GURU DI MTs. ISLAMIYAH CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Muhammad Altof Fatoni NIM 108018200018
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
i
MUHAMMAD ALTHOF FATONI. NIM: 108018200018. Hubungan Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di MTs. Islamiyah Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah antara kinerja guru, seberapa besar kontribusi yang diberikan, dan apakah hal tersebut memiliki signifikasi atau tidak. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2014 di Madrasah Tsaniwiyah Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan berganda. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi akademik terhadap kinerja guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai thitung sebesar 0,811 sedangkan ttabel dengan N = 19 pada (0,05) sebesar 0,456. Dengan demikian thitung (0,811) > ttabel (0,456), sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa supervisi akademik kepala sekolah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di MTs. Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan. Besarnya koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,657 yang merupakan pengkuadratan dari koefisien korelasi. Hal ini menunjukkan 65,7 % variabel kinerja guru (variabel Y) ditentukan oleh faktor variabel supervisi akademik kepala sekolah, sedangkan sisanya 34,3 % ditentukan faktor-faktor lain, yang dalam penelitian ini tidak dapat diteliti.
Dengan demikian terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs. Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan dan supervisi akademik kepala sekolah memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kinerja guru MTs. Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan.
ii
MUHAMMAD ALTHOF FATONI. NIM: 108018200018. Relations Implementation Supervision Academic Performance Against Principal Teacher at MTs. Islamiyah Ciputat, South Of Tangerang City. Education Management Department, Faculty of Science and Teaching of MT, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
This study aims to determine whether there is a relationship between the academic supervision of the school head between teacher performance, the contribution given, and whether it has significance or not. This study was conducted in August-November 2014 at Madrasah Islamiah Tsaniwiyah Ciputat South Tangerang City. The method used is survey method with quantitative approach. The sampling technique is purposive sampling. The research instrument used was a questionnaire with multiple choice form. While the correlation technique used is the product moment. The results found in this study that there is a significant relationship between the academic supervision of teacher performance.
The results showed that based on calculations, the value thitung 0.811 while ttabel with N = 19 at (0.05) of 0.456. Thus thitung (0.811) > t table (0.456), so it is clear that Ho refused and Ha accepted. This shows that the academic supervision of the school head has a significant influence on the performance of teachers in MTs. Islamiyah Ciputat South Tangerang City. The magnitude of the coefficient of determination or R Square of 0.657 which is squaring the correlation coefficient. It shows 65.7% of teachers performance variable (Y) is determined by variable factors of the academic supervision of the school head, while the remaining 34.3% is determined other factors, which in this study can not be observed.
Thus there is a very strong and significant correlation between supervision of principals on teacher performance in MTs. Islamiyah Ciputat South Tangerang City and academic supervision headmaster made a great contribution in improving teacher performance MTs. Islamiyah Ciputat South Tangerang City.
iii
KATA PENGANTAR
Assalaamuíalaikum Wr.Wb.
Alhamdulillaahirabbilíaalamin. Puji serta syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami
memohom pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma salli ‘ala Muhammad, shalawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada
jalan yang diridhai Allah SWT.
Selama penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan, penulis banyak mendapatkan
dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. H. Fathi Ismail, MM selaku dosen pembimbing yang selalu
membimbing penulis dengan penuh kebijaksanaan dan
memberikan arahan-arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Manerah, dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan akademik dan motivasi kepada penulis selama proses
perkuliahan.
5. Dr. Muarif Sam, Dosen terbaik dimata penulis.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
iv
Jakarta dan perpustakaan-perpustakaan fakultas.
8. Ibunda tercinta Dra. Tatu Uyainah dan ayahanda Drs. Abdul Manan
yang telah memberikan dukungan moral, material, dan doa yang
menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.
9. Keluarga yang menjadi sumber inspirasi untuk berhasil dan sukses,
Ahmad Nu’man (adik), Mawaddah Zahrotul Amal (kakak),
Abdatirrahmah (Adik), Urfia Salsabila (adik).
10. Bapak Ketua Yayasan Pendidikan Islamiyah Ciputat Kota Tangerang
Selatan, semoga Allah memberi keberkahan dan kesehatan.
11. Drs. Aris Herdiana Kepala M.Ts Islamiyah Ciputat Kota Tangerang
Selatan, semoga Allah memberi keberkahan dan kesehatan.
12. Semua dewan guru dan siswa/siswi M.Ts Islamiyah Ciputat, yang
telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi.
13. Teman-teman kelas A KI-MP angkatan 2008 yang menjadi partner
selama proses perkuliahan, Keluarga besar IMMAN Jakarta, IKDAR,
Keluarga Besar Kosan Potlot Semanggi 2: Dede Munandar, S.Pd., Ali
Lukmanul Hakim, S.Pd., Khusni Zaini Harun, Abdul Kharis, S.Pd.,
Reghista, S.Pd., Raod Kamaluddin, S.Pd., Bangkit Erlangga, S.Sy., M.
Andhy raihan, S.Sy., M. Rizky Ramadhan, Barry febriandi, Mulky
Hayun, Galih Pribadi, Harianto, Muhammad Leonardo, S.Pd., Surotul
Hidayat, S.Pd., S.Pd., Salman Al-Farisi, S.Pd., Rudi Hartono, S.Pd.,
Muhammad Labib, S.Pd., Muhammad Subki, S.Pd., Ade Irma
Nurfatmalia, Kanda Dedi Chandra, S.Sos, Mengky Adi Budiman,
S.Sos, Mengky Sandi Lasmana, Mengky Yadi Nueradiwisesa, dan
v Wassalaamuíalaikum Wr.Wb.
