LABUHAN BATU SEBELUM MENJADI ONDERAFDEELING TAHUN 1915
2. Sungai Kualuh
Sungai Kualuh merupakan sungai yang tidak tinggi kapasitas aliran sungainya.
Aliran Sungai Kualuh mengalir dari Barat ke Timur kemudian membelok ke Utara melalui Negeri lama, lalu menuju ke Labuhan Bilik bermuara ke Sungai Barumun.
Sungai Kualuh ini dapat dilayari dengan perahu dan motor bot namun sulit aksesnya.20
19M.Hamester Assistent Resident 1926, Oostkust van Sumatra Instituut Mededeling No. 13 Bijdrage tot de kennis van de Afdeeling Asahan., hlm 15
20 Ibid., hlm 17.
15 3. Sungai Barumun
Sungai Barumun merupakan sungai terbaik yang dapat di layari, bahkan saat ketinggian air tidak terlalu tinggi. Sungai Barumun merupakan sungai terbesar dan terpanjang yang mengaliri bagian Labuhan Batu.21 Arus yang terdapat di Sungai Barumun ini sebagai arus lintas perdagangan yang menggangkut hasil bumi untuk di jual langsung ke Bandar Malaka atau daerah lainnya. Pada masa itu di hulu Sungai Barumun belum mengenal perahu, maka untuk melewati sungai Barumun mengunakan rakit-rakit besar yang terbuat dari batang-batang bambu yang disusun, dibuat memakai atap daun rumbia sebagai perlindungan dari hujan dan panas serta sebagai menyimpan perbekalan, sehingga rakit-rakit besar ini mampu menampung beberapa orang dalam rakit. Di sepanjang aliran Sungai Barumun banyak terdapat permukiman-permukiman penduduk seperti Kampung Meranti, Cabang Dua, Malindo, Sei Jawi-jawi, Labuhan Batu, Kota Pinang, Cikampak, dan Gunung Tua.22
Ketiga sungai ini sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan penduduk salah satunya sungai dijadikan sebagai transportasi barang dan sebagai sarana satu-satunya penghubung antara daerah hulu dan tempat lain.Peranan sungai sebagai akses transportasi terlihat dari penduduk mengunakan rakit-rakit besar. Akses biaya transportasi melalui sungai biasanya lebih murah, hal ini mendorong penduduk
21Ibid., hlm 15
22 Muhammad Zen dkk. 2018.Lippata Asal Usul Nama Labuhan Batu,. hlm 131
16
memilih memanfaatkan sungai untuk mengangkut hampir semua barang diangkut melalui sungai.23
Bagian wilayah Labuhan Batu dibentuk oleh dataran rendah yang terdapat bukit rendah dengan ketinggian bukit tersebut <300 m diatas permukaan laut.24 Wilayah yang berbukit rendah terdapat di Kualuh dan Bilah. Sedangkan bagian Kota Pinang merupakan wilayah dataran yang tandus.25 Kondisi tanah pada wilayah Labuhan Batu ini berlapisan tanah humus26 yang tebal dan jenis tanah liat. Kondisi tanah bagian wilayah Panai berlapis tanah liat yang memiliki warna kuning dan bertekstur padat. Kondisi tanah ini berbeda dengan Bilah yang berlapis kemerahan dan kurang padat, sering bercampur dengan pasir dan tanah. Jika bagian Kota Pinang berbentuk tanah yang gambur dicampur dengan tanah liat dan pasir. Dengan perbedaan kondisi tanah di setiap wilayah memandakan Labuhan Batu merupakan bagian daerah yang strategis untuk bercocok tanam, selain itu hasil tanaman dari Labuhan Batu melimpah. Hal ini yang mendorong Belanda untuk menguasai Labuhan Batu. Selain letak Labuhan Batu yang strategis hasil alam yang di hasilkan melimpah sehingga dapat mendapatkan keuntungan untuk pihak Belanda.
