i
ONDERAFDEELING LABUHAN BATU TAHUN 1915-1942 Skripsi Sarjana
Dikerjakan
O L E H
Nama : PUTRI NOVIANTI SIMATUPANG Nim : 170706001
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas kebaikkan dan rahmat Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulisan skripsi ini adalah syarat wajib dan terakhir yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini penulis menuliskan tentang Labuhan Batu pada masa Kolonial Belanda. Penulisan skripsi ini berjudul Onderafdeeling Labuhan Batu Tahun 1915-1942. Penulisan skripsi ini mengambarkan tentang perkembangan Onderafdeeling Labuhan Batu tahun 1915-1942.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Dengan itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membantu penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, November 2021 Penulis
Putri Novianti Simatupang Nim: 170706001
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan disebabkan oleh dorongan, motivasi, bantuan, kritik, saran dan doa terhadap penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bersedia mendorong dan membantu penyelesaian penulisan skripsi ini. Terkhusus kepada kedua orang tua penulis, kepada Ayah Hamzah Hariom Uli Simatupang yang memberikan nasihat, motivasi dan dukungan yang baik berupa materil dan inmateril kepada saya, agar dapat memenuhi kebutuhan selama menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara agar selesainya skripsi ini dan kepada Ibu Kristina Samosir yang selalu memberikan kasih sayang serta mendoakan dan memberi semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepada Kakak penulis Santa Simatupang, Adik penulis Adventi Simatupang dan Perdana Simatupang yang selalu ada untuk memberikan motivasi dan mendoakan penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan pihak yang telah memberikan pengaruh yang besar baik selama perkuliahan serta dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini :
1. Ibu Dr. Dra T.Thyrhaya Zein M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta kepada Wakil Dekan beserta Staf pegawai Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Lila Pelita Hati M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang turut membantu lancarnya pengerjaan penulisan skripsi ini.
viii
3. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah yang turut membantu penulis dalam kelancaran tugas akhir skripsi ini.
4. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum., selaku Dosen pembimbing tugas akhir skripsi penulis. Kebaikan beliau tidak akan dilupakan, serta terima kasih atas kesabaran saat membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan beserta masukan selama proses pengerjaan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Suprayitno, M.Hum selaku Dosen Penasehat Akademik penulis yang telah sabar membimbing dan memberikan nasehat kepada penulis selama masa perkulihan.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen staf pengajar Program Studi Ilmu Sejatah yang telah memberikan ilmu nya kepada penulis baik dari segi pengetahuan, pengalaman serta wawasan selama penulis menjadi seorang mahasiswa didalam kampus ataupun di luar jam perkuliahan. Tidak lupa juga kepada Staf Administrasi Program Studi Ilmu Sejarah, Bang Ampera yang telah banyak membantu penulis perihal administrasi kampus ataupun administrasi tugas akhir skripsi ini.
7. Terima kasih juga saya ucapkan kepada orang-orang yang membatu dalam terselesainya skripsi ini kepada Bapak Dr.M.Taufik,M.Si kepala Arsip Nasional Republik Indonesia, kepada Bapak Drs.Muhammad Syarif Bando, M.M, kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan kepada Bapak Eiwan Budi Kuswara beserta Bapak Muhammad Zen Ajrai yang membantu penulis saat mencari sumber di Perpustakaan & Arsip Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Tak lupa kepada Bang Aziz, Bang Junaidi, yang membantu saya dalam melakukan perjalanan dan yang mengarahkan mencari sumber pelengkap tugas akhir skripsi.
8. Terima kasih kepada teman-teman pelayanan saya, sahabat dan saudara yakni:
Tuti Hutasoit, Hokhop Sianipar, Nurafni Damanik, Liliy Marbun, Fanidia Tumanggor, Trya Sihombing, Emilia Sitorus, Rena Situmorang, Rita Rumahorbo, Sartika Padang, Kevin Simangunsong, Jenni Hasibuan, Andri
ix
Marbun, Tika Clara, Santio Haloho, Sondang Manik, Leo Ginting, Theo Harefa, Andreas Purwanto Sitio, Novia Simatupang, Lasma Simatupang, Yohanes Sirait, Tomi Tambun, Falda Pasaribu, Miclorizon Sitorus, Hardirdrah Simbolon, Dobi Sinaga, Samuel Simanjuntak, Santi Siregar, Yora Panjaitan, Monica Simatupang, Devi Pasaribu, Sela Silalahi dan lain sebagainya yang telah memberi semangat dan mendoakan penulis tetap optimis mengerjakan tugas akhir skripsi ini.
9. Terima kasih juga saya ucapakan kepada teman-teman seperjuangan ANRI yakni: Marta Tampubolon, Ester Deatri, Jelia Sinaga, Haris Wibowo, dan kepada teman-teman yang telah membantu penulis saat ujian proposal Berliana Ambarita, Yunvini Simarmata, Santi Manulang, Primus Sinaga, Eva Sianturi dan kepada seluruh keluarga besar Ilmu Sejarah stambuk 2017 yang telah berjuang bersama untuk meraih gelar Sarjana, Terima kasih kebersamaannya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Semoga kebaikan selalu menyertai kita semua. Amin
Medan, November 2021 Penulis
Putri Novianti Simatupang Nim: 170706001
x DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...i
UCAPAN TERIMA KASIH ...ii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL...vii
DAFRAR GAMBAR ...viii
DAFTAR LAMPIRAN ...ix
DAFTAR ISTILAH ...xi
ABSTRAK ...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Rumusan masalah...4
1.3 Tujuan dan Manfaat penulisan ...4
1.4 Tinjauan Pustaka ...5
1.5 Metode Penulisan ...8
BAB II LABUHAN BATU SEBELUM MENJADI ONDERAFDEELING TAHUN 1915 2.1 Wilayah ...11
2.2 Penduduk ...17
2.3 Pemerintahan ...20
xi
BAB III LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA ONDERAFDEELING LABUHAN BATU 1915
3.1 Perkembangan Ekonomi ...39
3.2 Penduduk ...41
3.3 Reorganisasi Sumatera Timur ...43
BAB IV PERKEMBANGAN ONDERAFDEELING LABUHAN BATU TAHUN 1915-1942 4.1 Wilayah ...52
4.2 Penduduk ...55
4.3 Pemerintahan ...58
4.4 Investasi Perkebunan Onderafdeeling Labuhan Batu ...61
4.5 Sarana dan Prasarana...64
4.5.1 Pendidikan ...64
4.5.2 Kesehatan ...68
4.5.3 Jalur Transportasi ...73
BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan ...77
5.2 Saran ...79
DAFTAR PUSTAKA ...80
LAMPIRAN ...83
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Nama-nama Sultan yang memerintah di Kesultanan
Kota Pinang periode 1630-1872...26 Tabel 2 : Nama-nama Sultan yang memerintah Kesultanan
Bilah periode 1623-1904 ...29
Tabel 3 : Nama-nama Sultan yang memerintah di Kesultanan
Panai periode 1670-1856...32
Tabel 4 : Populasi penduduk Onderafdeeling Labuhan Batu, Asahan
dan Batu Bara pada 31 Desember 1924 ...42
Tabel 5 : Jenis ternak-ternak menurut wilayah tahun 1923 ...55
Tabel 6 : Jenis ternak-ternak menurut wilayah tahun 1925 ...56
Tabel 7 : Jumlah sekolah tiap Onderafdeeling
tahun 1908-1925...65
Tabel 8 : Jumlah sekolah swasta di bagian wilayah
Onderafdeeling Labuhan Batu ...66
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Wilayah Labuhan Batu ...12
Gambar 2 : Sungai Bilah di Labuhan Batu ...14
Gambar 3 : Silsilah Kesultanan Kualuh ...23
Gambar 4 : Wilayah Kota Pinang...25
Gambar 5 : Istana Kesultanan Kota Pinang di Labuhan Batu ...27
Gambar 6 : Wilayah Kesultanan Bilah di Labuhan Batu ...30
Gambar 7 : Wilayah Kesultanan Panai di Labuhan Batu ...31
Gambar 8 : Catatan distribusi Kesultanan Bilah,Panai, Kota Pinang ...37
Gambar 9 : Wilayah Keresidenan Sumatera Timur ...43
Gambar 10 : Wilayah Afdeeling Asahan ...48
Gambar 11 : Wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu ...52
Gambar 12 : Pasar Karet Rakyat Labuhan Batu...62
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Nama-nama kampung dan Jumlah rumah tangga di wilayah Bilah tahun 1877.