Jakarta, 14 april 2015.
vi COVER SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI LEMBAR UJI REFERENSI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ...1
B. Identifikasi masalah ...6
C. Pembatasan Masalah ...6
D. Perumusan Masalah ...6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ...8
1. Kinerja Guru ...8
a. Pengertian Kinerja Guru ...8
b. Macam-macam Kinerja Guru ...10
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru ...17
vii
b. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik ...23
c. Prinsip Supervisi Akademik ...25
d. Dimensi Supervisi Akademik ...27
e. Pendekatan dan Teknik Supervisi Akademik ...29
f. Objek Supervisi Pendidikan ...32
g. Hakikat Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...33
B. Kerangka Berfikir ...35
C. Kerangka Berfikir ...37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...38
B. Metode Penelitian ...38
C. Populasi dan Sampel ...38
D. Teknik Pengumpulan Data ...39
E. Instrumen Penelitian ...40
F. Uji Instrumen ...42
G. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis ...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA A. Gambaran Umum Sekolah ...46
1. Sejarah Sekolah ...46
2. Profil Sekolah ...47
3. Visi dan Misi ...47
4. Struktur Organisasi ...49
5. Data Tenaga Kependidikan dan Pendidik ...49
6. Data Peserta Didik ...50
B. Deskripsi Hasil Data Penelitian ...50
1. Variabel X (Peningkatan Supervisi Kepala Sekolah) ....51
2. Variabel Y (Kinerja Guru) ...52
C. Uji Prasyarat Analisis Data ...52
viii
D. Interpretasi Data ...61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...63
B. Saran ...63
ix
Tabel 2.1 Kompetensi Supervisi Akademik ... 28
Tabel 2.2 Indikator Supervisi Akademik ... 35
Tabel 3.1 Grafik Penyusunan Skripsi ... 38
Tabel 3.2 Kisi – kisi Instrumen ... 40
Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi ... 45
Tabel 4.1 Data Tenaga Kependidikan dan Pendidik ... 49
Tabel 4.2 Data Peserta Didik ... 50
Tabel 4.3 Nilai Peningkatan Supervisi Kepala Sekolah ... 51
Tabel 4.4 Nilai Peningkatan Kinerja Guru ... 52
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Variabel X ... 53
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Variabel Y ... 54
Tabel 4.7 Koefesien Reabilitas Variabel X ... 56
Tabel 4.8 Koefesien Reabilitas Variabel Y ... 56
Tabel 4.9 Hasil Angket Variabel X dan Variabel Y ... 57
Tabel 4.10 Tabel Perhitungan Variabel X dan Variabel Y ... 58
x
Lampiran 1 : STRUKTUR ORGANISASI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT
Lampiran 2 : Instrumen Akreditasi SMP/MTs
Lampiran 3 : Instrumen Supervisi Manajemen Kepala Sekolah
Lampiran 4 : Instrumen Supervisi Kurikulum dan Pembelajaran Madrasah
Lampiran 5 : Format Perangkat Administrasi Guru
Lampiran 6 : Format Penilaian Kinerja Guru Penyusunan RPP
Lampiran 7 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 8 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Pelaksanaan Membuka dan
Menutup Pelajaran
Lampiran 9 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Variasi Stimulus
Pembelajaran
Lampiran 10 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Keterampilan Bertanya
Lampiran 11 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Memberikan Penguatan
Lampiran 12 : KUESIONER PENELITIAN
Lampiran 13 : PEDOMAN WAWANCARA
Lampiran 14 : SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Lampiran 15 : SURAT KETERANGAN PENELITIAN
1
A.
Latar Belakang Masalah
Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang
sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna pendidikan,
yakni peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya. Dalam
menjaga proses tersebut, diperlukan adanya quality control yang mengawasai jalannya proses dalam mencapai tujuan pendidikan. Masyarakat telah menyadari
bahwa pendidikan mampu merubah paradigma manusia baik secara mental,
emosional, dan spritual. Pendidikan yang paling utama adalah membentuk
manusia agar menjadi manusia yang seutuhnya.
Sebagaimana tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan oleh sebab itu Warga Negara Indonesia tanpa memandang
status sosial, ras, etnis, agama, dan jender berhak memperoleh pelayanan
pendidikan yang bermutu. Dalam peraturan disebutkan bahwa pendidikan
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Peraturan tersebut mempertegas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik yang
sesuai dengan bakat dan minatnya. Oleh karena itu, sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan harus memiliki sumber daya manusia yang meliputi
Kepala Sekolah dan Guru yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik
sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki.
Sekolah adalah organisasi yang bersifat kompleks dan unik. Sehingga
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu kepala sekolah yang
1
berhasil adalah tercapainya tujuan sekolah serta tujuan dari para individu yang ada
dalam lingkungan sekolah dan harus memahami dan menguasai peranan
organisasi dan hubungan kerja sama antara individu. Seorang kepala sekolah yang
ditugaskan untuk memimpin dan membawahi para pegawainya sangat dituntut
kepiawaiannya dalam mengelola dan mengorganisir lembaga pendidikan yang
dijalankannya.
Menjadi seorang kepala sekolah tidaklah mudah karena tidak secara
langsung seorang bisa menjadi kepala sekolah. Seperti yang di jelaskan tentang
asal-usul kepemimpinan yang terbagi menjadi dua yang itu “pemimpin dilahirkan” (leaders is born) dan “pemimpin di bentuk dan di tempat” (leaders are made). Jika dilihat dari kedua pandangan tersebut jelas bahwa kepala sekolah adalah “pemimpin yang di bentuk dan di tempa” artinya untuk menjadi kepala sekolah diperlukan pendidikan yang khusus dan melalui pelatihan-pelatihan.
Dengan di perolehnya pendidikan khusus dan pelatihan tersebut di harapkan
seorang kepala sekolah dapat memiliki kompetensi-kompetensi yang harus ada
dalam menjabat sebagai seorang pemimpin di sekolah.
Kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan
akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam
pembaruan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain:
1. Efektifitas pendidikan.
2. Kepemimpinan sekolah kuat.
3. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.
4. Budaya mutu.
5. Teamwork yang kompak.2
Seperti yang telah di jelaskan ciri-ciri kepala sekolah tersebut tidak jauh
berbeda dengan apa yang di uraikan dalam peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 tentang kompetensi yang harus di
miliki oleh kepala sekolah yaitu:
2
1. Kepribadian.
2. Manajerial.
3. Kewirausahaan.
4. Supervisi.
5. Sosial.3
Ciri-ciri tersebut yang harus dimiliki oleh kepala sekolah diharapkan dengan
dimilikinya ciri-ciri tersebut seorang kepala sekolah dapat menjalankan roda
kepemimpinannya di sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut.
