• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Struktur Kepribadian

3.2.3 Superego

Struktur yang ketiga ialah superego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali nilai baik dan buruk (conscience) (Minderop, 2010:22-23).

Selasih yang memiliki ego berupa keinginan untuk mengurangi rasa tidak nyamannya dan mencari keamanan ternyata melahirkan superego dalam dirinya. Berikut kutipan-kutipan yang menggambarkan ego tokoh Selasih.

Bu Nyai menyarankan agar Selasih mau dijadikan sintren sekali lagi. Bisa dibilang itu langkah darurat apabila manusia tidak bisa mengelak lagi dari keharusan yang menekannya.

“Anggap ini pengorbananmu untuk Ki Juworo, kakek yang membesarkanmu sejak kecil. Atau katakanlah ini pembuktianmu kepada orangtua sekalipun itu menyakitkan” kata Bu Nyai dengan kebijakan yang dipunyai.

(Smas, 2014: 157) Dari kutipan di atas, Selasih mendapatkan masukan dari guru ngajinya agar memperbaiki nama baik kakeknya yang telah rusak karena tuduhan bahwa dirinya gagal menjadi sintren sebab dirinya tidak perawan. Menurut Bu Nyai, Selasih harus mengikuti lagi upacara sintren itu meski dirinya tak bisa melakukan perbuatan yang menentang ajaran agama. Bu Nyai juga menjelaskan bila hal itu hanya bukti semata agar nama baik Juworo kembali.

Tiba-tiba Selasih bangkit dan berlari menerobos penonton. Berlari terus seperti melarikan diri dari ketelanjangan yang sempurna. Dia baru berhenti lari dipangkuan Nyai Juworo. Kedua perempuan itu lalu menangis bersama untuk semua hal yang memang pantas untuk ditangisi

(Smas, 2014: 183) Dari kutipan di atas, Selasih yang menyesali perbuatanya terhadap kakeknya memberanikan diri untuk mengikuti upacara sintren untuk keduakalinya. Dia terus meyakinkan dirinya bahwa upacara ini hanya sebagai bukti keperawanannya. Upacara pun dilaksanakan dan Selasih berhasil membuktikan pada kakeknya bahwa dirinya masih perawan. Setelah acara usai Selasih meluapkan emosi dan rasa malunya dengan menangis dipangkuan Nyai Juworo. Dia bahkan merasa telanjang karena ia

hanya mengenakan kemben dan rambutnya terurai tanpa selendang. Dia pun mencoba melupakan masa-masa memalukan itu.

3.2.3.2 Juworo

Juworo yang memiliki ego berupa keinginan untuk menghindari rasa tidak nyamannya dengan cara yang diterima masyarakat ternyata melahirkan superego dalam dirinya. Berikut kutipan-kutipan yang menggambarkan ego tokoh Juworo.

Juworo malu mengakui bahwa kehadiran Jumait memang sesuatu yang sangat berarti pada saat genting ini

(Smas, 2014: 149) Entah kesadaran itu dari mana datangnya, tahu-tahu Juworo bilang begini, “Nyai, apa kamu ndak sadar selama ini sebenarnya Lasih suka-sukaan sama Jumait?”

(Smas, 2014: 185) Dari kutipan di atas, Juworo baru menyadari bila sikap Jumait tampak berbeda pada Selasih. Jumait yang terus menerus-menerus dihajar Juworo tidak pernah memperlihatkan rasa putus asanya. Jumait bahkan selalu hadir saat Juworo dan keluargannya membutuhkan bantuan. Meskipun demi memperjuangkan cintanya Jumait rela menjadi tameng saat Selasih dalam bahaya. Perjuangan Jumait ini membuka pikiran Juworo bila cinta sejati itu tidak berasal dari kekayaan melainkan berasal dari pengorbannannya. Perjuangan Jumait dalam novel ini bahkan sama dengan perjuangan ayah Selasih saat ia ingin memperjuangkan cintanya terhadap ibu Selasih.

Jumait yang memiliki ego berupa keinginan untuk memperjuangkan rasa cintanya dengan cara yang diterima masyarakat ternyata melahirkan superego dalam dirinya. Berikut kutipan-kutipan yang menggambarkan ego tokoh Juworo.

Jumait pun, pemuda desa yang diam-diam naksir Selasih, tak berani secara terang-terangan entah sampai kapan.

(Smas 2014: 23) “Iya, Bu. Tidak tahu sampai kapan harus hati-hati begitu.”

“Sampai kamu jadi orang kaya dan macan galak itu silau oleh kekayaanmu. Baru kembang selasih itu dipersembahkan dengan hormat.” “Yah, sampai kapan bisa menjadi kaya? Orang ngelamar pekerjaan di kantor pegadaian juga belum jelas diterima apa tidak.”

(Smas 2014: 32) Dari kutipan di atas, Jumait dan ibunya tahu betul bila Selasih dijaga oleh “macan galak”. Macan galak adalah sebutan untuk Juworo yang terkenal mudah tersinggung dan sering marah. Tidak mudah untuk mendekati Selasih. Banyak laki-laki yang menyukai Selasih memilih mundur daripada harus berhadapan dengan Juworo. Sama halnya dengan Jumait, ia juga menyukai Selasih secara diam-diam. Jumait yang belum memiliki pekerjaan tetap sadar bahwa dirinya belum pantas untuk Selasih.

3.3 Rangkuman

Dari analisis struktur kepribadian tokoh utama dalam novel Dari Ambarawa Sampai Tegal Selatan karya Bung Smas di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh utama memiliki struktur kepribadian. Struktur kepibadian ini hadir dari pengalaman masa lalu dan rasa tidak nyaman atau tekanan yang berasal dari dalam diri tokoh. Berikut tabel ringkasan struktur kepribadian tokoh utama.

Tabel 4 Rangkuman Struktur Kepribadian Tokoh Utama

No. Nama Tokoh Struktur kepribadian

Id Ego Superego

1 Selasih Dorongan untuk mendapatkan kebahagiaan

Mengalihkan rasa ketidaknyamannya dan mencari rasa aman

Menyadari kesalahannya dan memperbaikinya 2 Juworo Dorongan untuk

mendapatkan kebahagiaan Mengalihkan rasa ketidaknyamannya dengan mengikutsertakan Selasih dalam Upacara sintren

Menyadari bila ada satu laki-laki yang pantas untuk Selasih

3 Jumait Hasrat untuk mendapatkan Selasih

Mendukung dan melindungi Selasih

Menyadari bila dirinya belum pantas untuk mendapatkan Selasih

Hasil analisis struktur kepribadian ini akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang mekanisme pertahanan ego tokoh utama dalam novel Dari Ambarawa Sampai Tegal Selatan karya Bung Smas pada bab IV.

BAB IV

MEKANISME PERTAHANAN EGO DALAM NOVEL

DARI AMBARAWA SAMPAI TEGAL SELATAN KARYA BUNG SMAS 4.1 Pengantar

Pada bab ini akan paparkan hanalisis mekanisme pertahanan ego tokoh utama yang terdapat dalam novel Dari Ambarawa Sampai Tegal Selatan karya Bung Smas. Sesuai struktur kepribadian yang dibahas dalam bab III di atas, maka tokoh utama yang akan dibahas pada bab ini juga meliputi Selasih, Juworo dan Jumait. Setelah mengetahui id, ego, dan superego tokoh utama selanjutnya akan dianalisis tindakan-tindakan tokoh dalam mengatasi konflik melalui mekanisme pertahanan ego.

Dokumen terkait