i
PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG
KULON PROGO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Febri Rahmawati Romadhoni NIM 12111241021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
i
PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG
KULON PROGO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Febri Rahmawati Romadhoni NIM 12111241021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
ii
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG KULON PROGO” yang disusun oleh Febri Rahmawati Romadhoni, NIM 12111241021 telah disetujui oleh
pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 01 November 2016 Pembimbing I,
Nelva Rolina, M.Si.
NIP. 19800718 200501 2 001
Pembimbing II,
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Jika
tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium periode berikutnya.
Yogyakarta, 7 Desember 2016 Yang menyatakan
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG KULON PROGO” yang disusun oleh Febri Rahmawati Romadhoni, NIM 12111241021 ini telah dipertahankan
di depan Dewan Penguji pada tanggal 18 November 2016 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Nelva Rolina, M.Si. Ketua Penguji …………...…. ………..
Rina Wulandari, M.Pd. Sekretaris Penguji …………..….. …...………...
Sudiyono, M.Si. Penguji Utama …………...…. ………..
Eka Sapti C., M.M., M.Pd. Penguji Pendamping …………...…. ………..
Yogyakarta, ………... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Dr. Haryanto, M.Pd.
v MOTTO
“Kepemimpinan sekolah membutuhkan kemampuan untuk mengembangkan, mengkomunikasikan, dan menempatkan sebuah visi untuk pengembangan sekolah
yang mampu mengorganisir energi dari anggota staf yang sangat beragam menuju tujuan bersama.”
(Charlotte Danielson)
“Setelah makan, pendidikan merupakan kebutuhan utama rakyat.”
vi
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tua penulis.
vii
PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG
KULON PROGO
Oleh
Febri Rahmawati Romadhoni NIM 12111241021
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik kepala TK, persepsi guru tentang supervisi akademik kepala TK, pelaksanaan kinerja guru TK, dan persepsi kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo. Supervisi penting untuk diteliti karena belum semua kepala TK melakukan supervisi terhadap kinerja guru. Selain itu, guru masih belum menerapkan kegiatan yang bervariasi untuk pembelajaran anak.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel yang diteliti adalah delapan guru dan enam kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket dan wawancara. Angket supervisi kepala TK dan kinerja guru TK diisi oleh guru dan kepala TK. Sebelum digunakan, instrumen diuji dengan uji validitas konstruk. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif.
Pelaksanaan supervisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai 85%. Persepsi guru TK tentang supervisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai 84%. Pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai 86%. Persepsi kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai 87%.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpakan
segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang Kulon Progo.”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun atas bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang kepada:
1. Rektor UNY yang secara tidak langsung telah memberikan kemudahan bagi
penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan.
2. Dekan dan Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk memaparkan
gagasan dalam bentuk tugas akhir skripsi.
4. Ibu Nelva Rolina, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Ibu Eka Sapti
Cahyaningrum, M. M., M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang dengan
penuh kesabaran telah membimbing penulis sampai pengerjaan tugas akhir skripsi
ini terlaksana dan terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Sudiyono, M.Si. selaku dosen penguji utama yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
dengan penuh kesabaran membimbing penulis sampai pengerjaan tugas akhir
skripsi ini terlaksana dan terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh kepala Taman Kanak-kanak dan guru Taman Kanak-kanak di Gugus I
Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, yang telah memberikan izin, bantuan, dan
dukungan kepada penulis untuk mengambil data dan melakukan penelitian serta
bersedia menjadi subjek penelitian oleh peneliti.
7. Kedua orangtua penulis, Ibu Sri Kuswanti dan Bapak Sunardi, yang telah tulus
mendampingi, memberikan doa, semangat, dukungan, dan fasilitas kepada penulis
ix
8. Seluruh teman-teman mahasiswa PG PAUD 2012 yang dengan tulus selalu
memberikan semangat, dukungan, doa, dan bantuan kepada penulis dan
sama-sama berjuang dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap semoga segala doa, bantuan, dan dukungan yang telah
diberikan menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari Allah SWT.
Selain itu, penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 01 November 2016
x
a. Pengertian Supervisi Pendidikan……… 10
b. Tujuan Supervisi Pendidikan……….. 11
c. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan………. 13
d. Teknik Supervisi Pendidikan……….. 15
e. Proses Supervisi Pendidikan………... 16
2. Supervisi Klinis………. 17
a. Pengertian Supervisi Klinis……… 17
xi
c. Ciri-Ciri Supervisi Klinis……… 18
d. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis……….. 19
e. Tahapan Supervisi Klinis……… 20
B. Kinerja Guru………... 23
1. Pengertian Kinerja Guru………... 23
2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru……… 23
3. Persiapan Mengajar dan Keterampilan Mengajar Guru….……….. 25
4. Manfaat Penilaian Kinerja Guru………... 28
5. Aspek-Aspek Penilaian Kinerja Guru………... 29
C. Uji Kompetensi Guru……….. 30
1. Pengertian Uji Kompetensi Guru……….. 30
2. Prinsip Uji Kompetensi Guru………... 31
3. Kompetensi yang Diuji……...……….. 32
D. Penelitian yang Relevan……….. 39
E. Kerangka Pikir……….………... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………... 44
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 44
1. Variabel Penelitian……… 44
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian……… 47
1. Teknik Pengumpulan Data……… 47
2. Instrumen Penelitian………. 48
F. Validitas Instrumen………. 51
G. Teknik Analisis Data……….. 52
1. Analisis Deskriptif.………... 52
xii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………... 54
1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..……… 54
2. Analisi Deskriptif……….. 55
a. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 55
b. Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK………... 62
c. Pelaksanaan Kinerja Guru TK……… 68
d. Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan Kinerja Guru TK………... 77
B. Pembahasan……… 86
1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……….. 86
2. Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK………. 92
3. Pelaksanaan Kinerja Guru TK……….. 96
4. Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan Kinerja Guru TK……… 104
C. Keterbatasan Penelitian………... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………....…. 113
B. Saran………... 114
DAFTAR PUSTAKA………... 115
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Kisi-Kisi Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran………. 30
Tabel 2. Daftar Jumlah Guru TK dan Kepala TK Gugus I Kecamatan Kalibawang………... 46