Potret buram pendidikan Indonesia tak lepas dari pada peran serta pendidik
dan masyarakat itu sendiri, namun di setiap satuan pendidikan tak ayal kepala
sekolah yang memotivasi guru dalam menyemangati yang dicap gagal ketika
masyarakat malah berpersepsi bahwa gurulah yang tidak cakap mengajar, kepala
sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara
teknis manajerial saja, tetapi juga memikirkan pertumbuhan dan perkembangan
sekolahnya secara prestasi akademik. Dan juga mempunyai wewenang untuk
memperbaiki kualitas pendidikan dan mutu para guru di sekolahnya melalui
tugasnya sebagai supervisor.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ialah
melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, guru merupakan komponen yang harus terus dibina dan
dikembangkan. Guru sebagai suatu profesi selalu tumbuh dan berkembang dan
perkembangan itu sipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal diantaranya yaitu
supervisi. Oleh karena itu supervisi pendidikan dianggap perlu.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan bahwa
tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan
dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu
usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan
proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah
meningkatkan hasil belajar siswa.
3
Kegiatan supervisi dapat dikatakan efektif apabila supervisi itu
menumbuhkan kesadaran yang mendalam kepada guru bahwa ia adalah seorang
pendidik yang mempunyai peran sangat penting di dalam keberhasilan proses
pembelajaran. Sehingga kegiatan supervisi akan mempengaruhi seorang guru
untuk selalu berusaha meningkatkan kinerjannya sesuai dengan standar
kompetensi seorang guru.
Memang tidak dapat sepenuhnya pendidikan menjadi tanggungjawab guru.
Perlu adanya koordinasi antara Pemerintahan, Dinas terkait, dan masyarakat juga
harus meningkatkan peran serta dan dukungannya dalam dunia pendidikan.
Adanya peraturan-peraturan dalam bidang pendidikan dan beberapa program
kebijakan yang diselenggarakan pemerintah merupakan satu bukti bahwa
pendidikan juga merupakan perhatian pemerintah.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan
kepala sekolah dalam mensupervisi tenaga pendidik yang ada di sekolah. Kepala
sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kerja, serta
pemeliharaan sarana dan prasarana.
Dalam fungsinya sebagai penggerak para guru, kepala sekolah juga harus
mampu menggerakkan para guru agar kinerjanya menjadi meningkat karena guru
merupakan ujung tombak dalam mewujudkan manusia yang berkualitas. Guru
akan bekerja secara maksimum apabila di dukung oleh beberapa factor di
antaranya adalah kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor. Hal ini
menunjukan betapa pentingnya peran kepala sekolah sebagai supervisor untuk
melakukan supervisi akademik terhadap guru sebagai bentuk usaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Atas dasar beberapa pertimbangan dan masalah di atas, berbagai upaya
untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran terus dilakukan. Upaya
tersebut dilaksanakan melalui berbagai pelatihan: seperti pelatihan model
pembelajaran, pelatihan pembuatan alat peraga, pelatihan pengembangan silabus
dengan berbagai kompetensi yang baik. Kompetensi yang dimiliki tersebut
dimaksudkan agar dapat berguna bagi guru dalam melaksanakan kegiatannya di
sekolah.
MTs Islamiyah Ciputat sebagai salah satu lembaga pendidikan formal selalu
berupaya untuk meningkatkan kinerja guru melalui berbagai cara, misalnya
pendidikan dan pelatihan guru. Pada dasarnya, kinerja guru di MTs Islamiyah
Ciputat sudah baik. Hanya saja, bila dilihat dari sisi kemampuan guru secara
akademik masih terdapat beberapa kesulitan yang mendasar seperti pembuatan
RPP, penggunaan media pembelajaran, penggunaan teknologi dan informasi dan
pengembangan kurikulum, apalagi dengan adanya kurikulum baru yaitu
kurikulum 2013, guru merasa kesulitan dan menuntut guru berpikir keras untuk
memahami apa yang menjadi tujuan dari kurik ulum tersebut. Kesulitan-kesulitan
tersebut harus menjadi perhatian penting bagi kepala sekolah untuk memberikan
pembekalan dan pembinaan terhadap kompetensi para guru. Selain itu
permaslahan utamanya adalah kepala sekolah dalam menjalankan supervise
akademik masih kurang maksimal, karena hasil observasi awal peneliti kepala
sekolah sibuk dengan urusan external sekolah, kepala sekolah jarang menghadiri
rapat rapat yang berkaitan dengan kegiatan akademik, seperti Rapat pembahasan
tentang kegiatan akademik sekolah.
Berdasarkan pada berbagai uraian di atas, diketahui bahwa bila kemampuan
supervisi akademik kepala sekolah kurang baik, maka kegiatan supervisi tidak
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Padahal kegiatan supervisi yang
baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru. Kegiatan supervisi yang
dilaksanakan bukan hanya untuk mencari-cari kesalahan, akan tetapi merupakan
upaya perbaikan, maka harapan untuk meningkatkan kinerja guru tidak hanya
sekedar harapan tapi menjadi sebuah tahapan yang harus terus dilaksanakan.
Atas dasar pemikiran seperti yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mendalami "Hubungan Pelaksanaa Supervisi Akademik Kepala
Sekolah Dengan Kinerja Guru di MTs Islamiyah Ciputat" sebagai judul dari
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya intensitas pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah.
2. Kurangnya pembinaan dan pelatihan dalam bentuk supervisi akademik yang diberikan sekolah kepada guru di MTs Islamiyah Ciputat.
C.
Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah sebagaimana yang telah dipaparkan, diketahui
bahwa partisipasi kepala sekolah belum melaksanakan supervisi akademik secara
maksimal dalam meningkatkan kinerja guru, maka penulis membatasi masalahnya pada “semakin sering intensitas supervisi akademik kepala sekola hmaka semakin meningkat kinerja guru”.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas dan untuk memfokuskan
penelitian ini maka dibuat perumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di MTs Islamiyah Ciputat?
2. Adakah hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs Islamiyah Ciputat berdasarkan bukti empiris?
E.
Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru. Di samping itu, penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain:
dilakukan dalam pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan
kompetensi supervisi akademik kepala sekolah dan kinerja guru.
2. Bagi sekolah, sebagai informasi dan masukan bagi MTs Islamiyah Ciputat dalam pengembangan kinerja guru melalui kegiatan supervisi
akademik kepala sekolah.
3. Bagi pemerintah, sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan untuk mengembangkan kompetensi guru dan kepala
8
HIPOTESIS
A.
