiannya

ini membahas mengenai pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, Tipe penelitian ini adalah deskriptif yaitu melalui observasi dan wawancara (Anggraeny, 2013)

Muchlas M. Tahir dan Ahmad Harakan Universitas Muhammadiyyah Makassar Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam penelitiannya yang berjudul “Inovasi Program Kesehatan 24

Jam Dalam Mewujudkan Good Health Care Governance di Kabupaten Bantaeng”. Dimana dalam penelitiannya ini membahas mengenai suatu

program pemerintah yang berbasis kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni suatu bentuk penelitian yang bertujuan memberikan gambaran umum berbagai macam data yang dikumpul dari lapangan secara objektif, sedangkan dasar penelitiannya adalah survey yakni tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah menggambarkan mengenai situasi-situasi atau kejadiankejadian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai inovasi pemerintah daerah dalam pelayanan kesehatan 24 jam (Tahir & Harakan, 2017)

(31)

19

Perbandingan dari penelitian terdahulu dengan apa yang saya teliti adalah yang dulu menggunakan jenis penelitian kualitatif sedangkan peneliti menggunakan metode kuantitatif. Adapun penulis mengambil judul Pengaruh Inovasi Pelayanan Kesehatan “Home care” terhadap Kualitas Pelayanan di

Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng, maka akan memaparkan hasil bahwasanya memang ada pengaruh dari kedua variabel tersebut.

E. Kerangka Pikir

Dengan adanya program Home care diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mempermudah dalam pelayanan kesehatan utamanya untuk masyarakat yang kondisinya tidak memungkinkan bisa ke rumah sakit atau puskesmas. Inovasi Pelayanan menurut (Mirnasari, 2013) menyatakan bahwa inovasi di dalam pelayanan publik bisa diartikan sebagai prestasi dalam meraih, meningkatkan, dan memperbaiki efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas pelayanan publik yang dihasilkan oleh inisiatif pendekatan, metodologi, dan atau alat baru dalam pelayanan masyarakat. Menurut (Hardiansyah, 2018) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui kualitas pelayanan yang di rasakan secara nyata oleh konsumen, ada indikator kualitas pelayanan yang terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu: Tangible (Berwujud), Reliability (Kehandalan), Responsiviness (Ketanggapan), Assurance (Jaminan), Emphaty (Empati). Dari pemaparan teoritis di atas,

(32)

20

Gambar 1.1: Kerangka Fikir Penelitian F. Defini Operasional Variabel

Dalam suatu penelitian, keberadaan definisi operasional digunakan untuk membantu peneliti dalam mengoptimalkan konsep-konsep atau menjalankan variabel-variabel independen maupun dependen kedalam indikasi–indikasi sehingga akan membantu dan mempermudah dalam mencari gejala-gejala dimana variabel diukur. Kerangka pikir diatas yang terdiri dari Inovasi dan kualitas pelayananada beberapa indikator yaitu :

1) Inovasi Pelayanan

a. Efektivitas yang dimaksud disini yaitu keberhasilan dalam pencapaian menerapkan program Home care.

b. Efisiensi merupakan kemampuan menghindari pemborosan seluruh sumber daya yang digunakan dalam penerapan program Home care. Inovasi Pelayanan (X)

1. Efektivitas 2. Efisiensi 3. Akuntabilitas

Menurut Rina Mei Mirnasari (2013)

Kualitas Pelayanan (Y)

1. Tangible 2. Reability 3. Responsiviness 4. Assurance 5. Empaty Menurut Hardiansyah (2018)

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat

(33)

21

c. Akuntabilitas yaitu sebagai pertanggungjelasan/penanggungjawab. Suatu organisasi dikatakan akuntabel jika memiliki kemampuan untuk menjelaskan kondisi yang dialami termasuk didalamnya keputusan yang diambil dan berbagai aktivitas yang dilakukan.

