BAB II KAJIAN TEORI
1. Supervisi Pendidikan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Supervisi
1. Supervisi Pendidikan
a. Pengertian Supervisi Pendidikan
Supervisi dijelaskan oleh Maryono (2011: 17) berasal dari bahasa Inggris
supervision yang berarti pengawas atau kepengawasan. Daresh (Soetjipto dan Raflis
Kosasi, 2011: 233) mendefinisikan supervisi sebagai suatu proses untuk mengawasi
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, Syaiful Sagala
(2009: 195) mengidentifikasikan supervisi sebagai bantuan dan bimbingan profesional
bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional guna memperbaiki hal belajar
mengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu
untuk meningkatkan pertumbuhan jabatan guru secara individual maupun kelompok.
Supervisi pendidikan menurut Burton dan Bruecker (Syaiful Sagala, 2009:
194) adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan
memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Secara sederhana, Tim Dosen AP (2010: 155) merumuskan
supervisi sebagai usaha untuk memberi bantuan pada guru dalam memperbaiki situasi
belajar mengajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah upaya
yang dilakukan oleh kepala lembaga pendidikan untuk memberi bantuan secara
profesional kepada guru yang bertujuan untuk perbaikan situasi belajar mengajar yang
dilakukan melalui stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu sehingga
11
Supervisi dilakukan oleh seorang supervisor. Supervisor menurut Maryono
(2011: 17) adalah seseorang yang melakukan supervisi. Supervisor di sekolah
dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin di sekolah adalah kepala sekolah. Salah satu
bentuk kepemimpinan kepala sekolah menurut E. Mulyasa (2006: 111) adalah sebagai
supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan tenaga pendidikan dan tenaga
kependidikan.
b. Tujuan Supervisi Pendidikan
Supervisi memiliki tujuan-tujuan tertentu. Secara umum, tujuan supervisi
adalah untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar menjadi lebih optimal.
Sebagaimana dijelaskan oleh Piet Sahetian dan Frans Mataheru (Tim Dosen AP, 2010:
155), tujuan supervisi pendidikan adalah mengembangkan situasi belajar mengajar
menjadi lebih baik. Secara konkret tujuan supervisi dirumuskan menjadi beberapa
tujuan, yaitu:
1) Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan.
2) Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
3) Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar.
4) Membantu guru-guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran
modern.
5) Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid.
6) Membantu guru-guru menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu
sendiri.
7) Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam
12
8) Membantu guru-guru baru di sekolah, sehingga mereka dapat merasa gembira
dengan tugas yang diperolehnya.
Sedangkan Gwyn (Syaiful Sagala, 2009: 206) menjelaskan supervisi memiliki
tujuan sebagai berikut:
1) Membantu guru mengerti dan memahami peserta didik.
2) Membantu mengembangkan dan memperbaiki kinerja guru, baik secara
individual maupun secara kelompok.
3) Membantu staf sekolah agar dapat melaksanakan tugas lebih efektif baik
berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun bantuan teknis lainnya.
4) Membantu guru meningkatkan kemampuan guru menggunakan berbagai metode
dalam mengajar.
5) Membantu guru secara individual untuk meningkakan kemampuan mengatasi
berbagai permasalahan mengajar.
6) Membantu guru agar dapat menilai peserta didik menggunakan metode penilaian
yang standar agar kualitas belajar anak menjadi lebih baik.
7) Menstimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya.
8) Membantu guru agar merasa bergairah dalam melaksanakan pekerjaannya
dengan penuh rasa aman.
9) Membantu guru dalam menganalisis dan melaksanakan kurikulum sekolah.
10)Membantu guru agar dapat memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada
13 c. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Terdapat prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dan perlu diterapkan oleh
supervisor dalam melaksanakan supervisi menurut Pangaribuan dkk (Syaiful Sagala,
2009: 198) sebagai berikut:
1) Ilmiah
Kegiatan supervisi yang dikembangkan/ dilaksanakan harus sistematis,
obyektif, dan menggunakan instrumen atau sarana yang dapat memberikan informasi
yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan masukan dalam mengadakan evaluasi
terhadap situasi belajar mengajar.
2) Kooperatif
Program supervisi pendidikan dikembangkan atas dasar kerjasama antara
supervisor dengan orang yang disupervisi. Supervisor diharapkan mampu bekerjasama
dalam peningkatan kualitas belajar mengajar.
3) Konstruktif dan Kreatif
Supervisi diharapkan dapat membina guru agar mampu mengambil inisiatif
sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar.
Beberapa prinsip supervisi pendidikan yang dikemukakan oleh Piet Sahertian,
Frans Mataheru, dan Suharsimi Arikunto (Tim Dosen AP, 2010: 160) antara lain
sebagai berikut:
1) Ilmiah (scientific) yang mencakup:
a) sistematis yaitu dilaksanakan secara teratur, terencana, dan kontinyu;
b) objektif artinya data yang didapat berupa data yang nyata bukan data yang
14
c) menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai umpan
balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2) Demokratis
Demokratis yang dimaksud adalah menjunjung tinggi asas musyawarah,
memiliki jiwa kekeluargaan, dan sanggup menerima pendapat orang lain.