Kajian Teori
1. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja Guru
Dalam proses pembelajaran guru sebagai tenaga pendidik
merupakan pemimpin dan orang yang bersentuhan langsung dengan
peserta didik di kelas. Kepemimpinan seorang guru di kelas
mencerminkan bagaimana guru melasanakan peran dan tugasnya
sebagai pendidik. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut kualitas
kinerja guru sangat menentukan hasil pendidikan, oleh karena itu perlu
dipahami makna dari kinerja guru.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai
sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan
kerja.1 Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (Job Performance). Secara etimologis performance berasal dari kata “to perform” yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Jadi kinerja adalah tindakan menampilkan atau melaksanakan suatu kegiatan.2 Oleh karena itu kinerja dapat juga diartikan sebagai perilaku kerja yang
ditunjukan oleh seseorang atas tugas dan tanggungjawab yang diberikan
kepadanya.
Anwar Prabu Mangkunegara merumuskan bahwa kinerja
merupakan prestasi kerja atau hasil kerja secara kualitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Cet, 4, h. 570.
2
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.3 Sementara itu kinerja dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh
Robert L. Mathis dan Jhon H. Jackson dijelaskan juga bahwa kiner pada
dasarnya adalah apa yang telah dikerjakan juatau dilakukan oleh
karyawan.4 Menurut hemat penulis, kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan strategi organisasi,
kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi yang baik. Dengan
demikian, kinerja adalah melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut.
Sekolah sebagai suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan organisasi untuk
dicapai. Tujuan organisasi dapat berupa perbaikan pelayanan
pelanggan, pemenuhan permintaan pasar, peningkatan kualitas produk
atau jasa, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan kinerja
organisasi. Setiap organisasi seperti sekolah, dapat menentukan
tujuannya sendiri. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil
kerja atau prestasi kerja organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja
organisasi. Hasil kerja organisasi sekolah sebagai lembaga pendidikan
diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan oleh guru dan
civitas akademik lainnya yang ada di dalam sekolah.
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam sebuah
organisasi sekolah, diharuskan memiliki potensi mumpuni sesuai
dengan profesinya sebagai guru, lalu ia juga harus mampu
menyampaikan dengan baik semua potensi yang dimiliki dalam bentuk
pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Wirawan
tentang konsep kinerja. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh
fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi
3
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 4, h. 67.
4
dalam waktu tertentu.5 Dalam proses pembelajaran guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin dan orang yang bersentuhan langsung
dengan peserta didik di kelas. Kepemimpinan seorang guru di kelas
mencerminkan bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya
sebagai pendidik. Untuk mencapai tujuan tersebut kualitas kinerja guru
perlu ditingkatkan melalui aktivitas organisasi.
Menurut pendapat Wibowo, aktivitas organisasi dapat berupa
pengelolaan sumber daya organisasi maupun proses pelaksanaan kerja
yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk menjamin
agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan,
diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.6 Dengan demikian, menurut hemat penulis seberapa baik kita mengelola kinerja
bawahan akan secara langsung memengaruhi tidak hanya kinerja
masing-masing pekerja secara individu dan unit kerjanya, tetapi juga
kinerja seluruh organisasi.
Dari beberapa pengertian kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja guru dalam meningkatkan produktivitas sekolah bukan
semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya,
melainkan kualitas unjuk kerja juga penting diperhatikan. Yaitu
produktivitas dengan tolok ukur berdasarkan tingkatannya; prestasi
kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, dan unjuk kerja.
b. Macam-macam Kinerja Guru
Berkenaan dengan standar kinerja guru Piet A. Sahertian
menyatakan bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan dengan
kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti; bekerja dengan
siswa secara individual, persiapan dan perencanaan pembelajaran,
pendayagunaan media pembelajaran, melibatkan siswa dalam berbagai
pengalaman belajar, dan kepemimpinan yang aktif dari guru. Kinerja
5
Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia; Teori, Aplikasi, dan Penelitian, ( Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 5.
6
guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan kriteria kompetensi yang
harus dimiliki setiap guru.
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud
adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana
seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan
pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Dalam hal ini ukuran kinerja
guru adalah sesuai dengan yang dijelaskan dalam UU No. 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 35:
1) Ayat (1) Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta
didik, serta melaksanakan tugas tambahan.
2) Ayat (2) Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat 1
adalah sekurang-kurangnya 24 ( dua puluh empat ) jam tatap
muka dan sebanyak-banyaknya 40 ( empat puluh ) jam tatap
muka dalam 1 minggu tersebut merupakan bagian jam kerja
dari jam kerja sebagai pegawai yang secara keseluruhan paling
sedikit 37,5 ( tiga puluh tujuh koma lima ) jam kerja dalam 1
minggu.
3) Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja guru
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan
Peraturan Pemerintah.7
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 30 Tahun 2011
tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan:
1) Jam wajib mengajar guru minimal 24 jam per minggu.
Maksimal 40 Jam per minggu.
2) Guru yang mendapat tugas tambahan :
a) Kepala Madrasah ekuivalen dengan 18 jam, minimal wajib
mengajar 6 jam.
7
b) Wakil Kepala Madrasah ekuivalen dengan 12 jam,
minimal wajib mengajar 12 jam (Khusus MTs dan MA).
c) Kepala Perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, minimal
wajib mengajar 12 jam.
d) Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga
minimal wajib mengajar 12 jam.
3) Pemenuhan jam bagi guru bersertifikat pendidik.
a) Wajib mengajar sesuai dengan mata pelajaran pada
sertifikat pendidik. Tidak dibenarkan mengajar mata
pelajaran yang lain maupun serumpun.
b) Guru yang mengajar pada Kejar Paket A, B, atau C tidak
bisa diperhitungkan jam mengajarnya.
c) Guru Mapel dengan jenis pelajaran umum pada MTs/ MA
tidak diperkenankan mengajar pada RA/ MI.
d) Penambahan jam pada struktur kurikulum paling banyak 4
jam per minggu berdasarkan standar isi KTSP.
e) Program pengayaan atau remedial teaching tidak
diperhitungkan jam mengajarnya.
f) Pembelajaran ekstrakurikuler tidak diperhitungkan jam
mengajarnya, meskipun sesuai dengan sertifikasi mata
pelajaran.
g) Pemecahan Rombel dari 1 kelas menjadi 2 kelas
diperbolehkan, dengan syarat dalam 1 kelas jumlah siswa
minimal adalah 20 siswa.
h) Pembelajaran Team teaching tidak diperbolehkan.
i) Mata Pelajaran yang serumpun adalah IPA dan IPS. Dan
hanya berlaku pada tingkat MTs.
j) Guru yang bersertifikat pendidik dengan pelajaran
Biologi, Fisika, Kimia, Sosiologi, Antropologi, Geografi
k) Pengembangan diri siswa tidak diperhitungkan jam
mengajarnya.
l) Beban mengajar guru BK adalah membimbing minimal
150 siswa/ tahun. Dan tidak bisa ditambah dengan
mengajar suatu mata pelajaran.
m) Mengajar di luar Satminkal tetap diperhitungkan dengan
syarat mengajar sesesuai keperuntukan sertifikat
pendidiknya.
n) Wajib melaksanakan kewajiban guru sebagaimana tertulis
dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas
dari Dirjend PMPTK Kemendiknas tahun 2009.8
Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil pendapat bahwa
indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga
kegiatan pembelajaran di kelas yaitu:
1) Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran.
