• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.4 Peran Pemerintah dan Swasta dalam Mendanai Pembangunan

IV.4.1 Sumber-Sumber Pendanaan Jalan Tol

Pada dasarnya pembangunan infrastruktur merupakan kewajiban pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Oleh karenanya APBN dan APBD merupakan sumber pembiayaan utama untuk pembangunan jalan tol. Namun mengingat keterbatasan kemampuan anggaran pemerintah, terutama setelah terjadi krisis ekonomi di pertengahan tahun 1997, APBN dan APBD sulit diharapkan untuk dapat menyediakan dana sebagai sumber pembiayaan seluruh infrastruktur yang diperlukan masyarakat. Sementara itu, pembangunan jalan tol perlu dilaksanakan dalam rangka peningkatan perekonomian ataupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dapat mencari sumber pembiayaan lain di luar APBN dan APBD, yaitu dengan mencari pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri atau menggandeng pihak swata

Namu - Tebing Tinggi terdapat kesepakatan antara pihak pemerintah dan pihak swasta yaitu dalam hal kesepakatan terhadap investasi yang dapat dilihat dibawah ini:

Gambar IV.2 Kesepakatan Pemerintah Dan Swasta Terhadap Investasi

Pinjaman pada dasarnya dapat diperoleh dari lembaga perbankan, lembaga non perbankan, atau masyarakat. Pinjaman dari lembaga perbankan atau lembaga nonbank biasanya berbentuk kredit investasi. Pinjaman dari masyarakat biasanya berbentuk Obligasi. Sementara itu, pihak swasta dapat dilibatkan dalam

operate, and transfer (BOT). Selain dibiayai dari APBD. Pembangunan infrastruktur daerah dapat dibiayai dari beberapa sumber lain seperti pinjaman dari perbankan, development sharing, BOT, dan pinjaman dalam bentuk obligasi daerah.

Perbankan dapat menyediakan dana yang cukup memadai untuk pembangunan infrastruktur, namun mengingat waktu pengmbalian yang panjang menyebabkan minat perbankan untuk membiayai infrastruktur menjadi rendah. Development sharing dan BOT melibatkan pihak swasta yang diharapkan tertarik untuk berinvestasi infrastruktur daerah. Namun sayangnya tidak banyak pihak swasta yang memiliki cukup banyak dana dan berkeinginan untuk membangun infrastruktur. Pembiayaan infrastruktur melalui penerbitan obligasi mampu menyediakan dana dalam jumlah besar, karena melibatkan banyak pihak. Pembiayaan ini memiliki resiko terhadap perubahan kurs rendah, karena tingkat bunga dapat ditetapkan pada saat penerbitan obligasi.

IV.4.1.1 Kredit Investasi

Pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur pada umumnya memerlukan dana yang relatif besar bila dibandingkan dengan pembiayaan untuk nasabah bank pada umumnya. Karena besarnya dana yang harus dikeluarkan, dalam banyak kasus pendanaan untuk pembangunan infrastruktur diperoleh melalui konsorsium yang merupakan gabungan dari beberapa bank atau gabungn dari bank dan lembaga non-bank, baik dari dalam maupun luar negeri. hal ini menyebabkan pembiayaan infrastruktur dari melalui kredit investasi menjadi

IV.4.1.2 Development Sharing

Pembangunan infrastruktur daerah dengan metode development sharing melibatkan pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur daerah. Pemerintah daerah bekerja sama dengan pihak swasta membangun infrastruktur tertentu, dengan komposisi penyertaan modal dan bagi hasil pendapatan tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak. Metode ini efektif untuk mengatasi keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah daerah untuk membangun infrastruktur. Hal yang menguntungkan dari metode ini adalah rendahnya biaya perolehan dan tingkat bunga, rendahnya resiko terhadap perubahan kurs. Namun perusahaan sebagai entitas bisnis pada umumnya juga memiliki keterbatasan dana, sehingga dalam prakteknya, pembangunan infrastruktur dengan metode development sharing tidak mudah diterapkan oleh pemerintah daerah. Metode ini menarik bagi pemerintah daerah karena resiko terhadap perubahan kurs relatif tidak ada, karena modal berasal dari pasar dalam negeri.

Pola development sharing merupakan pola yang menarik bagi investor, karena hak penguasaan investor terhadap infrastruktur yang dibangun relatif tinggi, namun besarnya dana yang harus disediakan investor pada umumnya menjadi kendala pihak swasta umtuk ambil bagian dalam pembangunan infrastruktur dengan pola development sharing. Kendala lainnya adalah pemerintah daerah, disamping sebagai partner bisnis juga sebagai regulator, sehingga investor mengahadapi resiko terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang cukup signifikan.

IV.4.2 Partisipasi Swasta dalam Pembangunan Jalan Tol di Indonesia

Dalam proyek-proyek pembangunan jalan tol di Indonesia saat ini, peran perusahaan-perusahaan swasta sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk melaksanakan proyek-proyek pembangunan jalan tol tersebut. Adapun beberapa dari perusahaan-perusahaan swasta tersebut seperti diuraikan dibawah ini.

IV.4.2.1 PT.Jasa Marga

PT.Jasa Marga (Persero) didirikan tahun 1978 sebagai BUMN mewakili peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, khususnya jalan tol. Fungsi jalan tol dalam membangun perekonmian wilayah sudah dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat baik itu asperk percepatan arus barang dan jasa. Wilayah yang dilalui jalan tol setiap tahunnya selalu berkembang. Saat ini Jasa marga mengoperasikan 80 persen atau 527,15 km dan 665,70 km jalan tol yang beroperasi di Indonesia. Jalan tol ini dioperasikan oleh 9 Kantor Cabang dan 1 anak perusahaan yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara.

IV.4.2.2 PT.Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP)

Merupakan perusahaan swasta pertama yang terjun di industri jalan tol semenjak tahun 1987 dan saat ini telah mengoperasikan 31 km jalan tol di dalam kota Jakarta. Selain turut mengelola Metro Manila Skyway di Filipina. CMNP juga turut berinvestasi mengembangkan usaha pembanguna jalan tol di Indonesia

antara lain Jalan Tol Simpang Susun Waru-Bandara Juanda di Surabaya, Depok-Antasari, Bogor-Ring Road (melalu Jasa Sarana).

IV.4.2.3 PT.Margabumi Matraraya (MBMR)

MBMR mengoperasikan jalan tol Surabaya-Gresik sepanjang 21 km. Jalan tol yang dibangun tahun 1991 dan dioperasikan tahun 1993 ini menghubungkan wilayah industry di Gresik menuju ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

IV.4.2.4 PT.Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JLJ)

JLJ mengoperasikan Jalan Tol Lingkar Jakarta (JORR) sepanjang 43,10 km dari Ulujami sampai dengan Cilincing. Perusahaan yang berdiri tahun 2000 ini mayoritas sahamnya dimiliki oleh Jasa Marga.

Dokumen terkait