23 H.H.Morison, Memorie van overgave van het Bestuur van de Onderafdeeling Laboehan Batoe,. hlm 7
24 J.B. Neuman,op cit.hlm 6
25 S.De Graaff En D.G. Stibbe,1918.op cit.,hlm 1766
26 Tanah humus merupakan tanah yang paling subur untuk tumbuh-tumbuhan karena memiliki komposisi yang mirip dengan pupuk kompos. Hal ini karena tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan-pelapukan dedaunan dan juga batang pohon, serta ada percampuran dari kotoran hewan yang mengalami perombakkan oleh organisme yang ada di dalam lapisan tanah.
17 2.2 Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada dalam suatu wilayah terkait aturan-aturan tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus. Penduduk juga diartikan sebagai kumpulan manusia yang menempati wilayah dan ruang tertentu.27 Penduduk yang menempati wilayah Labuhan Batu merupakan suku-suku nomaden yang mendiami pesisir pantai. Salah satu suku yang menempati bagian wilayah ini, suku Mandailing sebagai penghuni awal yang bermarga Dasopang, Tombak, Hasibuan, Harahap, Rumpia, Dongoran, Panai, dan Munteh.28 Selain suku Mandailing yang mendiami wilayah ini, suku Melayu merupakan suku yang pernah mendiami wilayah Labuhan Batu ini. Wilayah bagian Labuhan Batu telah dihuni oleh suku Mandailing dan suku Melayu dari dataran tinggi. Adapun ciri-ciri suku Mandailing bertubuh pendek dan kekar, memiliki ciri-ciri mata besar yang berwarna gelap, mulut dan bibir yang selalu tebal beserta warna kulit yang lebih pucat dari suku Melayu. Pada penggunaan bahasa sehari-hari yang digunakan penduduk masa itu bahasa Melayu dan bahasa Mandailing. Bahasa Melayu diucapkan dalam dialek Panai yang tidak dapat dipahami oleh orang asing, bagian bahasa Mandailing di Kota Pinang memiliki banyak kesamaan dengan Mandailing, jika bagian daerah atas Bilah bahasanya mendekati bahasa Toba. Penduduk Labuhan Batu mayoritas memeluk
27
Zudan Arif.,2019.Penduduk Indonesia dari Masa ke Masa.,hlm 37
28 J.B.Neuman.,op cit.hlm 47
18
ajaran agama islam yang terdiri dari suku Mandailing, Minang yang menjadi Melayu dan sebagian penduduk Labuhan Batu tidak memiliki agama.29
Jumlah penduduk Labuhan Batu tidak dapat dihitung berdasarkan bagian wilayahnya. Namun, jumlah penduduk disetiap wilayah bisa dilihat dari jumlah rumah tangga di empat wilayah bagian Labuhan Batu tersebut. Bagian wilayah Bilah dengan konsentrasi jumlah rumah tangga berjumlah 869 dengan 37 jumlah kampung.30 Bagian wilayah Panai memiliki jumlah rumah tangga 490 dengan 28 jumlah kampung.31 Bagian wilayah Kota Pinang jumlah rumah tangga berjumlah 884 dengan 45 jumlah kampung.32 Pada bagian wilayah Kampung Raja jumlah rumah tangga 132 dengan 14 jumlah kampung.33
Konsentrasi jumlah rumah tangga di setiap wilayah Labuhan Batu di jumlah kan pada Bilah berjumlah 869 rumah tangga, Panai berjumlah 490 rumah tangga, Kota Pinang berjumlah 884 rumah tangga dan Kampung Raja berjumlah 132 rumah tangga, total keseluruhan jumlah rumah tangga yang di Labuhan Batu berjumlah 2.375 rumah tangga.
Mata pencarian utama penduduk yaitu bertani dimana sebagian besar penduduk membuka ladang untuk menanam padi, jagung dan karet. Dari hasil penanaman ini penduduk dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam bertani penduduk
19
laki-laki dan perempuan bahkan anak-anak terlibat aktivitas bertani, namun perkembangan bertani masih sangat rendah.34 Selain bertani, penduduk melakukan aktivitas perburuan dan memancing untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam aktivitas bertani, jenis tanam yang dipilih penduduk yaitu padi. Penduduk menanam padi disetiap lahan yang tersedia, namun lahan yang dipakai merupakan lahan yang awal nya ditanam karet, hal ini menyebabkan lahan itu tidak dapat digunakan untuk menanam padi dan sejenis nya.