2) Kualitas Pelayanan

a. Tangible (Berwujud) meliputi penampilan fisik, kelengkapan atribut, kerapian dan kebersihan ruang perawatan dan penampilan perawat. b. Reability (Kehandalan) yaitu kemampuan memberikan layanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan, tidak bingung dan selalau memberikan penjelasan atas tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

c. Assurance (Jaminan) mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat di percaya, bebas dari bahaya resiko atau keragu-raguan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

d. Empaty (Empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami pasien.

G. Hipotesis

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Ho

Tidak ada pengaruh segnifikan antara Inovasi Pelayanan Kesehatan“home care” terhadap Kualitas Pelayanan.

2. Ha

Ada pengaruh yang segnifikan antara Inovasi Pelayanan Kesehatan “home care” terhadap Kualitas Pelayanan.

(34)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng tepatnya di Puskesmas Kota Bantaeng yang menerapkan inovasi home care. Dasar pertimbangan memilih lokasi tersebut karena data ataupun dokumen-dokumen yang sesuai dengan program kerja dapat diperoleh dari lokasi tersebut sesuai dengan judul yang penulis teliti.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama 2 bulan yaitu pada bulan Agustus hingga bulan Oktober demi tercapainya suatu penelitian yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sukmadinata, 2009) yang mengemukakan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol.

(35)

23 2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan metode survey. Dikatakan pendekatan kuantitatif sebab pendekatan yang digunakan didalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisi data, dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus, dan kepastian data numerik.

Penelitian ini menggunakan metode survey karena penelitian ini menghubungkan dua variabel atau lebih (Ginting, 2008). Dimana variabel yang diteliti yaitu Inovasi Pelayanan Kesehatan Home Care sebagai variabel independent / bebas (X) dan Kualitas Pelayanan sebagai variabel dependent / terikat (Y). Sedangkan menurut Gay dan Diel dalam Min

(2016) mengatakan bahwa metode survey adalah metode yang penggunaannya sebagai kategori umum dalam penelitian yang langsung menggunakan kuisioner dan wawancara.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut (Sugiyono, 2009) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang telah terdaftar sebagai pasien yang mendapat pelayanan Home Care di kabupaten Bantaeng yaitu sebanyak 130 orang.

(36)

24 2. Sampel

Menurut (Arikunto, 2010) sampel adalah wakil atau pendapat dari populasi yang kita teliti. Sedangkan menurut (Sugiyono, 2009) sampel adalah bagian dari karakteristik dan jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Penelitian ini menggunakan tekhnik probability Sampling dengan metode sampling acak sederhana (simple random sampling) dimana suatu sampel dikatakan random jika setiap unsur atau anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mendapat pelayanan Home care di Kabupaten Bantaeng sebanyak 130 orang, namun karena populasi sulit untuk dijangkau secara keseluruhan, maka peneliti hanya menetapkan jumlah sampel sebanyak 97 orang. Sebagaimana menurut Roscoe dalam bukunya Research Methods for Business bahwa ukuran sampel yang layak adalah antara 30 sampai dengan 500 orang.

Tekhnik pengambilan sampel menggunakan table yang dikembangkan oleh Isaac dab Michael untuk tingkat kesalahan 5% dari populasi 130 orang diambil sebanyak 97 orang. Melihat pernyataan diatas maka pengambilan sampel menggunakan rumus dari Isaac dan Michael.Pada penelitian ini, untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil digunakan rumus Isaac dan Michael :

𝑠 𝜆

2

𝑁 𝑃 𝑄 𝑑2 (𝑁 1) 𝜆2 𝑃𝑄

(37)

25 Dimana :

S = Jumlah sampel N = Jumlah populasi λ2

= Chi Kuadrat, dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% dan 10% d = 0,05

P = Q = 0,5

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Sugiyono, 2009) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penggunaan tekhnik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrumen yaitu alat bantu agar pengerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Menurut (Sugiyono, 2009) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

2. Daftar pertanyaan (Kuesioner)

Kuisioner merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden.

