• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI …

B. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Pendidikan

2. Supervisor sebagai evaluator

Supervisor harus dapat: 1) menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci; 2) menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian; 3) menguasai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada dan selanjutnya menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan (Rifai, 1982: 164). Evaluasi yang bisa dilakukan misalnya terhadap program, perlakuan guru terhadap siswa, hasil belajar, perlengkapan belajar, dan latar belakang guru. Jadi kesimpulannya, seorang Supervisi harus mengadakan evaluasi terhadap hasilnya, evaluasi prosesnya dan evaluasi pelaksanaannya.

3. Supervisor sebagai Pembina dan Pelayan

Supervisi merupakan proses untuk membantu guru meningkatkan dirinya dalam bidang profesinya. Tentu saja untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalnya. Jadi seorang supervisor adalah seorang pelayan, pembantu dan juga pembina. Karena sebagai seroang pembantu, maka seorang supervisor harus mengetahui siapa saja perlu diberikan pelayanan, dalam hal apa, bagaimana pemberian bantuan

tersebut, dan hal-hal apa saja saja yang harus diketahui oleh seorang supervisor untuk memberikan pelayanannya ini.

Teknik yang digunakan dalam melaksanakan supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru-guru dan pegawai sekolah dapat dilakukan dapat dilakukan dengan teknik perseorangan dan teknik kelompok. Kegiatan yang termasuk teknik perseorangan adalah mengadakan kunjungan kelas, kunjungan observasi, membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa, dan membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah. Sedangkan yang termasuk teknik kelompok adalah mengadakan pertemuan atau rapat dengan guru-guru untuk memberikan berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar-mengajar, mengadakan dan membimbing diskusi kelompok diantara guru-guru bidang studi, memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidang tugasnya, dan membimbing guru-guru dalam mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah diikutinya (Soetopo, 1984: 44-55).

Dari gambaran tugas dan peran kepala sekolah sebagai seorang Supervisor, maka supervisi kepala sekolah dapat disederhanakan menjadi 3 yaitu; supervisor sebagai pemimpin, supervisor sebagai evaluator dan sebagai pembina atau pelayan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut, maka seorang Supervisor berusaha melakukan teknik-teknik dimana akan ditemukan keselarasan antar anggota kelompok untuk pencapaian tujuan bersama.

C. Kinerja (performance) Guru 1. Pengertian Kinerja

Menurut Robbins (1996: 218), kinerja adalah sebagai fungsi dari interaksi dari kemampuan dan motivasi, yaitu Kinerja = f (Ability x Motivation). Jika ada yang tidak memadai, kinerja akan dipengaruhi secara negatif. Disamping motivasi, perlu juga dipertimbangkan kecerdasan dan ketrampilan untuk menjelaskan dan menilai kinerja. Motivasi adalah antusiasme dan persistensi dengan apa seseorang melaksanakan tugas tertentu (Winardi, 2001: 63). Kemampuan di lain pihak berhubungan dengan kompetensi tugas seseorang. Perbedaan motivasi dan kemampuan sangat relevan bagi banyak situasi.

Bernardin dan Russell dalam Gomes (2000: 135), memberi batasan mengenai kinerja sebagai catatan keluaran yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Pendapat lain tentang kinerja diutarakan juga oleh Smith dalam Sudarmayanti (2001: 50) yang mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.

Kinerja menurut Simamora (1995: 500) adalah tingkat hasil kerja karyawan dalam mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan yang diberikan. Dengan kata lain kinerja adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan.

Kesempatan untuk berkinerja perlu ditambahkan meskipun seorang guru mungkin mampu dan bersedia. Hal ini menghindari kendala dari kinerja. Kesempatan untuk berkinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi sebagian merupakan fungsi dari tidak diketahui adanya rintangan-rintangan yang menjadi kendala bagi karyawan yang bersangkutan. Dapat diperhatikan pada gambar dibawah ini.

