• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru : studi kasus guru-guru sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru : studi kasus guru-guru sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

DENGAN KINERJA GURU

Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Anastasia Aspertiwiyana 031324017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Februari 2008 Penulis

(6)

Tulisan sederhana ini kupersembahkan kepada

Allah Tri Tunggal Mahakudus,

Bapak Ibu tercinta dan keluarga tersayang

Kekasih, Sahabat-sahabat, dan almamaterku …

(7)
(8)

ABSTRAK

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU

Studi Kasus : Guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta

Anastasia Aspertiwiyana Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menguji dan menganalisis hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam bidang perencanaan, (2) menguji dan menganalisis hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran, (3) menguji dan menganalisis hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam evaluasi pengajaran, dan (4) menguji dan menganalisis hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan pengembangan profesi, kenaikan pangkat, pelatihan ataupun studi lanjut seorang guru.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, sampel yang diambil sebanyak 10 sekolah. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan taraf signifikasi 5%. Deskripsi data dijawab dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II, sedangkan permasalahan dijawab dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson.

(9)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN A HEADMASTER’S SUPERVISION AND TEACHERS’ PERFOMANCE

A case study on Teachers’ of Senior High Schools in Yogyakarta Anastasia Aspertiwiyana

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The aims of this research are to examine and analyze the relationship between the headmaster’s supervision and teachers’ performance in (1) planning, (2) implementing the learning teaching process, (3) evaluating the teaching process, and (4) developing profession, promoting, training or continuing teachers’ study. This research was carried out in Senior High Schools in Yogyakarta. The technique of taking samples was Purposive Sampling. The samples were 10 schools of Senior High Schools in Yogyakarta. The technique of collecting data is questionnaire. The data of this research were analyzed by using the Correlation of Product Moment from Karl Pearson with signification level of 5%. The description of the data was examined by using theStandard of Evaluation Model Type 2, while the problem was answered by using the Correlation of Product Moment from Karl Pearson.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Sang Juru Selamat atas segala anugerah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dan doa dari berbagai pihak yang senantiasa membantu dengan ikhlas dan tidak mengenal lelah, tidak mungkin skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis juga menyadari bahwa kebaikan orang-orang di sekitar penulis yang telah memberi bantuan secara langsung maupun secara tidak langsung, baik moril maupun materiil, sangat membantu penulis. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Santa Dharma Yogyakarta.

2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Eonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan dorongan semangat, dukungan, masukan, kritikan dan saran kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. P.A. Rubiyanto, selaku dosen pembimbing II yang selalu

(11)

6. Yohanes MV. Mudayen, S.Pd., selaku dosen tamu dalam pengujian skripsi yang banyak memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun dalam proses skripsi ini.

7. Seluruh guru-guru Sekolah Menengah Atas di kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian penulis.

8. Bapak FX. Dwiyono dan Ibu Fr. Sultyaningsih yang telah memberikan kasih sayang tulus orangtua kepada penulis. Terimakasih atas segala doanya setiap malam, dorongan, nasehat, dan bimbingan hingga penulis berhasil hingga saat ini.

9999....

Agnes Esthikayana, Ursulla Astaniayana

(Yu, akhirnya kuikuti

sunnahmu untuk jadi seorang sarjana

), Anna Estyaniyana

(ascaris

lumbrecoides,maknyuss..)

, dan Theodora Endingyana

(si cacing peyut

ini udah lulus de’)

yang selalu menyemangati penulis, canda tawa,

kebahagiaan, susah dan senang dalam kebersamaan.

I Love U all..

I Love U all..

I Love U all..

I Love U all..

10.Kekasihku tercinta Christian Suharyono … Terima kasih atas dukungannya, dorongan semangat, bantuannya, hiburannya dan limpahan kasih cintanya kepada penulis.

It’s not about finding the

right person, but creating the right relationship..thanks for all, so I

so I

so I

so I

Love U..

Love U..

Love U..

Love U..

11.

Sahabatku Diah Ambar Susanti

(matur nuwun bangeth nyak, semua

(12)

Efratasario S.

(smangath mpok, kaulah penyemangatku..kapan kita

heping pan lagi?)

12.Anang Gatot, Hendra, Wisnu, Heri, Bona, Koko, Okta..teen brothers

(Waa..aku kangen kita traveling tiap kamis

) Terimakasih atas

kebersamaan, kebahagiaan atas persahabatan selama ini, terlebih semangat berjuang untuk memperbaharui hunian Pendidikan Ekonomi. 13.Para pendahulu yang menjadikan cambuk dan semangat penulis untuk

berjuang menyelesaikan skripsi (Yuyun, Nining, Urbanus, Pipit, Ningsih, Meyta, Mbak Sandy, Ika, Ratna, Asih, Nanik), Rino, Istadi,

Lius dan Ian

(Teman dikala nunggu bimbingan

sukses ya)

, Asti,

Andika, Yustina, dan Alex dan teman-teman Pendidikan Ekonomi (angkatan 2001-2007) terimakasih atas kebersamaan dalam

persahabatan selama lebih 4 tahun ini.

Mizz U all…..

14.Mbak Titin

(Mbak..kaulah penyelamat halaman 41 ku, tanpamu aku

tak bisa ujian )

, Pak Wawiek (

Maaf ya Pak ngrepotin terus..)

, Mas

Anto

(selalu dan selalu, bantuan cap dan surat-surat yah

)

dan

semua penghuni sekretariat PE

(tetap jadi primadona dikala deadline

tugas akhir ).

Matur nuwun sanget nggih …..

15.SMA PUTRA TAMA terlebih kelas 2 Penjualan, k

awah

candradimuka

penulis dalam menjalani PPL. Terimakasih atas
(13)

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan, waktu, tenaga, pikiran dan bantuannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa ucapan terima kasih tidak cukup untuk membalas segala kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan semua pihak. Kiranya Tuhan Yang Mahakasih berkenan membalasnya dengan kebahagiaan yang tiada tara.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, demikian pula dengan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi sumbangan pengetahuan bagi pembaca.

Yogyakarta,29 Februari 2008

(14)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ……….

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… HALAMAN PENGESAHAN ……… HALAMAN PERSEMBAHAN ………. MOTTO ………. ABSTRAK ……….

ABSTRACT ……… HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ………. KATA PENGANTAR ……… DAFTAR ISI ………. DAFTAR GAMBAR ………. DAFTAR TABEL ……….. DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… BAB I PENDAHULUAN ………...

A. Latar Belakang ……….

B. Batasan Masalah ………..

C. Rumusan Masalah ………

D. Tujuan Penelitian ………. E. Manfaat Penelitian ………...

(15)

BAB II KAJIAN TEORI …... ……… A. Supervisi Pendidikan ………... 1. Konsep dan definisi supervisi pendidikan ……….. 2. Fungsi dan peranan supervisi pendidikan ……… 3. Prinsip-prinsip supervisi pendidikan ……….. B. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Pendidikan ………. 1. Supervisor sebagai pemimpin ……… 2. Supervisor sebagai evaluator ……….. 3. Supervisor sebagai pembina/pelayan ……….