(38)

26 3. Dokumen

Menurut (Sugiyono, 2009) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh, pada penelitian ini penulias menggunakan dua sumber data yaitu : 1. Data Primer adalah data yang langsung diperoleh dari responden, yaitu

berupa jawaban pertanyaan dari kuesioner yang disebarkan tentang variabel Inovasi Pelayanan Kesehatan (X) dan Kualitas Pelayanan (Y) serta karakteristik/profil responden sebagai data pendukung.

2. Data Sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung, misalnya melalui orang lain ataupun dari dokumen-dokumen. Data sekunder antara lain disajikan dalam bentuk data-data, dokumen, tabel-tabel mengenai topik penelitian.

Perolehan Data primer dalam penelitian ini yaitu diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden. Penyebaran kuesioner, dengan teknik pengumpulan data yang disebarkan kepada responden dengan menyusun daftar pertanyaan. Dengan cara responden cukup menjawab pertanyaan pada kolom yang sudah tersedia menggunakan Skala Likert, yaitu memberi pilihan diantara 5 jawaban alternative, seperti :

(39)

27

a) Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5 b) Setuju (S) : diberi skor 4 c) Kurang Setuju (KS) : diberi skor 3 d) Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2 e) Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut :

0-20 21-40 41-60 61-80 81- 100

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

F. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier sederhana. Regresi linear sederhana adalah metode statistik yang

berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel faktor penyebab (X) terhadap variabel akibatnya (Y). Faktor penyebab pada umumnya dilambangkan dengan X atau disebut juga dengan predictor sedangkan variabel akibat dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan Response. Regresi linear sederhana atau sering disingkat dengan SLR ( Simple Linear Regression) juga merupakan salah satu metode statistik yang

dipergunakan dalam produksi untuk melakukan peramalan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun kuantitas. Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independent (X) dengan variabel dependent (Y).

(40)

28

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Model persamaan regresi linear sederhana adalah seperti berikut ini :

Y = a + bX + e Dimana :

Y = Variabel response atau variabel akibat ( Dependent )

X = Variabel predictor atau variabel faktor penyebab ( Independent ) a = Konstanta

b = Koefisien regresi ( Kemiringan ) besaran response yang ditimbulkan oleh predictor .

e = Residual atau error

Jika nilai F hitung lebih kecil > F tabel, artinya variabel X berpengaruh terhadap variabel Y, maka Hipotesis a (Ha) diterima dan Hipotesis o (Ho) ditolak. Adapun cara mencari nilai F table yaitu :

F tabel = F (1-α) (db reg[b|a],[db res] F tabel = F (1-0,05) ([1], [97-2] F table = F (1-0,05) ([1], [95] Keterangan :

Menentukan nilai kritis α = 0,05 dan F tabel pada derajat bebas db reg b/a = 1

(41)

29 G. Teknik Pengabsahan Data

Untuk mengukur data, ada dua konsep yang digunakan yaitu validitas dan reliabilitas. Suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang valid dan kurang reliabel.

1. Uji Validitas

Menurut (Sahid, 2016) mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument. Data dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu angka diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa cermat suatu test atau pengujian melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrument pengumpulan data dikatakan valid apabila mampu mengungkapkan data atau informasi dari suatu variabel yang diteliti secara tepat dan mampu memberikan pengukuran yang tepat seperti yang dapat diterapkan dalam penelitian. Adapun tinggi rendahnya koefiien validitas menggambarkan kemampuan instrumen dalam mengungkapkan data atau informasi dari variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini perhitungan validitas item dianalisis dengan menggunakan komputer program SPSS. Caranya dengan mengkorelasikan skor item pertanyaan dngan skor total. Jika nilai r hitung> r

tabel pada taraf signifikan 5%, maka ditolak dan disimpulkan bahwa skor

butir berkorelasi positif dengan skor faktor sehingga dikatakan valid dan tidak perlu dikeluarkan dari daftar pertanyaan.

