BAB II KAJIAN TEORI
2. Supervisi Klinis
a. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi klinis dijelaskan oleh Dwi Iriyani (2008: 279) mulai dikembangkan
pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam puluhan oleh Morris L. Cogan,
18
supervisi klinis lebih menekankan pada hubungan tatap muka antara supervisor dengan
guru serta terpusat pada perilaku aktual guru dalam mengajar.
Supervisi klinis menurut Richard Waller (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa,
2013: 90) adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui
siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual
yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk
mengadakan modifikasi yang rasional. Supervisi klinis menurut Saullivan dan Glanz
(Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, 2011: 113) adalah pembinaan performansi guru
dalam mengelola proses pembelajaran. Sedangkan, Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono
(2011: 112) menjelaskan bahwa supervisi klinis dilakukan berdasar inisiatif dari guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah pembinaan
bagi guru dalam memperbaiki performansi guru dalam mengelola pembelajaran
melalui proses yang sistematis.
b. Tujuan Supervisi Klinis
Supervisi klinis yang dijelaskan Sergiovanni dalam Lantip Diat Prasojo dan
Sudiyono (2011: 113) memiliki tujuan yaitu pengembangan profesional dan motivasi
kerja guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013:
98) bahwa supervisi klinis dapat dikatakan bertujuan untuk mengadakan perubahan
terhadap perilaku, cara, dan mutu mengajar guru yang sistematik.
c. Ciri-ciri Supervisi Klinis
Supervisi klinis menurut Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 96) memiliki
beberapa ciri-ciri, yaitu:
1) Bantuan yang diberikan bersifat instruksi atau memerintah.
19
3) Guru memiliki satuan tingkah laku mengajar yang terintegrasi.
4) Suasana dalam pemberian supervisi penuh kehangatan, kedekatan, dan
keterbukaan.
5) Supervisi yang diberikan bukan saja pada keterampilan mengajar saja, melainkan
pula mengenai aspek-aspek kepribadian guru.
6) Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun berdasakan kesepakatan guru
dengan supervisor.
7) Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan bersifat objektif.
8) Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari guru dahulu bukan dari
supervisor.
d. Prinsip Supervisi Klinis
Prinsip supervisi klinis oleh Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 98):
1) Pelaksanaan supervisi dilakukan atas inisiatif dari guru.
2) Menciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3) Menciptakan suasana bebas untuk mengemukakan apa yang dialami guru.
4) Objek kajiannya adalah kebutuhan pofesional guru yang riil dan alami.
5) Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk
diperbaiki.
Terdapat tiga prinsip umum dalam pelaksanaan supervisi klinis yang
bertumpu pada psikologi humanistik menurut Acheson dan Gall (Dwi Iriyani,
20
Tiga prinsip umum pelaksanaan supervisi klinis yang tertumpu pada psikologi
humanistic tersebut adalah:
1) Interaktif
Prinsip interaktif mensyaratkan adanya hubungan timbal balik yang dekat,
saling memberi dan menerima, memahami dan saling mengerti antara guru dan
supervisor.
2) Demokratik
Prinsip demokratik menekankan adanya keterbukaan antara guru dan
supervisor untuk mengemukakan pendapat, tidak mendominasi pembicaraan,
bersama-sama mendiskusikan dan mengkaji semua pendapat dalam pertemuan, dan
pada akhirnya keputusan ditetapkan berdasar kesepakatan bersama.
3) Terpusat Pada Guru
Prinsip terpusat pada guru, artinya proses bantuan harus didasarkan pada
kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap berada dalam lingkup perilaku guru dalam
mengajar secara aktual.
e. Tahapan Supervisi Klinis
Tiga langkah supervisi klinis menurut Sahertian dan Nurtain (Dwi Iriyani,
2008: 280) yaitu:
1) Pertemuan awal
2) Observasi
21
Sejalan dengan pendapat di atas, Makawimbang (Jasmani Asf dan Syaiful
Mustofa, 2013: 99) mengemukakan tiga tahapan supervisi klinis yaitu:
1) Tahap Pertemuan Awal (Perencanaan)
Tahap ini merupakan tahap fundamental dan teknis. Beberapa hal yang dapat
dilakukan pada tahap pertemuan awal (perencanaan) ini antara lain:
a) Menciptakan suasana yang bersahabat dan terbuka.
b) Mengkaji dan mendiskusikan rencana pembelajaran yang meliputi tujuan,
metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait
pembelajaran.
c) Menentukan fokus observasi.
d) Menentukan alat bantu (instrumen) observasi.
e) Menentukan teknik pelaksanaan observasi.