C. Kinerja Guru ………

1. Pengertian Kinerja ……….. 2. Konsep dan definisi Guru ……….. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru ………. D. Hasil Penelitian terdahulu ………. E. Kerangka Berpikir ……….

F. Hipotesis ………

BAB III METODE PENELITIAN ……….. A. Jenis Penelitian ………. B. Tempat dan Waktu ………. C. Subjek dan Objek ………. D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ………….. E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukuran …….

(16)

F. Teknik Pengumpulan Data ……… G. Data yang Dicari ………. H. Teknik Pengujian Instrumen ………. I. Teknik Analisis Data ……… BAB IV GAMBARAN UMUM ……….

A. Gambaran Umum ……….

1. Sejarah Kota Yogyakarta ……….. 2. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta ………. 3. Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan ………. B. Deskripsi Sekolah ………. C. Deskripsi Responden ……….. D. Mekanisme Supervisi Sekolah ……….

1. Gambaran Umum Proses Supervisi ……… 2. Gambaran Umum Proses Supervisi Kepala Sekolah ……….. 3. Peran Supervisi Pendidikan ………. 4. Struktur Organisasi Sekolah ……… BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……….

A. Pengujian Instrumen ……….. 1. Pengujian Validitas ……… 2. Pengujian Reliabilitas ………

B. Deskripsi Data ………

1. Variabel Supervisi Kepala Sekolah ……… 2. Variabel Kinerja Guru ………

(17)

C. Analisis Data ………. 1. Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja

Guru Dalam Bidang Perencanaan ……….. 2. Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja

Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 3. Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja

Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran ……….. 4. Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja

Guru Dalam Pengembangan Profesi, kenaikan pangkat, pelatihan maupun studi lanjut ………

D. Pembahasan ………..

1.Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Dalam Bidang Perencanaan ……….. 2.Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja

Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran ……… 3.Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja

Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran ………

4.Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Dalam Pengembangan Profesi, kenaikan pangkat, pelatihan maupun studi lanjut ………

63

66 67 69 71 71 74

76

(18)

BAB VI PENUTUP ………..

A. Kesimpulan ……….

B. Keterbatasan Penelitian ………..

C. Saran ………

DAFTAR PUSTAKA

80 80 83 84

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar II.1

Gambar IV.1

Gambar IV.2

Dimensi yang Mempengaruhi Kinerja Seseorang ………… Struktur Organisasi Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah SMA N 11 Yogyakarta ……… Struktur Organisasi Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah SMA N 9 Yogyakarta ………..

18 53

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel III.1 Tabel III.2 Tabel IV.1 Tabel IV.2 Tabel IV.3 Tabel IV.4 Tabel V.1 Tabel V.2 Tabel V.3 Tabel V.4 Tabel V.5 Tabel V.6 Tabel V.7 Tabel V.8 Tabel V.9 Tabel V.10

Kisi-kisi Kuesioner Supervisi Kepala Sekolah Kisi-kisi Kuesioner Kinerja Guru

Daftar Sekolah Responden

Tabel Responden Berdasarkan Usia Responden Tabel Responden Berdasarkan Masa Kerja

Tabel Responden Berdasarkan Status Kepegawaian

Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Supervisi Kepala Sekolah

Rangkuman Hasil Uji Validitas Kinerja Guru dalam Bidang Perencanaan Pembelajaran

Rangkuman Hasil Uji Validitas Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Rangkuman Hasil Uji Validitas Kinerja Guru dalam Evaluasi Pembelajaran

Rangkuman Hasil Uji Validitas Kinerja Guru dalam Pengembangan Karir

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas

Deskripsi Data Variabel Supervisi Kepala Sekolah sebagai Pemimpin

Deskripsi Data Variabel Supervisi Kepala Sekolah sebagai Evaluator

Deskripsi Data Variabel Supervisi Kepala Sekolah sebagai Pembina/Pelayan

(21)

Tabel V.11

Tabel V.12

Tabel V.13

Tabel V.14 Tabel V.15 Tabel V.16 Tabel V.17

Deskripsi Data Variabel Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Deskripsi Data Variabel Kinerja Guru dalam Evaluasi Pembelajaran

Deskripsi Data Variabel Kinerja Guru dalam Pengembangan Karir

Uji I Korelasi Product Moment dari Pearson Uji II Korelasi Product Moment dari Pearson Uji III Korelasi Product Moment dari Pearson Uji IV Korelasi Product Moment dari Pearson

64

65

65

(22)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Halaman

I. UJI STATISTIK ……… II. KUESIONER ……… III. DATA KUESIONER ……… IV. DESKRIPSI RESPONDEN ……… V. SURAT PERIZINAN ………

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan dari era agraris ke arah industri diiringi oleh cepatnya arus informasi dan komunikasi dalam berbagai bidang termasuk kebudayaan, menuntut masyarakat untuk memiliki jiwa pancasila; berkepribadian dan jati diri yang mantap; iman dan takwa; pengetahuan dan ketrampilan yang memadai; sikap profesional; beretos kerja handal dan kreatif. Manusia yang mampu bertahan dalam perubahan era itulah yang dikatakan berhasil dan maju demi keberhasilan suatu bangsa. Maka secara tidak langsung kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Pendidikan juga merupakan upaya yang strategis dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa.

(24)

tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Maka untuk menjamin pendidikan yang mampu menghadapi tantangan dan tuntutan perubahan jaman maka perlu adanya peningkatan mutu guru. Hal inilah yang nantinya mendorong pemerintah menetapkan UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005. Undang-undang inilah yang menjadi jaminan tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tuntutan jaman. Sedangkan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan, perlu diciptakan suatu proses belajar yang sederhana dan menyenangkan. Untuk itu dibutuhkan suatu interaksi sosial antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam pendidikan.

(25)

Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu konsep dimana sekolah diberikan kewenangan untuk menentukan sendiri visi dan misi sekolah dalam rangka peningkatan mutu sekolah. Pada sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah, sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah akan berjalan sesuai harapan. Dengan manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektivitas kinerja.

(26)

dicopot dari jabatannya karena oknum tersebut tidak mampu melaksanakan program manajemen berbasis sekolah (Media Indonesia, 19 April 2006).

Kenyataan diatas diperjelas juga dengan opini masyarakat mengenai merosotnya mutu pendidikan, ketidak-efektifan guru dalam mengajar, pemahaman dan pengetahuan yang kurang, hingga ketidakprofesionalan guru (Suara Pembaharuan, 3 Mei 2007). Hal ini menunjukkan bahwa guru masih membutuhkan bantuan dari orang yang mempunyai kelebihan seperti kepala sekolah sebagai supervisor. Bantuan supervisi merupakan salah satu faktor yang sangat efektif untuk meningkatkan kinerja guru sebagai pendidik. Tugas dan peran supervisi adalah memberi dorongan, membantu dan membina guru-guru. Kenyataannya, supervisi di sekolah belum dilakukan secara efektif oleh kepala sekolah. Padahal supervisi yang efektif dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, karena tidak ada satu pekerjaan dalam pendidikan yang dapat mencapai tujuan tanpa supervisi.