3) Kooperatif
Kooperatif yang dimaksud adalah seluruh staf dapat bekerjasama sehingga
tercipta situasi yang baik.
4) Konstruktif dan Kreatif
Konstruktif dan kreatif yang dimaksud adalah mampu membina dan
menciptakan situasi yang memungkinkan untuk mengembangkan potensi-potensi
secara optimal.
5) Kontinyu
Kontinyu yang dimaksud adalah supervisi perlu dilakukan secara
terus-menerus dalam jangka waktu yang konsisten.
Supervisi di tingkat sekolah hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip yang
dikemukakan Neagly (Soebagyo Brotosedjati, 2012: 230) sebagai berikut:
1) Mengarah pada upaya peningkatan kinerja guru.
2) Merupakan fungsi dari karakteristik individual guru.
3) Meliputi aspek sikap, keinginan, kemampuan, motivasi.
15 d. Teknik Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi menurut Syaiful Sagala (2009: 210-218) dibagi menjadi dua:
1) Teknik Supervisi yang Bersifat Kelompok
a) Pertemuan orientasi
b) Rapat guru
c) Studi kelompok antar guru
d) Diskusi sebagai pertukaran pikikiran atau pendapat
e) Workshop (lokakarya)
2) Teknik Supervisi yang Bersifat Individual
a) Kunjungan kelas
b) Observasi kelas
c) Percakapan pribadi
d) Inter visitasi
e) Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar
Teknik supervisi pendidikan menurut Piet Sahertian dan Frans Mataheru
(Hartati Sukirman, 2009: 102) adalah sebagai berikut: (a) teknik yang bersifat individu,
mencakup: kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi
kelas, dan menilai diri sendiri; dan (b) teknik yang bersifat kelompok, meliputi:
pertemuan orientasi guru baru, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi
kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, symposium,
demonstration teaching, perpustakaan jabatan, bulletin supervisi, membaca langsung,
16 e. Proses Supervisi
1) Perencanaan Supervisi
Perencanaan program supervisi akademik yang dijelaskan oleh Lantip Diat
Prasojo dan Sudiyono (2011: 96) adalah penyusunan dokumen perencanaan
pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu,
supervisor harus menyiapkan beberapa hal terkait pelaksanaan supervisi. Hal tersebut
antara lain kesesuaian instrumen, kejelasan tujuan dan sasaran, obyek, metode, teknik,
dan pendekatan yang direncanakan.
Perencanaan program supervisi akademik menurut Tri Martiningsih (2008: 26)
berarti memperkirakan kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan supervisi
akademik. Kegiatan tersebut meliputi: (a) merumuskan tujuan; (b) mengidentifikasi
dan menetapkan pendekatan supervisi; (c) menetapkan mekanisme dan rancangan
operasional supervisi akademik sesuai dengan tujuan, pendekatan, dan strategi; (d)
mengidentifikasi dan menetapkan sumber daya (manusia, informasi, peralatan, dan
dana) yang dibutuhkan; (e) menyusun jadwal; (f) Menyusun prosedur dan mekanisme
monitoring dan evaluasi; dan (g) memilih dan menetapkan langkah-langkah yang
menjamin keberlanjutan kegiatan supervisi akademik.
2) Pelaksanaan Supervisi
Langkah-langkah yang sistematis pada saat pelaksanaan program supervisi
akademik menurut Tri Martiningsih (2008: 27) adalah: (a) menerapkan prinsip
supervisi; (b) melaksanakan supervisi yang berkelanjutan (jangka panjang, menengah,
dan pendek); (c) melaksanakan supervisi akademik yang didasarkan pada kebutuhan
17
peningkatan kualitas pembelajaran sebagai tujuan utama supervisi akademik; (e)
membangun hubungan dengan guru dan semua pihak yang berhubungan dengan
supervisi; dan (f) melaksanakan supervisi yang demokratis, aktif, dan bertanggung
jawab.
3) Tindak Lanjut Supervisi
Tindak lanjut hasil analisis supervisi akademik yang dijelaskan Lantip Diat
Prasojo dan Sudiyono (2011: 120-124) merupakan pemanfaatan hasil supervisi.
Cara-cara melaksanaan tindak lanjut hasil supervisi adalah (a) Me-review rangkuman hasil
penilaian; (b) apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar
pembelajaran belum tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap
pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan; (c)
apabila tujuan belum tercapai, maka mulailah merancang kembali program supervisi
akademik guru untuk masa berikutnya; (d) membuat rencana aksi supervisi akademik
berikutnya; (e) mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa berikutnya.
Tindak lanjut hasil pengawasan dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dilakukan dalam bentuk: (a)
penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi
atau melampaui standar; dan (b) pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti
program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.