2) Tahap Pelaksanaan Observasi
Pada tahap pelaksanaan observasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
di kelas sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati pada tahap pertemuan awal.
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan pada tahap observasi, yaitu:
a) Supervisor dan guru memasuki ruang kelas tempat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran secara bersamaan dan mengatur posisi masing-masing tanpa harus
mengganggu proses pembelajaran yang telah direncanakan.
b) Guru menjelaskan tentang maksud kedatangan dan kehadiran supervisor di kelas
bersama mereka dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti.
c) Guru mulai melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pedoman mengajar
22
d) Supervisor mengobservasi dan mencatat penampilan guru berdasarkan format
observasi yang disusun sebelumnya.
e) Setelah selesai proses pembelajaran, guru dan supervisor mendiskusikan hasil
observasi terkait dengan proses pembelajaran.
3) Tahap Akhir (Analisis dan Diskusi Balikan)
Pada tahap akhir siklus supervisi klinis adalah tahap analisis hasil
pasca-observasi. Supervisor mengevaluasi semua proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru untuk memperbaiki performa guru. Beberapa aktivitas yang dilakukan dalam
tahap akhir adalah:
a) Supervisor berbagi pendapat dengan guru terkait dengan perasaan guru ketika
mengajar untuk menciptakan suasana yang bersahabat sehingga guru merasa
tidak diadili.
b) Supervisor memberikan penguatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
c) Supervisor dan guru membicarakan kelanjutan kontrak yang telah disepakati
sebelumnya.
d) Supervisor menjelaskan dan menunjukkan hasil observasi yang telah
diinterpretasi, memberikan kesempatan guru mempelajari dan menginterpretasi,
kemudian mendiskusikan bersama.
e) Menanyakan kembali bagaimana perasaan guru setelah dievaluasi.
f) Supervisor dan guru membuat kesimpulan bersama berdasarkan hasil observasi
23 B. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja menurut H. E. Mulyasa (2013: 88) dapat diartikan sebagai unjuk kerja
seseorang yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya
sebagai akumulasi dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang telah dimiliki
pekerja. Pengertian kinerja menurut Mangkunegara (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa,
2013: 153) merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang telah dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang
telah diberikan kepadanya. Kinerja guru yang dikemukakan Anwar (Soebagyo
Brotosedjati, 2012: 232) adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh
seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru
adalah hasil kerja atau prestasi yang dicapai oleh guru secara kuantitas dan kualitas
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam mencapai tujuan pendidikan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru menurut Soebagyo
Brotosedjati (2012: 232) di antaranya:
a. Faktor individu yang bersangkutan, yaitu menyangkut kemampuan, kecakapan,
motivasi dan komitmen yang bersangkutan pada organisiasi.
b. Faktor kepemimpinan, yaitu menyangkut dukungan dan bimbingan yang
diberikan pada bawahan serta kualitas dukungan itu sendiri.
c. Faktor tim atau kelompok, yaitu menyangkut kualitas dukungan yang diberikan
24
d. Faktor sistem, yaitu menyangkut sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh
organisasi.
e. Faktor situasional, yaitu menyangkut lingkungan dari dalam dan dari luar serta
perubahan-perubahan yang terjadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru menurut Jasmani Asf dan
Syaiful Mustofa (2013: 160) di antaranya: (a) sikap mental (motivasi kerja, disiplin
kerja, dan etika kerja); (b) pendidikan; (c) keterampilan; (d) manajemen
kepemimpinan; (e) tingkat penghasilan; (f) kesehatan; (g) jaminan sosial; (h) iklim
kerja; (i) sarana dan prasarana; (j) teknologi; dan (k) kesempatan berprestasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang dijelaskan oleh Ondi
Saondi dan Aris Suherman (2010: 24-47), antara lain: (a) kepribadian dan dedikasi; (b)
pengembangan profesi; (c) kemampuan mengajar; (d) komunikasi; (e) hubungan
dengan masyarakat; (f) kedisiplinan; dan (g) kesejahteraan.