(27)

meningkatkan kinerjanya. Dengan supervisi yang terarah, terencana dan berkesinambungan maka peningkatan kualitas kinerja guru dapat segera dirasakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk memilih judul HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU dengan studi kasus guru-guru SMA di Kota

Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada hubungan antara supervisi kepala sekolah dan kinerja guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam bidang perencanaan?

2. Apakah ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran?

(28)

4. Apakah ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan pengembangan profesi, kenaikan pangkat, pelatihan ataupun studi lanjut seorang guru?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menguji dan menganalisis hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam bidang perencanaan.

2. Menguji dan menganalisis hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

3. Menguji dan menganalisis hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam evaluasi pengajaran.

4. Menguji dan menganalisis hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan pengembangan profesi, kenaikan pangkat, pelatihan ataupun studi lanjut seorang guru

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Kepala Sekolah

(29)

2. Guru

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber masukan bagi para guru untuk selalu meningkatkan kualitas kerjanya agar dapat memberikan pendidikan yang berkualitas bagi generasi penerus.

3. Mahasiswa

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran penulis mengenai kegiatan supervisi kepala sekolah serta menambah pengetahuan penulis tentang hubungan antara supervisi kepala sekolah dan kinerja guru.

4. Universitas

(30)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Supervisi Pendidikan

1. Konsep dan Definisi Supervisi Pendidikan

Dahulu, kepala sekolah telah dianggap baik kalau sekolahnya dapat berjalan dengan teratur tanpa menghiraukan kepentingan dan hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Saat ini penilaian terhadap kepala sekolah lebih baik daripada hanya sekedar mengatur jalannya sekolah. Kepala sekolah berkewajiban membangkitkan semangat guru-guru untuk memelihara kekompakan dan kekeluargaan bersama; mengembangkan kurikulum; mengembangkan rencana sekolah dan menjalankannya; memperhatikan kesejahteraan guru dan sebagainya. Disamping itu, kepala sekolah juga berkewajiban untuk menjalin kerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat

(31)

mendefinisikan supevisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

Menurut Kimball dalam Soetopo (1984: 40), supervisi lebih menekankan pada pelayanan seorang guru yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mereka dapat bekerja dengan baik dari sebelumnya. Jadi disini dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi dari supervisi adalah untuk memajukan dan mengembangkan pengajaran, agar seorang guru bisa mengajar dengan baik dan diharapkan juga murid bisa belajar dengan baik pula.

Menurut Rifai (1982: 37), supervisi merupakan usaha untuk membantu dan melayani Guru meningkatkan kemampuan keguruannya, sehingga supevisi tidak langsung diarahkan kepada murid, tetapi kepada Guru yang membina murid tersebut. Supervisi tidak bersifat mengarahkan tetapi lebih banyak bersifat memberikan dorongan, saran dan bimbingan. Dari beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

supervisi merupakan kegiatan untuk membantu dan melayani Guru agar mereka dapat melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik.

2. Fungsi dan Peranan Supervisi Pendidikan

(32)

dalam proses supervisi sendiri misalnya membimbing, menilai mengkoordinir dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan supervisi mempunyai berbagai peranan dan fungsi.

Menurut Purwanto (1987: 95-97), fungsi-fungsi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah adalah dalam bidang kepemimpinan, bidang kemanusiaan, dalam pembinaan proses kelompok, dan dalam bidang evaluasi.

Dalam bidang kepemimpinan, seorang Supervisor harus dapat: 1) menyusun rencana dan policy bersama; 2) mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai kegiatan; 3) memberikan bantuan kepada kelompok untuk menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan; 4) membangkitkan dan memupuk semangat kelompok juga mengikutsertakan kelompok dalam menetapkan keputusan-keputusan.

Dalam hubungan kemanusiaan, seorang Supervisor harus dapat membantu mengatasi kekurangan taupun kesulitan yang dihadapi kelompok, seperti dalam hal kemalasan, rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis dan lain sebagainya. Supervisor juga harus mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis. Dimana terdapat rasa hormat-menghormati dan menghilangkan rasa curiga antar sesama anggota. Dalam pembinaan proses kelompok, seorang Supervisi harus

(33)

perselisihan antar anggota kelompok. Untuk bidang administrasi personel, seorang Supervisi harus bijaksana dalam memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan sehingga dalam bidang evaluasi seorang supervisor dapat menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.

Menurut Rifai (1982: 49-55), peranan Supervisi adalah sebagai pemimpin, sebagai kontrol, sebagai penelitian, sebagai latihan dan bimbingan, sebagai sumber dan pelayan, sebagai koordinator dan sebagai evaluator. Sebagai seorang supervisi mempunyai pengaruh dan kepercayaan terhadap gurunya. Dengan pengaruhnya itu, ia dapat memimpin guru-gurunya ke arah tujuan yang akan dicapai yaitu peningkatan kemampuan guru-guru itu. Setiap kegiatan supervisi, tentu saja harus mempunyai kontrol sampai dimana ketentuan tersebut dapat dijalankan. Sehingga sebagai kelanjutan dari kontrol tersebut, Supervisi dapat memperoleh data/cara atau metode yang dapat digunakan untuk kegiatan dalam rangka peningkatan atau pelatihan bagi para guru. Latihan tersebut seperti diskusi, demonstrasi, penataran ataupun tugas-tugas tertentu. Setelah dilatih tentu saja para guru mengharapkan bimbingan untuk menerapakan hasil latihan yang telah mereka peroleh. Disinilah Supervisi berperan.

(34)

para guru mendapat masukan berharga dari pelayanan yang diberikan oleh Supervisor. Disamping itu, kemampuan dan kebutuhan guru-guru tentu saja berlainan satu sama lain. Tetapi meskipun kemampuan dan kebutuhannya berlainan, seorang Supervisor harus adil dalam memberikan perhatian , pengaturan ataupun pembagian tugas.

Dari banyak fungsi dan peranan seorang Supervisor, maka dapat disimpulkan bahwa peranan seorang Supervisor menunjukkan kepada beberapa kegiatan tertentu dimana usaha tersebut dilakukan secara bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tertentu .

3. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan

Masalah-masalah yang akan dihadapi oleh seorang Supervisor sangatlah beragam dan bermacam-macam factor yang mempengaruhinya. Untuk itu seorang Supervisor memerlukan prinsip-prinsip yang dijadikan landasan, pegangan dan pedoman bagi setiap tindakan yang akan diambilnya.

(35)

harus dapat mengembangkan segi-segi kelebihan pada yang dipimpin; 5) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada anggota-anggota kelompoknya; 6) Supervisi harus progresif; 7) Supervisi harus didasarkan pada keadaan riil dan sebenarnya; 8) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya dan Supervisi harus obyektif dan sanggup mengadakan “self evaluation”.

Menurut Sahertian dalam Soetopo (1984: 41), seorang pimpinan pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan tugasnya hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut: 1) Prinsip Ilmiah yang mencakup unsur-unsur sistematis, obyektif dan menggunakan alat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses KBM; 2) Demokratis; 3) Kooperatif dan konstruktif.

B. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Pendidikan

(36)

mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk meningkatkan kualitas sekolah.

