• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam dokumen PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI (Halaman 37-42)

BAB III METODOLOGI

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam analisis ini dilakukan dengan cara survei dan observasi lapangan kepada responden di daerah penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan serta melakukan wawancara langsung secara mendalam (in depth). Pertanyaan dikembangkan untuk mendalami berbagai hal yang belum tertangkap melalui kuesioner. Selain survey, pengambilan data dan informasi juga akan dilakukan melalui Diskusi Terbatas (konsultasi publik) untuk menggali dan mencari solusi dari permasalahan yang ada dalam penerapan kebijakan pengawasan B2. Dalam Diskusi Terbatas ini akan diundang para pemangku kepentingan yang terkait dengan B2.

Metode yang digunakan dalam penentuan responden adalah purposive sampling (metode pemilihan dengan cara sengaja memilih sampel- sampel tertentu karena memilki ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki sampel lainnya) pada pelaku usaha yang memperdagangkan Formalin, Boraks dan Rhodamin-B.

Data yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari harga B2 dari setiap simpul pemasaran, biaya pemasaran, jumlah pelaku usaha pada saluran pemasaran dan implementasi Permendag. Data Primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yaitu produsen, distributor, pengecer, industri pengolahan B2. Data sekunder yang dikumpulkan adalah produksi serta kebijakan terkait komoditas tersebut. Sumber data Sekunder tersebut diperoleh melalui pendekatan Desk Study (review dokumenter) dan data dari instansi yang terkait, seperti BPS, BPOM, Kementerian Perindustrian dan lainnya.

3.4 Metode Analisis

Analisis data dan informasi permasalahan terkait kebijakan B2 merupakan bagian penting dari suatu analisis kebijakan. Selanjutnya, analisis kajian ini menggunakan metode Regulation Impact Analysis (RIA) untuk mereview Permendag Nomor:23/M-DAG/PER/9/2011 tentang perubahan

Analisis Pengawasan Distribusi Bahan Berbahaya 25

atas Permendag 44/M-Dag/Per/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi Dan Pengawasan Bahan Berbahaya.

Bappenas (2011) menyatakan bahwa metode RIA merupakan salah satu alat atau pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas suatu kebijakan pemerintah. Metode RIA ini merupakan proses analisis dan pengkomunikasian secara sistematis berbagai aspek dalam penetapan dan pelaksanaan sebuah kebijakan, baik yang berbentuk peraturan maupun non-peraturan, yang sudah ada maupun kebijakan baru. Dalam kajian ini, kebijakan yang akan dianalisis merupakan kebijakan yang sudah ada berupa Peraturan-Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya (Nomor: 44/M- DAG/PER/9/2009 dan Nomor: 23/M-DAG/PER/9/2011). Proses dalam pelaksanaan metode RIA dijelaskan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Proses Pelaksanaan Regulatory Impact Assessment (RIA) Sumber: Kementerian PPN/BAPPENAS (2009)

Sebagai suatu proses, pelaksanaan metode RIA dilakukan melalui berbagai tahapan (langkah), yaitu:

1. Identifikasi dan analisis masalah terkait dengan kebijakan

Dalam tahapan identifikasi dan analisis masalah ini, pengambil kebijakan diharapkan dapat melihat dengan jelas permasalahan yang sebenarnya

Identifikasi dan Analisis Masalah

Penetapan Tujuan

Pengembangan Berbagai Alternatif Kebijakan

Penilaian terhadap Pilihan Alternatif Kebijakan

Pemilihan Kebijakan Terbaik

Penyusunan Strategi Implementasi

K o n s u lta s i S ta k e h o ld e rs (P u b lik )

Analisis Pengawasan Distribusi Bahan Berbahaya 26

dihadapi dan hendak dipecahkan dengan melalui penetapan kebijakan. Pada tahap ini, perlu dibedakan antara masalah (problem) dengan gejala (symptom), karena penetapan kebijakan haruslah diarahkan untuk memecahkan masalah, bukan gejalanya. Dengan demikian, kebijakan haruslah menyentuh kepada masalah dan penyebab (akar) masalahnya. 2. Penetapan Tujuan

Setelah masalah dan akar masalah teridentifikasi, pengambil kebijakan perlu menetapkan tujuan dari kebijakan yang akan diambil atau telah diambil. Tujuan dari kebijakan ini sangat penting dirumuskan dengan jelas karena akan terkait dengan penilaian terhadap efektivitas suatu kebijakan yang ditetapkan. Efektivitas dari suatu kebijakan menyangkut kepada suatu kondisi apakah kebijakan yang ditetapkan dan diimplementasikan dapat mencapai tujuan ditetapkannya kebijakan tersebut.