a. Iklim kerja
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
guru dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah: (1) faktor individu
misalnya kemampuan, pendidikan, motivasi, keterampilan, kesehatan, dan kecakapan;
(2) faktor kepemimpinan misalnya menyangkut dukungan dan bimbingan yang
diberikan pada bawahan serta kualitas dukungan itu sendiri dan manajemen
kepemimpinan; (3) faktor tim atau kelompok misalnya kualitas dukungan yang
diberikan oleh tim (partner/ teman kerja); (4) faktor sistem misalnya sistem kerja dan
fasilitas yang diberikan oleh organisasi, iklim kerja; (5) faktor situasional misalnya
lingkungan dari dalam dan dari luar serta perubahan-perubahan yang terjadi, tingkat
25
3. Persiapan Pembelajaran dan Keterampilan Mengajar Guru
a. Persiapan Mengajar
Guru harus melakukan persiapan mengajar dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Persiapan mengajar yang dimaksud menurut Jasmani Asf dan
Syaiful Mustofa (2013: 182) adalah membuat perencanaan pembelajaran. Sebelum
melaksanakan proses belajar mengajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
guru menurut User Usman (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 175) di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
2) Menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
3) Menentukan metode yang tepat sesuai dengan materi yang hendak disampaikan.
4) Menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai atau tidaknya materi
yang telah disampaikan.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh guru dalam proses menyusun
rencana pembelajaran yang dijelaskan oleh Muhammad Fadlillah (2012: 137) antara
lain:
1) Mengisi identitas.
2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan.
3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan
digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun.
4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan
26
5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok. Materi standar adalah
uraian dari materi pokok.
6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti,
dan akhir.
8) Menentukan sumber belajar yang digunakan.
9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik
penskoran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran menurut
Ondi Saondi dan Aris Suherman (2010: 55-56), antara lain:
1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental
(developmentally appropriate).
2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent learning
group).
3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated
learning).
4) Mempertimbangkan keberagaman siswa (diversy of student) di dalam kelas.
5) Memperhatikan multi inteligensi siswa.
6) Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa,
perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan tingkat tinggi.
7) Menerapkan penilaian autentik untuk mengevaluasi penerapan pengetahuan dan
berprikir kompleks seorang siswa.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persiapan
27
merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai; (2) menentukan materi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yaitu dengan menentukan standar kompetensi
dan indikator yang dipakai; (3) menentukan metode yang tepat sesuai dengan materi
yang hendak disampaikan; dan (4) menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur
tercapai atau tidaknya materi yang telah disampaikan dengan menyusun kriteria
penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran.
b. Keterampilan Mengajar Guru
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Untuk itu, guru harus
memiliki keterampilan dan kemampuan mengajar. Keterampilan mengajar (teaching
skills) yang harus dimiliki pendidik menurut Hamid Darmadi (2009: 42), yaitu:
1) Keterampilan bertanya.
2) Keterampilan memberi penguatan.
3) Keterampilan memberi variasi.
4) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
5) Keterampilan menjelaskan.
6) Keterampilan memimpin kelompok kecil.
7) Keterampilan mengelola kelas.
8) Keterampilan mengajar perorangan.
Penjelasan mengenai keterampilan-keterampilan mengajar yang sebaiknya
dimiliki oleh seorang guru di atas sejalan dengan penjelasan Uzer Usman (Jasmani Asf
dan Syaiful Mustofa, 2013: 188-189) mengenai beberapa keterampilan mengajar guru
yang perlu dimiliki, yaitu:
1) Keterampilan bertanya.
28 3) Keterampilan menjelaskan.
4) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
5) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
6) Keterampilan mengelola kelas.
7) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa guru perlu
memiliki beberapa keterampilan mengajar di antaranya: (1) keterampilan bertanya; (2)
keterampilan memberi penguatan; (3) keterampilan memberi variasi; (4) keterampilan
membuka dan menutup pelajaran; (5) keterampilan menjelaskan; (6) keterampilan
memimpin kelompok kecil; (7) keterampilan mengelola kelas; dan (8) keterampilan
mengajar perorangan.
4. Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru mempunyai manfaat karena dapat digunakan sebagai
alat dalam pengambilan keputusan. Selain sebagai alat dalam pengambilan keputusan,
Sulistiyani dan Rosidah (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 161) menjelaskan
terdapat beberapa manfaat lain mengenai penilaian kinerja antara lain sebagai berikut:
a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.
b. Perbaikan kinerja.
c. Kebutuhan latihan dan pengembangan.
d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, dan
perencanaan tenaga kerja.
e. Untuk kepentingan penelitian kepegawaian.
29
Selain beberapa manfaat yang telah dikemukakan di atas, terdapat beberapa
manfaat penilaian kinerja guru lainnya yang diuraikan oleh Departemen Pendidikan
Nasional (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 161). Manfaat penilaian kinerja
guru yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan staf melalui in-service training.
b. Pengembangan karir melalui in-service training.
c. Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin.
d. Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi.
e. Hubungan produktif antara kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa.
f. Peningkatan moral dan efisiensi sekolah.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, beberapa manfaat penilaian kinerja guru
adalah sebagai berikut: (a) penyesuaian-penyesuaian kompensasi; (b) perbaikan
kinerja; (c) kebutuhan latihan dan pengembangan; (d) pengambilan keputusan dalam
hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, dan perencanaan tenaga kerja; (e) untuk
kepentingan penelitian kepegawaian; (f) membantu diagnosis terhadap kesalahan
desain pegawai; (g) pengembangan staf melalui in-service training; (h) pengembangan
karir melalui in-service training; (i) hubungan yang semakin baik antara staf dan
pemimpin; (j) pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi; (k) hubungan
produktif antara kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa; dan (l) peningkatan
moral dan efisiensi sekolah.
5. Aspek-Aspek Penilaian Kinerja Guru
Dalam melakukan penilaian kinerja guru terdapat beberapa aspek yang akan
dinilai untuk mendapatkan hasil penilaian kinerja guru. Aspek-aspek yang perlu dinilai
30
mata pelajaran. Kisi-kisi penilaian kinerja guru dapat dilihat dalam Tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran
No. Dimensi Tugas Utama/ Indikator Kinerja Guru
I Perencanaan Pembelajaran
1.
Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum atau silabus dan
memperhatikan karakter peserta didik.
2. Guru menyusun bahan ajar secara runtut, logis, kontekstual, dan mutakhir. 3. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif.
4. Guru memilih sumber belajar atau media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran.
II Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Aktif dan Efektif A. Kegiatan Awal
5. Guru memulai pembelajaran dengan efektif. B. Kegiatan Inti
6. Guru menguasai materi pelajaran.
7. Guru menerapkan pendekatan atau strategi pembelajaran yang efektif. 8. Guru memanfaatkan sumber belajar atau media dalam pembelajaran. 9. Guru memicu atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran. 10. Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran.
C. Kegiatan Penutup
11. Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif. III Penilaian Pembelajaran
12. Guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keterlibatan peserta didik.
13.
Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemampuan dan hasil belajar pesrta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP.
14.
Guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi pesrta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya.
C. Uji Kompetensi Guru
1. Pengertian Uji Kompetensi Guru
Uji Kompetensi Guru (UKG) menurut H. E. Mulyasa (2013: 55) merupakan
salah satu program pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat guru, serta
untuk memberikan jaminan mutu layanan pendidikan sesuai amanat Undang-undang
31
dan Kebudayaan (2010: 5) merincikan UKG sebagai penilaian terhadap kompetensi
guru sebagai bagian penilaian kinerja guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan
dan jabatannya. Mulyana A. Z. (2010: 112) menjelaskan bahwa untuk mengontrol
kualitas kinerja guru dalam melakukan tanggung jawab sebagai guru maka ada baiknya
melakukan UKG secara berkala.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa UKG adalah salah satu
program pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat guru, serta untuk
memberikan jaminan mutu layanan pendidikan sesuai amanat Undang-undang Guru
dan Dosen (UUGD)dalam bentuk penilaian terhadap kompetensi guru yang dilakukan
secara berkala.