(42)

30 2. Uji Reliabilitas

Menurut (Sahid, 2016) alat ukur yang baik selain memenuhi kriteria validitas, juga dituntut memenuhi kriteria reliabilitas yang menunjukkan suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini perhitungan reabilitas dianalisis dengan menggunakan komputer program SPSS.

Jika nilai Cronbach Alpha (a) lebih dari 0,6 maka instrument tersebut reliable, semakin besar nilainya berarti instrument tersebut semakin reliable. Tetapi sebaliknya jika Cronbach Alpha (a) kurang dari 0,6 maka dianggap kurang handal, artinya bila variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

(43)

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Kabupaten Bantaeng adalah salah satu dari 24 Kabupaten di Sulawesi Selatan.Daerah yang berjuluk “Butta Toa” (Tanah Tua) ini diapit

oleh dua Kabupaten, yakni Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Bulukumba. Kabupaten Bantaeng mempunyai luas wilayah ±395,83 Km. Yang memiliki 8 wilayah Kecamatan, terdiri dari 46 Desa dan 21 Kelurahan. Dimana 8 Kecamatan yang dimaksud yaitu Kecamatan Bissappu (4 desa dan 7 kelurahan), Kecamatan Bantaeng (1 desa dan 8 kelurahan), Kecamatan Gantarangkeke (4 desa dan 2 kelurahan), Kecamatan Pa’jukukang (10 desa), Kecamatan Sinoa (6 desa), Kecamatan Tompobulu (6 desa dan 4 kelurahan), Kecamatan Uluere (6 desa) dan Kecamatan Eremerasa (9 desa).

1. Kondisi Geografi Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng terletak di kawasan selatan Sulawesi Selatan dengan jarak ±120 km dari Kota Makassar. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada titik 5º21'23"-5º35'26" Lintang Selatan dan 119º51'42"-120º5'26" Bujur Timur. Kabupaten Bantaeng ini terletak pada kaki Gunung Lompobattang, yang memiliki topografi terdiri dari daerah pegunungan, pantai dan daratan.

Kabupaten yang berjuluk Butta Toa ini terletak didaerah pantai yang memanjang pada bagian barat dan timur sepanjang 21,5 km yang

(44)

32

cukup potensial untuk perkembangan perikanan dan rumput laut. Pada bagian utara daerah ini terdapat dataran tinggi meliputi pegunungan Lompobattang. Sedangkan pada bagian selatan membujur dari barat ke timur terdapat dataran rendah yang meliputi pantai dan persawahan.

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan :

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Flores

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kab. Gowa dan Kab. Bulukumba Jarak antara Ibukota Kabupaten Bantaeng ke Daerah Kecamatan :

Bantaeng – Bissappu : 4 km. Bantaeng – Uluere : 23 km. Bantaeng – Sinoa : 14 km. Bantaeng – Eremerasa : 5 km. Bantaeng – Tompobulu : 21 km. Bantaeng – Pa’jukukang : 7 km. Bantaeng – Gantarangkeke : 11 km.

Penduduk Kabupaten Bantaeng berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 185.581 jiwa. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Kabupaten Bantaeng mengalami pertumbuhan sebesar 0,58 persen. Angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 94, yang

(45)

33

berarti bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 96.087 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki 89.494 jiwa.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Bantaeng tahun 2017 mencapai 469 jiwa/km2, yang berarti bahwa dalam satu km2 di huni oleh 469 penduduk. Kepadatan penduduk di 8 Kecamatan cukup beragam, dan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Bantaeng dengan kepadatan sebesar 1.337 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Uluere sebesar 169 jiwa/km2.

Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng tertinggi berada pada kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebanyak 17.650 jiwa dan terendah berada pada kelompok umur 70-74 tahun yaitu sebanyak 2.910 jiwa.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bantaeng Pada Tahun 2010, 2016 dan 2017.

Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2019 NO

Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan 2010 2016 2017 201020 17 2016 2017 1 Bissappu 31 036 32 299 32 485 0,65 0,58 2 Uluere 10 850 11 291 11 357 0,65 0,58 3 Sinoa 11 867 12 350 12 422 0,66 0,58 4 Bantaeng 36 842 38 341 38 561 0,65 0,57 5 Eremerasa 18 678 19 439 19 551 0,65 0,58 6 Tompobulu 22 992 23 929 24 067 0,65 0,58 7 Pa’jukukang 29 115 30 300 30 474 0,65 0,57 8 Gantarang keke 15 919 16 586 16 664 0,66 0,58 Bantaeng 177 299 184 517 185 581 0,65 0,58

(46)

34

Letak geografis Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki alam tiga dimensi, yaitu bukit pegunungan, lembah daratan dan pesisir pantai dengan dua musim. Di daerah Bantaeng iklim yang dimiliki tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan 200 mm. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntng bagi sektor pertanian.

Kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Bantaeng menghasilkan keragaman hayati dan hewani yang dapat bernilai ekonomis. Dengan kondisi alam yang sangat cocok dengan berbagai jenis hewan dan tanaman, memberikan peluang daerah Bantaeng untuk dikembangkan menjadi sentra produksi beberapa komoditas unggulan, sehingga Bantaeng bisa menjadi sentra penghasil benih dan bibit unggul.

2. Kesehatan

Kesehatan merupakan bagian yang terpenting dan diharapkan dapat menghasilkan derajat kesehatan yang lebih baik dan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Penyedian sarana pelayanan kesehatan berupa puskesmas, rumah sakit dan tenaga kesehatan semakin ditingkatkan jumlahnya sesuai dengan rencana pentahapannya, sejalan dengan itu penyedia obat-obatan, alat kesehatan, pemberantasan penyakit menular dan peningkatan penyuluhan dibidang kesehatan.

Adapun fasilitas kesehatan di Kabupaten Bantaeng pada tahun 2017 terdiri dari 1 rumah sakit, 240 posyandu, 13 puskesmas, 28 prakter

(47)

35

dokter/bidan dan 8 klinik/ balai kesehatan. Selain dari itu jumlah doter spesialis sebanyak 26 orang, dokter umum sebanyak 26 orang dan dokter gigi sebanyak 15 orang.

Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Bantaeng merupakan bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat dilihat dari bagaimana pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di Kabupaten Bantaeng.Pelayanan kesehatan di Bantaeng diarahkan agar pelayanan masyarakat lebih meningkat, lebih luas, lebih merata, terjangkau oleh lapisan masyarakat.

Tabel 4.2 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bantaeng NO Kecamatan RS RB Pusk esm as Klin ik Bid an Posk edes Puskesmas Pembantu 1 Bissappu - - 2 2 4 8 4 2 Uluere - - 1 - - 3 2 3 Sinoa - - 1 - - 4 2 4 Bantaeng 1 - 2 5 19 3 2 5 Eremerasa - - 2 - 1 5 3 6 Tompobulu - - 1 - - 6 3 7 Pa’jukukang - - 2 1 3 11 5 8 Gantarangkek e - - 2 - 1 2 1 Bantaeng 1 0 13 8 28 42 22

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, 2019

3. Profil Puskesmas Kota Bantaeng a. Visi Dan Misi

1) Visi Puskesmas Kota

Puskesmas Kota dalam melaksanakan fungsinya mempunyai Visi sebagai berikut : “Menjadi Puskesmas Mitra

(48)

36

Keluarga dan Masyarakat dengan Pelayanan Prima dan Profesional”

2) Misi Puskesmas Kota

Untuk mewujudkan visi tersebut, Puskesmas Kota memiliki misi sebagai berikut :

a) Meningkatkan profesionalisme secara berkesinambungan dalam pengelolaan organisasi dan pelayanan kesehatan

b) Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu

c) Memberdayakan masyarakat untuk lebih mandiri dalam upaya kesehatan

d) Membangun kinerja yang efektif dan efisien

e) Berkoordinasi dan bekerjasama dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan dan pembangunan kesehatan

f) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pelayanan masyarakat

b. Letak Geografis

Puskesmas Kota mempunyai wilayah kerja di sebagian Kecamatan Bantaeng yang membawahi 5 Kelurahan dengan luas wilayah 14.35 Ha dan mencakup 52 dusun/lingkungan. Kondisi geografis berupa dataran rendah dengan ketinggian 100 m dari permukaan laut dan suhu 23 – 31°C yang merupakan tanah persawahan, Kebun dan pekarangan sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan mobil atau pun motor sampai ke dusun.