Lampiran 2 : Nama-nama kampung dan Jumlah rumah tangga di wilayah Panai tahun 1877.
Lampiran 3 : Nama-nama kampung dan Jumlah rumah tangga di wilayah Kota Pinang tahun 1877.
Lampiran 4 : Nama-nama kampung dan Jumlah rumah tangga di wilayah Kampung Raja tahun 1877.
Lampiran 5 : Nama-nama controleur di Labuhan Batu Masa jabatan tahun 1864-1894.
Lampiran 6 : Nama Barang Ekspor Labuhan Batu 1864.
Lampiran 7 : Nama Barang Impor Labuhan Batu 1864.
Lampiran 8 : Jumlah penduduk di Labuhan Batu berdasarkan wilayah.
Lampiran 9 : Nama-nama controleur di Labuhan Batu, Labuhan Bilik, Aek Kota Batu, Rantau Prapat.
Lampiran 10 : Jumlah Kematian Penduduk tahun 1926.
Lampiran 11 : Jumlah Guru, Siswa ditiap wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu.
xv
Lampiran 12 : Tengku besar Bilah dan Kualuh di perbatasan batu antara desa mereka di Rantau Prapat.
Lampiran 13 : Kantor Polisi bagian wilayah Rantau Prapat.
Lampiran 14 : Pembukaan Istana Jang di Pertuan di Kota Pinang Baru.
Lampiran 15 : Istana di Negeri Lama utara Rantau Prapat.
xvi
DAFTAR ISTILAH
Afdeeling : Sebuah wilayah administrasinya pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Administratornya dipegang oleh seorang Asisten Residen. Afdeeling merupakan bagian dari suatu Keresidenan.
Onderafdeeling : Suatu wilayah administratif yang diperintah oleh seorang Controleur pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Sebuah Onderafdeeling terdiri dari atas beberapa landschap (setingkat Kecamatan).
Residen : Penjabat Pemerintah Hindia Belanda yang memimpin wilayah Afdeeling sebutan sekarang seorang Gubernur.
Asisten Residen : Pejabat Pemerintah Hindia Belanda yang memimpin wilayah Onderafdeling (Kecamatan).
Controleur : Jabatan pemerintahan yang pernah ada di Indonesia pada zaman Hindia Belanda.
xvii
Demang : Seorang Demang hanya ditempati oleh seorang pribumi saja, adapun tugas seorang Demang sebagai perantaran informasi.
K.P.M : Koninklijke Paketvaart Maatschappij adalah perusahaan pelayaran kerajaan adalah sebuah perusahaan pelayaran yang mempunyai kedudukan hukum di Belanda.
Matri : Seorang yang memiliki jabatan tertentu untuk
melaksanakan tugas keahlian pada rumah sakit ataupun di poliklinik disebut sebagai pembantu dokter.
Onderneming : Adalah perkebunan yang diusahakan secara besar-besaran dengan alat canggih. Penamaan Onderneming ini dimasa penjajahan Belanda untuk menamakan sebuah perkebunan.
mm : Satuan yang menunjukan jumlah curah hujan dalam satuan milimeter. Satuan milimeter hujan berarti air hujan yang turun diwilayah seluas satu meter persegi.
xviii ABSTRAK
Penulisan skripsi ini mengkaji Latar belakang Onderafdeeling Labuhan Batu Tahun 1915 dan Perkembangan Onderafdeeling Labuhan Batu Tahun 1915-1942.
Skripsi ini juga membahas bagaimana keadaan wilayah Labuhan Batu sebelum menjadi Onderafdeeling Labuhan Batu, serta Latar belakang Onderafdeeling Labuhan Batu sampai Perkembangan dari Onderafdeeling Labuhan Batu Tahun 1915-1942. Selain itu tujuan dari penulisan ini ialah untuk mengkaji bagaimana Labuhan Batu sebelum menjadi Onderafdeeling, untuk mengetahui Latar belakang Onderafdeeling Labuhan Batu hingga Perkembangan Onderafdeeling Labuhan Batu Tahun 1915-1942. Dalam pelaksana penulisan ini menggunakan metode yang digunakan dalam melakukan penulisan sejarah ini adalah menggunakan metode penulisan sejarah, yaitu Heuristic (Pengumpulan Sumber) penulisan skripsi ini berupa arsip MvO (Memorie van Overgave) Staatblad, Besluit Binnenlandsch Bestuur, Enclcoypaedie Nederlands Indie, arsip foto serta arsip-arsip lain yang berhubungan dengan penulisan ini. Penulisan ini juga menggunakan studi kepustakaan, selanjutnya ialah Verifikasi, Interprestasi dan Historiografi. Hasil penelitian ini didapat bahwa Onderafdeeling Labuhan Batu tahun 1915 merupakan tahun status dari Onderafdeeling Labuhan Batu dimulai, Onderafdeeling Labuhan Batu berada di bawah Afdeeling Asahan. Sebelum menjadi Onderafdeeling Labuhan Batu, status kedudukan Labuhan Batu berstatus Afdeeling Labuhan Batu. Perkembangan Onderafdeeling Labuhan Batu dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang dibangun seperti sekolah, rumah sakit, dan jalur transfortasi.
Kata Kunci : Labuhan Batu, Onderafdeeling Labuhan Batu, Afdeeling Asahan, Keresidenan Sumatera Timur, Rantau Prapat.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Labuhan Batu merupakan salah satu wilayah Keresidenan yang berada di Sumatera Timur. Keresidenan Sumatera Timur dibentuk pada 15 Mei 1873 yang berkedudukan di Bengkalis.1 Labuhan Batu mempunyai letak yang strategis karena dekat dengan Semenanjung Malaka dan Selat Sumatera, wilayah Labuhan Batu ramai dilintasi oleh kapal-kapal yang hilir mudik. Labuhan Batu memiliki kekayaan alam yang melimpah seperti rotan, damar, pinang, kopi, jernang2 dan hasil hutan lainnya.
Keadaan potensi Labuhan Batu ini yang mendorong Belanda untuk menanamkan modalnya di Labuhan Batu sekaligus untuk menguasai Labuhan Batu. Masuknya Belanda ke Labuhan Batu tahun 1804 masa perang Padri. Kedatangan Belanda ke Labuhan Batu selain menanamkan modal dan menguasai Labuhan Batu. Pada awal masa kekuasaan Belanda wilayah Labuhan Batu berstatus Afdeeling3 tahun 1865 berdasarkan surat keputusan Pemerintah tertanggal 27 Juni 1865 No. 15 dan tanggal 03 Oktober 1865 No.44 yang berisikan, Pemerintah Belanda menerima sebagian
1 Bengkalis dipilih sebagai tempat kedudukan dari Keresidenan Sumatera Timur dikarenakan Bengkalis mempunyai letak yang strategis untuk dijadikan temapt wilayah kekuasaan dan dijadikan sebagai pelabuhan.
2Jernang adalah sejenis rotan anggota suku Arecaceae. Rotan ini dapat ditemui Semenanjung Malaya, Sumatra dan Kalimantan. Jernang ini dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, dupa dan bahan obat tradisional.
3 Afdeeling adalah sebuah wilayah administrasinya pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Administratornya dipegang oleh seorang asisten residen. Afdeeling merupakan bagian dari suatu Keresidenan. Suatu Afdeeling dapat terdiri dari beberapa Onderafdeeling (setingkat Kabupaten pada masa sekarang).
2
daerah yang diberikan oleh Kesultanan Panai, Bilah dan Kota Pinang, untuk dijadikan tempat kedudukan controleur4 di Labuhan Batu, serta menjadi pusat dari Afdeeling Labuhan Batu. Setelah ditetapkan kedudukan Afdeeling Labuhan Batu, pada tahun 1864 seorang controleur yang bernama J.C.F.Vigelius ditetapkan selaku controleur Labuhan Batu untuk Panai, Bilah, dan Kota Pinang.5
Afdeeling Labuhan Batu mengalami penurunan status menjadi Onderafdeeling6 Labuhan Batu pada tahun 1915. Penurunan status ini dikarenakan perkembangan ekonomi yang terdapat di Labuhan Batu tidak dapat digambarkan, Penyebaran penduduk tidak menyeluruh disetiap wilayah bagian Labuhan Batu dan terjadinya Reorganisasi Sumatera Timur pada tahun 1915 Keresidenan Sumatera Timur berubah status kedudukan wilayah nya dari Keresidenan menjadi Provinsi.