2. Prinsip Uji Kompetensi Guru
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015: 8) menjelaskan pelaksanaan
UKG harus memperhatikan prinsip-prinsip UKG sebagai berikut:
a. Objektif
Pelaksanaan UKG dilaksanakan secara benar, jelas, dan menilai kompetensi
sesuai dengan apa adanya.
b. Adil
Dalam pelaksanaan UKG, peserta uji kompetensi guru harus diberi perlakuan
yang sama dan tidak membeda-bedakan latar belakang kultur, keyakinan, sosial
budaya, senioritas, dan harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja
32 c. Transparan
Data dan informasi yang telah didapatkan berkaitan dengan pelaksanaan uji
kompetensi yang telah dilaksanakan seperti mekanisme kerja, sistem penilaian
disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh yang memerlukan.
d. Akuntabel
Pelaksaan dari UKG harus bisa dipertanggungjawabkan baik dari sisi
pelaksanaan maupun keputusan sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku.
3. Kompetensi yang Diuji
Guru diharapkan memiliki empat kompetensi dasar dalam menjalankan
profesinya sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Munif Chatib, 2011: 28-29) agar kinerja guru di Indonesia lebih
optimal. Empat kompetensi dasar tersebut, yaitu:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru untuk
mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki siswa.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang harus dimiliki
oleh guru yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia yang
33 c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru untuk
menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam sehingga guru dapat
membimbing siswa dalam memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Penjabaran dari kompetensi profesional ini adalah sebagai berikut:
1) Guru menguasai secara luas dan mendalam tentang substansi dan metodologi
dasar keilmuan.
2) Guru menguasai materi ajar yang dijabarkan dalam kurikulum.
3) Guru mampu mengembangkan kurikulum yang digunakan dan aktivitas
belajar-mengajar secara kreatif dan inovatif.
4) Guru menguasai dasar-dasar materi yang digunakan dalam kegiatan
ekstrakurikuler yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan siswa secara
utuh.
5) Guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dilaksanakan melalui
penelitian tindakan kelas.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif antara guru dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
Empat kompetensi dasar guru yang dijelaskan oleh Ondi Saondi dan Aris
Suherman (2010: 57), yaitu:
a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam
34
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan diri peserta didik untuk mengaktualisasi potensi peserta didik.
b. Kompetensi kepribadian, yaitu karakterisik pribadi yang harus dimiliki oleh guru
sebagai individu yang memiliki sifat mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam
menguasai materi pelajaran yang digunakan secara luas dan mendalam yang
memungkinkan guru membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang
diajarkan oleh guru.
d. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan yang dimiliki guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif, berinteraksi dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat.
Secara lebih terperinci, Asian Institut of Teacher Education (H. E. Mulyasa,
2013: 69-72) menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi Pribadi
1) Guru memiliki pengetahuan mengenai adat istiadat yang berlaku di sekolah dan
lingkungan sekolah, baik secara sosial maupun agama.
2) Guru memiliki pengetahuan mengenai budaya dan tradisi yang berlaku.
3) Guru memiliki pengetahuan mengenai inti demokrasi.
4) Guru memiliki pengetahuan mengenai estetika.
5) Guru memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.
6) Guru memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
35
Kompetensi pribadi yang dimiliki oleh guru dan tenaga kependidikan secara
lebih khususnya adalah bersikap simpati, empati, terbuka, berwibawa, tanggung
jawab, dan mampu menilai diri sendiri.
b. Kompetensi Profesional
1) Guru dapat mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan yang
digunakan, baik secara filosofis maupun psikologis.
2) Guru dapat mengerti dan dapat menerapkan teori belajar yang digunakan sesuai
dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik.
3) Guru mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan pada
guru.
4) Guru dapat mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat.
5) Guru mampu menggunakan berbagai media, fasilitas, dan sumber belajar lainnya
secara efektif.
6) Guru mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran yang
sesuai untuk peserta didik.
7) Guru mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Guru mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik secara baik.
Kompetensi profesional secara lebih khusus dijabarkan sebagai berikut:
1) Guru mampu menguasai bahan, meliputi:
a) guru mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum yang digunakan
sekolah,
b) guru mampu menguasai bahan pendalaman atau aplikasi bidang studi yang
digunakan untuk proses pembelajaran.
36
a) guru dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
b) guru dapat mengenal dan dapat menggunakan metode pembelajaran yang
sesuai untuk peserta didik,
c) guru dapat memilih dan menyusun prosedur pembelajaran yang tepat untuk
digunakan dalam proses pembelajaran,
d) guru melaksanakan program pembelajaran yang digunakan secara efektif.