(49)

37

Tabel 4.3 Luas Wilayah dan Jumlah Dusun/ Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas Kota

NO KELURAHAN LUAS WILAYAH (KM) JUMLAH LINGKUNGAN/ DUSUN 1 Pallantikang 0.93 11 2 Tappanjeng 0.82 11 3 Malilingi 0.84 8 4 Karatuang 7.07 8 5 Onto 4.69 14 JUMLAH 14.35 52

Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kota Tahun 2016

Batas wilayah kerja Puskemas Kota , yaitu:

Sebelah Utara : Desa Kayu Loe Kecamatan Bantaeng, Sebelah Selatan : Laut Flores

Sebelah Timur : Desa Mamampang Kecamatan Eremerasa Sebelah Barat : Kel. Bonto Sunggu, Bonto Rita (kecamatan

Bissappu), Desa Bonto Bulaeng (kecamatan Sinoa)

Secara geografis Puskesmas Kota mempunyai letak pada lokasi yang strategis, yaitu terletak di Jalan Elang yang merupakan salah satu poros Jalan Kabupaten Bantaeng, yang disekelilingnya terdapat beberapa Kantor Pemerintahan dan beberapa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas.

(50)

38 c. Demografi Kependudukan

Wilayah Puskesmas Kota terdiri dari 5 Kelurahan. Jumlah penduduk dari pendataan BPS tahun 2016 sebanyak 23.865 jiwa (Laki-laki 11.693 jiwa atau 49.49 % dan perempuan 11.669 jiwa atau 50.51 %) dengan jumlah kepala keluarga 5.805 KK. 20.53% jumlah rata-rata jiwa/ KK dan 14.764,175 kepadatan penduduknya per kilometer. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk, KK, Rata-rata Jiwa/KK dan Persebaran

Penduduk Wilayah Puskesmas Kota

NO KELURAHA N JUMLAH PENDUDU K JUML AH KK RATA-RATA JIWA/ KK KEPADAT AN PENDUDU K/ KM 1 Pallantikang 8.140 1.883 4.32 8752.68 2 Tappanjeng 3.817 922 4.13 4654.87 3 Malilingi 4.809 1.089 4.41 5.725 4 Karatuang 2.518 601 4.18 356.15 5 Onto 4.581 1.310 3.49 976.75 JUMLAH 23.865 5.805 20.53 14.746,175 Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kota Tahun 2016

B. Pengumpulan Data

Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh selama penelitian di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng. Data ini diperoleh melalui kuesioner yang didistribusikan kepada 97 orang. Penyajian data meliputi data-data tentang identitas responden dan distribusi jawaban responden terhadap pernyataan yang di ajukan dan yang akan di uraikan dalam table frekuensi.

(51)

39

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah masyarakat kota Bantaeng yang mendapat pelayanan Home Care.

a. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini masyarakat yang menjadi responden lebih dominan berjenis kelamin Perempuan yang mendapat perawatan Home Care dibanding berjenis kelamin laki-laki, hal ini dapat dilihat

dari tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin NO . JENIS KELAMIN FREKUENSI (ORANG) PERSENTASE (%) 1. Laki-Laki 43 44 2. Perempuan 54 56 % Jumlah 97 100 %

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Dari data pada tabel diatas dapat kita ketahui bahwa masyarakat yang menjadi responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang (44%) dan yang menjadi responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 54 orang (56%).