Penurunan status kedudukan ini, menjadikan Afdeeling Labuhan Batu berada dibawah Afdeeling Asahan sebagai Onderafdeeling Labuhan Batu.
Di setiap Onderafdeeling dibagi menjadi beberapa distrik7Onderafdeeling Labuhan Batu memiliki distrik terbanyak terdapat 13 distrik yang tersebar di empat
4Controleur adalah sebuah jabatan pemerintahan yang pernah ada di Indonesia pada zaman Hindia Belanda. Dalam penyelenggaraan nya, dibentuk sebuah jabatan fungsional diantara pemerintahan Belanda dan pribumi yang hanya dapat dijabatan oleh orang kulit putih, yang sifatnya non struktural dan berfungsi sebagai penghubung antara pemerintahan Belanda dengan pemerintahan Pribumi. Dalam pelaksanaannya, Controleur dianggap sebagai koordinator pengawasan dari pemerintahan Belanda hingga ke tingkat paling rendah, di struktur pemerintahan Hindia Belanda.
Dimasing-masing kwedanan diangkat seorang pejabat sebagai controleur, sedangkan di Kecamatan diangkat seorang asisten Controleur.
5 Edo Syahputra, 2018. Dari Kampung Labuhan Batu Hingga Rantau Prapat: Perpindahan Pusat Administrasi Kolonial Belanda di Labuhan Batu tahun 1865-1932.Skripsi, belum diterbitkan Medan: Program studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara., hlm 46.
6 Onderafdeeling adalah suatu wilayah administratif yang diperintah oleh seorang Controleur pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Sebuah Onderafdeeling terdiri dari atas beberapa landschap (setingkat Kecamatan).
7 Setiap Onderafdeeling dipecah pula atas beberapa distrik yang diperintahi oleh kepala distrik (disterictshoofd) atau disebut juga Demang.
3
bagian kesultanan yaitu Kesultanan Kualuh terdiri dari tiga distrik, Bilah terdiri dari empat distrik, Panai terdiri dari tiga distrik, Kota Pinang terdiri dari tiga distrik.
Selain itu, Onderafdeeling Labuhan Batu sebagai bagian wilayah lahan tanaman karet yang mengalami peningkatan tajam8. Hal ini dapat lihat tahun 1934 ekspor karet rakyat dari Labuhan Bilik sebagai pelabuhan utama ekspor karet rakyat wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu mencapai 4.012 ton, serta pembangunan sarana dan prasarana mengalami perkembangan di wilayah Onderafdeeling Labuhan Batu.9
Dari uraian diatas penulis memiliki ketertarikan untuk menulis Onderafdeeling di Labuhan Batu karena mengenai Onderafdeeling Labuhan Batu belum pernah dituliskan sebelumnya. Terbentuknya Onderafdeeling Labuhan Batu terjadi saat Keresidenan Sumatera Timur menjadi provinsi dan Onderafdeeling Labuhan Batu berada di bawah Afdeeling Asahan. Adapun beberapa penulisan mengenai Labuhan Batu hanya mengkaji tentang Perpindahan Pusat Administrasi Kolonial Belanda di Labuhan Batu Tahun 1865-1932, Dampak Pemekaran Kabupaten Labuhan Batu, Serta Perkembangan Afdeeling Asahan Tahun 1867-1942.
Untuk itu penulisan-penulisan mengenai Labuhan Batu yang pernah ditulis sebelumnya tidak terfokus secara langsung tentang Onderafdeeling Labuhan Batu.
Penulis memberi judul penulisan ini mengenai “Onderafdeeling Labuhan Batu Tahun 1915-1942”. Alasan penulis memilih periodisasi awal penulisan pada tahun 1915-1942 karena pada tahun 1915 awal terbentuknya Onderafdeeling Labuhan Batu,
8 Edi Sumarno, 1998. Pertanian Karet Rakyat Sumatera Timur 1863-1932. Tesis S2, belum diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1998, hlm,. 27.
9 Edo Syaputra, op.cit., hlm 99.
4
sedangkan tahun 1942 merupakan tahun beralihnya kekuasaan pemerintahan Hindia- Belanda ke masuknya awal pemerintahan Jepang.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam melakukan penulisan, rumusan masalah merupakan pokok yang sangat penting. Rumusan masalah yang akan memudahkan penulis dalam mengumpulkan data dan analisis data. Dalam penulisan ini akan membahas beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana Labuhan Batu sebelum menjadi Onderafdeeling 1915 ?
2. Bagaimana Latar belakang terbentuknya Onderafdeeling Labuhan Batu tahun 1915 ?
3. Bagaimana Perkembangan Onderafdeeling Labuhan Batu tahun 1915-1942 ?
1.3 Tujuan dan Manfaat penulisan
Penulisan memiliki tujuan dan manfaat yang penting, bukan hanya bagi penulisan tetapi juga bagi masyarakat umum. Tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan Labuhan Batu sebelum menjadi Onderafdeeling Labuhan Batu tahun 1915.
2. Menjelaskan Latar belakang terbentuknya Onderafdeeling Labuhan Batu tahun 1915.
3. Menjelaskan Perkembangan Onderafdeeling Labuhan Batu tahun 1915-1942.
5
Adapun manfaat dalam penulisan ini sebagai berikut :
1. Dalam bidang Ilmu Sejarah untuk menambah referensi dan kajian tentang Onderafdeeling di Labuhan Batu.
2. Dalam masyarakat umum untuk memberi pengetahuan dan sumber bacaan yang baru tentang Onderafdeeling di Labuhan Batu tahun 1915.
3. Penulisan ini diharap memberikan informasi tentang Onderafdeeling Sumatera Timur terkhusus bagian Labuhan Batu.
1.4 Tinjauan pustaka
Penulisan mengenai Onderafdeeling Labuhan Batu ini secara fokus belum pernah dilakukan. Untuk melakukan data awal yang membantu penulis dalam menjelaskan tentang Onderafdeeling Labuhan Batu, penulis akan menggunakan beberapa karya ilmiah berupa buku, skripsi serta jurnal yang dapat membantu penulis dalam menganalisis tentang Onderafdeeling Labuhan Batu tersebut.
Tengku Luckman Sinar (2006) dalam Bangun Dan Runtuhnya Kesultanan Melayu Di Sumatera Timur. Buku ini membahas tentang Sumatera Timur menjadi Residensi yang berdiri sendiri tersendiri tepat yang berkedudukan di Bengkalis. Pada tanggal 15 Mei 1873, Tamiang, Langkat, Deli, Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Siak, Rokan dijadikan Belanda dalam satu wilayah Residensi Sumatra Timur beribukotakan di pulau Bengkalis, sedangkan Tapanuali masih digabung dengan Residensi Sumatera Barat. Residensi ini terbagi atas Afdeeling Deli, Afdeeling Asahan, Afdeeling Labuhan Batu, Afdeeling Siak. Pada tahun 1887 kedudukan
6
ibukota Residensi Sumatera Timur dipindahkan ke Labuhan Deli pada tahun 1889 dipindahkan lagi dari Labuhan Deli ke Medan. Residensi Sumatera Timur lalu dirombak menjadi lima Afdeeling dan beberapa Onderafdeeling di bawah pengamatan seorang controleur.
P. P Bangun, dkk (1976) dalam Sejarah Daerah Sumatera Utara Proyek Penulisan dan Pencatatan Kebudayaan Daerah 1976/1977. Buku ini menjelaskan tentang Keresidenan Sumatera Utara terbagi dua bagian yaitu Keresidenan Sumatera Timur dan Keresidenan Tapanauli. Residen merupakan penguasaan pemerintah setempat yang tunduk kepada kekuasaan Gubernur. Daerah yang berada di kekuasaan Belanda terbagi dua yaitu daerah yang langsung diperintahkan oleh kekuasaan kolonial dan daerah swapraja. Di bawah residen berkedudukan Asisten Residen yang mengepalai Afdeeling. Tiap-tiap Afdeeling dipecah lagi atas beberapa Onderafdeeling yang masing-masing dikepalai oleh controleur. Tiap-tiap Onderafdeeling dipecah pula atas beberapa distrik yang diperintahi oleh kepala distrik (districtshoofd) atau disebut Demang.