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Supervisi Kepala TK……… 49
Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Guru TK……….. 50
Tabel 5. Bobot Pendilaian Pernyataan Favourable Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru TK………... 51
Tabel 6. Bobot Pendilaian Pernyataan Unfavourable Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru TK………..……….. 51
Tabel 7. Kriteria Dasar Pengambilan Keputusan…...………. 53
Tabel 8. Daftar TK dan RA di Gugus I Kecamatan Kalibawang………. 54
Tabel 9. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK………... 56
Tabel 10. Aspek Perencanaan Supervisi Akademik Kepala TK………... 58
Tabel 11. Aspek Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 60
Tabel 12. Aspek Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala TK………. 61
Tabel 13. Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 62
Tabel 14. Persepsi Guru TK tentang Aspek Perencanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 64
Tabel 15. Persepsi Guru TK tentang Aspek Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 66
Tabel 16. Persepsi Guru TK tentang Aspek Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala TK………... 67
Tabel 17. Pelaksanaan Kinerja Guru TK……….. 68
Tabel 18. Aspek Kompetensi Pedagogik Guru TK………... 70
Tabel 19. Aspek Kompetensi Pribadi Guru TK……… 72
Tabel 20. Aspek Kompetensi Sosial Guru TK……….. 74
Tabel 21. Aspek Kompetensi Profesional Guru TK……….. 75
Tabel 22 Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan Kinerja Guru TK……….. 77
Tabel 23 Persepsi Kepala TK tentang Aspek Kompetensi Pedagogik Guru TK………. 79
Tabel 24 Persepsi Kepala TK tentang Aspek Kompetensi Pribadi Guru TK... 81
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian………... 119
Lampiran 2. Surat Bukti Validitas Instrumen……… 122
Lampiran 3. Surat Bukti Penelitian……… 124
Lampiran 4. Kuisioner Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru TK……….. 131 Lampiran 5. Pedoman Wawancara Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru
TK……….. 144 Lampiran 6. Data Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK…………... 147 Lampiran 7. Data Persepsi Guru TK tentang Supervisi Akademik Kepala
TK……….. 150 Lampiran 8. Data Pelaksanaan Kinerja Guru TK………... 153 Lampiran 9. Data Persepsi Kepala TK tentang Kinerja Guru TK………….. 156 Lampiran 10. Data Pelaksanaan Aspek Supervisi Akademik Kepala TK…... 159 Lampiran 11. Data Persepsi Guru tentang Aspek Pelaksanaan Supervisi
Akademik Kepala TK……… 162
Lampiran 12. Data Aspek Pelaksanaan Kinerja Guru TK………... 166 Lampiran 13. Data Persepsi Kepala TK tentang Aspek Pelaksanaan Kinerja
Guru TK TK……….. 169 Lampiran 14. Analisis Deskriptif Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala
TK……….. 172 Lampiran 15. Analisis Deskriptif Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan
Supervisi Akademik Kepala TK……… 174
Lampiran 16. Analisis Deskriptif Pelaksanaan Kinerja Guru TK……… 176 Lampiran 17. Analisis Deskriptif Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan
Kinerja Guru TK……… 178 Lampiran 18. Analisis Deskriptif Pelaksanaan Aspek Supervisi Kepala TK.. 180
Lampiran 19. Analisis Deskriptif Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan
Aspek Supervisi Kepala TK……….. 182
Lampiran 20. Analisis Deskriptif Pelaksanaan Aspek Kinerja Guru TK……. 184 Lampiran 21. Analisis Deskriptif Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan
Aspek Kinerja Guru TK………. 186 Lampiran 22. Hasil Wawancara Pelaksanaan Supervisi Kepala TK………… 188 Lampiran 23. Hasil Wawancara Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan
Supervisi Kepala TK……….. 190
xvi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan guna mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu
bentuk usaha menuju kehidupan yang lebih baik. Selain itu, pendidikan dapat
dikatakan sebagai dasar pondasi bagi kehidupan bangsa. Pendidikan dapat
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi berlanjutnya suatu bangsa sebagai
upaya peningkatan potensi sumber daya manusia di Indonesia. Peningkatan potensi
sumber daya manusia di Indonesia merupakan fokus utama dari fungsi dan tujuan
pendidikan nasional sesuai yang ada dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Pendidikan yang dijelaskan oleh Ekosusilo (Edi Supriono, 2014: 1) merupakan
salah satu aspek penting dalam kehidupan bangsa dan dapat dipandang sebagai salah
satu bentuk investasi bagi bangsa. Lebih jelasnya, investasi pendidikan sebagai
kegiatan inti pengembangan sumber daya manusia memiliki sumbangan yang
signifikan terhadap tingkat keuntungan ekonomi, sehingga keuntungan dalam investasi
2
seseorang berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang diperlukan untuk
bekerja secara produktif sesuai tuntutan perkembangan zaman.
Pendidikan tidak hanya dilakukan saat seseorang telah mampu menempuh
pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD), namun pendidikan dimulai sejak anak lahir.
Pendidikan perlu diberikan kepada anak usia dini untuk mempersiapkan anak
menjalani kehidupannya di masa yang akan datang. Pada masa usia dini, anak
mengalami suatu masa keemasan atau sering disebut dengan golden age (Muhammad
Fadlillah, 2012: 69).
Masa golden age adalah masa di mana anak memiliki kemampuan menyerap
stimulasi dan informasi dengan baik dan cepat dari lingkungan sekitar anak. Pada masa
golden age, anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat signifikan.
Pengembangan potensi anak pada masa golden age akan berpengaruh pada kehidupan
masa depan anak. Untuk itu, anak usia dini harus diberi stimulasi perkembangan yang
sesuai dengan tahapan usianya agar tercapai perkembangan secara optimal. Salah satu
cara yang dapat ditempuh untuk memberikan stimulasi perkembangan bagi anak usia
dini adalah dengan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
PAUD adalah pendidikan yang diberikan kepada anak usia prasekolah atau
sebelum berusia enam tahun. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14 (Muhammad Fadlillah, 2012: 67) menyatakan
bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang diajukan pada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
3
bentuk pendidikan anak usia dini dapat diwujudkan dalam pendidikan formal di tingkat
Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA).
TK merupakan suatu organisasi pendidikan yang kompleks dan unik sehingga
memerlukan pengelolaan yang sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan dari TK yang telah
ditentukan. Beberapa TK telah mengupayakan pencapaian pendidikan yang sesuai
dengan karakter perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia
dini sebagai tujuan pendidikan bagi TK dan RA. Keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
PAUD. Pendidik yang dimaksud di sini adalah guru.
Guru pada saat ini dianggap sebagai faktor penting dalam berkembangnya
pendidikan bagi peserta didik. Guru seakan menjadi penentu bagi keberhasilan
pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi kehidupan
selanjutnya. Guru berlaku sebagai penentu keberhasilan pendidikan karena guru
memegang peran utama dalam proses belajar mengajar, di mana guru harus
berinteraksi langsung dengan peserta didik. Untuk itu, guru dituntut untuk berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi dan pendidikan untuk memperbaiki mutu
pendidikan dan memberikan pendidikan yang layak bagi anak. Keberhasilan guru
dalam memperbaiki mutu pendidikan dapat dilihat dari kinerja guru.
Kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di
lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab guru
dalam mencapai tujuan pendidikan (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 156).
Keberhasilan kinerja guru dapat dilihat melalui kemampuan guru dalam menguasai
empat kompetensi dasar guru. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
4
dasar tersebut antara lain kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
Namun, kelancaran proses perbaikan mutu pendidikan di TK tidak hanya
semata-mata ditentukan oleh guru. Upaya perbaikan mutu pendidikan ditentukan
dengan adanya manajemen pendidikan yang baik di TK. Untuk menggerakkan TK
dalam upayanya mencapai tujuan diperlukan pemimpin. Pemimpin dalam lembaga
pendidikan TK adalah seorang kepala TK. Kepala TK ditugaskan untuk membimbing
dan menuntun bawahannya yaitu pendidik dan tenaga pendidikan serta mengorganirsir
TK sehingga TK dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan optimal. Kepala
TK sebagai atasan dari segala komponen yang ada di TK dituntut memiliki kapasitas
utama sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan
motivator. Kepala TK memiliki peran penting dalam berlangsungnya pendidikan di
TK. Hal ini ditunjukkan melalui tugas kepala sekolah dalam mengawasi kegiatan yang
telah diprogramkan agar menjadi terarah, terfokus dan berhasil dengan baik.
Upaya perbaikan mutu pendidikan perlu ditingkatkan dengan adanya
kerjasama yang baik antarkomponen yang ada di TK seperti kerjasama antara Kepala
TK dan guru. Salah satunya adalah dengan adanya pengawasan atau supervisi yang
dilakukan oleh kepala TK terhadap proses pengembangan kinerja guru meliputi empat
kompetensi dasar guru antara lain kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Syaiful Sagala (2009: 195)
menjelaskan bahwa supervisi adalah bantuan dan bimbingan profesional bagi guru
dalam melaksanakan tugas intruksional guna memperbaiki hal belajar dan mengajar
dengan melakukan berbagai stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinu untuk
5
Supervisi diperlukan agar dapat membantu dan membimbing guru dalam mewujudkan
kinerja guru PAUD secara efektif dan yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan
lembaga PAUD.
Guru memiliki potensi yang besar pada dirinya masing-masing, namun potensi
tersebut belum dinyatakan pada aktivitas kegiatan mengajar secara penuh karena
belum memperoleh rangsangan dan motivasi dari pengawas selaku pimpinan sekolah
maupun seniornya. Kepala sekolah sebagai supervisor diharapkan mampu bertindak
sebagai konsultan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai
kompetensi dasar guru, sebagai fasilitator yang memahami permasalahan dari guru,
dan juga mampu memberi alternatif pemecahannya. Kegiatan supervisi dapat
dikatakan efektif jika dapat menumbuhkan kesadaran guru sebagai pendidik yang
memiliki peran penting dalam pendidikan sehingga guru mampu meningkatkan
kinerjanya setelah mendapatkan supervisi dari kepala sekolah.
Kinerja guru dapat dinilai dengan adanya Uji Kompetensi Guru (UKG). Hasil
UKG yang diperoleh oleh Yogyakarta yang dijelaskan dalam artikel oleh Desliana
Maulipaksi (2016) didapatkan bahwa Yogyakarta meraih hasil UKG tertinggi pada
tahun 2015 dengan nilai rata-rata 62,85 dan menjadi satu-satunya yang lolos untuk uji
kompetensi pedagogik nasional dengan nilai rata-rata 56,91 dengan standar kelulusan
nasional 55. Jika dilihat dari hasil UKG yang telah dilaksanakan ini dapat diasumsikan
bahwa supervisi kinerja guru di Yogyakarta telah dilaksanakan sehingga kinerja guru
dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan observasi peneliti di salah satu TK di Gugus I Kecamatan
Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta kepala TK tidak berlatarbelakang S1 PGPAUD
6
sehingga kepala TK tidak pernah melakukan supervisi dari kepala TK sehingga banyak
kesalahan atau kekurangan guru selama satu semester tidak dapat diperbaiki secara
cepat sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang efektif dan efisien. Selain
itu, menurut kepala TK tersebut supervisi kepala TK hanya dilakukan oleh kepala TK
yang telah definitif atau telah mendapatkan Surat Kerja (SK) kepala TK dari Dinas
Pendidikan sehingga kepala TK tersebut tidak pernah melakukan supervisi terhadap
guru. Supervisi yang dilakukan hanya dilakukan oleh pengawas yang waktu
supervisinya tidak menentu.
Kegiatan pembelajaran di TK tersebut juga kurang bervariasi. Guru tidak
pernah membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) sendiri. Menurut guru, RKH telah
dibuat di awal semester melalui rapat di tingkat gugus. Guru tinggal mengikuti RKH
yang dibuat dan jarang melakukan perubahan pada RKH. Kepala TK juga tidak
melakukan pengawasan terhadap RKH sehingga guru tidak mengetahui kesalahan
dalam proses pembelajarannya. Penggunaan media pembelajaran juga masih sebatas
pada penggunaan Lembar Kerja Anak (LKA).
Penelitian ini dilakukan berdasar pada permasalahan di mana belum
berfungsinya supervisi kepala TK sebagai upaya peningkatan kinerja guru TK di
Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo. Berdasar permasalahan tersebut, penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan supervisi
kepala TK dan pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon
Progo. Dari uraian masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pelaksanaan supervisi akademik kepala TK, persepsi guru TK tentang
7
kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang,
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan beberapa
identifikasi masalah, yaitu:
1. Salah satu kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang tidak berlatarbelakang
S1 PGPAUD.
2. Kepala TK kurang memahami aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang
perlu diperhatikan dalam praktek pembelajaran.
3. Kepala TK belum melakukan supervisi terhadap guru.
4. Kinerja guru kurang optimal.
5. Guru tidak membuat sendiri RKH yang dipakai sebagai acuan pembelajaran.
6. Kegiatan pembelajaran kurang bervariasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasar uraian latar belakang dan identifikasi masalah, pada penelitian ini,
peneliti membatasi untuk menganalisis pelaksanaan supervisi akademik kepala TK,
persepsi guru TK tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala TK, pelaksanaan
8 D. Rumusan Masalah
Berdasar uraian latar belakang dan pembatasan masalah didapat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan superivisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan
Kalibawang, Kulon Progo?
2. Bagaimana persepsi guru TK tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala
TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo?