Kepala sekolah sebagai supervisor, jika disederhanakan peranannya adalah sebagai berikut:

1. Supervisor sebagai pemimpin

Kepemimpinan mengandung unsur-unsur pengaruh, karena adanya kepercayaan pada yang dipimpin terhadap pemimpin. Kepercayaan ini disebabkan pula oleh adanya kelebihan yang dimiliki pemimpin di bidang profesinya. Kepemimpinan supervisi merupakan kepemimpinan pendidikan, yaitu kepemimpinan yang menimbulkan kepemimpinan bagi yang dipimpin (Depdiknas, 2001: 13). Seorang supervisor harus melaksanakan kepemimpinannya sedemikian rupa, sehingga guru-guru yang disupervisinya dapat ditingkatkan menjadi guru yang lebih bertanggung jawab, lebih mampu dibidang profesinya, dan memiliki sifat-sifat kepemimpinan.

(37)

melaksanakan kewajibannya sesuai yang diharapkan oleh kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah terutama ditujukan kepada para guru karena merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan.

2. Supervisor sebagai evaluator

Supervisor harus dapat: 1) menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci; 2) menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian; 3) menguasai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada dan selanjutnya menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan (Rifai, 1982: 164). Evaluasi yang bisa dilakukan misalnya terhadap program, perlakuan guru terhadap siswa, hasil belajar, perlengkapan belajar, dan latar belakang guru. Jadi kesimpulannya, seorang Supervisi harus mengadakan evaluasi terhadap hasilnya, evaluasi prosesnya dan evaluasi pelaksanaannya.

3. Supervisor sebagai Pembina dan Pelayan

(38)

tersebut, dan hal-hal apa saja saja yang harus diketahui oleh seorang supervisor untuk memberikan pelayanannya ini.

Teknik yang digunakan dalam melaksanakan supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru-guru dan pegawai sekolah dapat dilakukan dapat dilakukan dengan teknik perseorangan dan teknik kelompok. Kegiatan yang termasuk teknik perseorangan adalah mengadakan kunjungan kelas, kunjungan observasi, membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa, dan membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah. Sedangkan yang termasuk teknik kelompok adalah mengadakan pertemuan atau rapat dengan guru-guru untuk memberikan berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar-mengajar, mengadakan dan membimbing diskusi kelompok diantara guru-guru bidang studi, memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidang tugasnya, dan membimbing guru-guru dalam mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah diikutinya (Soetopo, 1984: 44-55).

(39)

C. Kinerja (performance) Guru

1. Pengertian Kinerja

Menurut Robbins (1996: 218), kinerja adalah sebagai fungsi dari interaksi dari kemampuan dan motivasi, yaitu Kinerja = f (Ability x Motivation). Jika ada yang tidak memadai, kinerja akan dipengaruhi secara negatif. Disamping motivasi, perlu juga dipertimbangkan kecerdasan dan ketrampilan untuk menjelaskan dan menilai kinerja. Motivasi adalah antusiasme dan persistensi dengan apa seseorang melaksanakan tugas tertentu (Winardi, 2001: 63). Kemampuan di lain pihak berhubungan dengan kompetensi tugas seseorang. Perbedaan motivasi dan kemampuan sangat relevan bagi banyak situasi.

Bernardin dan Russell dalam Gomes (2000: 135), memberi batasan mengenai kinerja sebagai catatan keluaran yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Pendapat lain tentang kinerja diutarakan juga oleh Smith dalam Sudarmayanti (2001: 50) yang mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.

(40)

Kesempatan untuk berkinerja perlu ditambahkan meskipun seorang guru mungkin mampu dan bersedia. Hal ini menghindari kendala dari kinerja. Kesempatan untuk berkinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi sebagian merupakan fungsi dari tidak diketahui adanya rintangan-rintangan yang menjadi kendala bagi karyawan yang bersangkutan. Dapat diperhatikan pada gambar dibawah ini.

Gambar II.1

Dimensi yang Mempengaruhi Kinerja Seseorang

Sumber : Blumberg dan Pringle dalam Robbins, 1996. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo. Hal: 218)

2. Konsep dan Definisi Guru

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU Guru dan Dosen, 2006: 2).

KOMPETENSI

KINERJA

(41)

Seorang guru wajib memiliki ijasah pendidikan, kompetensi, sertifikat ataupun kemampuan yang dapat digunakan untuk mewujudkan pendidikan. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pendagogik, yaitu kemampuan untuk mengelola pembelajaran peserta didik; kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulai, arif dan menjadi teladan bagi peserta didik; kompetensi professional, yaitu kemampuan penguasaan materi secara lebih luas dan mendalam dan kompetensi sosial (UU Guru dan Dosen, 2006: 56). Di bawah ini akan dijabarkan hak dan kewajiban Guru.

a. Hak Guru

(42)

(7) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; (8) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi; (9) memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan; (10) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya (UU Guru dan Dosen, 2006: 10).

b. Kewajiban Guru

(43)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru

Menurut Simamora (1995: 500), kinerja (performance) dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu 1) Faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang dan demografi; 2) Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, attitude, personality, pembelajaran dan motivasi; dan 3) Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design.

Sedangkan menurut Anoraga (1995: 71-73), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pada umumnya seseorang mempunyai pendidikan yang lebih baik akan mempunyai kinerja yang lebih baik. Dengan demikian, pendidikan merupakan syarat yang penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Tanpa bekal pendidikan, mustahil orang akan mudah dalam mempelajari hal-hal yang bersifar baru di dalam cara atau suatu sistem kerja.

b. Motivasi

(44)

c. Disiplin kerja

Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi.

d. Ketrampilan

Ketrampilan banyak pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Ketrampilan dalam perusahaan dapat ditingkatkan melalui kursus-kursus, latihan dan lain-lain.

e. Sikap etiket kerja

Sikap seseorang atau kelompok dalam membina suatu hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok lain, etika dalam hubungan kerja sangat penting artinya karena dengan tercapainya hubungan yang selaras dan serasi serta seimbang akan meningkatkan kinerja seseorang.

f. Gizi dan kesehatan

Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan yang dikonsumsinya setiap hari. Gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan karyawan dan semua itu akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.

g. Tingkat penghasilan

(45)

diterima. Dengan penghasilan yang cukup, maka akan memberikan semangat kerja bagi setiap karyawan untuk memacu prestasi sehingga produktivitas kerja karyawan akan tercapai.

h. Lingkungan kerja dan iklim kerja

Lingkungan kerja dari karyawan disini termasuk hubungan antar karyawan, hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan kerja, penerangan dan sebagainya. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari perusahaan karena sering karyawan enggan bekerja karena tidak ada kekompakan dalam kelompok kerja. Tentu saja hal ini mengganggu kerja karyawan.

i. Teknologi

Dengan adanya kemajuan teknologi meliputi peralatan yang semakin otomatis dan canggih, yang bisa mendukung kinerja dan mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan.

j. Jaminan sosial

Perhatian dan pelayanan perusahaan/organisasi kepada setiap karyawan, menunjang kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan semakin bergairah dan mempunyai semangat dalam bekerja.

k. Manajemen

(46)

l. Kesempatan berprestasi

Setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dengan diberikannya kesempatan berprestasi, maka karyawan akan meningkatkan produktivitasnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wyatt, Langdon dan Stock, ternyata gaji yang tinggi, pekerjaan yang mudah dan jam kerja yang singkat tidak menjadi faktor utama yang mempengaruhi kinerja seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pekerjaan yang tetap dan keadaan tempat yang menyenangkanlah yang menjadi faktor utama. Penelitian diatas menunjukkan bahwa ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang.