Tengku Luckman Sinar (1970) dalam Sari Sedjarah Serdang. Buku ini membahas tentang kedudukan Residensi Sumatera Timur dipindahkan yang awalnya dari Labuhan dan dari Bengkalis ke Medan, Residensi Sumatera Timur terbagi beberapa Afdeeling yang disetiap wilayah Afdeeling langsung berada dibawah Residen, Afdeeling terbagi menjadi Onderafdeeling.
Edo Syahputra (2018) dalam Dari Kampung Labuhan Batu hingga Rantau Prapat: Perpindahan Pusat Administrasi Kolonial Belanda di Labuhan Batu Tahun
7
1865-1932. Skripsi ini membahas tentang Perpindahan pusat pemerintahan Labuhan Batu, Pertama kali pusat pemerintahan Labuhan Batu berkedudukan di Labuhan Batu, tahun 1895 dipindahkan ke Merbau, tahun selanjutnya 1928 dipindahkan ke Aek Kota Baru dan tahun 1932 dipindahkan lagi ke Rantau Prapat. Perpindahan pusat pemerintahan disebabkan oleh faktor wilayah yang kurang luas dan tidak strategis jika dijadikan pusat pemerintahan.
Edi Sumarno (1998) dalam Perkembangan Karet Rakyat Sumatera Timur 1863-1942. Tesis ini membahas tentang Perkembangan perkebunan di Sumatera Timur, Onderafdeeling Labuhan Batu bagian wilayah yang mengalami perkembangan lahan karet. Labuhan Batu termasuk bagian dari Cultuurgebied bagian Selatan. Selain perkebunan karet, Labuhan Batu juga menjadi wilayah penanaman kelapa sawit, padi, dan teh. Pada perkembangan perkebunan sebagai akses menggunakan jalur transportasi sungai.
Sri Dayanti Butar Butar (2019) dalam Perkembangan Afdeeling Asahan Tahun 1867-1942. Skripsi ini membahas tentang Asahan dijadikan Afdeeling, Afdeeling Asahan terdiri dari beberapa Onderafdeeling yaitu Onderafdeeling Batu Bara, Onderafdeeling Asahan, Onderafdeeling Labuhan Batu. Afdeeling ini dipimpin oleh asisten residen yang berkedudukan di Tanjung Balai. Setelah pada tahun 1885 Belanda secara penuh menguasai Asahan, hingga dibentuknya Afdeeling Asahan pada tahun 1867, Afdeeling Asahan mengalami perkembangan di bawah kekuasaan
8
pemerintah Belanda. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya onderneming-onderneming10 yang dibuka seperti tanaman karet dan kelapa sawit.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan adalah suatu cara atau aturan yang digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta guna mencari kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam penulisan peristiwa sejarah pada masa lampau yang dilakukan dalam bentuk penulisan sejarah atau historiografi, harus menggunakan metode sejarah.11 Metode sejarah merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak peninggalan sejarah. Dalam penerapannya metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu: heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Tahap pertama heuristic yaitu proses pengumpulan sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan topik penulisan. Dalam hal ini, penulis telah melakukan studi arsip dan perpustakaan. Penulis telah melakukan penulisan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jakarta Selatan pada bulan April 2021. Penulis telah mencari sumber arsip yang berhubungan dengan topik yang diteliti dengan Onderafdeeling Labuhan Batu. Penulis juga telah mengunjungi beberapa kantor arsip daerah seperti Arsip Daerah Labuhan Batu guna mengumpulkan sumber-sumber yang
10 Onderneming adalah perkebunan yang diusahakan secara besar-besaran dengan alat canggih. Penamaan Onderneming ini dimasa penjajahan Belanda untuk menamakan sebuah perkebunan.
11Louis Goottschalk, 1969. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press., hlm 39.
9
berkaitan dengan topik penulisan. Studi arsip diperlukan mengingat cakupan tahun yang dikaji dalam penulisan ini adalah masa kolonial. Studi arsip dilakukan untuk memperoleh data-data primer. Arsip yang telah ditemukan seperti MVO (Memorie Van Overgave), Encylcopaedie van Nederlandsch Indie, Besluit, Binnenlandsch Bestuur dan juga arsip-arsip yang berhubungan dengan pemerintahan kolonial Belanda di Labuhan Batu. Selain itu, penulis mengunjungi situs arsip online seperti Deplher.nl. dan Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV).
Mengunjungi situs arsip Delpher.nl. penulis mendapat berupa arsip peta, buku dan koran, sedangkan dari situs Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) penulis memperoleh arsip berupa foto-foto yang mendukung menulisan Onderafdeeling Labuhan Batu.
Selain sumber dari studi arsip di ANRI dan kantor arsip daerah, penulis juga telah mengumpulkan sumber melalui studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan topik penulisan ini baik dalam bentuk buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal dan lainnya. Untuk memperoleh sumber melalui studi pustaka penulis telah mengunjungi beberapa perpustakaan yaitu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tanggal 09 April 2021 di Lantai 9, Lantai 14 dan Lantai 22 Merdeka Selatan, Perpustakaan Daerah Umum Labuhan Batu, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, Perpustakaan Umum Kota Medan, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Tengku Luckman Sinar.
Setelah mendapatkan sumber-sumber yang diinginkan, maka tahap yang selanjutnya adalah kritik sumber. Pada tahap ini, sumber-sumber relevan yang telah
10
diperoleh di verifikasi kembali untuk mengetahui keabsahannya.12 Oleh karena itu perlu dilakukan kritik, baik kritik ekstern maupun intern. Kritik Intern adalah kritik yang akan menguji kebenaran dari suatu sumber dan kritik eksternal penulis yang akan memilih sumber-sumber mana yang akan dijadikan sumber tulisan tersebut.
Tahap selanjutnya Interpretasi merupakan penafsiran-penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikritik sebelumnya. Dari proses analisa akan diperoleh fakta-fakta. Kemudian fakta-fakta yang telah diperoleh disintesiskan sehingga mendapat sebuah kesimpulan.13
Tahap terakhir dari penulisan sejarah adalah historiografi. Historiografi merupakan proses penulisan fakta-fakta yang telah diperoleh secara kronologis dan kritis-analitis. Dimaksudkan penulisan ini dapat menggambarkan dan menjelaskan sehingga akan didapati sebuah gambaran yang cukup jelas mengenai Onderafdeeling Labuhan Batu dan tentunya berpedoman dengan outline yang telah dirancang sebelumnya.
12 Kuntowijoyo, 1995. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya., hlm 77
13 Ibid.,hlm. 78
11 BAB II
LABUHAN BATU SEBELUM MENJADI ONDERAFDEELING TAHUN 1915
Bab ini memberi penjelasan mengenai keadaan Labuhan Batu sebelum menjadi Onderafdeeling yang berisi penjelasan wilayah, luas, musim, sungai dan kondisi tanah yang terdapat di Labuhan Batu. Selain itu, bagian bab ini akan menjelaskan kondisi penduduk, aktivitas penduduk dan komposisi penduduk. Bab ini juga menjelaskan tentang sistem pemerintahan Kesultanan yang terdapat di Labuhan Batu dan menjelaskan sistem pemerintah Belanda sebelum menjadi Onderafdeeling Labuhan Batu tahun 1915.
2.1 Wilayah
Wilayah Labuhan Batu secara geografi terbentang di antara 1˚50’ sampai 2˚40’
Lintang Utara dan 99˚40’ sampai 100˚30’ Bujur Timur, yang dibatasi dengan Selat Malaka.14 Adapun batas-batas wilayah yang terdapat di Labuhan Batu sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Asahan Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan : berbatasan dengan Bengkalis Sebelah Barat : berbatasan dengan Padang Lawas.
14 S.De Graaff En D.G. Stibbe,1918.Encyclopaedie Van Nederlandsch-Indie.,hlm 500
12
Gambar 1 Wilayah Labuhan Batu
Sumber: Memorie van Overgave van het Bestur Laboehan Batoe Controleur H.H.