3. Bagaimana pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang,
Kulon Progo?
4. Bagaimana persepsi kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I
Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan supervisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan
Kalibawang, Kulon Progo.
2. Mengetahui persepsi guru TK tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala
TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo.
3. Mengetahui pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang,
Kulon Progo.
4. Mengetahui persepsi kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I
9 F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran tentang manajemen
pendidikan khususnya mengenai supervisi akademik kepala TK dan kinerja guru TK.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang manajemen
pendidikan khususnya dalam mengetahui pelaksanaan supervisi kepala TK
dan kinerja guru TK berdasar pandangan kepala TK dan guru TK.
b. Bagi Guru
Menjadi dasar dalam meningkatkan kinerja guru melalui supervisi yang
dilakukan kepala TK.
c. Bagi Kepala TK
Sebagai dasar pengambilan keputusan untuk mengembangkan supervisi dari
kepala TK terhadap kinerja guru, sehingga dapat meningkatkan kinerja guru
di TK.
d. Bagi Sekolah
Sebagai alat evaluasi dan koreksi terutama dalam meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran, sehingga dapat meningkatakan kualitas pendidikan di
10 BAB II KAJIAN TEORI
A. Supervisi
1. Supervisi Pendidikan
a. Pengertian Supervisi Pendidikan
Supervisi dijelaskan oleh Maryono (2011: 17) berasal dari bahasa Inggris
supervision yang berarti pengawas atau kepengawasan. Daresh (Soetjipto dan Raflis
Kosasi, 2011: 233) mendefinisikan supervisi sebagai suatu proses untuk mengawasi
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, Syaiful Sagala
(2009: 195) mengidentifikasikan supervisi sebagai bantuan dan bimbingan profesional
bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional guna memperbaiki hal belajar
mengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu
untuk meningkatkan pertumbuhan jabatan guru secara individual maupun kelompok.
Supervisi pendidikan menurut Burton dan Bruecker (Syaiful Sagala, 2009:
194) adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan
memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Secara sederhana, Tim Dosen AP (2010: 155) merumuskan
supervisi sebagai usaha untuk memberi bantuan pada guru dalam memperbaiki situasi
belajar mengajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah upaya
yang dilakukan oleh kepala lembaga pendidikan untuk memberi bantuan secara
profesional kepada guru yang bertujuan untuk perbaikan situasi belajar mengajar yang
dilakukan melalui stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu sehingga
11
Supervisi dilakukan oleh seorang supervisor. Supervisor menurut Maryono
(2011: 17) adalah seseorang yang melakukan supervisi. Supervisor di sekolah
dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin di sekolah adalah kepala sekolah. Salah satu
bentuk kepemimpinan kepala sekolah menurut E. Mulyasa (2006: 111) adalah sebagai
supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan tenaga pendidikan dan tenaga
kependidikan.
b. Tujuan Supervisi Pendidikan
Supervisi memiliki tujuan-tujuan tertentu. Secara umum, tujuan supervisi
adalah untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar menjadi lebih optimal.
Sebagaimana dijelaskan oleh Piet Sahetian dan Frans Mataheru (Tim Dosen AP, 2010:
155), tujuan supervisi pendidikan adalah mengembangkan situasi belajar mengajar
menjadi lebih baik. Secara konkret tujuan supervisi dirumuskan menjadi beberapa
tujuan, yaitu:
1) Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan.
2) Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
3) Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar.
4) Membantu guru-guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran
modern.
5) Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid.
6) Membantu guru-guru menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu
sendiri.
7) Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam
12
8) Membantu guru-guru baru di sekolah, sehingga mereka dapat merasa gembira
dengan tugas yang diperolehnya.
Sedangkan Gwyn (Syaiful Sagala, 2009: 206) menjelaskan supervisi memiliki
tujuan sebagai berikut:
1) Membantu guru mengerti dan memahami peserta didik.
2) Membantu mengembangkan dan memperbaiki kinerja guru, baik secara
individual maupun secara kelompok.
3) Membantu staf sekolah agar dapat melaksanakan tugas lebih efektif baik
berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun bantuan teknis lainnya.
4) Membantu guru meningkatkan kemampuan guru menggunakan berbagai metode
dalam mengajar.
5) Membantu guru secara individual untuk meningkakan kemampuan mengatasi
berbagai permasalahan mengajar.
6) Membantu guru agar dapat menilai peserta didik menggunakan metode penilaian
yang standar agar kualitas belajar anak menjadi lebih baik.
7) Menstimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya.
8) Membantu guru agar merasa bergairah dalam melaksanakan pekerjaannya
dengan penuh rasa aman.
9) Membantu guru dalam menganalisis dan melaksanakan kurikulum sekolah.
10)Membantu guru agar dapat memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada
13 c. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Terdapat prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dan perlu diterapkan oleh
supervisor dalam melaksanakan supervisi menurut Pangaribuan dkk (Syaiful Sagala,
2009: 198) sebagai berikut:
1) Ilmiah
Kegiatan supervisi yang dikembangkan/ dilaksanakan harus sistematis,
obyektif, dan menggunakan instrumen atau sarana yang dapat memberikan informasi
yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan masukan dalam mengadakan evaluasi
terhadap situasi belajar mengajar.
2) Kooperatif
Program supervisi pendidikan dikembangkan atas dasar kerjasama antara
supervisor dengan orang yang disupervisi. Supervisor diharapkan mampu bekerjasama
dalam peningkatan kualitas belajar mengajar.
3) Konstruktif dan Kreatif
Supervisi diharapkan dapat membina guru agar mampu mengambil inisiatif
sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar.
Beberapa prinsip supervisi pendidikan yang dikemukakan oleh Piet Sahertian,
Frans Mataheru, dan Suharsimi Arikunto (Tim Dosen AP, 2010: 160) antara lain
sebagai berikut:
1) Ilmiah (scientific) yang mencakup:
a) sistematis yaitu dilaksanakan secara teratur, terencana, dan kontinyu;
b) objektif artinya data yang didapat berupa data yang nyata bukan data yang
14
c) menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai umpan
balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2) Demokratis
Demokratis yang dimaksud adalah menjunjung tinggi asas musyawarah,
memiliki jiwa kekeluargaan, dan sanggup menerima pendapat orang lain.
3) Kooperatif
Kooperatif yang dimaksud adalah seluruh staf dapat bekerjasama sehingga
tercipta situasi yang baik.
4) Konstruktif dan Kreatif
Konstruktif dan kreatif yang dimaksud adalah mampu membina dan
menciptakan situasi yang memungkinkan untuk mengembangkan potensi-potensi
secara optimal.
