BAB II LANDASAN TEORI
B. Stres Akademik
3. Sumber Stres Akademik
Menurut Agolla & Ongori (2009) stressor akademik berupa tugas yang berlebihan, performa akademik, ketakutan akan kegagalan, kekurangan sumber belajar, masalah finansial, ruang kuliah yang terlalu ramai, hubungan dengan lawan jenis, masalah dengan keluarga, ketakutan tidak mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan kuliah.
Berdasarkan penelitian dari Ross, Niebling, & Heckert (1999) terdapat 4 sumber stres pada mahasiswa yaitu
a. Masalah Interpersonal : Stres yang muncul karena adanya interaksi individu dengan orang lain, misalnya konflik dengan orangtua, pacar atau teman sebaya.
misalnya perubahan waktu tidur.
c. Masalah Akademik : Stres yang bersumber dari aktivitas belajar, misalnya banyaknya tugas yang harus dikerjakan, ujian dan masalah dengan dosen.
d. Masalah Lingkungan : Stres yang berkaitan dengan lingkungan diluar masalah akademik, misalnya kondisi tempat belajar dan jarak tempat tinggal dengan tempat belajar.
Berdasarkan literatur yang ada, dapat diketahui bahwa sumber stres akademik yang sering muncul adalah ujian, tututan waktu dan masalah finansial (Aherne, 2001) perubahan kebiasaan tidur dan makan, tanggung jawab yang baru, dan meningkatnya jumlah pekerjaan (Ross, Niebling, & Hecker, 1999) bertemu dengan orang baru, penentuan karir, ketakutan akan kegagalan, dan tekanan dari orangtua.
Rice (dalam Desmita,2009) menyatakan bahwa ada dua stressor yang dialami mahasiswa, yaitu masalah individu dengan lingkungan sosial dan
academic stressor.
a. Masalah individu dengan lingkungan : stres yang disebabkan karena masalah transisi, kesepian dan hubungan.
b. Academic Stressor : stres yang disebabkan oleh kegiatan belajar. Stress dapat berhubungan dengan kurangnya ketertarikan terhadap suatu tugas, tidak mampu untuk mengambil keputusan, terlalu memaksakan diri dalam mengerjakan sesuatu, memiliki kekhawatiran yang berlebihan terhadap hal yang sedang dikerjakan
dan kehilangan focus saat mengerjakan sesuatu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa stres yang dialami oleh mahasiswa dapat bersumber masalah dengan diri sendiri, masalah dengan orang lain, masalah dengan lingkungan dan juga masalah dalam menghadapi kegiatan belajar.
4. Gejala Stres Akademik
Menurut Sarafino (2008), gejala stres dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : a. Gejala Biologis
Gejala biologis dari stres adalah gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan (maag), gangguan makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan. Disamping itu gejala fisik lainnya juga ditandai dengan adanya ketegangan pada otot, pernafasan dan irama jantung tidak teratur, gugup, cemas, gelisah, perubahan nafsu makan, dan lain sebagainya (Wilkinson, 2002) b. Gejala Psikososial
Gejala psikososial stres dibagi menjadi 3 bagian (Sarafino, 2008) yaitu:
1. Kognitif
Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian, dan konsentrasi. Gejala kognitif juga ditandai dengan perasaan takut gagal, harga diri
yang rendah, cemas akan masa depan dn emosi yang labil (Wilkinson, 2002).
2. Emosi
Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih, dan depresi. Gejala emosi lainnya juga ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu mengatasi masalah, merasa ketakutan atau ciut hati, merasa tertekan dan mudah marah (Wilkinson, 2002)
3. Tingkah Laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal. Gejala tingkah laku yang muncul adalah sulit bekerja sama, kehilangan minat, tidak mampu rileks, mudah terkejut atau kaget, kebutuhan seks, konsumsi obat-obatan dan konsumsi alkohol dan rokok yang meningkat (Wilkinson, 2002)
5. Faktor-faktor Stres Akademik
Oon (2007) mengemukakan bahwa stres akademik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang mengakibatkan stres akademik, yaitu a. Pola Pikir
Apabila seorang mahasiswa memiliki pemikiran bahwa dia tidak bisa mengerjakan suatu tugas atau ujian dan menganggap tugas dan ujian adalah beban, individu tersebut akan cenderung memiliki stres yang lebih besar daripada yang mempunyai pemikiran bahwa tugas itu adalah tantangan. Semakin besar kendali mahasiswa terhadap apa yang dia pikir dapat dia lakukan maka semakin kecil kemungkinan stres yang dialaminya.
b. Kepribadian
Kepribadian mahasiswa dapat menentukan tingkat toleransinya terhadap stres. Tingkat stres mahasiswa yang optimis biasanya lebih kecil dibandingkan yang bersifat pesimis.
c. Keyakinan
Keyakinan terhadap diri memainkan peranan penting dalam menginterpretasi situasi-situasi disekitar mahasiswa. Apabila mahasiswa mempunyai keyakinan terhadap diri, maka mahasiswa akan melakukan evaluasi terhadap hasil kerjanya dan membandingkan hasil pekerjaann dengan standar yang ada. Faktor eksternal yang mengakibatkan stres akademik, yaitu :
a. Pelajaran lebih padat
Kurikulum dalam sistem pendidikan semakin bertambah bobotnya dengan standar yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan persaingan antar pelajar menjadi semakin ketat dan waktu belajar menjadi bertambah. Beban berat yang berlipat
membuat pelajar merasa tertekan atau stres. b. Aktivitas tinggi dengan waktu terbatas
Perkembangan teknologi, produk dan permainan dapat menimbulkan keinginana pada pelajar untuk memiliki atau melakukan kegiatan yang disukai. Namun keterbatasan waktu yang dimiliki karena kegiatan akademik ataupun les sering membuat mereka tidak mampu memenuhi hobi atau keinginannya sehingga menimbulkan tekanan.
c. Tekanan untuk berprestasi tinggi
Individu sebagai pelajar sangat ditekan untuk berprestasi baik. Tekanan ini terutama muncul dari orangtua, keluarga, guru, teman sebaya ataupun diri sendiri. Secara tidak sadar, orang tua mengemukakan ungkapan atau kata-kata dan perlakuan yang mengarahkan pelajar untuk berprestasi tinggi.
d. Dorongan meniti tangga sosial
Pendidikan seringkali menjadi tolak ukur status sosial seseorang. Individu dengan kualifikasi akademik tinggi akan dihormati masyarakat dan yang berpendidikan rendah akan dipandang rendah. Pelajar yang berhasil dalam akademiknya akan disukai dan dipuji oleh orang lain serta menjadi kebanggaan orang tuanya. Namun bagi pelajar yang kurang berprestasi akan disebut lamban, malas, pembuat masalah dan cenderung ditolak oleh guru, dimarahi orang tua dan diabaikan oleh teman atau
lingkungan. Penolakan sosial dan pemberian label ini dapat mematahkan semangat dan menghilangkan kepercayaan diri pelajari.
e. Orang tua yang saling berlomba
Dikalangan orang tua yang lebih terdidik, persaingan untuk memiliki anak-anak yang mempunyai kemampuan baik dalam berbagai aspek juga lebih keras. Oleh karena itu, orang tua berlomba-lomba mengikutsertakan anaknya dalam berbagai program keterampilan tambahan. Terfokusnya pada keterampilan anak,seringkali mengakibatkan orang tua mengabaikan perkembangan anaknya.