b. Identitas Responden Berdasarkan Umur

Dalam penelitian ini yang menjadi responden berada pada tingkat umur yang berbeda-beda. Tingkat umur masyarakat berada pada kisaran 16-90 tahun. Data tersebut diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diajukan langsung peneliti kepada masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini :

(52)

40

Tabel 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Umur

NO. UMUR FREKUENSI

(ORANG) PERSENTASE (%) 1. 16-25 Tahun 22 23 % 2. 26-35 Tahun 19 19 % 3. 36-45 Tahun 21 22 % 4. > 46 Tahun 35 36 % Jumlah 97 100 %

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas, responden yang paling banyak adalah responden yang berada pada kelompok umur >46 tahun yaitu sebanyak 35 orang (36%), kemudian kelompok umur 16-25 tahun yaitu sebanyak 22 orang (23%) dan kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 21 orang (22%) dan kelompok umur 26-35 tahun berjumlah 19 orang (19%). Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pasien Home Care di dominasi oleh responden yang berumur 46 tahun ke atas.

c. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Masyarakat yang menjadi responden pada penelitian ini berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Wiraswasta, Petani, Pelajar/Mahasiswa dan lain-lain (Ibu rumah Tangga dan masyarakat yang tidak bekerja). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(53)

41

Tabel 4.7 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan NO. PEKERJAAN FREKUENSI

(ORANG) PERSENTASE (%) 1. PNS 1 1 % 2. Wiraswasta 13 13 % 3. Petani 21 22 % 4. Pelajar/Mahasiswa 14 15 % 5. Lain-lain 48 49 % Jumlah 97 100 %

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1 orang (1%), responden yang berprofesi sebagai Wiraswasta sebanyak 13 orang (13%), responden yang berprofesi sebagai Petani sebanyak 21 orang (22%), responden yang berprofesi sebagai Pelajar/Mahasiswa sebanyak 14 orang (15%) dan responden yang berprofesi sebagai Ibu rumah Tangga maupun yang tidak bekerja sebanyak 48 orang (49%). Sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini berprofesi sebagai Ibu Rumah tangga dan sebagian masyarakat yang tidak bekerja.

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini tentang Pengaruh Inovasi Pelayanan Kesehatan “Home

Care” Terhadap Kualitas Pelayanan Di Puskesmas Kota Bantaeng. Penelitian

ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan yaitu mulai 28 Agustus 2019 s/d 28 Oktober 2019. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mendapat pelayanan Home Care di Puskesmas kota

(54)

42

Bantaeng yang berjumlah 97 orang responden. Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu, Inovasi Pelayanan dan Kualitas pelayanan. 1. Inovasi Pelayanan (Variabel X)

Inovasi Pelayanan diartikan sebagai prestasi dalam meningkatkan dan memperbaiki sistem pelayanan melalui pendekatan metodologi atau alat baru dalam pelayanan masyarakat. Dalam sistem pemerintahan Indonesia, daerah di tuntut untuk menyediakan pelayanan yang di harapkan masyarakat sesuai dengan perubahan kualitas pelayanan sebagaimana diatur dalam UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah yang berbunyi bahwa pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan dengan memperhatikan kekhasan suatu daerah. Inovasi Pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Inovasi Pelayanan berbasis kesehatan melalui program Home Care. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas. Dimana dari tiap indikator tersebut masing-masing memiliki beberapa item instrument.

a. Efektivitas

Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Dalam suatu pelayanan dapat dikatakan efektiv ketika memenuhi kriteria diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan dan dapat membawa hasil. Untuk mengetahui

(55)

43

indikator efektivitas diukur melalui sub indikator dalam 5 pernyataan yang berkaitan dengan :

1. Tercapainya pelayanan kesehatan secara merata

2. Terpenuhnya pelayanan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan pasien

3. Meningkatnya kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

4. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahannya

5. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar anggota keluarga Berdasarkan instrument diatas, untuk mendeskripsikan pernyataan dari ke 97 responden terhadap sub indikator efektivitas dapat dilihat dalam pengolahan data pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8 Tercapainya Pelayanan Kesehatan Secara merata ITEM PERNYATAAN JUMLAH PERSENTASE

(%) JUMLAH SKOR Sangat Setuju (SS) 33 34,0 165 Setuju (S) 62 63,9 310 Kurang Setuju (KS) 2 2,1 10 Tidak Setuju (TS) - - -

Sangat Tidak Setuju (STS) - - -

Jumlah Total 97 100 485

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai pernyataan tercapainya pelayanan kesehatan secara merata, di

(56)

44

dominasi dengan jawaban Setuju (S) dengan memperoleh tanggapan sebanyak 62 responden atau sebesar 63,9%. Dari hasil observasi penulis juga membuktikan bahwa pelayanan kesehatan di kabupaten Bantaeng bisa dikatakan sudah merata di buktikan dari banyaknya program kesehatan yang diterapkan di tiap-tiap puskesmas, salah satunya yaitu program kesehatan kunjungan rumah (Home care). Program kunjungan rumah ini dapat menjangkau wilayah yang sulit terjangkau oleh pelayanan kesehatan, masyarakat sangat di mudahkan dengan adanya program ini dengan mekanisme pelayanan dimana masyarakat langsung menghubungi puskesmas terdekat dan pihak Home care langsung menuju ke rumah pasien. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan di kabupaten Bantaeng dapat dikatakan sudah merata.

Tabel 4.9 Terpenuhnya Pelayanan Kesehatan Di rumah Sesuai Kebutuhan Pasien

ITEM PERNYATAAN JUMLAH PERSENTASE (%) JUMLAH SKOR Sangat Setuju (SS) 29 29,9 145 Setuju (S) 64 66,0 320 Kurang Setuju (KS) 4 4,1 20 Tidak Setuju (TS) - - -

Sangat Tidak Setuju (STS) - - -

Jumlah Total 97 100 485

Sumber : Data Primer, Kuesioner Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai pernyataan terpenuhnya pelayanan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan pasien, di dominasi dengan jawaban Setuju (S) dengan memperoleh

Gambar

Tabel    4.1  Jumlah  Penduduk  dan  Laju  Pertumbuhan  Penduduk  Menurut Kecamatan di Kabupaten Bantaeng Pada Tahun 2010, 2016  dan 2017
Tabel 4.3 Luas Wilayah dan Jumlah Dusun/ Lingkungan Wilayah  Kerja Puskesmas Kota
Tabel  4.4  Jumlah  Penduduk,  KK,  Rata-rata  Jiwa/KK  dan  Persebaran  Penduduk Wilayah Puskesmas Kota
Tabel 4.8 Tercapainya Pelayanan Kesehatan Secara merata  ITEM PERNYATAAN  JUMLAH  PERSENTASE
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi berdasarkan fakta yang terjadi, adanya perusakan hutan secara terbuka dikarenakan faktor perlindungan dari kalangan birokrasi yang tidak bertanggung jawab

Pupuk ini mempunyai keunggulan antara lain mudah larut dalam air sehingga mudah diserap tanaman, kandungan unsur hara setiap butir pupuk merata, meningkatkan

Upaya Hukum Dari Dampak Negatif Peredaran Obat Impor Tradisional Tanpa Izin Edar yaitu melalui pengadilan dan Penyelesaian di luar pengadilan Disarankan Perlu

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh Literasi Keuangan Ibu Rumah Tangga yang diproksikan dengan Pengetahuan Perbankan; Asuransi dan Pegadaian terhadap

i+. )ekurangan guru sains.. %ersekola!an merupakan satu proses pemasyarakatan  kerana sekola! A. Menyediakan pengajaran yang selaras dengan ke!endak masyarakat.. #. Membimbing

Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan AISAS model pada konsumen mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dalam memilih GO-JEK sebagai alat transportasi di

Temuan tersebut mengimplikasikan bahwa : 1) betapa pentingnya model pembelajaran itu untuk dipertimbangkan sebagai salah satu metode alternatif pada pembelajaran