Morison, diakses pada 17 April 2021 pukul 12.58
Luas keseluruhan wilayah Labuhan Batu 858.990 Ha, luas wilayah ini terbagi menjadi empat wilayah bagian seperti Kualuh 224.980 Ha, Kota Pinang 252.000 Ha, Bilah 279.000 Ha dan Panai 103.010 Ha.15 Iklim yang terdapat di wilayah Labuhan
15 D.G. Stibbe. En S. Gravenhage: Martinus Nijhoff 1937. Encyclopaedie Van Nederlandsch- Indie.,hlm 1766
13
Batu yaitu musim panas dan musim hujan. Menurut laporan J.B Neumann melalui pengamatan umum iklim sejak tahun 1864 perkiraan musim panas yang akan terjadi di Labuhan Batu dilihat pada bulan Februari, Maret pertengahan April, Juni dan Juli yang ditandai dengan kekeringan terus menerus sampai berada pada angka 90 F.
Pada bulan April dan Mei tingkat curah hujan yang sangat rendah. 16 Memasuki bulan September, Oktober dan November merupakan periode bulan turunnya hujan deras. Pada bulan ini disebut musim hujan kapasitas curah hujan di Labuhan Batu 3000 mm17-4000 mm pertahun.18 Wilayah Labuhan Batu terdapat 3 aliran sungai yang mengaliri Labuhan Batu sungai-sungai tersebut yaitu:
1. Sungai Bilah
Sungai Bilah merupakan sungai yang tidak dapat diakses oleh kapal yang besar. Sungai Bilah hanya bisa diakses oleh kapal-kapal kecil untuk berlayar ke tepian. Melalui Sungai Bilah ke Bandar diperkirakan selama lima sampai enam hari lamanya berlayar melalui Sungai Bilah ini. Jika kondisi Sungai Bilah ini banjir kedalaman sungai hingga ± 20 mil. Di sepanjang aliran Sungai Bilah terdapat pemukiman-pemukiman penduduk seperti Tanjung Halaban, Sei Kasih, Sei Mambang, Sei Tampang, Negeri Lama, Pangkatan, Rantau Prapat sampai dengan Merbau.19
16 J.B. Neuman, 1866.Schets der Afdeeling Laboean Batoe, Res. Sumatra’s Oostkust..,hlm 7
17 mm adalah satuan yang menunjukan jumlah curah hujan dalam satuan milimeter. Satuan milimeter hujan berarti air hujan yang turun diwilayah seluas satu meter persegi.
18 S.De Graaff En D.G. Stibbe,op cit,. hlm 1767
14
Gambar 2 Sungai Bilah di Labuhan Batu
Sumber: Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) diakses pada pada 18 Juli 2021 pukul 12.11
2. Sungai Kualuh
Sungai Kualuh merupakan sungai yang tidak tinggi kapasitas aliran sungainya.
Aliran Sungai Kualuh mengalir dari Barat ke Timur kemudian membelok ke Utara melalui Negeri lama, lalu menuju ke Labuhan Bilik bermuara ke Sungai Barumun.
Sungai Kualuh ini dapat dilayari dengan perahu dan motor bot namun sulit aksesnya.20
19M.Hamester Assistent Resident 1926, Oostkust van Sumatra Instituut Mededeling No. 13 Bijdrage tot de kennis van de Afdeeling Asahan., hlm 15
20 Ibid., hlm 17.
15 3. Sungai Barumun
Sungai Barumun merupakan sungai terbaik yang dapat di layari, bahkan saat ketinggian air tidak terlalu tinggi. Sungai Barumun merupakan sungai terbesar dan terpanjang yang mengaliri bagian Labuhan Batu.21 Arus yang terdapat di Sungai Barumun ini sebagai arus lintas perdagangan yang menggangkut hasil bumi untuk di jual langsung ke Bandar Malaka atau daerah lainnya. Pada masa itu di hulu Sungai Barumun belum mengenal perahu, maka untuk melewati sungai Barumun mengunakan rakit-rakit besar yang terbuat dari batang-batang bambu yang disusun, dibuat memakai atap daun rumbia sebagai perlindungan dari hujan dan panas serta sebagai menyimpan perbekalan, sehingga rakit-rakit besar ini mampu menampung beberapa orang dalam rakit. Di sepanjang aliran Sungai Barumun banyak terdapat permukiman-permukiman penduduk seperti Kampung Meranti, Cabang Dua, Malindo, Sei Jawi-jawi, Labuhan Batu, Kota Pinang, Cikampak, dan Gunung Tua.22
Ketiga sungai ini sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan penduduk salah satunya sungai dijadikan sebagai transportasi barang dan sebagai sarana satu- satunya penghubung antara daerah hulu dan tempat lain.Peranan sungai sebagai akses transportasi terlihat dari penduduk mengunakan rakit-rakit besar. Akses biaya transportasi melalui sungai biasanya lebih murah, hal ini mendorong penduduk
21Ibid., hlm 15
22 Muhammad Zen dkk. 2018.Lippata Asal Usul Nama Labuhan Batu,. hlm 131
16
memilih memanfaatkan sungai untuk mengangkut hampir semua barang diangkut melalui sungai.23
Bagian wilayah Labuhan Batu dibentuk oleh dataran rendah yang terdapat bukit rendah dengan ketinggian bukit tersebut <300 m diatas permukaan laut.24 Wilayah yang berbukit rendah terdapat di Kualuh dan Bilah. Sedangkan bagian Kota Pinang merupakan wilayah dataran yang tandus.25 Kondisi tanah pada wilayah Labuhan Batu ini berlapisan tanah humus26 yang tebal dan jenis tanah liat. Kondisi tanah bagian wilayah Panai berlapis tanah liat yang memiliki warna kuning dan bertekstur padat. Kondisi tanah ini berbeda dengan Bilah yang berlapis kemerahan dan kurang padat, sering bercampur dengan pasir dan tanah. Jika bagian Kota Pinang berbentuk tanah yang gambur dicampur dengan tanah liat dan pasir. Dengan perbedaan kondisi tanah di setiap wilayah memandakan Labuhan Batu merupakan bagian daerah yang strategis untuk bercocok tanam, selain itu hasil tanaman dari Labuhan Batu melimpah. Hal ini yang mendorong Belanda untuk menguasai Labuhan Batu. Selain letak Labuhan Batu yang strategis hasil alam yang di hasilkan melimpah sehingga dapat mendapatkan keuntungan untuk pihak Belanda.
23 H.H.Morison, Memorie van overgave van het Bestuur van de Onderafdeeling Laboehan Batoe,. hlm 7
24 J.B. Neuman,op cit.hlm 6
25 S.De Graaff En D.G. Stibbe,1918.op cit.,hlm 1766
26 Tanah humus merupakan tanah yang paling subur untuk tumbuh-tumbuhan karena memiliki komposisi yang mirip dengan pupuk kompos. Hal ini karena tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan-pelapukan dedaunan dan juga batang pohon, serta ada percampuran dari kotoran hewan yang mengalami perombakkan oleh organisme yang ada di dalam lapisan tanah.
17 2.2 Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada dalam suatu wilayah terkait aturan- aturan tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus. Penduduk juga diartikan sebagai kumpulan manusia yang menempati wilayah dan ruang tertentu.27 Penduduk yang menempati wilayah Labuhan Batu merupakan suku-suku nomaden yang mendiami pesisir pantai. Salah satu suku yang menempati bagian wilayah ini, suku Mandailing sebagai penghuni awal yang bermarga Dasopang, Tombak, Hasibuan, Harahap, Rumpia, Dongoran, Panai, dan Munteh.28 Selain suku Mandailing yang mendiami wilayah ini, suku Melayu merupakan suku yang pernah mendiami wilayah Labuhan Batu ini. Wilayah bagian Labuhan Batu telah dihuni oleh suku Mandailing dan suku Melayu dari dataran tinggi. Adapun ciri-ciri suku Mandailing bertubuh pendek dan kekar, memiliki ciri-ciri mata besar yang berwarna gelap, mulut dan bibir yang selalu tebal beserta warna kulit yang lebih pucat dari suku Melayu. Pada penggunaan bahasa sehari-hari yang digunakan penduduk masa itu bahasa Melayu dan bahasa Mandailing. Bahasa Melayu diucapkan dalam dialek Panai yang tidak dapat dipahami oleh orang asing, bagian bahasa Mandailing di Kota Pinang memiliki banyak kesamaan dengan Mandailing, jika bagian daerah atas Bilah bahasanya mendekati bahasa Toba. Penduduk Labuhan Batu mayoritas memeluk
27
Zudan Arif.,2019.Penduduk Indonesia dari Masa ke Masa.,hlm 37
28 J.B.Neuman.,op cit.hlm 47
18
ajaran agama islam yang terdiri dari suku Mandailing, Minang yang menjadi Melayu dan sebagian penduduk Labuhan Batu tidak memiliki agama.29
Jumlah penduduk Labuhan Batu tidak dapat dihitung berdasarkan bagian wilayahnya. Namun, jumlah penduduk disetiap wilayah bisa dilihat dari jumlah rumah tangga di empat wilayah bagian Labuhan Batu tersebut. Bagian wilayah Bilah dengan konsentrasi jumlah rumah tangga berjumlah 869 dengan 37 jumlah kampung.30 Bagian wilayah Panai memiliki jumlah rumah tangga 490 dengan 28 jumlah kampung.31 Bagian wilayah Kota Pinang jumlah rumah tangga berjumlah 884 dengan 45 jumlah kampung.32 Pada bagian wilayah Kampung Raja jumlah rumah tangga 132 dengan 14 jumlah kampung.33
Konsentrasi jumlah rumah tangga di setiap wilayah Labuhan Batu di jumlah kan pada Bilah berjumlah 869 rumah tangga, Panai berjumlah 490 rumah tangga, Kota Pinang berjumlah 884 rumah tangga dan Kampung Raja berjumlah 132 rumah tangga, total keseluruhan jumlah rumah tangga yang di Labuhan Batu berjumlah 2.375 rumah tangga.