D. Penelitian Terdahulu

Judul Subjek, Sampel, Lokasi Penelitian

Variabel Teknik Analisis

Data

Kesimpulan

Judul : Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Madrasah Dalam

Meningkatkan Kinerja Guru Mts Se Cilegon

Peneliti : Sudarmayanti Tahun : 2002

Subjek : Guru-guru MTS

Sampel : 158 guru MTS

Lokasi : MTS se Cilegon

X : Kinerja Kepala Sekolah Y : Kinerja Guru

Korelasi momen tangkar

(47)

di kota Cilegon dipengaruhi oleh kinerja kepala madrasah sebagai pemimpin, sebagai administrator dan sebagai supervisor sebesar 41,50% (nilai korelasi sebesar 0,644).

Sumber : http://notok17.blogspot.com/2007/07/kepemimpinan-kepala-sekolah-di-smp-ar.html. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Mts Se Cilegon

Judul : Pengaruh Perilaku

Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SLTPN Kota Bandung

Peneliti : Syaiful Anwar

Tahun : 2002

Subjek : Guru-guru SLTP Negeri Sampel : 27 Guru SLTPN Negeri Lokasi : SLPN Negeri di Kota Bandung

X :

Kepemimpinan Kepala Sekolah Y : Kinerja Guru

Regresi Linear

Hasil-hasil pengujian lineritas regresi dan analisis data yang diperoleh dari keenam hipotesis diperoleh F hitung = 0,05 dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam hipotesis kerja yang diajukan seluruhnya diterima, hal ini didukung oleh data empirik dengan diperolehnya koefisien- koefisien korelasi yang positif, sehingga dapat ditafsirkan bahwa kepemimpinan kepala Sekolah sebagai pendidik, peran kepala sekolah sebagai manajer, administrator, dan sebagai supervisor, baik secara terpisah maupun secara terpadu berpengaruh terhadap kinerja guru.

Sumber : http://pages-yourfavorite.com/ppsupi/abstrakadpen2004.html. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SLTPN Kota Bandung.

Judul : Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Guru terhadap Kinerja Guru

Peneliti : Warsidi Tahun : 2002

Subjek : Guru-guru SD Negeri

Sampel : 322 orang Guru Negeri Lokasi : SD di tiga kecamatan dan 40 SD Negeri yang dipilih secara acak di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau

X : Kompensasi dan Kepuasan kerja Guru Y : Kinerja Guru

Korelasi ganda

(48)

atas kompensasi adalah = 130,33 + 0,21 X1. Koefisien korelasi antara kepuasan kerja dengan kinerja guru adalah kecil (r = -0,014) dan hubungan tersebut tidak signifikan.

Terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi (X1) dan kepuasan kerja (X2) dengan kinerja (Y) sebesar R = 0,172 (kontribusi kompensasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja adalah 2,94%). Perubahan kinerja atas kompensasi dan kepuasan kerja adalah = 35,13 + 0,22 X1 - 0,05 X2.

Sumber : http://www.malang.ac.id/jip/1996a.htm. Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Guru terhadap Kinerja Guru

E. Kerangka berpikir

(49)

diidam-idamkan bersama. Pencapaian tujuan ini tentu saja juga berpengaruh positif bagi kinerja guru. Dengan supervisi yang baik dari kepala sekolah, maka proses perencanaan guru dalam pembuatan silabus, RPP, program semester sampai program tahunan pasti akan berhasil dengan baik karena adanya bimbingan dan pengarahan dari kepala sekolah. Dengan supervisi kepala sekolah maka pelaksanaan pembelajaran antara guru dan peserta didik akan terjalin dengan baik sehingga proses evaluasi pengajaran pun akan berhasil dan berdaya guna. Peningkatan kinerja guru ini akan membawa guru dalam peningkatan karier mereka. Dengan supervisi kepala sekolah maka seorang guru akan diberikan pelatihan, studi lanjut hingga kenaikan pangkat untuk menambah pemahaman pengetahuan dan sebagai kompensasi dalam menjalankan tugas pendidikan dengan baik.

F. Hipotesis

1. Ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam bidang perencanaan.

2. Ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

3. Ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru dalam evaluasi pengajaran.

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yang bersifat korelasi dengan pendekatan ex-post facto, karena peneliti melakukan tindakan pengumpulan data guna menentukan hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel (Sukardi, 2003: 161). Menurut Sugiyono (2006: 107), metode penelitian korelasional dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh pelakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat

(51)

tenaga, moril maupun materil, lokasi tersebut membantu peneliti karena kota tersebut adalah tempat tinggal peneliti.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2007.

C. Subjek dan Objek

1. Subjek

Subjek menurut Arikunto (2006: 130) adalah benda, hal/orang, tempat variable penelitian melekat. Mereka berperan sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan objek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA kota Yogyakarta.

2. Objek

Objek dalam penelitian ini adalah variabel yang diteliti yaitu supervisi kepala sekolah dan kinerja guru.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

(52)

guru-guru SMA di kota Yogyakarta. Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta berjumlah 49 buah, dengan pembagian 11 sekolah negeri dan 38 sekolah swasta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006: 56). Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah guru-guru di 10 Sekolah Menengah Atas di kota Yogyakarta.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Arikunto (2006: 128), purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya.

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Variabel definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Supervisi kepala sekolah, adapun aspek-aspek yang diteliti adalah: 1) Supervisor sebagai pemimpin

(53)

berbagai kegiatan; 3) memberikan bantuan kepada kelompok untuk menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan; 4) membangkitkan dan memupuk semangat kelompok juga mengikutsertakan kelompok dalam menetapkan keputusan-keputusan (Purwanto, 1987: 95). Kepemimpinan kepala sekolah ditujukan kepada guru karena merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan. Sebagai pemimipin, kepala sekolah harus sanggup menggerakkan orang lain secara sadar dan sukarela untuk melaksanakan kewajibannya sesuai yang diharapkan oleh kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah terutama ditujukan kepada para guru karena merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan.

2) Supervisor sebagai evaluator

(54)

perlengkapan belajar, dan latar belakang guru. Jadi kesimpulannya, seorang Supervisi harus mengadakan evaluasi terhadap hasilnya, evaluasi prosesnya dan evaluasi pelaksanaannya.

3) Supervisor sebagai Pembina dan Pelayan

Supervisi merupakan proses untuk membantu guru meningkatkan dirinya dalam bidang profesinya. Tentu saja untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalnya. Jadi seorang supervisor adalah seorang pelayan, pembantu dan juga pembina. Karena sebagai seroang pembantu, maka seorang supervisor harus mengetahui siapa saja perlu diberikan pelayanan, dalam hal apa, bagaimana pemberian bantuan tersebut, dan hal-hal apa saja saja yang harus diketahui oleh seorang supervisor untuk memberikan pelayanannya ini.

b. Kinerja Guru

(55)

ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (4) menjunjung tinggi perturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU Guru dan Dosen, 2006: 14).