Gambar II.1

Dimensi yang Mempengaruhi Kinerja Seseorang

Sumber : Blumberg dan Pringle dalam Robbins, 1996. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo. Hal: 218)

2. Konsep dan Definisi Guru

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU Guru dan Dosen, 2006: 2).

KOMPETENSI

KINERJA

Seorang guru wajib memiliki ijasah pendidikan, kompetensi, sertifikat ataupun kemampuan yang dapat digunakan untuk mewujudkan pendidikan. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pendagogik, yaitu kemampuan untuk mengelola pembelajaran peserta didik; kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulai, arif dan menjadi teladan bagi peserta didik; kompetensi professional, yaitu kemampuan penguasaan materi secara lebih luas dan mendalam dan kompetensi sosial (UU Guru dan Dosen, 2006: 56). Di bawah ini akan dijabarkan hak dan kewajiban Guru.

a. Hak Guru

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, seorang guru berhak untuk (1) memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial; (2) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai tugas dan prestasi kerja; (3) memperoleh pelindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; (4) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; (5) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; (6) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru dan peraturan perundang-undangan;

(7) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; (8) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi; (9) memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan; (10) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya (UU Guru dan Dosen, 2006: 10).

b. Kewajiban Guru

Disamping memperoleh hak, seorang guru juga berkewajiban untuk (1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (2) meningkatkan dan mengembangakan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni; (3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU Guru dan Dosen, 2006: 14).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru

Menurut Simamora (1995: 500), kinerja (performance) dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu 1) Faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang dan demografi; 2) Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, attitude, personality, pembelajaran dan motivasi; dan 3) Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design.

Sedangkan menurut Anoraga (1995: 71-73), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pada umumnya seseorang mempunyai pendidikan yang lebih baik akan mempunyai kinerja yang lebih baik. Dengan demikian, pendidikan merupakan syarat yang penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Tanpa bekal pendidikan, mustahil orang akan mudah dalam mempelajari hal-hal yang bersifar baru di dalam cara atau suatu sistem kerja.

b. Motivasi

Pimpinan sebuah organisasi perlu mengetahui dan memahami motivasi kerja dari setiap karyawan. Dengan mengetahui motivasi itu, maka pimpinan dapat membimbing dan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik.

c. Disiplin kerja

Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi.

d. Ketrampilan

Ketrampilan banyak pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Ketrampilan dalam perusahaan dapat ditingkatkan melalui kursus-kursus, latihan dan lain-lain.

e. Sikap etiket kerja

Sikap seseorang atau kelompok dalam membina suatu hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok lain, etika dalam hubungan kerja sangat penting artinya karena dengan tercapainya hubungan yang selaras dan serasi serta seimbang akan meningkatkan kinerja seseorang.

f. Gizi dan kesehatan

Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan yang dikonsumsinya setiap hari. Gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan karyawan dan semua itu akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.

g. Tingkat penghasilan

Penghasilan yang cukup berdasarkan prestasi kerja karyawan karena semakin tinggi prestasi karyawan akan makin besar pula upah yang

diterima. Dengan penghasilan yang cukup, maka akan memberikan semangat kerja bagi setiap karyawan untuk memacu prestasi sehingga produktivitas kerja karyawan akan tercapai.

h. Lingkungan kerja dan iklim kerja

Lingkungan kerja dari karyawan disini termasuk hubungan antar karyawan, hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan kerja, penerangan dan sebagainya. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari perusahaan karena sering karyawan enggan bekerja karena tidak ada kekompakan dalam kelompok kerja. Tentu saja hal ini mengganggu kerja karyawan.

i. Teknologi

Dengan adanya kemajuan teknologi meliputi peralatan yang semakin otomatis dan canggih, yang bisa mendukung kinerja dan mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan.

j. Jaminan sosial

Perhatian dan pelayanan perusahaan/organisasi kepada setiap karyawan, menunjang kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan semakin bergairah dan mempunyai semangat dalam bekerja.