Mata pencarian utama penduduk yaitu bertani dimana sebagian besar penduduk membuka ladang untuk menanam padi, jagung dan karet. Dari hasil penanaman ini penduduk dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam bertani penduduk
29 Ibid., hlm 14 30 Lihat Lampiran 1 31 Lihat Lampiran 2 32 Lihat Lampiran 3 33 Lihat Lampiran 4
19
laki-laki dan perempuan bahkan anak-anak terlibat aktivitas bertani, namun perkembangan bertani masih sangat rendah.34 Selain bertani, penduduk melakukan aktivitas perburuan dan memancing untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam aktivitas bertani, jenis tanam yang dipilih penduduk yaitu padi. Penduduk menanam padi disetiap lahan yang tersedia, namun lahan yang dipakai merupakan lahan yang awal nya ditanam karet, hal ini menyebabkan lahan itu tidak dapat digunakan untuk menanam padi dan sejenis nya.
Labuhan Batu tergolong memiliki iklim yang baik, meskipun bergitu daerah rawa terdapat diwilayah ini. Hal inilah yang menyebabkan munculnya berbagai penyakit misalnya penyakit malaria dan cacar. Selain karena daerah yang rawa, makanan yang buruk, air yang tidak bersih, lingkungan yang kotor menjadi penyebab penyakit ini dan berdampak dengan kondisi kesehatan penduduk yang buruk. Selain penyakit malaria yang terdapat di Labuhan Batu, pada tahun 1869 cacar merajalela selama enam bulan banyak penduduk yang meninggal dunia. Diketahui selain penyakit malaria dan cacar, penyakit kolera juga pernah terjadi di Labuhan Batu tepat pada tahun 1874-1877 sekitar 1.000 jiwa meninggal dunia.35
34 H.H.Morison, op cit.,hlm 21
35M.Hamester,op cit.,hlm 96
20 2.3 Pemerintahan
Pemerintahan merupakan struktur politik konkrit yang paling penting dalam pengelolaan negara. Pemerintahan menunjukan pada aktivitas kekuasaan dalam berbagai ranah publik, tindakan kehendak yang dapat mengubah kebijakan karena itu tugas pemerintahan ialah mengidentifikasi masalah dan mencari pemecahannya36. Sistem pemerintahan Labuhan Batu sebelum menjadi Onderafdeeling Labuhan Batu menggunakan sistem Monarki37 yang menjadi Kepala Pemerintahan disebut Raja atau Sultan. Terdapat empat Kesultanan yang memerintah di Labuhan Batu yaitu: Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir, Kesultanan Kota Pinang di Kota Pinang, Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama dan Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik. Diantara keempat Kesultanan tersebut Kesultanan Kota Pinang, Bilah dan Panai berasal dari keturunan yang sama, berasal dari Batara Sinomba, sedangkan Kesultanan Kualuh asal dari Asahan.38
Pada setiap Kesultanan yang terdapat di Labuhan Batu penyebutan kepada pemimpin atas wilayah berbeda, pada bagian Kesultanan Bilah dan Panai kedua Kesultanan ini menyandang gelar Marhom Mangkat, Tengku Sultan, Bidar alam dan Sultan Tengku, Mangidar Alam sekarang Gagar Alam, sedangkan pada bagian Kota
36Muhtar Haboddin, Pengantar Ilmu Pemerintahan.,2015. hlm 4
37 Sistem Monarki adalah sistem bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja atau ratu sebagai kepala negaranya dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
38 Drs.Untung Zendi Margono, 1990. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat l Labuhan Batu.hlm 2
21
Pinang disebut ijang di Pertuan besar.39 Berikut sejarah singkat dari keempat Kesultanan di Labuhan Batu sebagai berikut:
Sejarah Kesultanan Kualuh
Kesultanan Kualuh merupakan pecahan dari Kesultanan Asahan yang berdiri pada abad XVI, Kesultanan Kualuh terikat oleh darah dengan Kesultanan Asahan sekitar tahun 1829 luas wilayah Kesultanan Kualuh 224.980 Ha.40 Kesultanan Kualuh atau Ledong, ditaklukkan oleh Asahan dalam ekspedisi melawan Kesultanan Bilah.
Sebagai hadiah, itu diberikan kepada Raja muda Muhamad Ishak dari Asahan, yang mendapat gelar Jang Dipertoean dari Asahan. Pada tahun 1865 Sultan Achamd Syah dari Asahan dinyatakan tidak sah martabatnya, administrasi Asahan untuk sementara dipercayakan kepada penguasa Kualuh dan Ledong sepupu Sultan Achamd Syah yang bernama Sultan Ali Syah. Sultan Ahmad Syah meninggalkan Istri bernama Fatimah yang sedang hamil. Untuk mengisi kekosongan kedudukan Kesultanan Kualuh sepupu dari Sultan Achamad Syah diangkat menjadi Sultan, dengan ini Sultan Achmad Syah tercatat sebagai Sultan yang ke-7 pada tahun 1808.
Setelah beberapa bulan Sultan Ali Syah menjabat, lahirlah seorang anak laki- laki yang diberi nama Raja Muhammad Ishak yang merupakan putra dari Sultan Moesa Syah. Sultan Ali Syah memiliki seorang istri bernama Tengku Ampuan dan
39 Serie J Het Meleische Gebied No 39 Inlansche Rechtersgemeenchapen In Asahan 1925 Uit een Regeringrapport Laboehan Batoe,. Tijdschrift Bataviaasch Genotschap.hlm 433
40 D.G. Stibbe, op cit.,hlm 1765
22
memiliki dua anak bernama Raja Muhammad Hoesisyah & Tengku Raja Siti. Raja Muhammad Ishak dengan Raja Muhammad Hoesisyah bertunbuh bersama sampai beranjak dewasa didalam Kesultanan Asahan. Terdapat nya dua orang putra mahkota dalam satu Kesultanan, para Sultan membuat bagian wilayah Kesultanan Asahan ini dibagi dalam dua bagian. Pada bagian Raja Muhammad Hoesisyah mengusai wilayah bagian Silau. Sedangkan bagian wilayah kekuasaan Raja Muhammad Ishak di bagian Sungai Asahan hingga bagian Bandar Pulau.
Namun pada tahun 1892 terjadilah perselihan di Kesultanan Asahan, seorang Tengku mengusulkan jika Raja Muhammad Ishak sebagai Sultan yang ke-8, usulan ini mendapatkan penolakkan dari Kesultanan Asahan. Agar menghindari perpecahan yang terjadi antar Kesultanan Asahan maka diadakannya sayembara. Raja Muhammad Ishak dan Raja Hoesisyah wajib mengikuti sayembara ini, bagi kedua raja yang menjadi pemenang berhak menduduki Kesultanan Asahan yang ke-8. Raja Muhammad Hoesinyah menyerang Kualuh dari wilayah hilir melalui sungai Kualuh dan bagian Raja Muhammad Ishak menyerang dari wilayah hulu. Lalu akhirnya pada tahun 1829 Raja Muhammad Ishak dinobatkan sebagai sultan di Negeri Kualuh dengan bergelar Jang di Pertuan Muda dan Raha Muhammad Hoesinsyah menjadi sultan ke-8 kesultanan Asahan.41
41 Ibid., hlm 1770
23
Gambar 3 Silsilah Kesultanan Kualuh
Sumber : Memorie van Overgave van het Bestur van Onderafdeeling Labohan Batoe Controleur H.H. Morison, diakses pada 20 Juni 2021 pukul 17.30
Kesultanan yang terdapat di Labuhan Batu terdapat empat kesultanan, seperti yang telah disampaikan sejarah Kesultanan di Labuhan Batu tiga memiliki sejarah yang berkaitan yaitu Kesultanan Kota Pinang, Kesultanan Bilah dan Kesultanan Panai. Berikut penjelasan dari setiap sejarah Kesultanan Kota Pinang, Bilah dan Panai, sebagai berikut :
24 Sejarah Kesultanan Kota Pinang
Kesultanan Kota Pinang pertama bernama Kesultanan Pinang Awan.