5) Kontinyu
Kontinyu yang dimaksud adalah supervisi perlu dilakukan secara
terus-menerus dalam jangka waktu yang konsisten.
Supervisi di tingkat sekolah hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip yang
dikemukakan Neagly (Soebagyo Brotosedjati, 2012: 230) sebagai berikut:
1) Mengarah pada upaya peningkatan kinerja guru.
2) Merupakan fungsi dari karakteristik individual guru.
3) Meliputi aspek sikap, keinginan, kemampuan, motivasi.
15 d. Teknik Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi menurut Syaiful Sagala (2009: 210-218) dibagi menjadi dua:
1) Teknik Supervisi yang Bersifat Kelompok
a) Pertemuan orientasi
b) Rapat guru
c) Studi kelompok antar guru
d) Diskusi sebagai pertukaran pikikiran atau pendapat
e) Workshop (lokakarya)
2) Teknik Supervisi yang Bersifat Individual
a) Kunjungan kelas
b) Observasi kelas
c) Percakapan pribadi
d) Inter visitasi
e) Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar
Teknik supervisi pendidikan menurut Piet Sahertian dan Frans Mataheru
(Hartati Sukirman, 2009: 102) adalah sebagai berikut: (a) teknik yang bersifat individu,
mencakup: kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi
kelas, dan menilai diri sendiri; dan (b) teknik yang bersifat kelompok, meliputi:
pertemuan orientasi guru baru, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi
kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, symposium,
demonstration teaching, perpustakaan jabatan, bulletin supervisi, membaca langsung,
16 e. Proses Supervisi
1) Perencanaan Supervisi
Perencanaan program supervisi akademik yang dijelaskan oleh Lantip Diat
Prasojo dan Sudiyono (2011: 96) adalah penyusunan dokumen perencanaan
pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu,
supervisor harus menyiapkan beberapa hal terkait pelaksanaan supervisi. Hal tersebut
antara lain kesesuaian instrumen, kejelasan tujuan dan sasaran, obyek, metode, teknik,
dan pendekatan yang direncanakan.
Perencanaan program supervisi akademik menurut Tri Martiningsih (2008: 26)
berarti memperkirakan kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan supervisi
akademik. Kegiatan tersebut meliputi: (a) merumuskan tujuan; (b) mengidentifikasi
dan menetapkan pendekatan supervisi; (c) menetapkan mekanisme dan rancangan
operasional supervisi akademik sesuai dengan tujuan, pendekatan, dan strategi; (d)
mengidentifikasi dan menetapkan sumber daya (manusia, informasi, peralatan, dan
dana) yang dibutuhkan; (e) menyusun jadwal; (f) Menyusun prosedur dan mekanisme
monitoring dan evaluasi; dan (g) memilih dan menetapkan langkah-langkah yang
menjamin keberlanjutan kegiatan supervisi akademik.
2) Pelaksanaan Supervisi
Langkah-langkah yang sistematis pada saat pelaksanaan program supervisi
akademik menurut Tri Martiningsih (2008: 27) adalah: (a) menerapkan prinsip
supervisi; (b) melaksanakan supervisi yang berkelanjutan (jangka panjang, menengah,
dan pendek); (c) melaksanakan supervisi akademik yang didasarkan pada kebutuhan
17
peningkatan kualitas pembelajaran sebagai tujuan utama supervisi akademik; (e)
membangun hubungan dengan guru dan semua pihak yang berhubungan dengan
supervisi; dan (f) melaksanakan supervisi yang demokratis, aktif, dan bertanggung
jawab.
3) Tindak Lanjut Supervisi
Tindak lanjut hasil analisis supervisi akademik yang dijelaskan Lantip Diat
Prasojo dan Sudiyono (2011: 120-124) merupakan pemanfaatan hasil supervisi.
Cara-cara melaksanaan tindak lanjut hasil supervisi adalah (a) Me-review rangkuman hasil
penilaian; (b) apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar
pembelajaran belum tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap
pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan; (c)
apabila tujuan belum tercapai, maka mulailah merancang kembali program supervisi
akademik guru untuk masa berikutnya; (d) membuat rencana aksi supervisi akademik
berikutnya; (e) mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa berikutnya.
Tindak lanjut hasil pengawasan dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dilakukan dalam bentuk: (a)
penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi
atau melampaui standar; dan (b) pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti
program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.
2. Supervisi Klinis
a. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi klinis dijelaskan oleh Dwi Iriyani (2008: 279) mulai dikembangkan
pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam puluhan oleh Morris L. Cogan,
18
supervisi klinis lebih menekankan pada hubungan tatap muka antara supervisor dengan
guru serta terpusat pada perilaku aktual guru dalam mengajar.
Supervisi klinis menurut Richard Waller (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa,
2013: 90) adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui
siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual
yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk
mengadakan modifikasi yang rasional. Supervisi klinis menurut Saullivan dan Glanz
(Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, 2011: 113) adalah pembinaan performansi guru
dalam mengelola proses pembelajaran. Sedangkan, Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono
(2011: 112) menjelaskan bahwa supervisi klinis dilakukan berdasar inisiatif dari guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah pembinaan
bagi guru dalam memperbaiki performansi guru dalam mengelola pembelajaran
melalui proses yang sistematis.
b. Tujuan Supervisi Klinis
Supervisi klinis yang dijelaskan Sergiovanni dalam Lantip Diat Prasojo dan
Sudiyono (2011: 113) memiliki tujuan yaitu pengembangan profesional dan motivasi
kerja guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013:
98) bahwa supervisi klinis dapat dikatakan bertujuan untuk mengadakan perubahan
terhadap perilaku, cara, dan mutu mengajar guru yang sistematik.
c. Ciri-ciri Supervisi Klinis
Supervisi klinis menurut Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 96) memiliki
beberapa ciri-ciri, yaitu:
1) Bantuan yang diberikan bersifat instruksi atau memerintah.
19
3) Guru memiliki satuan tingkah laku mengajar yang terintegrasi.
4) Suasana dalam pemberian supervisi penuh kehangatan, kedekatan, dan
keterbukaan.
5) Supervisi yang diberikan bukan saja pada keterampilan mengajar saja, melainkan
pula mengenai aspek-aspek kepribadian guru.
6) Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun berdasakan kesepakatan guru
dengan supervisor.
7) Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan bersifat objektif.
8) Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari guru dahulu bukan dari
supervisor.
d. Prinsip Supervisi Klinis
Prinsip supervisi klinis oleh Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 98):
1) Pelaksanaan supervisi dilakukan atas inisiatif dari guru.
2) Menciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3) Menciptakan suasana bebas untuk mengemukakan apa yang dialami guru.
4) Objek kajiannya adalah kebutuhan pofesional guru yang riil dan alami.
5) Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk
diperbaiki.
Terdapat tiga prinsip umum dalam pelaksanaan supervisi klinis yang
bertumpu pada psikologi humanistik menurut Acheson dan Gall (Dwi Iriyani,
20
Tiga prinsip umum pelaksanaan supervisi klinis yang tertumpu pada psikologi
humanistic tersebut adalah:
1) Interaktif
Prinsip interaktif mensyaratkan adanya hubungan timbal balik yang dekat,
saling memberi dan menerima, memahami dan saling mengerti antara guru dan
supervisor.
2) Demokratik
Prinsip demokratik menekankan adanya keterbukaan antara guru dan
supervisor untuk mengemukakan pendapat, tidak mendominasi pembicaraan,
bersama-sama mendiskusikan dan mengkaji semua pendapat dalam pertemuan, dan
pada akhirnya keputusan ditetapkan berdasar kesepakatan bersama.
3) Terpusat Pada Guru
Prinsip terpusat pada guru, artinya proses bantuan harus didasarkan pada
kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap berada dalam lingkup perilaku guru dalam
mengajar secara aktual.
e. Tahapan Supervisi Klinis
Tiga langkah supervisi klinis menurut Sahertian dan Nurtain (Dwi Iriyani,
2008: 280) yaitu:
1) Pertemuan awal
2) Observasi
21
Sejalan dengan pendapat di atas, Makawimbang (Jasmani Asf dan Syaiful
Mustofa, 2013: 99) mengemukakan tiga tahapan supervisi klinis yaitu:
1) Tahap Pertemuan Awal (Perencanaan)
Tahap ini merupakan tahap fundamental dan teknis. Beberapa hal yang dapat
dilakukan pada tahap pertemuan awal (perencanaan) ini antara lain:
a) Menciptakan suasana yang bersahabat dan terbuka.
b) Mengkaji dan mendiskusikan rencana pembelajaran yang meliputi tujuan,
metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait
pembelajaran.
c) Menentukan fokus observasi.
d) Menentukan alat bantu (instrumen) observasi.
e) Menentukan teknik pelaksanaan observasi.
2) Tahap Pelaksanaan Observasi
Pada tahap pelaksanaan observasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
di kelas sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati pada tahap pertemuan awal.
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan pada tahap observasi, yaitu:
a) Supervisor dan guru memasuki ruang kelas tempat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran secara bersamaan dan mengatur posisi masing-masing tanpa harus
mengganggu proses pembelajaran yang telah direncanakan.
b) Guru menjelaskan tentang maksud kedatangan dan kehadiran supervisor di kelas
bersama mereka dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti.
c) Guru mulai melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pedoman mengajar
22
d) Supervisor mengobservasi dan mencatat penampilan guru berdasarkan format
observasi yang disusun sebelumnya.
e) Setelah selesai proses pembelajaran, guru dan supervisor mendiskusikan hasil
observasi terkait dengan proses pembelajaran.
3) Tahap Akhir (Analisis dan Diskusi Balikan)
Pada tahap akhir siklus supervisi klinis adalah tahap analisis hasil
pasca-observasi. Supervisor mengevaluasi semua proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru untuk memperbaiki performa guru. Beberapa aktivitas yang dilakukan dalam
tahap akhir adalah:
a) Supervisor berbagi pendapat dengan guru terkait dengan perasaan guru ketika
mengajar untuk menciptakan suasana yang bersahabat sehingga guru merasa
tidak diadili.
b) Supervisor memberikan penguatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
c) Supervisor dan guru membicarakan kelanjutan kontrak yang telah disepakati
sebelumnya.
d) Supervisor menjelaskan dan menunjukkan hasil observasi yang telah
diinterpretasi, memberikan kesempatan guru mempelajari dan menginterpretasi,
kemudian mendiskusikan bersama.
e) Menanyakan kembali bagaimana perasaan guru setelah dievaluasi.
f) Supervisor dan guru membuat kesimpulan bersama berdasarkan hasil observasi
23 B. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja menurut H. E. Mulyasa (2013: 88) dapat diartikan sebagai unjuk kerja
seseorang yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya
sebagai akumulasi dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang telah dimiliki
pekerja. Pengertian kinerja menurut Mangkunegara (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa,
2013: 153) merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang telah dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang
telah diberikan kepadanya. Kinerja guru yang dikemukakan Anwar (Soebagyo
Brotosedjati, 2012: 232) adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh
seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru
adalah hasil kerja atau prestasi yang dicapai oleh guru secara kuantitas dan kualitas
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam mencapai tujuan pendidikan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru menurut Soebagyo
Brotosedjati (2012: 232) di antaranya:
a. Faktor individu yang bersangkutan, yaitu menyangkut kemampuan, kecakapan,
motivasi dan komitmen yang bersangkutan pada organisiasi.
b. Faktor kepemimpinan, yaitu menyangkut dukungan dan bimbingan yang
diberikan pada bawahan serta kualitas dukungan itu sendiri.
c. Faktor tim atau kelompok, yaitu menyangkut kualitas dukungan yang diberikan
24
d. Faktor sistem, yaitu menyangkut sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh
organisasi.
e. Faktor situasional, yaitu menyangkut lingkungan dari dalam dan dari luar serta
perubahan-perubahan yang terjadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru menurut Jasmani Asf dan
Syaiful Mustofa (2013: 160) di antaranya: (a) sikap mental (motivasi kerja, disiplin
kerja, dan etika kerja); (b) pendidikan; (c) keterampilan; (d) manajemen
kepemimpinan; (e) tingkat penghasilan; (f) kesehatan; (g) jaminan sosial; (h) iklim
kerja; (i) sarana dan prasarana; (j) teknologi; dan (k) kesempatan berprestasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang dijelaskan oleh Ondi
Saondi dan Aris Suherman (2010: 24-47), antara lain: (a) kepribadian dan dedikasi; (b)
pengembangan profesi; (c) kemampuan mengajar; (d) komunikasi; (e) hubungan
dengan masyarakat; (f) kedisiplinan; dan (g) kesejahteraan.
a. Iklim kerja
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
guru dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah: (1) faktor individu
misalnya kemampuan, pendidikan, motivasi, keterampilan, kesehatan, dan kecakapan;
(2) faktor kepemimpinan misalnya menyangkut dukungan dan bimbingan yang
diberikan pada bawahan serta kualitas dukungan itu sendiri dan manajemen
kepemimpinan; (3) faktor tim atau kelompok misalnya kualitas dukungan yang
diberikan oleh tim (partner/ teman kerja); (4) faktor sistem misalnya sistem kerja dan
fasilitas yang diberikan oleh organisasi, iklim kerja; (5) faktor situasional misalnya
lingkungan dari dalam dan dari luar serta perubahan-perubahan yang terjadi, tingkat
25
3. Persiapan Pembelajaran dan Keterampilan Mengajar Guru
a. Persiapan Mengajar
Guru harus melakukan persiapan mengajar dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Persiapan mengajar yang dimaksud menurut Jasmani Asf dan
Syaiful Mustofa (2013: 182) adalah membuat perencanaan pembelajaran. Sebelum
melaksanakan proses belajar mengajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
guru menurut User Usman (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 175) di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
2) Menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
3) Menentukan metode yang tepat sesuai dengan materi yang hendak disampaikan.
4) Menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai atau tidaknya materi
yang telah disampaikan.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh guru dalam proses menyusun
rencana pembelajaran yang dijelaskan oleh Muhammad Fadlillah (2012: 137) antara
lain:
1) Mengisi identitas.
2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan.
3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan
digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun.
4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan
26
5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok. Materi standar adalah
uraian dari materi pokok.
6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti,
dan akhir.
8) Menentukan sumber belajar yang digunakan.
9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik
penskoran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran menurut
Ondi Saondi dan Aris Suherman (2010: 55-56), antara lain:
1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental
(developmentally appropriate).
2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent learning
group).
3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated
learning).
4) Mempertimbangkan keberagaman siswa (diversy of student) di dalam kelas.
5) Memperhatikan multi inteligensi siswa.
6) Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa,
perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan tingkat tinggi.
7) Menerapkan penilaian autentik untuk mengevaluasi penerapan pengetahuan dan
berprikir kompleks seorang siswa.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persiapan
27
merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai; (2) menentukan materi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yaitu dengan menentukan standar kompetensi
dan indikator yang dipakai; (3) menentukan metode yang tepat sesuai dengan materi
yang hendak disampaikan; dan (4) menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur
tercapai atau tidaknya materi yang telah disampaikan dengan menyusun kriteria
penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran.
b. Keterampilan Mengajar Guru
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Untuk itu, guru harus
memiliki keterampilan dan kemampuan mengajar. Keterampilan mengajar (teaching
skills) yang harus dimiliki pendidik menurut Hamid Darmadi (2009: 42), yaitu:
1) Keterampilan bertanya.
2) Keterampilan memberi penguatan.
3) Keterampilan memberi variasi.
4) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
5) Keterampilan menjelaskan.
6) Keterampilan memimpin kelompok kecil.
7) Keterampilan mengelola kelas.
8) Keterampilan mengajar perorangan.
Penjelasan mengenai keterampilan-keterampilan mengajar yang sebaiknya
dimiliki oleh seorang guru di atas sejalan dengan penjelasan Uzer Usman (Jasmani Asf
dan Syaiful Mustofa, 2013: 188-189) mengenai beberapa keterampilan mengajar guru
yang perlu dimiliki, yaitu:
1) Keterampilan bertanya.
28 3) Keterampilan menjelaskan.
4) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
5) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
6) Keterampilan mengelola kelas.
7) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa guru perlu
memiliki beberapa keterampilan mengajar di antaranya: (1) keterampilan bertanya; (2)
keterampilan memberi penguatan; (3) keterampilan memberi variasi; (4) keterampilan
membuka dan menutup pelajaran; (5) keterampilan menjelaskan; (6) keterampilan
memimpin kelompok kecil; (7) keterampilan mengelola kelas; dan (8) keterampilan
mengajar perorangan.
4. Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru mempunyai manfaat karena dapat digunakan sebagai
alat dalam pengambilan keputusan. Selain sebagai alat dalam pengambilan keputusan,
Sulistiyani dan Rosidah (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 161) menjelaskan
terdapat beberapa manfaat lain mengenai penilaian kinerja antara lain sebagai berikut:
a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.
b. Perbaikan kinerja.
c. Kebutuhan latihan dan pengembangan.
d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, dan
perencanaan tenaga kerja.
e. Untuk kepentingan penelitian kepegawaian.
29
Selain beberapa manfaat yang telah dikemukakan di atas, terdapat beberapa
manfaat penilaian kinerja guru lainnya yang diuraikan oleh Departemen Pendidikan
Nasional (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 161). Manfaat penilaian kinerja
guru yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan staf melalui in-service training.
b. Pengembangan karir melalui in-service training.
c. Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin.
d. Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi.
e. Hubungan produktif antara kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa.
f. Peningkatan moral dan efisiensi sekolah.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, beberapa manfaat penilaian kinerja guru
adalah sebagai berikut: (a) penyesuaian-penyesuaian kompensasi; (b) perbaikan
kinerja; (c) kebutuhan latihan dan pengembangan; (d) pengambilan keputusan dalam
hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, dan perencanaan tenaga kerja; (e) untuk
kepentingan penelitian kepegawaian; (f) membantu diagnosis terhadap kesalahan
desain pegawai; (g) pengembangan staf melalui in-service training; (h) pengembangan
karir melalui in-service training; (i) hubungan yang semakin baik antara staf dan
pemimpin; (j) pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi; (k) hubungan
produktif antara kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa; dan (l) peningkatan
moral dan efisiensi sekolah.
5. Aspek-Aspek Penilaian Kinerja Guru
Dalam melakukan penilaian kinerja guru terdapat beberapa aspek yang akan
dinilai untuk mendapatkan hasil penilaian kinerja guru. Aspek-aspek yang perlu dinilai
30
mata pelajaran. Kisi-kisi penilaian kinerja guru dapat dilihat dalam Tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran
No. Dimensi Tugas Utama/ Indikator Kinerja Guru I Perencanaan Pembelajaran
1.
Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum atau silabus dan
memperhatikan karakter peserta didik.
2. Guru menyusun bahan ajar secara runtut, logis, kontekstual, dan mutakhir. 3. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif.
4. Guru memilih sumber belajar atau media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran.
II Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Aktif dan Efektif A. Kegiatan Awal
5. Guru memulai pembelajaran dengan efektif. B. Kegiatan Inti
6. Guru menguasai materi pelajaran.
7. Guru menerapkan pendekatan atau strategi pembelajaran yang efektif. 8. Guru memanfaatkan sumber belajar atau media dalam pembelajaran. 9. Guru memicu atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran. 10. Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran.
C. Kegiatan Penutup
11. Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif. III Penilaian Pembelajaran
12. Guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keterlibatan peserta didik.
13.
Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemampuan dan hasil belajar pesrta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP.
14.
Guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi pesrta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya.
C. Uji Kompetensi Guru
1. Pengertian Uji Kompetensi Guru
Uji Kompetensi Guru (UKG) menurut H. E. Mulyasa (2013: 55) merupakan
salah satu program pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat guru, serta
untuk memberikan jaminan mutu layanan pendidikan sesuai amanat Undang-undang
31
dan Kebudayaan (2010: 5) merincikan UKG sebagai penilaian terhadap kompetensi
guru sebagai bagian penilaian kinerja guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan
dan jabatannya. Mulyana A. Z. (2010: 112) menjelaskan bahwa untuk mengontrol
kualitas kinerja guru dalam melakukan tanggung jawab sebagai guru maka ada baiknya
melakukan UKG secara berkala.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa UKG adalah salah satu
program pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat guru, serta untuk
memberikan jaminan mutu layanan pendidikan sesuai amanat Undang-undang Guru
dan Dosen (UUGD)dalam bentuk penilaian terhadap kompetensi guru yang dilakukan
secara berkala.
2. Prinsip Uji Kompetensi Guru
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015: 8) menjelaskan pelaksanaan
UKG harus memperhatikan prinsip-prinsip UKG sebagai berikut:
a. Objektif
Pelaksanaan UKG dilaksanakan secara benar, jelas, dan menilai kompetensi
sesuai dengan apa adanya.
b. Adil
Dalam pelaksanaan UKG, peserta uji kompetensi guru harus diberi perlakuan
yang sama dan tidak membeda-bedakan latar belakang kultur, keyakinan, sosial
budaya, senioritas, dan harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja
32 c. Transparan
Data dan informasi yang telah didapatkan berkaitan dengan pelaksanaan uji
kompetensi yang telah dilaksanakan seperti mekanisme kerja, sistem penilaian
disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh yang memerlukan.
d. Akuntabel
Pelaksaan dari UKG harus bisa dipertanggungjawabkan baik dari sisi
pelaksanaan maupun keputusan sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku.
3. Kompetensi yang Diuji
Guru diharapkan memiliki empat kompetensi dasar dalam menjalankan
profesinya sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Munif Chatib, 2011: 28-29) agar kinerja guru di Indonesia lebih
optimal. Empat kompetensi dasar tersebut, yaitu:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru untuk
mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki siswa.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang harus dimiliki
oleh guru yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia yang
33 c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru untuk
menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam sehingga guru dapat
membimbing siswa dalam memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Penjabaran dari kompetensi profesional ini adalah sebagai berikut:
1) Guru menguasai secara luas dan mendalam tentang substansi dan metodologi
dasar keilmuan.
2) Guru menguasai materi ajar yang dijabarkan dalam kurikulum.
3) Guru mampu mengembangkan kurikulum yang digunakan dan aktivitas
belajar-mengajar secara kreatif dan inovatif.
4) Guru menguasai dasar-dasar materi yang digunakan dalam kegiatan
ekstrakurikuler yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan siswa secara
utuh.
5) Guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dilaksanakan melalui
penelitian tindakan kelas.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif antara guru dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
Empat kompetensi dasar guru yang dijelaskan oleh Ondi Saondi dan Aris
Suherman (2010: 57), yaitu:
a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam
34
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan diri peserta didik untuk mengaktualisasi potensi peserta didik.
b. Kompetensi kepribadian, yaitu karakterisik pribadi yang harus dimiliki oleh guru
sebagai individu yang memiliki sifat mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam
menguasai materi pelajaran yang digunakan secara luas dan mendalam yang
memungkinkan guru membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang
diajarkan oleh guru.
d. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan yang dimiliki guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif, berinteraksi dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat.
Secara lebih terperinci, Asian Institut of Teacher Education (H. E. Mulyasa,
2013: 69-72) menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi Pribadi
1) Guru memiliki pengetahuan mengenai adat istiadat yang berlaku di sekolah dan
lingkungan sekolah, baik secara sosial maupun agama.
2) Guru memiliki pengetahuan mengenai budaya dan tradisi yang berlaku.
3) Guru memiliki pengetahuan mengenai inti demokrasi.
4) Guru memiliki pengetahuan mengenai estetika.
5) Guru memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.
6) Guru memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
35
Kompetensi pribadi yang dimiliki oleh guru dan tenaga kependidikan secara
lebih khususnya adalah bersikap simpati, empati, terbuka, berwibawa, tanggung
jawab, dan mampu menilai diri sendiri.
b. Kompetensi Profesional
1) Guru dapat mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan yang
digunakan, baik secara filosofis maupun psikologis.
2) Guru dapat mengerti dan dapat menerapkan teori belajar yang digunakan sesuai
dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik.
3) Guru mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan pada
guru.
4) Guru dapat mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat.
5) Guru mampu menggunakan berbagai media, fasilitas, dan sumber belajar lainnya
secara efektif.
6) Guru mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran yang
sesuai untuk peserta didik.
7) Guru mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Guru mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik secara baik.
Kompetensi profesional secara lebih khusus dijabarkan sebagai berikut:
1) Guru mampu menguasai bahan, meliputi:
a) guru mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum yang digunakan
sekolah,
b) guru mampu menguasai bahan pendalaman atau aplikasi bidang studi yang
digunakan untuk proses pembelajaran.
36
a) guru dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
b) guru dapat mengenal dan dapat menggunakan metode pembelajaran yang
sesuai untuk peserta didik,
c) guru dapat memilih dan menyusun prosedur pembelajaran yang tepat untuk
digunakan dalam proses pembelajaran,
d) guru melaksanakan program pembelajaran yang digunakan secara efektif.
3) Guru mampu mengelola kelas yang meliputi:
a) guru dapat mengatur tata ruang kelas yang sesuai untuk pembelajaran,
b) guru dapat menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.
4) Guru mampu menggunakan media dan sumber belajar meliputi:
a) guru dapat mengenal, memilih, dan menggunakan media pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran,
b) guru dapat membuat alat-alat bantu pembelajaran sederhana untuk membantu
kelancaran proses pembelajaran,
c) guru dapat menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka
pembelajaran,
d) guru dapat mengembangkan laboratorium,
e) guru dapat menggunakan dan memanfaatkan perpustakaan dalam proses
pembelajaran,
f) guru dapat menggunakan lingkungan sekolah secara efektif, melakukan
latihan, dan micro teaching dalam program praktik pengalaman lapangan.
5) Guru mampu menguasai landasan-landasan pendidikan yang digunakan sekolah.