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu: 1) Faktor individual yang terdiri dari kemapuan dan keahlian, latar belakang dan demografi; 2) Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi,

attitude, personality, pembelajaran dan motivasi; dan 3) Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design.

2. Pengukuran variabel

Untuk kepentingan pengukuran variabel digunakan skala likert (Sugiono, 2000: 74) :

Sangat setuju (SS) diberi bobot 5 Setuju (S) diberi bobot 4 Ragu-ragu (R) diberi bobot 3 Tidak Setuju (TS) diberi bobot 2 Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 1

Sedangkan pernyataan negatif/berlawanan diberi penilaian sebagai berikut: Sangat setuju (SS) diberi bobot 1

(56)

Tidak Setuju (TS) diberi bobot 4 Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 5

F. Teknik Pengumpulan Data

Data menurut Arikunto (1996: 91) adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Dalam penelitian ini, data yang diperlukan adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber .

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Pustaka

Mengumpulkan data sehubungan dengan topik yang didapat dari kepustakaan, yaitu dari buku/referensi, internet untuk memperoleh data, landasan teori dan pengetahuan.

2. Kuesioner

(57)

Tabel III.1

Kisi-kisi Kuesioner Supervisi Kepala Sekolah

Variabel Indikator Nomor item

Supervisi Kepala Sekolah

Peranan kepala sekolah sebagai supervisor :

1. Supervisor sebagai pemimpin

• Menyusun rencana

bersama

• Mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan

• Memupuk semangat

kelompok

2. Supervisor sebagai evaluator

• Menguasai tujuan

pendidikan

• Menguasai norma-norma penilaian

• Menguasai teknik

pengumpulan data, mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan hasil penilaian

3. Supervisor sebagai

pembina/pelayan

1 – 15

16 – 25

26 – 35

Tabel III.2

Kisi-kisi Kuesioner Kinerja Guru

Variabel Indikator Nomor item

Kinerja Guru dalam bidang perencanaan

Membuat perangkat program pengajaran, yaitu:

• Program Tahunan

• Program Semester

• Program Mingguan

• Silabus

• Rencana Persiapan

Pembelajaran

(58)

• Sistem Penilaian

• Lembar Kerja Siswa

Kinerja Guru dalam pelaksanaan pembelajaran

Melaksanakan kegiatan pembelajaran, yaitu:

• Mendeskripsikan standar kompetensi/kompetensi dasar

• Merumuskan tujuan pembelajaran

• Menganalisis materi pembelajaran

• Merancang strategi/kegiatan pembelajaran

• Membuat alat peraga/media serta sumber pembelajaran

• Merancang model penilaian dan tindak lanjut

11 – 20

Kinerja Guru dalam evaluasi pembelajaran

Melaksanakan evaluasi pembelajaran, yaitu:

• Menganalisis hasil ulangan harian

• Melaksanakan perbaikan dan pengayaan

• Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa

• Memberikan postes

• Membuat refleksi keaktifan siswa

• Membuat ringkasan materi pada akhir pertemuan

• Memberikan tugas/PR

21 – 30

Kinerja Guru dalam

pengembangan karier

• Mengikuti pendidikan dan pelatihan

• Melaksanakan studi lanjut

• Mengusulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkat

• Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah

31 - 35

G. Data yang dicari

(59)

di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer dalam penelitian ini adalah kinerja guru dengan adanya supervisi kepala sekolah.

H. Teknik Pengujian Instrumen

Menurut Arikunto (1996: 160), instrumen yang baik harus memenuhi 2 persyaratan penting yaitu valid dan reliabel Untuk mengetahui apakah setiap item dalam kuesioner yang digunakan sudah valid atau belum, maka perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu. Untuk mengukur kevalidan dan keandalannya dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis validitas dan reliabilitas.

1. Pengujian Validitas

Menurut Sugiyono (2006: 212), sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 1996: 160). Uji validitas dilakukan dengan perhitungan dari Karl Pearson yang dikenal dengan sebutan korelasi produk moment dengan rumus sebagai berikut:

Rumus Product Moment :

rxy =

n

Σ

X

1

Y

1

- (

Σ

X

1

) (

Σ

Y

1

)

{

n

Σ

X

12

– (

Σ

X

1

)

2

}

{

n

Σ

Y

12

– (

Σ

Y

)

2

}

(60)

r

xy : koefisien korelasi tiap item

Σ

X

:

skor total setiap item

Σ

Y

: skor total item

n : jumlah subjek (Sugiyono, 2004: 212)

besarnya

r

xy dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf

signifikasi ( = 5 %). Apabila hasil pengukuran r menunjukkan hasil lebih besar atau sama dengan taraf signifikasi 5%, maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika lebih kecil dari 5% maka item tersebut dinyatakan tidak valid.

2. Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui taraf kepercayaan dari suatu instrumen. Instrumen dikatakan variabel bila instrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama Menurut Sugiyono (2000: 282) untuk menghitung reliabilitas angket maka digambar rumus Alfa Cronbach

r

1 = k 1-

Σ

S

12

(k - 1)

S

12

Keterangan :

n : reliabilitas instrumen k : mean kuadrat anatara subjek

(61)

S

12

:

varians total

Dengan taraf signifikan 5%, suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila

r

1

lebih besar dari pada r tabel.

I. Teknik Analisis Data

Untuk memecahkan masalah pertama sampai keempat, yaitu apakah ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru maka peneliti akan menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment dengan rumus :

rxy =

n

Σ

X

1

Y

1

- (

Σ

X

1

) (

Σ

Y

1

)

{

n

Σ

X

12

– (

Σ

X

1

)

2

}

{

n

Σ

Y

12

– (

Σ

Y

)

2

}

Keterangan:

r

xy : koefisien korelasi tiap item

Σ

X

:

skor total setiap item

Σ

Y

: skor total item

n : jumlah subjek (Sugiyono, 2004: 212)

Untuk menguji apakah hipotesis dapat diterima atau tidak, maka diadakn uji signifikan = 5 % dengan rumus :

t = r

( n – 2 )
(62)

Dimana :

t = harga tes yang dicari

r = koefisien korelasi antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru n = jumlah sampel

Dengan kriteria :

Ho ditolak Ha diterima jika t hitung > t tabel

(63)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta

1. Sejarah Kota Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi, satu dari 26 daerah Tingkat I yang ada di Indonesia. Propinsi ini beribukota di Yogyakarta, sebuah kota yang kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja (karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).

(64)

Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas

kejayaan Kerajaan Mataram

(http://students.ukdw.ac.id/~22002471/sejarah2.html). 2. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta

a. Batas Wilayah

Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota disamping 4 daerah tingkat II lainnya yang bersifat Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak di tengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Sleman

Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul

Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman

Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110° 24′ 19′′ sampai

110° 28′ 53′′ Bujur Timur dan 7° 49° 26° sampai 070° 15° 24° Lintang

(65)

b. Keadaan Alam dan Luas Wilayah

Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki

kemiringan ± 1 derajat serta terdapat 3 sungai yang melintasi Kota

Yogyakarta yaitu sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong, bagian tengah adalah Sungai Code dan sebelah barat adalah Sungai Winongo.

Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan

dengan daerah tingkat II lainnya yaitu 32,5 Km2 yang berarti 1,025% dari

luas wilayah Propinsi DIY yakni 3.185,80 Km2. Dengan luas 3.250 hektar

tersebut terbagi menjadi 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW dan 2.531

RT, serta dihuni oleh ± 500.000 jiwa dengan kepadatan rata-rata 15.197

jiwa/Km2

(

http://www.jogja.go.id/index/extra.detail/22/Kondisi-geografis-kota-yogyakarta.html).

3. Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan

(66)

Timur keluar dari negara kesatuan Indonesia) di Yogyakarta. Tidak berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia.

Predikat sebagai Kota Pendidikan memang masih layak disandang oleh Kota Jogja. Ribuan institusi pendidikan semakin berkembang dan bertambah seiring dengan semakin banyaknya pendatang di Kota Jogja sebagai calon-calon siswa dan mahasiswa.

Sekurang-kurangnya terdapat 2 universitas negeri, 15 universitas swasta, 1 institut negeri, 38 akademi, 18 sekolah tinggi, 50 sekolah menengah atas, 31 sekolah menengah kejuruan, 60 sekolah menengah pertama, dan tak kurang dari 240 sekolah dasar, baik negeri maupun swasta, tumbuh dan berkembang di Kota Jogja.

B. Deskripsi Sekolah

Dalam penelitian ini, kuesioner yang disebarkan kepada responden berjumlah 50 buah. Responden tersebar di 10 SMA kota Yogyakarta dengan perincian 5 sekolah negeri dan 5 sekolah swasta. Pengambilan pertimbangan pemilihan sekolah didasarkan atas pertimbangan peneliti. Dari 50 kuesioner yang disebarkan semuanya kembali kepada peneliti. Berikut daftar sekolah yang menjadi responden.

Tabel IV.1

Daftar Sekolah Responden

No. Nama Sekolah Alamat

(67)

5. SMA Negeri 11 Yogyakarta Jalan AM. Sangaji 2 Yogyakarta 6. SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Jalan Sabirin No.1 Yogyakarta 7. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Jalan DR. Sutomo No.16 Yogyakarta 8. SMA Bhineka Tunggal Ika

Yogyakarta

Jalan Poncowinatan No.16 Yogyakarta

9. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Jalan P. Senopati No.18 Yogyakarta 10. SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Jalan Jendral Sudirman No. 87

Yogyakarta

C. Deskripsi Responden

Dalam penelitian ini kuesioner yang disebarkan kepada responden berjumlah 50. Dari 50 data responden yang diterima, terdiri dari 23 laki-laki (46%), dan 27 perempuan (54%). Adapun deskripsi responden meliputi deskripsi mengenai usia, masa kerja dan status kepegawaian.

Tabel IV.2

Tabel Responden Berdasarkan Usia Responden

NO. USIA FREKUENSI PERSENTASE

1. > 46 tahun 22 44%

2. 36 – 45 tahun 7 14%

3. 26 – 35 tahun 10 20%

4. < 25 tahun 4 8%

5. Tidak mengisi 7 14%

Jumlah 50 100%

Sumber: Data Primer, 2007, Lampiran IV, halaman 111)

(68)

Tabel IV.3

Tabel Responden Berdasarkan Masa Kerja

NO. MASA KERJA FREKUENSI PERSENTASE

1. 0 – 9 tahun 12 24%

2. 10 – 19 tahun 12 24%

3. 20 – 29 tahun 16 32%

4. Tidak mengisi 10 20%

Jumlah 50 100%

Sumber: Data Primer, 2007, Lampiran IV, halaman 111-113)

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja 0 – 9 tahun berjumlah 12 orang (24%), 10 – 19 tahun berjumlah 12 orang (24%), 20 – 29 tahun berjumlah 16 orang (32%), dan yang tidak mengisi data berjumlah 10 orang (20%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki masa kerja antara 20 – 29 tahun.

Tabel IV.4

Tabel Responden Berdasarkan Status Kepegawaian

NO. Status Kepegawaian FREKUENSI PERSENTASE

1. Pegawai Negeri 21 42%

2. Guru Tetap Yayasan 10 20%

3. Guru Tidak Tetap Yayasan/Guru Bantu

12 24%

4. Lain-lain 7 14%

Jumlah 50 100%

Sumber: Data Primer, 2007, Lampiran IV, halaman 111-113)

(69)

D. Mekanisme Supervisi Sekolah

1. Gambaran umum proses supervisi

Pendidikan bukan hanya melatih dan mengembangkan pengetahuan dan penalaran saja. Pendidikan jauh lebih beragam sifat dan masalahnya, yang mencakup pengembangan norma, moral, fisik, yang sesuai dengan nilai-nilai yang dikehendaki dan dibutuhkan oleh masyarakat. Maka, kegiatan supervisi ditujukan kepada peningkatan mutu guru yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Supervisi bukan untuk mengawasi guru, ataupun untuk mencari kesalahan guru. Memang, dalam proses supervisi terdapat unsur-unsur pengawasan, mencari kelemahan, pemeriksaan, akan tetapi itu semua baru merupakan tahapan-tahapan tertentu dalam keseluruhan tahapan supervisi.

Untuk membantu peningkatan guru diperlukan penilaian kepada guru, bimbingan dan juga mungkin pengarahan. Tetapi itu semua bukanlah tujuan, melainkan merupakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan sebenarnya. Jadi kesimpulannya, supervisi merupakan bantuan kegiatan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik sehingga mengharuskan suatu proses, dimana dalam kegiatan tersebut melibatkan suatu rangkaian kegiatan yang teratur, berhubungan dan berkesinambungan dan diarahkan kepada suatu tujuan.

2. Gambaran umum proses Supervisi Kepala Sekolah

(70)

dengan mengadakan wawancara ataupun penataran-penataran. Kalau kegiatan-kegiatan itu dirangkaikan atau dihubungkan, barulah dapat merupakan proses supervisi, ataupun merupakan bagian dari proses supervisi.

Penelitian yang dilakukan di sejumlah SMA Yogyakarta menunjukkan bahwa tujuan akhir dari supervisi adalah peningkatan hasil belajar melalui peningkatan situasi belajar mengajar dengan jalan meningkatkan kemampuan professional guru.

Dalam penelitian juga menunjukkan bahwa para guru yang disupervisi dapat lebih merasakan keberhasilan dari proses supervisi tersebut. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dimulai dari mengadakan pemeriksaan terhadap guru dalam aspek penampilannya. Contohnya; metode mengajar, hasil belajar murid, disiplin kelas, administrasi kelas, penggunaan alat peraga/bantu dan sebagainya. Selanjutnya diadakan penilaian oleh kepala sekolah berdasarkan peraturan yang telah ditentukan. Sedangkan untuk proses belajar mengajar, pengaruh guru dalam kelas dan sikap guru dan murid akan dinilai oleh kepala sekolah bersama rekan guru untuk menemukan kekurangan/kelemahan. Kemudian, kegiatan supervisi selanjutnya adalah pemberian bantuan, pelayanan dan bimbingan pada guru. Hal ini dimaksudkan agar guru yang mempunyai kekurangan/kelemahan dapat meningkatkan kemampuan profesional gurunya.

