Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara intramuscular setiap tiga bulan.
Keuntungan : 1. Efektifitas tinggi
2. Sederhana pemakaiannya
3. Cukup peyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 kali dalam setahun) 4. Cocok untuk ibu-ibu yang mnyusui anak
5. Tidak berdampak serius terhadap penyakit gagguan pembekuan darah dan jantung karena tidak mengandung hormon esterogen
6. Dapat mencagah kanker endometrium, kehamilan ektopik, serta beberapa penyebab penyakit akibat radang panggul
7. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) Kerugian :
1. Terdapat gangguan haid seperti amenore yaitu tidak datang haid pada setiap bulan selama menjadi akseptor keluarga berencana suntik tiga bulan berturut-turut. Spoting yaitu bercak pendarahan diluar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik. Metrorogia yaitu pendarahan yang berlebihan di luar masa haid. Menoregia yaitu datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya.
2. Timbulanya jerawat di badan atau wajah dapat disertai infeksi atau tidak bila digunakan dalam jangka panjang
3. Berat badan bertambha 2,3 kg pada tahun pertama dan meningkat 7,5 kg selama enam tahun
4. Pusing dan sakit kepala
5. Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat pendarahan di bawah kulit.
Kondom. Kondom merupakan selubung atau sarung akret yang terbuat dari bahan diantaranya karet (lateks), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis untuk menampung sperma ketika seorang pria mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual.
Manfaat kondom :
1. Merupakan metode kontrasepsi sementara 2. Efektif bila pemakaian benar
3. Tidak mengganggu kesehatan pasien
4. Tidak mempunyai pengaruh sistematik 5. Murah dan tersedia diberbagai tempat
6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus (Mulyani dan Rinawati, 2013).
Petugas Lapangan Keluarga Berencana
Definisi petugas lapangan keluarga berencana (PLKB). Petugas Lapangan Keluarga Berencana adalah aparat Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang melaksanakan fungsi pengelolaan, penggerakan, pengembangan potensi partisipasi masyrakat seseuai dengan tuntutan kondisi dan kebutuhan Program Keluarga Berencana Nasional di tingkat desa atau kelurahan.
Peran petugas lapangan keluarga berencana. Tahapan perkembangan peran PLKB dapat diuraikan sebagai berikut :
Peran pelaksanaan (implementer). Dalam melakukan kegiatan motivasi melalui kunjungan ke rumah, PLKB bertindak sebagai pelaksanan langsung dan belum mendapat bantuan dari kader dan/atau tokoh masyarakat/tokoh agama.
Setiap calon peserta KB yang telah dimotivasi dan siap mendapatkan pelayanan kontrasepsi, selanjutnya calon tersebut dijemput dan diantar oleh PLKB, ke tempat pelayanan, baik pelayanan statis (Klinik KB/Puskesmas) maupun pelayanan (Tim Medis Keliling dan Subtim Medis Keliling).
Dalam menjalankan tugasnya, PLKB dibekali pengetahuan dasar tentang konsep dan aplikasi pembangunan masyarakat secara sederhana dan praktis sehingga mudah dicerna dan dilaksanakan oleh masyarakat. Untuk memberikan
status dan identitas kebanggaan pada tugas, PLKB sering bertugas, berperan, dan berfungsi sebagai pelaksana program KB di tingkat lini lapangan. Kondisi tersebut diupayakan untuk selalu diasah dan dipelihara agar selalu ditempatkan pada posisi di atas apabila sedang tidak dipergunakan. Upaya tersebut telah mendorong semangat dan motivasi kerja PLKB untuk memperkuat pengakuan atas eksistensi dan perananya dalam menyukseskan Program KB Nasional (BKKBN, 2002)
Peran pengelola (manager). Untuk mengimbangi dan meningkatakannya partisipasi masyarakat, pada periode ini mulai dikembangakan konsep pola kerja PLKB dalam bentuk 10 langkah kerja PLKB, sebagai acuan para PLKB dalam melaksanaakana tugasnya. Pada periode ini fokus perhatian pelaksanaan Program KB lebih berorientasi pada perpanjangan sebagian tugas PLKB kepada institusi masyarakat, terutama dalam KIE dan perindustrian alat kontrasepsi sederhana berupa pil dan kondom (ulangan). Pada tahap ini secara berangsur-angsur peran PLKB sudah mengarah sebagai pengelola, tidak lagi murni sebagai pelaksana.
Mengingat makin berkembangnya partisipasi masyarakat dan disusul juga dengan tuntutan pengembangan program KB Nasional, pada akhir periode ini muncul konsep mekanisme operasional yang pada hakikatnya melakukan kegiatan secara sistematis, berkesinambungan, dan pelaksanya merupakan gabungan unsur, masyarakat dan PLKB. Berkembangnya mekanisme operasional Program KB Nasional di lapangan hakikatnya sangat bergantung pada peran PLKB sebagai pengelola program di lapangan (BKKBN, 2002).