Labuhan Batu tergolong memiliki iklim yang baik, meskipun bergitu daerah rawa terdapat diwilayah ini. Hal inilah yang menyebabkan munculnya berbagai penyakit misalnya penyakit malaria dan cacar. Selain karena daerah yang rawa, makanan yang buruk, air yang tidak bersih, lingkungan yang kotor menjadi penyebab penyakit ini dan berdampak dengan kondisi kesehatan penduduk yang buruk. Selain penyakit malaria yang terdapat di Labuhan Batu, pada tahun 1869 cacar merajalela selama enam bulan banyak penduduk yang meninggal dunia. Diketahui selain penyakit malaria dan cacar, penyakit kolera juga pernah terjadi di Labuhan Batu tepat pada tahun 1874-1877 sekitar 1.000 jiwa meninggal dunia.35
34 H.H.Morison, op cit.,hlm 21
35M.Hamester,op cit.,hlm 96
20 2.3 Pemerintahan
Pemerintahan merupakan struktur politik konkrit yang paling penting dalam pengelolaan negara. Pemerintahan menunjukan pada aktivitas kekuasaan dalam berbagai ranah publik, tindakan kehendak yang dapat mengubah kebijakan karena itu tugas pemerintahan ialah mengidentifikasi masalah dan mencari pemecahannya36. Sistem pemerintahan Labuhan Batu sebelum menjadi Onderafdeeling Labuhan Batu menggunakan sistem Monarki37 yang menjadi Kepala Pemerintahan disebut Raja atau Sultan. Terdapat empat Kesultanan yang memerintah di Labuhan Batu yaitu: Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir, Kesultanan Kota Pinang di Kota Pinang, Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama dan Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik. Diantara keempat Kesultanan tersebut Kesultanan Kota Pinang, Bilah dan Panai berasal dari keturunan yang sama, berasal dari Batara Sinomba, sedangkan Kesultanan Kualuh asal dari Asahan.38
Pada setiap Kesultanan yang terdapat di Labuhan Batu penyebutan kepada pemimpin atas wilayah berbeda, pada bagian Kesultanan Bilah dan Panai kedua Kesultanan ini menyandang gelar Marhom Mangkat, Tengku Sultan, Bidar alam dan Sultan Tengku, Mangidar Alam sekarang Gagar Alam, sedangkan pada bagian Kota
36Muhtar Haboddin, Pengantar Ilmu Pemerintahan.,2015. hlm 4
37 Sistem Monarki adalah sistem bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja atau ratu sebagai kepala negaranya dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
38 Drs.Untung Zendi Margono, 1990. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat l Labuhan Batu.hlm 2
21
Pinang disebut ijang di Pertuan besar.39 Berikut sejarah singkat dari keempat Kesultanan di Labuhan Batu sebagai berikut:
Sejarah Kesultanan Kualuh
Kesultanan Kualuh merupakan pecahan dari Kesultanan Asahan yang berdiri pada abad XVI, Kesultanan Kualuh terikat oleh darah dengan Kesultanan Asahan sekitar tahun 1829 luas wilayah Kesultanan Kualuh 224.980 Ha.40 Kesultanan Kualuh atau Ledong, ditaklukkan oleh Asahan dalam ekspedisi melawan Kesultanan Bilah.
Sebagai hadiah, itu diberikan kepada Raja muda Muhamad Ishak dari Asahan, yang mendapat gelar Jang Dipertoean dari Asahan. Pada tahun 1865 Sultan Achamd Syah dari Asahan dinyatakan tidak sah martabatnya, administrasi Asahan untuk sementara dipercayakan kepada penguasa Kualuh dan Ledong sepupu Sultan Achamd Syah yang bernama Sultan Ali Syah. Sultan Ahmad Syah meninggalkan Istri bernama Fatimah yang sedang hamil. Untuk mengisi kekosongan kedudukan Kesultanan Kualuh sepupu dari Sultan Achamad Syah diangkat menjadi Sultan, dengan ini Sultan Achmad Syah tercatat sebagai Sultan yang ke-7 pada tahun 1808.