3. Pengembangan berbagai pilihan/alternatif kebijakan

Setelah menetapkan tujuan dengan jelas, langkah selanjutnya adalah mencari berbagai alternatif atau pilihan yang bisa diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk analisis dampak dari suatu kebijakan yang sudah dilakukan, maka alternatif pertama adalah tetap membiarkannya dan tidak melakukan apa-apa (kondisi baseline). Pilihan/alternatif kebijakan harus dapat digali dengan seluas-luasnya dan dengan melibatkan seluruh stakeholders dari berbagai latar belakang dan kepentingan, sehingga diperoleh beragam alternatif yang dipertimbangkan untuk kebijakan.

4. Penilaian terhadap pilihan alternatif kebijakan

Penilaian terhadap alternatif pilihan kebijakan dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti legalitas, biaya, dan manfaat. Suatu pilihan kebijakan harus tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karenanya, penilaian pilihan berdasarkan aspek legalitas ini merupakan awal dalam melakukan penilaian alternatif kebijakan. Terhadap masing-masing alternatif kebijakan yang tidak bertentangan dengan perundang-undangan ini, kemudian dilakukan penilaian biaya dan manfaat. Penilaian biaya dan manfaat ini tidak harus berarti dalam bentuk biaya dan manfaat finansial (yang diukur dengan uang), namun dapat berupa apa dan siapa yang

Analisis Pengawasan Distribusi Bahan Berbahaya 27

terkena atau mendapat dampak (biaya) dan manfaat akibat dari alternatif kebijakan, termasuk pilihan kebijakan tidak melakukan apa-apa..

5. Pemilihan kebijakan terbaik

Pemilihan kebijakan terbaik dilakukan dengan melakukan analisis manfaat dan biaya. Pada tahap pemilihan kebijakan terbaik dapat dilakukan berbagai kaidah pemilihan. Namun pada umumnya, pemilihan kebijakan terbaik berdasarkan manfaat bersih, yaitu jumlah semua manfaat dikurangi dengan jumlah semua biaya yang terbesar.

6. Penyusunan strategi implementasi

Penerapan suatu kebijakan seperti yang dikemukakan sebelumnya akan memberi berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan tidak secara otomatis dapat mencapai tujuan dari ditetapkannya kebijakan tersebut. Oleh karenanya, perlu disusun strategi dalam implementasi sehingga penerapan suatu kebijakan mencapai yang menjadi tujuan ditetapkannya kebijakan tersebut dan tidak menimbulkan hasil yang tidak diharapkan. 7. Partisipasi masyarakat di semua proses

Pada setiap tahapan dari proses analisis RIA ini harus melibatkan berbagai komponen masyarakat (stakeholders) yang baik secara langsung maupun tidak langsung terdampak oleh suatu kebijakan yang sedang disusun. Dengan melibatkan stakeholders dalam setiap tahapan akan didapat data dan informasi yang akurat dalam mempertimbangkan sebuah kebijakan.

Analisis Pengawasan Distribusi Bahan Berbahaya 28

Tabel 3.1. Metodologi dan Analisis Data

Tujuan Kajian Metode

analisis Data Sumber Output

1. Gambaran pelaksanaan Permendag Nomor: 23/M- DAG/PER/9/201 1 tentang atas perubahan Permendag Nomor: 44/M- Dag/Per/9/2009 tentang Pengadaan, distribusi dan Pengawasan B2.

• Analisis isi Sekunder: peraturan Menteri Perdagangan Kementerian Perdagangan Hasil implementasi Permendag 2. Mengevaluasi Permendag Nomor: 23/M- DAG/PER/9/201 1 tentang atas perubahan Permendag Nomor: 44/M- Dag/Per/9/2009 tentang Pengadaan, distribusi dan Pengawasan B2.

• Metode RIA Primer: Survey dan Diskusi terbatas

Produsen, importir terdaftar (PPI), importir produsen, distributor, pengecer dan pengguna akhir, Dinas Perindag, Badan POM, Direktorat Impor, Direktorat Bahan Pokok dan Barang Strategis, Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa, YLKI, BPKN, Asosiasi, dan Surveyor impor B2 Informasi dampak Permendag 3. Merumuskan usulan kebijakan B2 • Sintesa tujuan 1 dan 2 serta hasil diskusi Rumusan usulan kebijakan B2

Analisis Pengawasan Distribusi Bahan Berbahaya 29

Dalam dokumen PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI (Halaman 37-42)