k. Manajemen

Dengan adanya manajemen yang baik, maka karyawan akan terorganisasi dengan baik pula. Dengan demikian produktivitas kerja karyawan akan tercapai.

l. Kesempatan berprestasi

Setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dengan diberikannya kesempatan berprestasi, maka karyawan akan meningkatkan produktivitasnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wyatt, Langdon dan Stock, ternyata gaji yang tinggi, pekerjaan yang mudah dan jam kerja yang singkat tidak menjadi faktor utama yang mempengaruhi kinerja seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pekerjaan yang tetap dan keadaan tempat yang menyenangkanlah yang menjadi faktor utama. Penelitian diatas menunjukkan bahwa ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang.

D. Penelitian Terdahulu

Judul Subjek, Sampel, Lokasi Penelitian Variabel Teknik Analisis Data Kesimpulan Judul : Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Mts Se Cilegon Peneliti : Sudarmayanti Tahun : 2002 Subjek : Guru-guru MTS Sampel : 158 guru MTS Lokasi : MTS se Cilegon X : Kinerja Kepala Sekolah Y : Kinerja Guru Korelasi momen tangkar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas kerja guru pada MTs negeri dipengaruhi oleh kinerja kepala madrasah sebagai pemimpin, sebagai administrator dan sebagai supervisor sebesar 54,20% (nilai korelasi sebesar 0,736). Sedangkan produktivitas kerja guru MTs swasta dipengaruhi oleh kinerja kepala madrasah sebagai pemimpin, sebagai administrator dan sebagai mediator sebesar 35,40% (nilai korelasi sebesar 0,595). Namun secara keseluruhan, produktivitas kerja guru MTs

di kota Cilegon dipengaruhi oleh kinerja kepala madrasah sebagai pemimpin, sebagai administrator dan sebagai supervisor sebesar 41,50% (nilai korelasi sebesar 0,644). Sumber : http://notok17.blogspot.com/2007/07/kepemimpinan-kepala-sekolah-di-smp-ar.html. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Mts Se Cilegon

Judul : Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SLTPN Kota Bandung Peneliti : Syaiful Anwar Tahun : 2002 Subjek : Guru-guru SLTP Negeri Sampel : 27 Guru SLTPN Negeri Lokasi : SLPN Negeri di Kota Bandung X : Kepemimpinan Kepala Sekolah Y : Kinerja Guru Regresi Linear

Hasil-hasil pengujian lineritas regresi dan analisis data yang diperoleh dari keenam hipotesis diperoleh F hitung = 0,05 dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam hipotesis kerja yang diajukan seluruhnya diterima, hal ini didukung oleh data empirik dengan diperolehnya koefisien- koefisien korelasi yang positif, sehingga dapat ditafsirkan bahwa kepemimpinan kepala Sekolah sebagai pendidik, peran kepala sekolah sebagai manajer, administrator, dan sebagai supervisor, baik secara terpisah maupun secara terpadu berpengaruh terhadap kinerja guru.

Sumber : http://pages-yourfavorite.com/ppsupi/abstrakadpen2004.html. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SLTPN Kota Bandung.

Judul : Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Guru terhadap Kinerja Guru Peneliti : Warsidi Tahun : 2002 Subjek : Guru-guru SD Negeri Sampel : 322 orang Guru Negeri Lokasi : SD di tiga kecamatan dan 40 SD Negeri yang dipilih secara acak di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau X : Kompensasi dan Kepuasan kerja Guru Y : Kinerja Guru Korelasi ganda

Terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi (X1) dengan kepuasan kerja (X2) sebesar r = 0,171 (kontribusi kompensasi terhadap kepuasan kerja adalah 2,91%). Perubahan kepuasan kerja atas kompensasi adalah = 87,59 + 0,17 X1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi (X1) dengan kinerja (Y) sebesar r = 0,166 (kontribusi kompensasi terhadap kinerja adalah 2,76%). Perubahan kinerja

atas kompensasi adalah = 130,33 + 0,21 X1. Koefisien korelasi antara kepuasan kerja dengan kinerja guru adalah kecil (r = -0,014) dan hubungan tersebut tidak signifikan.

Terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi (X1) dan kepuasan kerja (X2) dengan kinerja (Y) sebesar R = 0,172 (kontribusi kompensasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja adalah 2,94%). Perubahan kinerja atas kompensasi dan kepuasan kerja adalah = 35,13 + 0,22 X1 - 0,05 X2. Sumber : http://www.malang.ac.id/jip/1996a.htm. Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Guru terhadap Kinerja Guru

E. Kerangka berpikir

Supervisi merupakan kegiatan untuk membantu dan melayani Guru agar mereka dapat melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik. Peranan seorang supervisor menunjukkan kepada beberapa kegiatan tertentu dimana usaha tersebut dilakukan secara bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tertentu . Peran kepala sekolah sebagai supervisor mencakup kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan pembangkitan semangat dan kerja sama guru-guru, pemenuhan alat-alat dan perlengkapan sekolah demi kelancaran pengajaran, pengembangan dan pembinaan pengetahuan serta keterampilan guru-guru, dan kerja sama antara sekolah dan masyarakat, yang semuanya ditujukan untuk mempertinggi mutu pendidikan dan pengajaran siswa. Supervisi yang baik maka akan membawa pengaruh baik bagi tujuan pendidikan yang

diidam-idamkan bersama. Pencapaian tujuan ini tentu saja juga berpengaruh positif bagi kinerja guru. Dengan supervisi yang baik dari kepala sekolah, maka proses perencanaan guru dalam pembuatan silabus, RPP, program semester sampai program tahunan pasti akan berhasil dengan baik karena adanya bimbingan dan pengarahan dari kepala sekolah. Dengan supervisi kepala sekolah maka pelaksanaan pembelajaran antara guru dan peserta didik akan terjalin dengan baik sehingga proses evaluasi pengajaran pun akan berhasil dan berdaya guna. Peningkatan kinerja guru ini akan membawa guru dalam peningkatan karier mereka. Dengan supervisi kepala sekolah maka seorang guru akan diberikan pelatihan, studi lanjut hingga kenaikan pangkat untuk menambah pemahaman pengetahuan dan sebagai kompensasi dalam menjalankan tugas pendidikan dengan baik.

F. Hipotesis

1. Ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam bidang perencanaan.

2. Ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

3. Ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam evaluasi pengajaran.

4. Ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam pengembangan profesi, kenaikan pangkat, pelatihan ataupun studi lanjut.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yang bersifat korelasi dengan pendekatan ex-post facto, karena peneliti melakukan tindakan pengumpulan data guna menentukan hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel (Sukardi, 2003: 161). Menurut Sugiyono (2006: 107), metode penelitian korelasional dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh pelakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

B. Tempat dan Waktu 1. Tempat

Penelitian ini bertempat di SMA se-kota Yogyakarta. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan alasan subjektif dan objektif dari peneliti. Alasan subjektif dipilihnya kota Yogyakarta sebagai lokasi penelitian dikarenakan kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar. Predikat yang disandang oleh kota Yogyakarta ini tidak lepas dari pengelolaan pendidikan yang relatif lebih baik dibanding kota-kota lain. Sedangkan alasan objektif dari peneliti yaitu; 1) Ruang lingkupnya yang cukup terjangkau baik dari segi tempat, waktu, biaya dan prosedur perijinan yang harus dilalui, 2) Belum pernah dilakukan penelitian senada di kota tersebut, dan dari segi waktu,

tenaga, moril maupun materil, lokasi tersebut membantu peneliti karena kota tersebut adalah tempat tinggal peneliti.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2007.

C. Subjek dan Objek 1. Subjek

Subjek menurut Arikunto (2006: 130) adalah benda, hal/orang, tempat variable penelitian melekat. Mereka berperan sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan objek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA kota Yogyakarta.