(71)

sekitar (hubungan dengan masyarakat) dan menghargai setiap ide, inisiatif dan kreativitas yang berdaya guna dan berhasil guna sehingga berpengaruh positif bagi status guru. Misalnya dalam percepatan kenaikan pangkat dan sebagainya.

Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin, evaluator dan pembina/pelayan para guru, dituntut untuk menyediakan waktu secukupnya dalam memberikan bantuan yang diperlukan oleh guru. Karena masing-masing guru berbeda sifat dan masalahnya, maka diperlukan komunikasi dua arah yang dapat memungkinkan kepala sekolah dan guru untuk menyelesaikan masalahnya.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sehari-harinya adalah seperti mengadakan observasi keliling yang rutin, memeriksa laporan-laporan harian dan berkala, pembicaraan dengan anggota-anggotanya, dan menampung dan menanggapi keluhan-keluhan dari anggotanya.

Kesimpulannya, sebagai seorang supervisor Kepala Sekolah harus selalu berusaha mengajak para guru untuk menemukan, menyadari atau bahkan mengakui kelemahan-kelemahannya sendiri. Karena usaha ini memerlukan pendekatan lain disamping dilakukan pemeriksaan, maka Kepala Sekolah mengajak semua guru untuk bersama-sama mempelajari masalah yang mereka hadapi dan bersama-sama pula mencari faktor penyebabnya kemudian bersama-sama pula menemukan cara-cara untuk mengatasinya.

3. Peran supervisi pendidikan

(72)

anggotanya. Hal ini dilakukan terlebih dalam pengambilan keputusan yang harus dapat dipertanggung jawabkan. Jadi selain dari Kepala Sekolah, kegiatan supervisi juga dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang untuk memeriksa, mengawasi, dan memantau sekolah dalam usahanya untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan semua pihak. Berikut pihak-pihak yang dimaksud serta perannya untuk sekolah.

a. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

Supervisi dari pihak BPK dimaksudkan untuk membantu para bendaharawan agar dalam menerima, menyimpan dan mempergunakan keuangan dilakukan secara sah, benar dan efisien. Supervisi yang dilakukan oleh BPK antara lain memeriksa kelengkapan administrasi (pembukuan, penyimpanan, penggunaan uang oleh bendaharawan) dan pertanggungjawaban kantor/instansi. Oleh karena itu, BPK berwenang untuk menjatuhkan sanksi administratif kepada pihak/sekolah yang terbukti menyalahgunakan uang sekolah/negara. Karena dalam penelitian ini subjeknya adalah sekolah, maka pengawasan yang dilakukan oleh BPK adalah mengawasi penggunaan dana-dana dari pemerintah yang digunakan oleh sekolah. Misalnya pendanaan gaji, pengembangan perpustakaan/koperasi, pembangunan sarana dan prasarana sekolah. b. BPKP

(73)

sekolah. Tentu saja hal ini dilakukan agar tidak terdapat kecurangan yang dilakukan oleh sekolah maupun oknum yang tidak bertanggung jawab. Selanjutnya data-data tersebut akan dioleh untuk menentukan keputusan proyek/pembangunan fisik atau sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh sekolah. Karena bertugas untuk mengawasi, BPKP juga berwenang untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada pada sekolah. Kelemahan/kekurangan tersebut akan diperbaiki dengan bimbingan dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak BPKP bersama-sama dengan pihak sekolah.

c. Dinas Pendidikan

Supervisi dari Dinas Pendidikan lebih menekankan pada kinerja kepala sekolah dan para guru. Kegiatan dari Dinas Pendidikan misalnya mengadakan pemeriksaan/inspeksi mendadak ke sekolah-sekolah, mengawasi keseluruhan situasi belajar mengajar, memperbaiki kelemahan/kekurangan untuk meningkatkan kemampuan. Pemberian bimbingan atau pengarahan dari pihak Dinas dilakukan dengan cara memberikan informasi langsung /tidak langsung, demonstrasi, rapat, penataran dalam berbagai bentuk dan lain sebagainya.

d. BAWASDA (Badan Pengawas Daerah)

(74)

kepala sekolah dan guru. BAWASDA juga melakukan pemeriksanaan ke sekolah-sekolah untuk mengadakan inspeksi. Kedisiplinan yang dimaksud adalah presensi kepala sekolah dan guru, tata tertib kepala sekolah guru dan sebagainya. BAWASDA juga berwenang untuk memberikan peringatan ataupun hukuman atas ketidakdisiplinan kepala sekolah dan guru.

e. Direktorat Jendral Pendidikan

Supervisi yang dilakukan oleh pihak Dirjen menekankan pada pelaksanaan kurikulum yang dilaksanakan oleh sekolah. Kurikulum yang sudah dicanangkan oleh pemerintah seyogyanya dikembangkan dan dilakukan sepenuhnya oleh pihak sekolah. Pengembangan kurikulum sangat penting artinya bagi suatu sekolah, oleh sebab itu Dirjen Pendidikan secara terus-menerus berusaha meningkatkan daya dan hasil guna bagi peningkatan mutu pendidikan.

4. Struktur organisasi sekolah

(75)

Gambar IV.1

Struktur Organisasi Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah

---

(Sumber : Struktur Organisasi SMA N 11 Yogyakarta, Tahun 2007) Kepala Sekolah

Ketua Komite

Ka. Tata Usaha Sekretaris

Sekolah Adm.

Ketenagaan Kesiswaan Adm.

Adm. Keuangan Adm.

Perlengkapan

Gambar

Gambar II.1
Tabel V.11
Tabel III.2
Tabel IV.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya sumbangan efektif variabel bantuan supervisor sebesar 22,7% memberikan arti bahwa setiap peningkatan bantuan supervisor sebesar satu satuan akan

Secara umum Kepala Sekolah di SMA Muhammadiyah Surakarta dalam melaksanakan perencanaan supervisi pembelajaran melaksanakannya dengan tahap-tahap sebagai berikut:

Dirjen Dikdasmen tahun 2000 yaitu: 1) Kemampuan menyusun program supervisi pengajaran, 2) Kemampuan melaksanakan program supervisi pengajaran, 3) Kemampuan memanfaatkan

- Sebagai pemimpin, kepala sekolah mempunyai tugas dan pokok tanggung jawab yang harus dilakukan, Pertama dalam supervisi yang harus kita amati dalam mengajar adalah

Kepala sekolah sebagai seorang supervisor mempunyai tanggung jawab untuk peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah serta mempunyai

Besarnya sumbangan efektif variabel bantuan supervisor sebesar 22,7% memberikan arti bahwa setiap peningkatan bantuan supervisor sebesar satu satuan akan

Supervisi pengawas dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dapat meningkatkan kinerja guru, hal ini dibuktikan dengan keberadaan supervisi Pengawas

belajar yang dilakukan oleh guru. Supervisi tersebut dilakukan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor. Kepala sekolah sebagai supervisor artinya kepala