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap
yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan
ajar.
Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses
penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan
pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan
kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan
metode serta strategi pembelajaran:
8
a) Pengelolaan kelas.
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan
adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan
kelas.
b) Penggunaan media dan sumber belajar.
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajran yang
perlu dikuasai guru di samping pengeloaan kelas adalah
menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar.
c) Penggunaan metode pembelajaran.
Kemampuan yang berikutnya adalah penggunaan metode
pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi
yang akan disampaikan.
3) Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang
ditunjukkan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan
pemebelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki
kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara
evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan
penggunaan hasil evaluasi.9
Selain pendapat di atas, penjelasan mengenai tugas pokok guru
juga dikemukakan oleh Sukadi sebagai berikut:
1) Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran harus dilakukan oleh seorang guru
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi guru
9
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Perencanan itu dapat berupa perencanaan jangka pendek,
menengah dan jangka panjang berupa silabus dan RPP sebagai
pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
2) Melaksanakan Pembelajaran
Untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah
dibuat, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar ini
meliputi: kemampuan dalam membuka pelajaran,
melaksanakan inti proses belajar mengajar, dan menutup
pelajaran.
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus
mampu menyampaikan materi dengan baik, menggunakan
metode dan media pembelajaran yang tepat, mengajukan
pertanyaan dan memberikan penguatan. Hal tersebut harus
dilaksanakan oleh guru dengan baik agar tercipta kegiatan
pembelajaran yang baik.
3) Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru diharapkan
untuk melaksanakan evaluasi/penilaian. Kemampuan guru
dalam mengevaluasi pembelajaran ini meliputi: kemampuan
dalam melaksanakan tes, mengolah hasil penilaian,
melaporkan hasil penilaian, dan melaksanakan program
remedial/perbaikan pembelajaran. Penilaian/evaluasi ini
dimaksudkan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik
dalam hal penguasaan materi pelajaran yang telah ditetapkan.
4) Menindak lanjuti Hasil Evaluasi Pembelajaran
Program remedial/perbaikan pembelajaran pada dasarnya
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat ditentukan
materi mana saja yang perlu untuk dilakukan pendalaman dan
materi yang dianggap telah dikuasai oleh peserta didik
sehingga tidak perlu dilakukan pendalaman materi.
5) Melakukan Bimbingan dan Konseling
Berbagai latar belakang siswa yang berbeda akan
menimbulkan perbedaan dalam kegiatan belajarnya. Dari
kondisi seperti itu, adakalanya terdapat siswa yang
membutuhkan bantuan guru untuk menyelesaikan
permasalahannya, baik melalui bantuan secara akademis
maupun secara psikologis. Guru harus mampu berperan
sebagai seorang konselor bagi siswanya. Melalui bantuan dan
bimbingan dari guru, diharapkan permasalahan yang dialami
siswa dapat diatasi. 10
Pendapat selanjutnya menurut Hamzah B. Uno yang dikutip dari
Uzer juga menjelaskan mengenai tugas guru sebagai suatu profesi
meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai
hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK,
sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta
didik.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di
sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta
didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai makhluk
bermain (homoludens), sebagai makhluk remaja/berkarya (homopither), dan sebagai makhluk berpikir/dewasa (homosapiens) dan membantu peserta didik dalam mentransformasikan drinya sebagai upaya
pembentukan sikap dan membantu peserta dalam mengidentifikasi diri
peserta itu sendiri.11
10
Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2006), h.26
11
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Kinerja merupakan penampilan kerja seseorang dalam menjalankan
tugas dan fungsinya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan.
Dalam kenyataanya, banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang dalam bekerja.
Abraham H. Maslow, mengemukakan bahwa ”man is waiting
being -he always wants, and lie wants more. This process is unending. A satisfied needs is not motivator of behavior. Only unsatisfied need motive behaviour. Man’s need are arrange in a series of level (Orang adalah makhluk yang berkeinginan selalu ingin dan ingin lebih banyak.
Proses ini tiada mengenal henti. Suatu kebutuhan yang telah
memuaskan tidak menjadi motivator perilaku. Hanya
kebutuhan-kebutuhan yang belum terpuaskan menjadi motivator perilaku.
Kebutuhan manusia tersusun dan berjenjang).12
Maslow dalam teori hirarki kebutuhan, menurutnya motivasi dan
kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh lima kategori kebutuhan yaitu:
kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, kebutuhan akan rasa
harga diri, serta kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan ini paling rendah tingkatannya, dan memerlukan pemenuhan yang paling
mendesak, misalnya kebutuhan akan makanan, minuman, air, dan
udara. Kebutuhan ini juga dapat mempengaruhi kinerja guru. Jika guru
sudah merasa aman akan kebutuhan yang sifatnya mendesak ini, maka
guru tinggal memikirkan hal yang lain yang lebih bermanfaat bagi tugas
dan tanggungjawabnya sebagai guru.
Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan tingkat kedua ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh
ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya,
misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan
atas tindakan yang sewenang-wenang. Kebutuhan ini juga sangat
12
mempengaruhi kinerja guru, seorang guru yang merasa tidak tenang
akan keterpenuhannya tempat tinggal dan perlindungan tindak
sewenang-wenang, maka pikirannya tidak terfokus pada kerja dan
profesionalnya, melainkan ia akan memikirkan keamanan dan
kenyamanan di tempat ia bekerja.