2. Objek

Objek dalam penelitian ini adalah variabel yang diteliti yaitu supervisi kepala sekolah dan kinerja guru.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2006:55) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Zuriah (2006: 109), populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah

guru-guru SMA di kota Yogyakarta. Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta berjumlah 49 buah, dengan pembagian 11 sekolah negeri dan 38 sekolah swasta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006: 56). Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah guru-guru di 10 Sekolah Menengah Atas di kota Yogyakarta.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Arikunto (2006: 128), purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya.

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Variabel definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Supervisi kepala sekolah, adapun aspek-aspek yang diteliti adalah: 1) Supervisor sebagai pemimpin

Supervisor sebagai pemimpin tetapi juga pendidik. Dalam bidang kepemimpinan, seorang Supervisor harus dapat: 1) menyusun rencana dan policy bersama; 2) mengikutsertakan guru-guru dalam

berbagai kegiatan; 3) memberikan bantuan kepada kelompok untuk menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan; 4) membangkitkan dan memupuk semangat kelompok juga mengikutsertakan kelompok dalam menetapkan keputusan-keputusan (Purwanto, 1987: 95). Kepemimpinan kepala sekolah ditujukan kepada guru karena merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan. Sebagai pemimipin, kepala sekolah harus sanggup menggerakkan orang lain secara sadar dan sukarela untuk melaksanakan kewajibannya sesuai yang diharapkan oleh kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah terutama ditujukan kepada para guru karena merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan.

2) Supervisor sebagai evaluator

Supervisor harus dapat: 1) menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci; 2) menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian; 3) menguasai teknik pengumpulan data untuk emmperoleh data yang lengkap, benar dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada dan selanjutnya menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan (Rifai, 1982: 164). Evaluasi yang bisa dilakukan misalnya terhadap program, perlakuan guru terhadap siswa, hasil belajar,

perlengkapan belajar, dan latar belakang guru. Jadi kesimpulannya, seorang Supervisi harus mengadakan evaluasi terhadap hasilnya, evaluasi prosesnya dan evaluasi pelaksanaannya.

3) Supervisor sebagai Pembina dan Pelayan

Supervisi merupakan proses untuk membantu guru meningkatkan dirinya dalam bidang profesinya. Tentu saja untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalnya. Jadi seorang supervisor adalah seorang pelayan, pembantu dan juga pembina. Karena sebagai seroang pembantu, maka seorang supervisor harus mengetahui siapa saja perlu diberikan pelayanan, dalam hal apa, bagaimana pemberian bantuan tersebut, dan hal-hal apa saja saja yang harus diketahui oleh seorang supervisor untuk memberikan pelayanannya ini.

b. Kinerja Guru

Kinerja guru adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Disamping memperoleh hak, seorang guru juga berkewajiban untuk (1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (2) meningkatkan dan mengembangakan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni; (3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga dan status sosial

ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (4) menjunjung tinggi perturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU Guru dan Dosen, 2006: 14).

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu: 1) Faktor individual yang terdiri dari kemapuan dan keahlian, latar belakang dan demografi; 2) Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi,

attitude, personality, pembelajaran dan motivasi; dan 3) Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design.

2. Pengukuran variabel

Untuk kepentingan pengukuran variabel digunakan skala likert (Sugiono, 2000: 74) :

Sangat setuju (SS) diberi bobot 5 Setuju (S) diberi bobot 4 Ragu-ragu (R) diberi bobot 3 Tidak Setuju (TS) diberi bobot 2 Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 1

Sedangkan pernyataan negatif/berlawanan diberi penilaian sebagai berikut: Sangat setuju (SS) diberi bobot 1

Setuju (S) diberi bobot 2 Ragu-ragu (R) diberi bobot 3

Tidak Setuju (TS) diberi bobot 4 Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 5

F. Teknik Pengumpulan Data

Data menurut Arikunto (1996: 91) adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Dalam penelitian ini, data yang diperlukan adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh

Dokumen terkait