Setelah beberapa bulan Sultan Ali Syah menjabat, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Raja Muhammad Ishak yang merupakan putra dari Sultan Moesa Syah. Sultan Ali Syah memiliki seorang istri bernama Tengku Ampuan dan
39 Serie J Het Meleische Gebied No 39 Inlansche Rechtersgemeenchapen In Asahan 1925 Uit een Regeringrapport Laboehan Batoe,. Tijdschrift Bataviaasch Genotschap.hlm 433
40 D.G. Stibbe, op cit.,hlm 1765
22
memiliki dua anak bernama Raja Muhammad Hoesisyah & Tengku Raja Siti. Raja Muhammad Ishak dengan Raja Muhammad Hoesisyah bertunbuh bersama sampai beranjak dewasa didalam Kesultanan Asahan. Terdapat nya dua orang putra mahkota dalam satu Kesultanan, para Sultan membuat bagian wilayah Kesultanan Asahan ini dibagi dalam dua bagian. Pada bagian Raja Muhammad Hoesisyah mengusai wilayah bagian Silau. Sedangkan bagian wilayah kekuasaan Raja Muhammad Ishak di bagian Sungai Asahan hingga bagian Bandar Pulau.
Namun pada tahun 1892 terjadilah perselihan di Kesultanan Asahan, seorang Tengku mengusulkan jika Raja Muhammad Ishak sebagai Sultan yang ke-8, usulan ini mendapatkan penolakkan dari Kesultanan Asahan. Agar menghindari perpecahan yang terjadi antar Kesultanan Asahan maka diadakannya sayembara. Raja Muhammad Ishak dan Raja Hoesisyah wajib mengikuti sayembara ini, bagi kedua raja yang menjadi pemenang berhak menduduki Kesultanan Asahan yang ke-8. Raja Muhammad Hoesinyah menyerang Kualuh dari wilayah hilir melalui sungai Kualuh dan bagian Raja Muhammad Ishak menyerang dari wilayah hulu. Lalu akhirnya pada tahun 1829 Raja Muhammad Ishak dinobatkan sebagai sultan di Negeri Kualuh dengan bergelar Jang di Pertuan Muda dan Raha Muhammad Hoesinsyah menjadi sultan ke-8 kesultanan Asahan.41
41 Ibid., hlm 1770
23
Gambar 3 Silsilah Kesultanan Kualuh
Sumber : Memorie van Overgave van het Bestur van Onderafdeeling Labohan Batoe Controleur H.H. Morison, diakses pada 20 Juni 2021 pukul 17.30
Kesultanan yang terdapat di Labuhan Batu terdapat empat kesultanan, seperti yang telah disampaikan sejarah Kesultanan di Labuhan Batu tiga memiliki sejarah yang berkaitan yaitu Kesultanan Kota Pinang, Kesultanan Bilah dan Kesultanan Panai. Berikut penjelasan dari setiap sejarah Kesultanan Kota Pinang, Bilah dan Panai, sebagai berikut :
24 Sejarah Kesultanan Kota Pinang
Kesultanan Kota Pinang pertama bernama Kesultanan Pinang Awan.
Kesultanan Kota Pinang ini didirikan oleh Batara Sinomba. Diperkirakan pada awal abad ke 16 M berangkatlah Batara Sinomba melalui Tapanauli Selatan dengan rombongan yang dipimpin oleh Batara Sinomba dan adiknya Batara Guru Pinayung menurut teromba Kota Pinang Batara Guru Pinayung bernama Sultan Kumala Yang Dipertuan, ia didampingi adik perempuan mereka Puteri Lenggani.