Kebutuhan kasih sayang (belongingnesss and love neeeds). Kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan hubungan
afektif atau ikatan emosional dengan individu lainnya, baik dengan
sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan
keluarga ataupun di masyarakat, misalnya rasa disayangi, diterima, dan
dibutuhkan oleh orang lain. Seorang guru harus mendapatkan perhatian
dan kasih sayang yang cukup dari lingkungan di tempat ia bekerja, jika
perhatian dan kasih sayang tersebut telah diberikan, maka ia akan
berusaha melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
Kebutuhan akan rasa harga diri (esteem needs). Kebutuhan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau
penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah
penghargaan dari orang lain. Misalnya hasrat untuk memperoleh
kekuatan pribadi dan mendapat penghargaaan atas apa-apa yang
dilakukannya. Guru yang merasa dihargai akan hasil kerjanya, maka dia
akan merasa nyaman dan lebih giat lagi untuk mendidik anak didiknya.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan
muncul apabila kebutuhan yang ada dibawahnya sudah terpenuhi
dengan baik. Misalnya pemusik menciptakan komposisi musik atau
seorang ilmuan menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan.
Seorang guru akan merasa bangga ketika pendapat dan masukannya
serta karya seorang guru dapat diterima dan diindahkan oleh sekolah. 13 Kelima faktor tersebut juga sangat berpengaruh dalam peningkatan
kinerja guru di sekolah. Kepala sekolah, sebagai pimpinan tertinggi
13
pada struktur organisasi sekolah seyogyanya dapat memenuhi kelima
aspek kebutuhan tersebut, sehingga guru dapat meningkatkan
produktifitas kerjanya dengan aman, nyaman, serta lebih giat lagi.
d. Pembinaan Kinerja Guru
Menurut Ali Imron, pembinaan guru secara terminologi diartikan
sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang
berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah,
pemilik sekolah dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar.14
Berbeda dengan pendapat Ali Imron, Suryo Subroto mengartikan
pembinaan atau pengembangan guru sebagai usaha-usaha melalui
keaktifan sendiri untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan
sehingga akan berguna dalam menjalankan kewajiban sebagai guru.15 Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
kegiatan pembinan terhadap guru dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain melalui bantuan orang lain, baik itu kepala sekolah,
pembina, ketua yayasan, pengawas dan instansi lain yang akan
memberikan pembinaan. Selain itu juga kegiatan pembinaan guru dapat
dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan, yaitu dengan keaktifan
dan kesadaran diri untuk mengembangkan potensi diri guru yang
bersangkutan.
Ali Imron mengelompokkan pembinaan guru menjadi tiga macam
pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara program pengajaran di kelas, Kedua, kemampuan guru dalam hal menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar anak didik, Ketiga, memperbaiki situasi belajar anak didik.16
14
Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1993) h. 9.
15
B. Surya Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta Bina Aksara, 1984) h. 147.
16
Dalam hal Pembinaan kemampuan guru dalam memelihara
program pengajaran di kelas, kepala sekolah harus mengetahui dan
memahami tahap-tahap proses pengajaran sehingga dapat membantu
kepala sekolah untuk melaksanakan pembinaan program pengajaran
kepada guru-guru. Selanjutnya kepala sekolah juga harus memahami
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi belajar anak didik,
seperti faktor motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan
guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi.
Jika kepala sekolah memahami faktor-faktor di atas, maka sangat
mudah bagi kepala sekolah untuk melakukan pembinaan kepada guru
dalam hal bagaimana evaluasi dan penilaian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar anak didik di sekolah. Maka kepala sekolah juga
hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak dengan para tenaga
kependidikan, agar mereka dapat mengemukakan berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai
tenaga kependidikan.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran-peran guru
tersebut apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan
komitmen, maka akan memajukan sekolah dengan keprofesionalannya
dalam mendidik anak. Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka yang
dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah hasil kerja
yang dicapai dan diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya melalui kualitas kerja, ketepatan waktu,
inisiatif dan kecakapan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 5
indikator, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, mengevalusi hasil pembelajaran, menindak lanjuti hasil
2. Supervisi Akademik Kepala Sekolah a. Pengertian Supervisi Akademik
Kegiatan supervisi akademis merupakan suatu bentuk layanan
professional yang dikembangkan utnuk meningkatkan profesionalisme
komponen sekolah khususnya guru dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik.
Menurut Made Midarta pengertian “supervisi adalah suatu proses
pembimbingan dari pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia
sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa, untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar, agar para siswa dapat
meningkat”.17 Supervisi ini dilakukan dalam rangka mengetahui permasalahan dalam proses pembelajaran sehingga dapat dilakukan
perbaikan.
Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.18 Dari definisi tersebut terlihat bahwa kegiatan supervisi yang dimaksud
bukan untuk mengawasi dalam pengertian mencari-cari kesalahan,
melainkan untuk memberikan bantuan dan arahan. Sebagaimana dikutip
Piet A. Sahertian, supervisi adalah suatu usaha menstimulus,
mengkoordinasi, dan membimbing secara kontinu pertumbuhan
guru-guru di sekolah baik secara individu maupun kolektif, agar lebih baik
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi
akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik berupa bantuan
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Sedangkan supervisi
manajerial menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan
17
Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 5.
18
administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya
pembelajaran.
Supervisi akademik adalah pembinaan yang menitikberatkan
pengamatan pada masa akademik yang langsung berada pada lingkup
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu
siswa ketika sedang dalam proses belajar. Dalam peranannya supervisi
akademik menjadi aspek kunci untuk memberikan dan memberdayakan
para guru dalam mengembangkan secara maksimum belajar siswanya.
19
Menurut Spanbauer yang dikutip oleh Rohiat, ada 3 hal dalam
melaksanakan supervisi, yaitu:
1) Libatkan guru dan semua staff dalam aktivitas penyelesaian
masalah, gunakan metode saintifik dasar dan prinsip-prinsip
mutu statistis, dan proses pengendaliannya.
2) Berbagilah tentang informasi manajemen sebanyak mungkin
untuk membantu membentuk komitmen mereka.
3) Terapkan komunikasi yang sistematis dan terus menerus antar
setiap orang yang terlibat dalam sekolah.20
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan akademik. Dengan demikian, guru membutuhkan
pengawasan dari seorang supervisor yang akan mengevaluasi dan
meningkatkan kualitas kinerjanya.
Menurut E. Mulyasa bahwasanya “pengawasan pendidikan ada dua yaitu pengawasan pendidikan internal yang dilakukan oleh kepala
sekolah dan pengawasan pendidikan eksternal yang dituntuk oleh
pemerintah. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor
19
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), Cet. Ke-1, h. 36-37.