Peran penggerak (leader). Peran kepemimpinan PLKB harus diperkuat sehingga akhirnya mereka mampu menggerakkan patisipasi masyarakat. Dengan
demikian perannya sebagai penggerak lebih menonjol, sementara perannya sebagai pelaksana harus lebih banyak diserahkan kepada institusi masyarakat dan lembaga swadaya organisasi masyarakat (LSOM).
Fungsi dan tugas pengawas PLKB. Pengawas PLKB melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi perencanaan
Fungsi perencanaan adalah membantu Camat dalam menentukan sasaran operasional, menyusun rangkaian kegiatan, pelaksana, waktu dan dukungan dengan memperhatian potensi masyarakat di wilayah kerjanya, serta arahan kebijaksanaan dari BKKBN DT II.
Uraian tugas dalam perencanaan yang harus diselesaikan oleh Pengawas PLKB meliputi dua bagaian besar yaitu :
1. Perencanaan Wilayah
Perencanaan wilayah terdiri dari :
- Rencana kerja tahunan, yaitu rencana yang dibuat setahun sekali meliputi berbagai aspek yang ada di tingkat Kecamatan.
- Rencana kerja bulanan, yaitu rencana yan dibuat sebulan sekali, yang merupakan rincian kegiatan dari rencanan tahunan. Rencana kerja bulanan penggarapan Gerakan KB, Pembangunan Keluarga Sejahtera dan Kedudukan diwilayah kecamatan ini, dikemukakan dan dibahas dalam forum Rapat Koordinasi Kecamatan.
Perencanaan operasional tahunan wilayah, sebaiknya dilakukan dengan prinsip perencanaan dari bawah dengan melihat potensi Kecamatan tersebut serta
memadukan dengan Perkiraan Permintaan Mayarakat (PPM) yang telah disepakati dalam Rakor di Kabupaten. Untuk kepentingan perencanaan operasional tahunan, maka data yang digunakan adalah data hasil pendataan keluarga R/I/KS. Dari pendataan Keluarga, dapat diangkat PPM (perkiraan permintaan masyarakat untuk gerakan KB Nasional, gerakan pembangunan Keluarga Sejahtera dan Kependudukan).
2. Rencana kerja individu pengawas PLKB dalam bentuk rencana kerja mingguan
b. Fungsi pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian adalah pewadahan dan pembagian tugas seluruh potensi yang tersedia untuk menacapa sasaran yang telah ditentukan dan mencukupi kebutuhan permintaan masyarakat dalam melaksanakan Geralan KB, Pembangunan Keluarga Sejahtera dan Kependudukan.
c. Fungsi Pelaksanaan
Fungsi pelaksana adalah menggerakan Tokoh Formal, Tokoh Informal dan Institusi Masyarakat sesuai dengan pembagian tugas yang telah disepakati, bersama mitra kerja dari sektor-sektor lain.
d. Fungsi Pembinaan
Pembinaan adalah upaya memantapkan pengetahuan, keterampilan, dan motivasi para pengelola serta sektor terkait dalam pelaksanaan Gerakan KB, Pembangunan Keluarga Sejahtera dan Kependudukan
e. Fungsi Pencatatan dan Pelaporan
Fungsi pencataan dan pelaporan adalah mencatat dan melaporkan adalah mencatat dan melaporkan pelaksanaan Gerakan KB, Pembangunan Keluarga
Sejahtera dan Kependudukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku f. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi adalah penelaahan atas proses kegiatan yang telah dilaksanakan serta hasil yang telah dicapai sebagai bahan perencanaan kegiatan berikutnya.
Langkah-langkah kerja pengawas PLKB. Dari seluruh fungsi dan tugas pengawas PLKB tergambar bahwa Pengawas PLKB harus melakukan langkah-langkah kerja secara tepat, berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sepuluh langkah penggarapan program ini tidak saja bermanfaat sebagai suatu acuan prosedur kerja bagi Pengawas PLKB dalam melaksanakan berbagai kegiatan, tapi juga berguna untuk pedoman bagi pembina teknis, baik dari tingkat DT II, maupun provinsi untuk membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan tugas yang dilaksanakan Pengawas PLKB.
Pendekatan tokoh formal. Pendekatan tokoh formal adalah suatu upaya pendekatan kepada tokoh formal yang ada di wilayah kerja, untuk mengkomunikasikan kegiatan yang dilaksanakan.
Tujuan pendekatan tokoh formal :
1. Untuk memberikan kejelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan 2. Menumbuhkan motivasi tokoh formal untuk mendukung dan merestui
kegiatan
3. Menggerakan tokoh formal untuk berperan secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan.
Sasaran : 1. Camat 2. Dan Ramil 3. Kapolsek
4. Dinas/Instansi tingkat Kecamatan 5. Perangkat Kecamatan lainnya
6. Lain-lain yang terkaitan kegaiatan yang di lakasanakan Materi yang disampaikan :
1. Perkenalan dan pengawas PLKB (bila baru bertugas)
2. Menjelasakan maksud kedatangan, serta rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Memohon restu dan kemungkinan dukungan petunjuk, tenaga maupun biaya 4. Memohon pengesehan rencana kerja yang telah disusun
5. Mengajak untuk berpern aktif dalam kegiatan Pendataan dan pemetaan