Kesultanan Kota Pinang ini didirikan oleh Batara Sinomba. Diperkirakan pada awal abad ke 16 M berangkatlah Batara Sinomba melalui Tapanauli Selatan dengan rombongan yang dipimpin oleh Batara Sinomba dan adiknya Batara Guru Pinayung menurut teromba Kota Pinang Batara Guru Pinayung bernama Sultan Kumala Yang Dipertuan, ia didampingi adik perempuan mereka Puteri Lenggani.
Menurut teromba Kota Pinang, Puteri Lenggani bernama Puteri Legen, keberangkatan mereka diikuti anjing yang bernama Cempaka Putih. Tujuan menuju arah pesisir Sumatera Timur. Didekat Gunung Malea menurut teromba Panai, gunung ini berada didekat si Longganan, Batara Guru Pinayung memisahkan diri karena kawin di Mandailing dan diangkat menjadi Raja disana, serta merta bemarga Nasution. Sesampainya rombongan Batara Guru Sinomba di Otang Momok atau Kuala Teritis, ia dirajakan oleh marga Tambak Dasopang yang berada disitu. Putera dan penggantinya anya di eb t “Mar om Mangkat Di Jamb ” yang mendirikan Air Mera dan ber emayam di Pinang Awam. Adap n nama etela Mangkat “Mar om Mangkat Di Jamb ” it la karena tewa dalam penyerangan Ace . Sampai ket r nan yang dibawah mulailah timbul nama-nama yang berlainan.42
42Tengku Luckman Sinar,2006.Bangun dan Runtuhnya Kesultanan Melayu di Sumatera Timur,.hlm 5
25
Gambar 4 Wilayah Kota Pinang
Sumber: Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) diakses pada 28 Oktober pukul 11.30
Kesultanan Kota Pinang memiliki luas wilayah 252.000 Ha. Tempat kedudukan dari Kesultanan Kota Pinang berada di Kota Pinang. Batas wilayah Kota Pinang berbatasan dengan wilayah Bilah bagian Utara, dengan Panai bagian barat, dengan Bengkalis bagian selatan.43
43D.G. Stibbe. En S. Gravenhage: Martinus Nijhoff 1937. Encyclopaedie Van Nederlandsch- Indie.,hlm 1771
26
Tabel 1: Nama-nama Sultan yang memerintah di Kesultanan Kota Pinang periode 1630-1872
No Sultan yang memerintah Periode
1. Marhom Mangkat di tasik 1630-1680
2. Marhom Kahar 1680-1710
3. Marhom Mangkat Si Semoet 1710-1715
4. Marhom Mangkat Hedondong 1715-1725
5. Marhom Toeah 1725-1780
6. Marhom Moeda 1780-1795
7. Marhom Mangkat Poeloe Biramata 1795-1815
8. Marhom Mangkat Kala Panai (Besar) 1815-1871
9. Jang di Pertoean Sati 1872
Sumber: J.B. Neuman, 1866.Schets der Afdeeling Laboean Batoe, Res. Sumatra’s Oostkust.
Tercatat ada 9 orang Sultan yang berhasil memerintah di Kesultanan Kota Pinang dengan periode jabatan yang berbeda. Sultan pertama yang memimpin bernama Marhom Mangkat di tasik periode jabatan pada tahun 1630-1680 selama 50 tahun. Periode lama jabatan terletak di Sultan Marhoem Mangkat Kala Panai (Besar)
27
selama 56 tahun dan Sultan yang periode singkat terletak di Sultan Marhoem Mangkat di Si Semoet hanya 5 tahun periode jabatan.
Gambar 5 Istana Kesultanan Kota Pinang di Labuhan Batu
Sumber : Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) diakses pada 22 Juli 2021 pukul 12.48
28 Sejarah Kesultanan Bilah
Kesultanan Bilah merupakan satu keturunan yang sama dengan Kesultanan Kota Pinang. Yang dipimpin oleh seorang Batara Sinomba yang menikahi seorang Puteri Lenggani, dan mendapatkan keturunan bernama Sultan Nusa (Marhum Mangkat di Jambu) yang berkuasa di pinang awan berperang dengan aceh. Dalam peperangan itu Marhum Mangkat tewas dibawah pohon jambu, hingga diberi gelar Marhoem Mangkat di Jambu. Untuk ketiga putranya sepakat untuk memiliki daerah kekuasaaan masing-masing. Sultan pertama Sultan Tahir Gelar Indera Alam yang berkedudukan di Bandar Kumbol, Hulu Sungai Bilah anak cabang Sungai Panai.44
Periode kekuasaan Sultan Tahir Gelar Indera Alam ini dimulai pada tahun 1623. Adapun wilayah kekuasaan Sultan Tahir Gelar Indera Alam ini yaitu:
Kesultanan Rantau Prapat, Siringo-ringo, Gunung Meria, Banda Kubul, Sibargot, Tanjung Medan, Huta Pinang, Sihera-hera, Pulau Hopur, Hasapang, Pulau Gordan, Japadang,Tardos,Pisang Lela, Belangir, Pulau Martong, Napor-por, Batu Tunggal, Pulau Jattam dan Melayu. Seluruh Kesultanan itu berdekatan antara satu dengan yang lain, yaitu mulai dari Rantau Prapat mengikuti jalur sungai Bilah dan anak Sungai Bilah tersebut sampai ke Hulu yang berbatasan dengan Tapanauli Selatan yang kurang jaraknya 30 km dari Rantau Prapat.
44Tengku Luckman Sinar,2006.Bangun dan Runtuhnya Kesultanan Melayu di Sumatera Timur,.hlm 1
29
Tabel 2: Nama-nama Sultan yang memerintah Kesultanan Bilah periode 1623- 1904
No Sultan yang memerintah Periode
1. Marhom Mangkat Hoemboel di Gunung Suawasa 1623-1630 2. Marhom Mangkat Simpang di Gunung Suawasa 1630-1650
3. Marhom Mangkat Si pege 1670-1700
4. Marhom Mangkat Alaban 1720-1760
5. Marhom Sakti Alaban 1720-1760
6 Sultan Rahmat Sjah Alaban 1800-1835
7 Marhom Mangkat Sungai Abal 1800-1835
8. Marhom Mangkat Kota Lama 1835-1865
9. Sultan Bidar Alam Negeri Lama 1865- 1904 Sumber: J.B. Neuman,1866.Schets der Afdeeling Laboean Batoe, Res. Sumatra’s Oostkust.
Pada Kesultanan Bilah terdapat 9 orang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Bilah ini tercatat mulai dari tahun 1623-1904. Kedudukan sultan yang terlama pada Kesultanan Bilah berada di Marhoam Mangkat Alaban selama 40 tahun
30
telah memerintah Kesultanan Bilah, sultan yang tersingkat memerintah yaitu Marhoam Mangkat Hoemboel di Gunung Suawasa hanya selama 7 tahun saja.45
Gambar 6 Wilayah Kesultanan Bilah di Labuhan Batu
Sumber : Memorie van Overgave van het Bestur van Laboehan Batoe Controleur H.H. Morison, diakses pada 20 Juni 2021 pukul 10.15
45J.B. Neuman,1866.Schets der Afdeeling Laboean Batoe, Res. Sumatra’s Oostkust.hlm 17
31 Sejarah Kesultanan Panai
Kesultanan Panai yang dipimpin seorang Raja bernama Raja Murai (Marhom Mangkat Nulong) pada periode kekuasaan tahun 1695. Sejak berdiri nya Kesultanan Panai yang berpusat di Kampung Sipege, dimulai pada permulaan abad-18.46 Tercatat ada 7 orang Sultan yang memerintah kesultanan Panai periode 1670-1856, Sultan pertama bernama Marhom Mangkat Si Pege I tahun 1670-1700, periode Sultan yang tersingkat pada Marhom Saleh selama 15 tahun, Sultan yang periode terlama di Marjom Mangkat Labuhan Bilik dari periode 1813-1856 Selama 43 tahun.47 Luas wilayah Kesultanan Panai 103.010 Ha.
Gambar 7 Wilayah Kesultanan Panai di Labuhan Batu
Sumber : Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) diakses pada 28 Oktober 2021 pukul 11.48
46 Tengku Luckman Sinar,2006.Bangun dan Runtuhnya Kesultanan Melayu di Sumatera Timur,hlm 1
47 Edo Syahputra, 2018. Dari Kampung Labuhan Batu Hingga Rantau Prapat: Perpindahan Pusat Administrasi Kolonial Belanda di Labuhan Batu tahun 1865-1932.Skripsi, belum diterbitkan Medan: Program studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara., hlm 46
32
Dalam Kesultanan Panai terdapat ada tujuh orang sultan yang pernah menjabat di Kesultanan Panai ini. Masa jabatan di mulai pada tahun 1670 yang di jabat seorang sultan yang bernama Marhoem Mangkat Si Page I. Masa jabatan dari setiap sultan-sultan Panai berbeda, terlihat dari masa periode jabatan mereka pada saat mereka menjadi seorang Sultan. Berikut nama-nama Sultan yang tercatat di Kesultanan Panai:
Tabel 3: Nama-nama Sultan yang memerintah di Kesultanan Panai periode 1670-1856
No Sultan yang memerintah Periode
1. Marhom Mangkat Si Pege I 1670-1700
2. Marhom Mangkat Si Pege II 1700-1720
3. Marhom Mangkat Mesigit 1720-1775
4. Marhom Saleh 1775-1790
5. Marhom Sati Negri Baroe 1790-1813
6.
Marhom Mangkat Labuhan Bilik
1813-1856
7. Sultan Gagar Alam 1856
Sumber: J.B. Neuman, 1866.Schets der Afdeeling Laboean Batoe, Res. Sumatra’s Oostkust.
33
Belanda memasuki wilayah Labuhan Batu sekitar tahun 1805-1825 namun diketahui pada masa tersebut Belanda belum menguasai wilayah Labuhan Batu.
Kedatangan Belanda pertama kali untuk memenuhi permintaan Sultan Mustafa dari kesultanan Kota Pinang. Pada ekspedisi militer tahun 1862 Belanda mulai memasuki wilayah Labuhan Batu melalui Sungai Barumun.48 Kedatangan Belanda ke Labuhan Batu selain untuk memenuhi permintaan dari Sultan Mustafa, Belanda perlahan menguasai Labuhan Batu dengan menanamankan modal perkebunan dan mengubah bentuk tatanan sistem pemerintahan Labuhan Batu.
Bentuk tatanan sistem pemerintahan Labuhan Batu berubah dari sistem Kesultanan menjadi sistem pemerintahan Belanda. Kepala pemerintahnya bukan seorang Sultan melainkan kepala bagian dinamakan seorang controleur. Ekspedisi militer Belanda untuk menaklukan Labuhan Batu mendapat perlawanan yang sangat keras dari Sultan Asahan. Dengan ini, Belanda menggunakan cara dengan memberikan ancaman akan membinasakan kesultanan Asahan karena menentang pemerintah Belanda. Untuk menaklukan Asahan Belanda menaklukan terlebih dahulu melalui penyerangan dari Batu Bara. Batu Bara berhasil ditaklukan Belanda, dengan keberhasilan Belanda dari sinilah Belanda kemudian mengepung Asahan.
Pada bulan September tahun 1865, pasukan Belanda dapat memasuki Asahan.
Setelah berhasil Belanda menguasai Asahan dan Batu Bara maka wilayah lainnya di Labuhan Batu akan mendapat ancaman dari Belanda. Kedatangan Belanda ke
48Ahmadi Lukman dkk,1991.Sejarah Perkembangan Pemerintahan Departeman Di Dalam Negeri Di Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara (Masa Pemerintahan/Pendudukan Kolonial Belanda Dan Jepang Di Sumatera Timur), hlm 54
34
Labuhan Batu menempatkan E.Netscher sebagai pemimpin dari penjajah Belanda saat memasuki Labuhan Batu pada tahun 1862 yang berpangkat sebagai Residen Riau.
Namun, kedatangan Belanda ke wilayah Labuhan Batu membawa dampak negatif dalam persaudaraan kesultanan yang terdapat di Labuhan Batu, Kedatangan Belanda membuat perpecahan diantara sesama Sultan maupun Raja-raja yang berkuasa pada masa itu. Kedatangan Belanda telah memperuncing perselisihan antara kesultanan yang terdapat di wilayah ini.49
Sekitar tahun 1860 terjadi perpecahan antar kesultanan, perpecahan tersebut terjadi disebabkan karena sakit hati antar Sultan atau Raja-raja yang menimbulkan api dendam oleh sultan yang sedang lemah. Perasaan sakit hati antara Sultan atau Raja terjadi di dalam Sultan Kota Pinang Sultan Mustafa sakit hati pada Sultan Mangedar Alam Panai. Karena Sultan Panai tidak mau membantu ayahanda Sultan Mustafa disebabkan karena Sultan Panai diserang oleh tentara Siak, ketika Sultan Bungsu meminta bantuan kepada Sultan Panai bukan bantuan yang diperolehnya, melainkan Sultan Bungsu dibunuh oleh Sultan Panai. Kejadian ini yang menyebabkan api dendam pada turunan Sultan Mustafa. Namun karena Sultan Mustafa tak cukup kuat dengan tentaranya sendiri menaklukkan Sultan Mangedar Alam Panai, maka Sultan Mustafa meminta bantuan kepada Belanda untuk mengalahkan Sultan Panai.
Akhirnya dengan bantuan Belanda yang datang dari Riau melalui Portibi, Sultan Panai dapat dikalahkan, Sultan Mangedar Alam kemudian lari ke Asahan. Dari Panai kemudian Sultan Mustafa melebarkan kekuasaannya dengan menaklukan
49 Luckman Ahmadi dkk, op cit., hlm 56
35
Kesultanan Bilah. Dengan demikian akhirnya daerah Kesultanan Panai, Bilah dan Kota Pinang takluk ke dalam wilayah Hindia Belanda. Ini menandai bahwa seluruh wilayah Labuhan Batu dapat dikuasai oleh Belanda, maka mulailah Belanda mengeksploitasi wilayah Labuhan Batu untuk kepentingannya dengan memasukkan sistem pemerintah kolonialisnya ke dalam sistem pemerintahan Kesultanan yang ada di wilayah Labuhan Batu. Sistem pemerintahan yang ditetapkan oleh pemerintah Belanda pada wilayah ini bersifat Europeesch Bestuur.
Sebelum Labuhan Batu menjadi Onderafdeeling, pada masa kekuasaan Belanda wilayah Labuhan Batu berstatus Afdeeling tahun 1865 berdasarkan surat keputusan Pemerintah tertanggal 27 Juni 1865 No. 15 dan tanggal 03 Oktober 1865 No.44 yang berisikan, pemerintah Belanda menerima sebagian daerah yang diberikan oleh Kesultanan Panai, Bilah dan Kota Pinang, untuk dijadikan tempat kedudukan controleur di Labuhan Batu, serta menjadi pusat dari Afdeeling Labuhan Batu.
Setelah ditetapkan kedudukan Afdeeling Labuhan Batu, pada tahun 1864 seorang controleur yang bernama J.C.F.Vigelius ditetapkan selaku controleur Labuhan Batu untuk Panai, Bilah, dan Kota Pinang. Tercatat beberapa controluer yang pernah menjabat di Labuhan Batu mulai 4 Oktober 1864 sampai 28 Maret 1894. Diketahui controleur bernama W.J.Larive menjabat 3 kali, masa jabatan controluer di Labuhan Batu tersingkat bernama A.J.W.Vormandel masa jabatan 1 Agustus 1889-10 Agustus 1889. 50 Jabatan controleur ini, hanya diduduki oleh orang-orang Belanda saja.
50 Lihat Lampiran 5