20
yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.”21
Selanjutnya, untuk dapat mendefinisikan supervisi akademik
kepala sekolah, terlebih dahulu dirumuskan definisi kepala sekolah.
Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang
tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat
di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran.
Peran kepala sekolah bukan hanya sebagai peminpin namun juga
sebagai supervisor akademik bertindak sebagai stimulator, pembimbing
dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan pengajaran dan
menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
supervisi akademik kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah
dalam melaksanakan kegiatan pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah dalam mengembangkan
kemam puannya agar terjadi peningkatan dalam kinerjanya.
b. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik
Diantara berbagai tujuan yang banyak dijelaskan oleh para ahli, tujuan dari supervisi yaitu “untuk mengetahui apakah program sekolah/madrasah berjalan sebagaimana yang direncanakan, apa
hambatan yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut”.22
Menjelaskan bahwa tujuan umum supervisi adalah
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui
pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Selanjutnya menurut
21
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 111.
22Muhaimin, Suti’ah, Sugeng listyo Prabowo,
penulis bahwa tujuan supervisi adalah untuk membantu guru
meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dalam
melaksanakan pengajaran.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kata kunci dari
supervise akademik ialah memberikan layanan dan bantuan kepada
guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan
bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang
dilakukan guru di kelas.23 Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk menghadapi situasi yang berkembang
demi terciptanya perbaikan dan peningkatan atas proses yang telah
berlangsung sehingga terjadi perubahan baik proses pembelajaran
maupun kemampuan dari guru sebagai pelaksana pembelajaran.
Supervisi bukan sekedar untuk memperbaiki kemampuan mengajar
tetapi juga untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh guru. Hal
ini senada dengan pendapat yang dikemukakan Olive bahwa sasaran
(domain) supervisi pendidikan ialah24:
1) Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di
sekolah.
2) Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah.
3) Mengembangkan seluruh staf di sekolah.
Berdasarkan ketiga sasaran tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa selain guru harus dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan, guru juga harus diberikan semangat kerja dari kepala
sekolah sebagai pimpinan guna menambah gairah dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
23
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2000), h. 19.
24
c. Prinsip Supervisi Akademik
Pada masa lalu kegiatan supervisi dinilai lebih bersifat inspeksi,
yaitu lebih menekankan pada pengawasan, penilaian, dan mencari-cari
kesalahan. Padahal yang sebenarnya supervisi haruslah merupakan
kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan sistematis kepada
guru-guru agar mereka semakin berkembang dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajarannya di sekolah.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatan supervisi seorang
kepala sekolah harus berpegangan pada prinsip-prinsip supervisi seperti
yang dijelaskan di bawah ini:
1) Prinsip Demokratis
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perbaikan tidak
mungkin terjadi dengan paksaan dari atas terlepas dari
kemauan dan keinginan guru-guru. Oleh karena itu sebelum
pertolongan diberikan, kepala sekolah harus membangkitkan
terlebih dahulu mativasi pada guru-guru sehingga mereka
sadar sepenuhnya akan pentingnya perbaikan.
2) Prinsip Ilmiah
Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan supervisi
harus bersifat realistis. Sebelum kepala sekolah melakukan
kegiatan supervisi dia harus tahu terlbih dahulu sampai pada
tingkat mana pengetahuan, keterampilan, serta sikap-sikap
yang dimiliki oleh para guru yang disupervisinya, sehiingga
kepala sekolah akan tahu pertolongan apa yang harus diberikan
dan kegiatan supervisi menjadi realistis.
3) Prinsip Kerjasama
Prinsip kerjasama yang mengandung pengertian bahwa upaya
yang dilakukan adalah merupakan usaha bersama untuk
4) Prinsip Konstruktif
Prinsip ini hanay dapat dicapai apabila kepala sekolah mamapu
menunjukan segi-segi positif atau kekuatan-kekuatan yang
dimiliki oleh para guru, sehingga mereka memperoleh
kepuasan dalam bekerja. Kepuasan kerja akan memberikan
semanagat kepada guru untuk terus-meneurus berusaha
mengembangkan diri.
5) Prinsip Terpusat pada Guru
Pelaksanaan supervisi yang terpusat pada guru merupakan
sasarn pokok yang terdapat dalam kegiatan supervisi.
6) Prinsip Didasarkan atas Kebutuhan Guru
Prinsip ini mengandung suatu penekanan bahwa kegiatan
supervisi yang akan dilakukan didasarkan pada kebutuhan
guru. Kebutuhan guru disini berkaitan erat dengan proses
pembelajaran, misalnya guru mrngajar tanpa dilengkapi
dengan alat peraga. Untuk itu supervisor bisa member bantuan
kepada guru bagaimana cara membuat dan menggunakan alat
peraga agar proses pembelajaran lebih efektif.
7) Prinsip Sebagai Umpan Balik
Apabila pengawas atau kepala sekolah akan memberikan saran
atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin
agar tidak lupa. Umpan balik tersebut dimaksudkan agar guru
yang disupervisi menyadari kesalahan yang ditunjukan dan
menerima sepenuhnya serta dapat melakukan perbaikan atas
kesakahan tersebut.
8) Prinsip Profesional
Kata profesional menunjuk pada fungsi utama guru yang
melaksanakan pengajaran secara professional. Karenanya,
supervisi harus mengarahkan kepada hal-hal yang menyangkut
disebut pula dengan pelaksanaan proses pembelajaran di
kelas.25
Dari beberapa pendapat yang menjelaskan prinsip-prinsip
supervisi, peneliti lebih setuju dengan pendapat yang telah dijelaskan
oleh Umiarso dan Imam Gojali karena menurut peneliti pendapat ini
lebih jelas. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksaan supervisi akan meningkatkan proses pembelajaran jika hal
tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi yang berlaku.
d. Dimensi Supervisi Akademik
Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi atau
profesionalisme seorang guru dalam proses pembelajaran, sebagaimana
yang tercantum dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun
2005.
Seorang kepala sekolah dituntut memiliki keterampilan dalam
rangka melaksanakan perannya sebagai supervisor akademik yang baik.
Peran atau tugas kepala sekolah sebagai evaluator tentunya menilai
performa guru, oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki
keterampilan dalam menentukan teknik pengukuran, pengumpulan data,
menganalisis data, serta menentukan standar keberhasilan seorang guru
sehingga ketika terdapat kekurangan bisa langsung diperbaiki.