Menurut teromba Kota Pinang, Puteri Lenggani bernama Puteri Legen, keberangkatan mereka diikuti anjing yang bernama Cempaka Putih. Tujuan menuju arah pesisir Sumatera Timur. Didekat Gunung Malea menurut teromba Panai, gunung ini berada didekat si Longganan, Batara Guru Pinayung memisahkan diri karena kawin di Mandailing dan diangkat menjadi Raja disana, serta merta bemarga Nasution. Sesampainya rombongan Batara Guru Sinomba di Otang Momok atau Kuala Teritis, ia dirajakan oleh marga Tambak Dasopang yang berada disitu. Putera dan penggantinya anya di eb t “Mar om Mangkat Di Jamb ” yang mendirikan Air Mera dan ber emayam di Pinang Awam. Adap n nama etela Mangkat “Mar om Mangkat Di Jamb ” it la karena tewa dalam penyerangan Ace . Sampai ket r nan yang dibawah mulailah timbul nama-nama yang berlainan.42
42Tengku Luckman Sinar,2006.Bangun dan Runtuhnya Kesultanan Melayu di Sumatera Timur,.hlm 5
25
Gambar 4 Wilayah Kota Pinang
Sumber: Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) diakses pada 28 Oktober pukul 11.30
Kesultanan Kota Pinang memiliki luas wilayah 252.000 Ha. Tempat kedudukan dari Kesultanan Kota Pinang berada di Kota Pinang. Batas wilayah Kota Pinang berbatasan dengan wilayah Bilah bagian Utara, dengan Panai bagian barat, dengan Bengkalis bagian selatan.43
43D.G. Stibbe. En S. Gravenhage: Martinus Nijhoff 1937. Encyclopaedie Van Nederlandsch-Indie.,hlm 1771
26
Tabel 1: Nama-nama Sultan yang memerintah di Kesultanan Kota Pinang periode 1630-1872
No Sultan yang memerintah Periode
1. Marhom Mangkat di tasik 1630-1680
2. Marhom Kahar 1680-1710
3. Marhom Mangkat Si Semoet 1710-1715
4. Marhom Mangkat Hedondong 1715-1725
5. Marhom Toeah 1725-1780
6. Marhom Moeda 1780-1795
7. Marhom Mangkat Poeloe Biramata 1795-1815
8. Marhom Mangkat Kala Panai (Besar) 1815-1871
9. Jang di Pertoean Sati 1872
Sumber: J.B. Neuman, 1866.Schets der Afdeeling Laboean Batoe, Res. Sumatra’s Oostkust.
Tercatat ada 9 orang Sultan yang berhasil memerintah di Kesultanan Kota Pinang dengan periode jabatan yang berbeda. Sultan pertama yang memimpin bernama Marhom Mangkat di tasik periode jabatan pada tahun 1630-1680 selama 50 tahun. Periode lama jabatan terletak di Sultan Marhoem Mangkat Kala Panai (Besar)
27
selama 56 tahun dan Sultan yang periode singkat terletak di Sultan Marhoem Mangkat di Si Semoet hanya 5 tahun periode jabatan.
Gambar 5 Istana Kesultanan Kota Pinang di Labuhan Batu
Sumber : Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) diakses pada 22 Juli 2021 pukul 12.48
28 Sejarah Kesultanan Bilah
Kesultanan Bilah merupakan satu keturunan yang sama dengan Kesultanan Kota Pinang. Yang dipimpin oleh seorang Batara Sinomba yang menikahi seorang Puteri Lenggani, dan mendapatkan keturunan bernama Sultan Nusa (Marhum Mangkat di Jambu) yang berkuasa di pinang awan berperang dengan aceh. Dalam peperangan itu Marhum Mangkat tewas dibawah pohon jambu, hingga diberi gelar Marhoem Mangkat di Jambu. Untuk ketiga putranya sepakat untuk memiliki daerah kekuasaaan masing-masing. Sultan pertama Sultan Tahir Gelar Indera Alam yang berkedudukan di Bandar Kumbol, Hulu Sungai Bilah anak cabang Sungai Panai.44
Periode kekuasaan Sultan Tahir Gelar Indera Alam ini dimulai pada tahun 1623. Adapun wilayah kekuasaan Sultan Tahir Gelar Indera Alam ini yaitu:
Kesultanan Rantau Prapat, Siringo-ringo, Gunung Meria, Banda Kubul, Sibargot, Tanjung Medan, Huta Pinang, Sihera-hera, Pulau Hopur, Hasapang, Pulau Gordan, Japadang,Tardos,Pisang Lela, Belangir, Pulau Martong, Napor-por, Batu Tunggal, Pulau Jattam dan Melayu. Seluruh Kesultanan itu berdekatan antara satu dengan yang lain, yaitu mulai dari Rantau Prapat mengikuti jalur sungai Bilah dan anak Sungai Bilah tersebut sampai ke Hulu yang berbatasan dengan Tapanauli Selatan yang kurang jaraknya 30 km dari Rantau Prapat.
44Tengku Luckman Sinar,2006.Bangun dan Runtuhnya Kesultanan Melayu di Sumatera Timur,.hlm 1
29
Tabel 2: Nama-nama Sultan yang memerintah Kesultanan Bilah periode 1623-1904
No Sultan yang memerintah Periode
1. Marhom Mangkat Hoemboel di Gunung Suawasa 1623-1630 2. Marhom Mangkat Simpang di Gunung Suawasa 1630-1650
3. Marhom Mangkat Si pege 1670-1700
4. Marhom Mangkat Alaban 1720-1760
5. Marhom Sakti Alaban 1720-1760
6 Sultan Rahmat Sjah Alaban 1800-1835
7 Marhom Mangkat Sungai Abal 1800-1835
8. Marhom Mangkat Kota Lama 1835-1865
9. Sultan Bidar Alam Negeri Lama 1865- 1904 Sumber: J.B. Neuman,1866.Schets der Afdeeling Laboean Batoe, Res. Sumatra’s Oostkust.
Pada Kesultanan Bilah terdapat 9 orang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Bilah ini tercatat mulai dari tahun 1623-1904. Kedudukan sultan yang terlama pada Kesultanan Bilah berada di Marhoam Mangkat Alaban selama 40 tahun
30
telah memerintah Kesultanan Bilah, sultan yang tersingkat memerintah yaitu Marhoam Mangkat Hoemboel di Gunung Suawasa hanya selama 7 tahun saja.45
Gambar 6 Wilayah Kesultanan Bilah di Labuhan Batu
Sumber : Memorie van Overgave van het Bestur van Laboehan Batoe Controleur H.H. Morison, diakses pada 20 Juni 2021 pukul 10.15
45J.B. Neuman,1866.Schets der Afdeeling Laboean Batoe, Res. Sumatra’s Oostkust.hlm 17
31 Sejarah Kesultanan Panai
Kesultanan Panai yang dipimpin seorang Raja bernama Raja Murai (Marhom Mangkat Nulong) pada periode kekuasaan tahun 1695. Sejak berdiri nya Kesultanan Panai yang berpusat di Kampung Sipege, dimulai pada permulaan abad-18.46 Tercatat ada 7 orang Sultan yang memerintah kesultanan Panai periode 1670-1856, Sultan pertama bernama Marhom Mangkat Si Pege I tahun 1670-1700, periode Sultan yang tersingkat pada Marhom Saleh selama 15 tahun, Sultan yang periode terlama di Marjom Mangkat Labuhan Bilik dari periode 1813-1856 Selama 43 tahun.47 Luas wilayah Kesultanan Panai 103.010 Ha.
Gambar 7 Wilayah Kesultanan Panai di Labuhan Batu
Sumber : Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) diakses pada 28 Oktober 2021 pukul 11.48
46 Tengku Luckman Sinar,2006.Bangun dan Runtuhnya Kesultanan Melayu di Sumatera Timur,hlm 1
47 Edo Syahputra, 2018. Dari Kampung Labuhan Batu Hingga Rantau Prapat: Perpindahan Pusat Administrasi Kolonial Belanda di Labuhan Batu tahun 1865-1932.Skripsi, belum diterbitkan Medan: Program studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara., hlm 46
32
Dalam Kesultanan Panai terdapat ada tujuh orang sultan yang pernah menjabat di Kesultanan Panai ini. Masa jabatan di mulai pada tahun 1670 yang di jabat seorang sultan yang bernama Marhoem Mangkat Si Page I. Masa jabatan dari setiap sultan-sultan Panai berbeda, terlihat dari masa periode jabatan mereka pada saat mereka menjadi seorang Sultan. Berikut nama-nama Sultan yang tercatat di Kesultanan Panai:
Tabel 3: Nama-nama Sultan yang memerintah di Kesultanan Panai periode 1670-1856
No Sultan yang memerintah Periode
1. Marhom Mangkat Si Pege I 1670-1700
2. Marhom Mangkat Si Pege II 1700-1720
3. Marhom Mangkat Mesigit 1720-1775
4. Marhom Saleh 1775-1790
5. Marhom Sati Negri Baroe 1790-1813
6.
Marhom Mangkat Labuhan Bilik
1813-1856
7. Sultan Gagar Alam 1856
Sumber: J.B. Neuman, 1866.Schets der Afdeeling Laboean Batoe, Res. Sumatra’s Oostkust.
33
Belanda memasuki wilayah Labuhan Batu sekitar tahun 1805-1825 namun diketahui pada masa tersebut Belanda belum menguasai wilayah Labuhan Batu.
Kedatangan Belanda pertama kali untuk memenuhi permintaan Sultan Mustafa dari kesultanan Kota Pinang. Pada ekspedisi militer tahun 1862 Belanda mulai memasuki wilayah Labuhan Batu melalui Sungai Barumun.48 Kedatangan Belanda ke Labuhan Batu selain untuk memenuhi permintaan dari Sultan Mustafa, Belanda perlahan menguasai Labuhan Batu dengan menanamankan modal perkebunan dan mengubah bentuk tatanan sistem pemerintahan Labuhan Batu.
Bentuk tatanan sistem pemerintahan Labuhan Batu berubah dari sistem Kesultanan menjadi sistem pemerintahan Belanda. Kepala pemerintahnya bukan seorang Sultan melainkan kepala bagian dinamakan seorang controleur. Ekspedisi militer Belanda untuk menaklukan Labuhan Batu mendapat perlawanan yang sangat keras dari Sultan Asahan. Dengan ini, Belanda menggunakan cara dengan memberikan ancaman akan membinasakan kesultanan Asahan karena menentang pemerintah Belanda. Untuk menaklukan Asahan Belanda menaklukan terlebih dahulu melalui penyerangan dari Batu Bara. Batu Bara berhasil ditaklukan Belanda, dengan keberhasilan Belanda dari sinilah Belanda kemudian mengepung Asahan.
Pada bulan September tahun 1865, pasukan Belanda dapat memasuki Asahan.
Setelah berhasil Belanda menguasai Asahan dan Batu Bara maka wilayah lainnya di Labuhan Batu akan mendapat ancaman dari Belanda. Kedatangan Belanda ke
48Ahmadi Lukman dkk,1991.Sejarah Perkembangan Pemerintahan Departeman Di Dalam Negeri Di Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara (Masa Pemerintahan/Pendudukan Kolonial Belanda Dan Jepang Di Sumatera Timur), hlm 54
34
Labuhan Batu menempatkan E.Netscher sebagai pemimpin dari penjajah Belanda saat memasuki Labuhan Batu pada tahun 1862 yang berpangkat sebagai Residen Riau.
Namun, kedatangan Belanda ke wilayah Labuhan Batu membawa dampak negatif dalam persaudaraan kesultanan yang terdapat di Labuhan Batu, Kedatangan Belanda membuat perpecahan diantara sesama Sultan maupun Raja-raja yang berkuasa pada masa itu. Kedatangan Belanda telah memperuncing perselisihan antara kesultanan yang terdapat di wilayah ini.49
Sekitar tahun 1860 terjadi perpecahan antar kesultanan, perpecahan tersebut terjadi disebabkan karena sakit hati antar Sultan atau Raja-raja yang menimbulkan api dendam oleh sultan yang sedang lemah. Perasaan sakit hati antara Sultan atau Raja terjadi di dalam Sultan Kota Pinang Sultan Mustafa sakit hati pada Sultan Mangedar
Sekitar tahun 1860 terjadi perpecahan antar kesultanan, perpecahan tersebut terjadi disebabkan karena sakit hati antar Sultan atau Raja-raja yang menimbulkan api dendam oleh sultan yang sedang lemah. Perasaan sakit hati antara Sultan atau Raja terjadi di dalam Sultan Kota Pinang Sultan Mustafa sakit hati pada Sultan Mangedar