Secara garis besar supervisi itu dapat dibedakan menjadi supervisi
umum dan supervisi spesialis. Supervisor umum bertugas membina
profesi guru dan personalia sekolah lainnya secara umum, sedangkan
supervisor spesialis bertugas membina guru dalam bidang-bidang
khusus dan atau spesialisasi-spesialisasi mereka.26 Dari garis besar di atas terdapat tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang
supervisor akademik. Pertama, keterampilan teknis, keterampilan ini
25
Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,…, h. 293-298.
26
berhubungan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk
memformasikan tugas-tugas pokok yang berkenaan dengan posisi
supervisor. Kedua, keterampilan human relation atau hubungan manusia, kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memotivasi
dalam bekerja. Ketiga, kemampuan manajerial, yang brekenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan
prnting dalam mencapai tujuan.
Sedangkan bila merujuk pada Permendiknas No. 12 Tahun 2007,
standar kompetensi supervisi akademik yang harus dimiliki oleh
Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
[image:43.595.132.530.275.733.2](SMP/MTs), dapat dilihat pada table berikut:27 Tabel 2.1
Kompetensi Supervisi Akademik
No Kompetensi Sub Kompetensi
1
Merencanakan program
supervise akademik dalam
rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Memahami landasan teoritik
supervise akademik.
Memahami landasan hokum dan
kebijakan pemerintah di bidang
kurikulum dan pembelajaran.
Menyusun rencana supervisi
secara sistematis dengan
landasan teori dan peraturan
yang berlaku.
2
Melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat.
Menerapkan supervise yang
kontinyu, obyektif, konstruktif,
humanistic, dan kolaboratif.
Menerapkan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat.
27
3
Menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Menyusun kriteria keberhasilan
supervisi akademik.
Menyusun instrument supervisi
akademik.
Melaksanakan evaluasi hasil
supervisi.
Menyusun program tindak
lanjut.
Dengan demikian berdasarkan permendiknas di atas jelas bahwa
kompetensi tersebut sangat penting bagi seorang supervisor dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
e. Pendekatan dan Teknik Supervisi Akademik
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi
didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Pendekatan ini
dimaksudkan agar kegiatan supervisi yang dilaksanakan tidak
cenderung kepada mengemukakan beberapa pendekatan perilaku
supervisor, yaitu pendekatan langsung (direktif), pendekatan tidak langsung (non-direktif), dan pendekatan kolaboratif.28
Adapun penjelasan atas pendekatan-pendekatan tersebut sebagai
berikut:
1) Pendekatan Langsung (direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah
yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan
langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih
dominan.
Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap
psikologi behavioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa
28
segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respon terhadap
rangsangan/stimulus.29
2) Pendekatan Tidak Langsung (non-direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara
langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dahulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru.
la memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk
mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan
ini berdasarkan pemahaman psikologi humanistik. Psikologi
humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu.30 3) Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang
memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi
suatu cara pendekatan baru. Pendekatan ini didasarkan pada
psikologi kognitif.
Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah
perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang
pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan
aktivitas individu.31
Dalam melaksanakan supervisi akademik dapat digunakan
beberapa teknik supervisi yaitu teknik yang bersifat individual adalah
teknik yang dilakukan supervisor untuk seorang guru, misalnya
observasi kelas dan percakapan pribadi. Adapun teknik yang bersifat
kelompok adalah teknik yang dilakukan oleh supervisor untuk melayani
lebih dari satu guru dalam satu kelompok.
29
Zaenal Aqib, Membangun Profesional Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 196
30
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi pendidikan .., h. 48
31
Teknik ini dapat dilakukan misalnya dalam bentuk rapat guru,
diskusi panel, dan lain sebagainya.
1) Teknik individual
a) Kunjungan kelas
Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk
melihat cara guru mengajar di kelas. Dengan begitu
supervosir dapat melihat kesulitan yang dihadapi guru di
kelas, dengan demikian dari data tersebut guru dapat
didorong untuk memperbaiki kualitas mengajarnya.
b) Observasi kelas
Observasi dilakukan guna memperoleh data yang obyektif
sehingga dapat dianalisa mengenai kesulitan-kesulitan
yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki hal belajar
mengajar.
c) Percakapan pribadi
Percakapn dilakukan empat mata antara supervisor dengan
guru untuk mengetahui kesulitan guru dalam proses
belajar mengajar dengan tujuan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang dialami oleh
guru.
d) Saling mengunjungi kelas
Maksudnya adalah antara guru yang satu dengan yang lain
saling mengunjungi yang sedang mengajar dengan maksud
untuk bertukar pengalaman. Keuntungannya adalah bisa
saling memotivasi bagaimana teknik dan metode dalam
mengajar yang baik.
e) Menilai diri sendiri
Salah satu yang sulit adalah menilai diri sendiri, oleh
karena itu perlu dilakukan guna memperbaiki kelemahan
2) Teknik kelompok
Yang dimaksud dengan teknik kelompok adalah supervisi yang
dilaksanakan secara kelompok. Adapun kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain: 32 a) Rapat guru.
b) Mengadakan diskusi.
c) Mengadakan penataran.
Dalam melaksanakan supervisi seorang kepala sekolah dapat
menggunakan teknik yang mana saja, karena belum tentu teknik yang
digunakan cocok semua, oleh karena itu harus disesuaikan dengan
karakteristik guru tersebut.
f. Objek Supervisi Pendidikan
Objek pengkajian supervisi ialah perbaikan situasi belajar-mengajar
dalam arti yang luas.33 Lebih lanjut Sahertian menulis bahwa objek supervisi di masa yang akan datang mencakup.34:
1) Pembinaan Kurikulum
Guru-guru memerlukan bantuan dan penjelasan mengenai
penerapan suatu kurikulum, terlebih kurikulum tersebut baru
misalnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk itu, seperti yang ditulis oleh Sahertian bahwa : “... supervisor bertugas untuk memberikan pengertiari tentang apa sebenarnya
kurikulum itu, pendekatan yang digunakan dalam kurikulum.
Kegiatan dan pengalaman belajar, model pengembangan
kurikulum yang hendak diterapkan”.35
32
Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan,(Jakarta: Mutiara, 1984), h. 122
33
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi pendidikan ..., h. 26
34
Ibid,..., h. 27
35
2) Perbaikan Proses Pembelajaran
Penerapan kurikulum di sekolah tidak lepas dari peran serta
guru. Gurulah yang menerapkan kurikulum yang ada ke dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran t