• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Islamiyah Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Islamiyah Ciputat"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

GURU DI MTs. ISLAMIYAH CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Muhammad Altof Fatoni NIM 108018200018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

MUHAMMAD ALTHOF FATONI. NIM: 108018200018. Hubungan Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di MTs. Islamiyah Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah antara kinerja guru, seberapa besar kontribusi yang diberikan, dan apakah hal tersebut memiliki signifikasi atau tidak. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2014 di Madrasah Tsaniwiyah Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan berganda. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi akademik terhadap kinerja guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai thitung sebesar 0,811 sedangkan ttabel dengan N = 19 pada  (0,05) sebesar 0,456. Dengan demikian thitung (0,811) > ttabel (0,456), sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa supervisi akademik kepala sekolah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di MTs. Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan. Besarnya koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,657 yang merupakan pengkuadratan dari koefisien korelasi. Hal ini menunjukkan 65,7 % variabel kinerja guru (variabel Y) ditentukan oleh faktor variabel supervisi akademik kepala sekolah, sedangkan sisanya 34,3 % ditentukan faktor-faktor lain, yang dalam penelitian ini tidak dapat diteliti.

Dengan demikian terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs. Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan dan supervisi akademik kepala sekolah memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kinerja guru MTs. Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan.

(7)

ii

MUHAMMAD ALTHOF FATONI. NIM: 108018200018. Relations Implementation Supervision Academic Performance Against Principal Teacher at MTs. Islamiyah Ciputat, South Of Tangerang City. Education Management Department, Faculty of Science and Teaching of MT, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study aims to determine whether there is a relationship between the academic supervision of the school head between teacher performance, the contribution given, and whether it has significance or not. This study was conducted in August-November 2014 at Madrasah Islamiah Tsaniwiyah Ciputat South Tangerang City. The method used is survey method with quantitative approach. The sampling technique is purposive sampling. The research instrument used was a questionnaire with multiple choice form. While the correlation technique used is the product moment. The results found in this study that there is a significant relationship between the academic supervision of teacher performance.

The results showed that based on calculations, the value thitung 0.811 while ttabel with N = 19 at  (0.05) of 0.456. Thus thitung (0.811) > t table (0.456), so it is clear that Ho refused and Ha accepted. This shows that the academic supervision of the school head has a significant influence on the performance of teachers in MTs. Islamiyah Ciputat South Tangerang City. The magnitude of the coefficient of determination or R Square of 0.657 which is squaring the correlation coefficient. It shows 65.7% of teachers performance variable (Y) is determined by variable factors of the academic supervision of the school head, while the remaining 34.3% is determined other factors, which in this study can not be observed.

Thus there is a very strong and significant correlation between supervision of principals on teacher performance in MTs. Islamiyah Ciputat South Tangerang City and academic supervision headmaster made a great contribution in improving teacher performance MTs. Islamiyah Ciputat South Tangerang City.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Assalaamuíalaikum Wr.Wb.

Alhamdulillaahirabbilíaalamin. Puji serta syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami

memohom pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma salli ‘ala Muhammad, shalawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada

jalan yang diridhai Allah SWT.

Selama penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan, penulis banyak mendapatkan

dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dr. H. Fathi Ismail, MM selaku dosen pembimbing yang selalu

membimbing penulis dengan penuh kebijaksanaan dan

memberikan arahan-arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. Manerah, dosen pembimbing akademik yang telah memberikan

bimbingan akademik dan motivasi kepada penulis selama proses

perkuliahan.

5. Dr. Muarif Sam, Dosen terbaik dimata penulis.

6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu

(9)

iv

Jakarta dan perpustakaan-perpustakaan fakultas.

8. Ibunda tercinta Dra. Tatu Uyainah dan ayahanda Drs. Abdul Manan

yang telah memberikan dukungan moral, material, dan doa yang

menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.

9. Keluarga yang menjadi sumber inspirasi untuk berhasil dan sukses,

Ahmad Nu’man (adik), Mawaddah Zahrotul Amal (kakak),

Abdatirrahmah (Adik), Urfia Salsabila (adik).

10. Bapak Ketua Yayasan Pendidikan Islamiyah Ciputat Kota Tangerang

Selatan, semoga Allah memberi keberkahan dan kesehatan.

11. Drs. Aris Herdiana Kepala M.Ts Islamiyah Ciputat Kota Tangerang

Selatan, semoga Allah memberi keberkahan dan kesehatan.

12. Semua dewan guru dan siswa/siswi M.Ts Islamiyah Ciputat, yang

telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi.

13. Teman-teman kelas A KI-MP angkatan 2008 yang menjadi partner

selama proses perkuliahan, Keluarga besar IMMAN Jakarta, IKDAR,

Keluarga Besar Kosan Potlot Semanggi 2: Dede Munandar, S.Pd., Ali

Lukmanul Hakim, S.Pd., Khusni Zaini Harun, Abdul Kharis, S.Pd.,

Reghista, S.Pd., Raod Kamaluddin, S.Pd., Bangkit Erlangga, S.Sy., M.

Andhy raihan, S.Sy., M. Rizky Ramadhan, Barry febriandi, Mulky

Hayun, Galih Pribadi, Harianto, Muhammad Leonardo, S.Pd., Surotul

Hidayat, S.Pd., S.Pd., Salman Al-Farisi, S.Pd., Rudi Hartono, S.Pd.,

Muhammad Labib, S.Pd., Muhammad Subki, S.Pd., Ade Irma

Nurfatmalia, Kanda Dedi Chandra, S.Sos, Mengky Adi Budiman,

S.Sos, Mengky Sandi Lasmana, Mengky Yadi Nueradiwisesa, dan

(10)

v Wassalaamuíalaikum Wr.Wb.

Jakarta, 14 april 2015.

(11)

vi COVER SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI LEMBAR UJI REFERENSI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ...1

B. Identifikasi masalah ...6

C. Pembatasan Masalah ...6

D. Perumusan Masalah ...6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ...8

1. Kinerja Guru ...8

a. Pengertian Kinerja Guru ...8

b. Macam-macam Kinerja Guru ...10

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru ...17

(12)

vii

b. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik ...23

c. Prinsip Supervisi Akademik ...25

d. Dimensi Supervisi Akademik ...27

e. Pendekatan dan Teknik Supervisi Akademik ...29

f. Objek Supervisi Pendidikan ...32

g. Hakikat Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...33

B. Kerangka Berfikir ...35

C. Kerangka Berfikir ...37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...38

B. Metode Penelitian ...38

C. Populasi dan Sampel ...38

D. Teknik Pengumpulan Data ...39

E. Instrumen Penelitian ...40

F. Uji Instrumen ...42

G. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis ...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA A. Gambaran Umum Sekolah ...46

1. Sejarah Sekolah ...46

2. Profil Sekolah ...47

3. Visi dan Misi ...47

4. Struktur Organisasi ...49

5. Data Tenaga Kependidikan dan Pendidik ...49

6. Data Peserta Didik ...50

B. Deskripsi Hasil Data Penelitian ...50

1. Variabel X (Peningkatan Supervisi Kepala Sekolah) ....51

2. Variabel Y (Kinerja Guru) ...52

C. Uji Prasyarat Analisis Data ...52

(13)

viii

D. Interpretasi Data ...61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...63

B. Saran ...63

(14)

ix

Tabel 2.1 Kompetensi Supervisi Akademik ... 28

Tabel 2.2 Indikator Supervisi Akademik ... 35

Tabel 3.1 Grafik Penyusunan Skripsi ... 38

Tabel 3.2 Kisi – kisi Instrumen ... 40

Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi ... 45

Tabel 4.1 Data Tenaga Kependidikan dan Pendidik ... 49

Tabel 4.2 Data Peserta Didik ... 50

Tabel 4.3 Nilai Peningkatan Supervisi Kepala Sekolah ... 51

Tabel 4.4 Nilai Peningkatan Kinerja Guru ... 52

Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Variabel X ... 53

Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Variabel Y ... 54

Tabel 4.7 Koefesien Reabilitas Variabel X ... 56

Tabel 4.8 Koefesien Reabilitas Variabel Y ... 56

Tabel 4.9 Hasil Angket Variabel X dan Variabel Y ... 57

Tabel 4.10 Tabel Perhitungan Variabel X dan Variabel Y ... 58

(15)

x

Lampiran 1 : STRUKTUR ORGANISASI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT

Lampiran 2 : Instrumen Akreditasi SMP/MTs

Lampiran 3 : Instrumen Supervisi Manajemen Kepala Sekolah

Lampiran 4 : Instrumen Supervisi Kurikulum dan Pembelajaran Madrasah

Lampiran 5 : Format Perangkat Administrasi Guru

Lampiran 6 : Format Penilaian Kinerja Guru Penyusunan RPP

Lampiran 7 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 8 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Pelaksanaan Membuka dan

Menutup Pelajaran

Lampiran 9 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Variasi Stimulus

Pembelajaran

Lampiran 10 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Keterampilan Bertanya

Lampiran 11 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Memberikan Penguatan

Lampiran 12 : KUESIONER PENELITIAN

Lampiran 13 : PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 14 : SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Lampiran 15 : SURAT KETERANGAN PENELITIAN

(16)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang

sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna pendidikan,

yakni peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya. Dalam

menjaga proses tersebut, diperlukan adanya quality control yang mengawasai jalannya proses dalam mencapai tujuan pendidikan. Masyarakat telah menyadari

bahwa pendidikan mampu merubah paradigma manusia baik secara mental,

emosional, dan spritual. Pendidikan yang paling utama adalah membentuk

manusia agar menjadi manusia yang seutuhnya.

Sebagaimana tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan oleh sebab itu Warga Negara Indonesia tanpa memandang

status sosial, ras, etnis, agama, dan jender berhak memperoleh pelayanan

pendidikan yang bermutu. Dalam peraturan disebutkan bahwa pendidikan

diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Peraturan tersebut mempertegas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik yang

sesuai dengan bakat dan minatnya. Oleh karena itu, sekolah sebagai

penyelenggara pendidikan harus memiliki sumber daya manusia yang meliputi

Kepala Sekolah dan Guru yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik

sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki.

Sekolah adalah organisasi yang bersifat kompleks dan unik. Sehingga

memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu kepala sekolah yang

1

(17)

berhasil adalah tercapainya tujuan sekolah serta tujuan dari para individu yang ada

dalam lingkungan sekolah dan harus memahami dan menguasai peranan

organisasi dan hubungan kerja sama antara individu. Seorang kepala sekolah yang

ditugaskan untuk memimpin dan membawahi para pegawainya sangat dituntut

kepiawaiannya dalam mengelola dan mengorganisir lembaga pendidikan yang

dijalankannya.

Menjadi seorang kepala sekolah tidaklah mudah karena tidak secara

langsung seorang bisa menjadi kepala sekolah. Seperti yang di jelaskan tentang

asal-usul kepemimpinan yang terbagi menjadi dua yang itu “pemimpin dilahirkan” (leaders is born) dan “pemimpin di bentuk dan di tempat” (leaders are made). Jika dilihat dari kedua pandangan tersebut jelas bahwa kepala sekolah adalah “pemimpin yang di bentuk dan di tempa” artinya untuk menjadi kepala sekolah diperlukan pendidikan yang khusus dan melalui pelatihan-pelatihan.

Dengan di perolehnya pendidikan khusus dan pelatihan tersebut di harapkan

seorang kepala sekolah dapat memiliki kompetensi-kompetensi yang harus ada

dalam menjabat sebagai seorang pemimpin di sekolah.

Kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan

akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam

pembaruan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain:

1. Efektifitas pendidikan.

2. Kepemimpinan sekolah kuat.

3. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.

4. Budaya mutu.

5. Teamwork yang kompak.2

Seperti yang telah di jelaskan ciri-ciri kepala sekolah tersebut tidak jauh

berbeda dengan apa yang di uraikan dalam peraturan menteri pendidikan nasional

nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 tentang kompetensi yang harus di

miliki oleh kepala sekolah yaitu:

2

(18)

1. Kepribadian.

2. Manajerial.

3. Kewirausahaan.

4. Supervisi.

5. Sosial.3

Ciri-ciri tersebut yang harus dimiliki oleh kepala sekolah diharapkan dengan

dimilikinya ciri-ciri tersebut seorang kepala sekolah dapat menjalankan roda

kepemimpinannya di sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut.

Potret buram pendidikan Indonesia tak lepas dari pada peran serta pendidik

dan masyarakat itu sendiri, namun di setiap satuan pendidikan tak ayal kepala

sekolah yang memotivasi guru dalam menyemangati yang dicap gagal ketika

masyarakat malah berpersepsi bahwa gurulah yang tidak cakap mengajar, kepala

sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara

teknis manajerial saja, tetapi juga memikirkan pertumbuhan dan perkembangan

sekolahnya secara prestasi akademik. Dan juga mempunyai wewenang untuk

memperbaiki kualitas pendidikan dan mutu para guru di sekolahnya melalui

tugasnya sebagai supervisor.

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ialah

melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, guru merupakan komponen yang harus terus dibina dan

dikembangkan. Guru sebagai suatu profesi selalu tumbuh dan berkembang dan

perkembangan itu sipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal diantaranya yaitu

supervisi. Oleh karena itu supervisi pendidikan dianggap perlu.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan bahwa

tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan

dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu

usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan

proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah

meningkatkan hasil belajar siswa.

3

(19)

Kegiatan supervisi dapat dikatakan efektif apabila supervisi itu

menumbuhkan kesadaran yang mendalam kepada guru bahwa ia adalah seorang

pendidik yang mempunyai peran sangat penting di dalam keberhasilan proses

pembelajaran. Sehingga kegiatan supervisi akan mempengaruhi seorang guru

untuk selalu berusaha meningkatkan kinerjannya sesuai dengan standar

kompetensi seorang guru.

Memang tidak dapat sepenuhnya pendidikan menjadi tanggungjawab guru.

Perlu adanya koordinasi antara Pemerintahan, Dinas terkait, dan masyarakat juga

harus meningkatkan peran serta dan dukungannya dalam dunia pendidikan.

Adanya peraturan-peraturan dalam bidang pendidikan dan beberapa program

kebijakan yang diselenggarakan pemerintah merupakan satu bukti bahwa

pendidikan juga merupakan perhatian pemerintah.

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan

kepala sekolah dalam mensupervisi tenaga pendidik yang ada di sekolah. Kepala

sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat berpengaruh

dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kerja, serta

pemeliharaan sarana dan prasarana.

Dalam fungsinya sebagai penggerak para guru, kepala sekolah juga harus

mampu menggerakkan para guru agar kinerjanya menjadi meningkat karena guru

merupakan ujung tombak dalam mewujudkan manusia yang berkualitas. Guru

akan bekerja secara maksimum apabila di dukung oleh beberapa factor di

antaranya adalah kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor. Hal ini

menunjukan betapa pentingnya peran kepala sekolah sebagai supervisor untuk

melakukan supervisi akademik terhadap guru sebagai bentuk usaha untuk

meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Atas dasar beberapa pertimbangan dan masalah di atas, berbagai upaya

untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran terus dilakukan. Upaya

tersebut dilaksanakan melalui berbagai pelatihan: seperti pelatihan model

pembelajaran, pelatihan pembuatan alat peraga, pelatihan pengembangan silabus

(20)

dengan berbagai kompetensi yang baik. Kompetensi yang dimiliki tersebut

dimaksudkan agar dapat berguna bagi guru dalam melaksanakan kegiatannya di

sekolah.

MTs Islamiyah Ciputat sebagai salah satu lembaga pendidikan formal selalu

berupaya untuk meningkatkan kinerja guru melalui berbagai cara, misalnya

pendidikan dan pelatihan guru. Pada dasarnya, kinerja guru di MTs Islamiyah

Ciputat sudah baik. Hanya saja, bila dilihat dari sisi kemampuan guru secara

akademik masih terdapat beberapa kesulitan yang mendasar seperti pembuatan

RPP, penggunaan media pembelajaran, penggunaan teknologi dan informasi dan

pengembangan kurikulum, apalagi dengan adanya kurikulum baru yaitu

kurikulum 2013, guru merasa kesulitan dan menuntut guru berpikir keras untuk

memahami apa yang menjadi tujuan dari kurik ulum tersebut. Kesulitan-kesulitan

tersebut harus menjadi perhatian penting bagi kepala sekolah untuk memberikan

pembekalan dan pembinaan terhadap kompetensi para guru. Selain itu

permaslahan utamanya adalah kepala sekolah dalam menjalankan supervise

akademik masih kurang maksimal, karena hasil observasi awal peneliti kepala

sekolah sibuk dengan urusan external sekolah, kepala sekolah jarang menghadiri

rapat rapat yang berkaitan dengan kegiatan akademik, seperti Rapat pembahasan

tentang kegiatan akademik sekolah.

Berdasarkan pada berbagai uraian di atas, diketahui bahwa bila kemampuan

supervisi akademik kepala sekolah kurang baik, maka kegiatan supervisi tidak

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Padahal kegiatan supervisi yang

baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru. Kegiatan supervisi yang

dilaksanakan bukan hanya untuk mencari-cari kesalahan, akan tetapi merupakan

upaya perbaikan, maka harapan untuk meningkatkan kinerja guru tidak hanya

sekedar harapan tapi menjadi sebuah tahapan yang harus terus dilaksanakan.

Atas dasar pemikiran seperti yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

tertarik untuk mendalami "Hubungan Pelaksanaa Supervisi Akademik Kepala

Sekolah Dengan Kinerja Guru di MTs Islamiyah Ciputat" sebagai judul dari

(21)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya intensitas pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah.

2. Kurangnya pembinaan dan pelatihan dalam bentuk supervisi akademik yang diberikan sekolah kepada guru di MTs Islamiyah Ciputat.

C.

Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah sebagaimana yang telah dipaparkan, diketahui

bahwa partisipasi kepala sekolah belum melaksanakan supervisi akademik secara

maksimal dalam meningkatkan kinerja guru, maka penulis membatasi masalahnya pada “semakin sering intensitas supervisi akademik kepala sekola hmaka semakin meningkat kinerja guru”.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas dan untuk memfokuskan

penelitian ini maka dibuat perumusan masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di MTs Islamiyah Ciputat?

2. Adakah hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs Islamiyah Ciputat berdasarkan bukti empiris?

E.

Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara

supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru. Di samping itu, penelitian

ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain:

(22)

dilakukan dalam pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan

kompetensi supervisi akademik kepala sekolah dan kinerja guru.

2. Bagi sekolah, sebagai informasi dan masukan bagi MTs Islamiyah Ciputat dalam pengembangan kinerja guru melalui kegiatan supervisi

akademik kepala sekolah.

3. Bagi pemerintah, sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan untuk mengembangkan kompetensi guru dan kepala

(23)

8

HIPOTESIS

A.

Kajian Teori

1. Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Dalam proses pembelajaran guru sebagai tenaga pendidik

merupakan pemimpin dan orang yang bersentuhan langsung dengan

peserta didik di kelas. Kepemimpinan seorang guru di kelas

mencerminkan bagaimana guru melasanakan peran dan tugasnya

sebagai pendidik. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut kualitas

kinerja guru sangat menentukan hasil pendidikan, oleh karena itu perlu

dipahami makna dari kinerja guru.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai

sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan

kerja.1 Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (Job Performance). Secara etimologis performance berasal dari kata “to perform” yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Jadi kinerja adalah tindakan menampilkan atau melaksanakan suatu kegiatan.2 Oleh karena itu kinerja dapat juga diartikan sebagai perilaku kerja yang

ditunjukan oleh seseorang atas tugas dan tanggungjawab yang diberikan

kepadanya.

Anwar Prabu Mangkunegara merumuskan bahwa kinerja

merupakan prestasi kerja atau hasil kerja secara kualitas yang dicapai

oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Cet, 4, h. 570.

2

(24)

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.3 Sementara itu kinerja dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh

Robert L. Mathis dan Jhon H. Jackson dijelaskan juga bahwa kiner pada

dasarnya adalah apa yang telah dikerjakan juatau dilakukan oleh

karyawan.4 Menurut hemat penulis, kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan strategi organisasi,

kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi yang baik. Dengan

demikian, kinerja adalah melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai

dari pekerjaan tersebut.

Sekolah sebagai suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan organisasi untuk

dicapai. Tujuan organisasi dapat berupa perbaikan pelayanan

pelanggan, pemenuhan permintaan pasar, peningkatan kualitas produk

atau jasa, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan kinerja

organisasi. Setiap organisasi seperti sekolah, dapat menentukan

tujuannya sendiri. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil

kerja atau prestasi kerja organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja

organisasi. Hasil kerja organisasi sekolah sebagai lembaga pendidikan

diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan oleh guru dan

civitas akademik lainnya yang ada di dalam sekolah.

Guru sebagai salah satu komponen penting dalam sebuah

organisasi sekolah, diharuskan memiliki potensi mumpuni sesuai

dengan profesinya sebagai guru, lalu ia juga harus mampu

menyampaikan dengan baik semua potensi yang dimiliki dalam bentuk

pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Wirawan

tentang konsep kinerja. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh

fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi

3

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 4, h. 67.

4

(25)

dalam waktu tertentu.5 Dalam proses pembelajaran guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin dan orang yang bersentuhan langsung

dengan peserta didik di kelas. Kepemimpinan seorang guru di kelas

mencerminkan bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya

sebagai pendidik. Untuk mencapai tujuan tersebut kualitas kinerja guru

perlu ditingkatkan melalui aktivitas organisasi.

Menurut pendapat Wibowo, aktivitas organisasi dapat berupa

pengelolaan sumber daya organisasi maupun proses pelaksanaan kerja

yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk menjamin

agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan,

diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.6 Dengan demikian, menurut hemat penulis seberapa baik kita mengelola kinerja

bawahan akan secara langsung memengaruhi tidak hanya kinerja

masing-masing pekerja secara individu dan unit kerjanya, tetapi juga

kinerja seluruh organisasi.

Dari beberapa pengertian kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja guru dalam meningkatkan produktivitas sekolah bukan

semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya,

melainkan kualitas unjuk kerja juga penting diperhatikan. Yaitu

produktivitas dengan tolok ukur berdasarkan tingkatannya; prestasi

kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, dan unjuk kerja.

b. Macam-macam Kinerja Guru

Berkenaan dengan standar kinerja guru Piet A. Sahertian

menyatakan bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan dengan

kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti; bekerja dengan

siswa secara individual, persiapan dan perencanaan pembelajaran,

pendayagunaan media pembelajaran, melibatkan siswa dalam berbagai

pengalaman belajar, dan kepemimpinan yang aktif dari guru. Kinerja

5

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia; Teori, Aplikasi, dan Penelitian, ( Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 5.

6

(26)

guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan kriteria kompetensi yang

harus dimiliki setiap guru.

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana

seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Dalam hal ini ukuran kinerja

guru adalah sesuai dengan yang dijelaskan dalam UU No. 14 Tahun

2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 35:

1) Ayat (1) Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu

merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta

didik, serta melaksanakan tugas tambahan.

2) Ayat (2) Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat 1

adalah sekurang-kurangnya 24 ( dua puluh empat ) jam tatap

muka dan sebanyak-banyaknya 40 ( empat puluh ) jam tatap

muka dalam 1 minggu tersebut merupakan bagian jam kerja

dari jam kerja sebagai pegawai yang secara keseluruhan paling

sedikit 37,5 ( tiga puluh tujuh koma lima ) jam kerja dalam 1

minggu.

3) Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja guru

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan

Peraturan Pemerintah.7

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 30 Tahun 2011

tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan:

1) Jam wajib mengajar guru minimal 24 jam per minggu.

Maksimal 40 Jam per minggu.

2) Guru yang mendapat tugas tambahan :

a) Kepala Madrasah ekuivalen dengan 18 jam, minimal wajib

mengajar 6 jam.

7

(27)

b) Wakil Kepala Madrasah ekuivalen dengan 12 jam,

minimal wajib mengajar 12 jam (Khusus MTs dan MA).

c) Kepala Perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, minimal

wajib mengajar 12 jam.

d) Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga

minimal wajib mengajar 12 jam.

3) Pemenuhan jam bagi guru bersertifikat pendidik.

a) Wajib mengajar sesuai dengan mata pelajaran pada

sertifikat pendidik. Tidak dibenarkan mengajar mata

pelajaran yang lain maupun serumpun.

b) Guru yang mengajar pada Kejar Paket A, B, atau C tidak

bisa diperhitungkan jam mengajarnya.

c) Guru Mapel dengan jenis pelajaran umum pada MTs/ MA

tidak diperkenankan mengajar pada RA/ MI.

d) Penambahan jam pada struktur kurikulum paling banyak 4

jam per minggu berdasarkan standar isi KTSP.

e) Program pengayaan atau remedial teaching tidak

diperhitungkan jam mengajarnya.

f) Pembelajaran ekstrakurikuler tidak diperhitungkan jam

mengajarnya, meskipun sesuai dengan sertifikasi mata

pelajaran.

g) Pemecahan Rombel dari 1 kelas menjadi 2 kelas

diperbolehkan, dengan syarat dalam 1 kelas jumlah siswa

minimal adalah 20 siswa.

h) Pembelajaran Team teaching tidak diperbolehkan.

i) Mata Pelajaran yang serumpun adalah IPA dan IPS. Dan

hanya berlaku pada tingkat MTs.

j) Guru yang bersertifikat pendidik dengan pelajaran

Biologi, Fisika, Kimia, Sosiologi, Antropologi, Geografi

(28)

k) Pengembangan diri siswa tidak diperhitungkan jam

mengajarnya.

l) Beban mengajar guru BK adalah membimbing minimal

150 siswa/ tahun. Dan tidak bisa ditambah dengan

mengajar suatu mata pelajaran.

m) Mengajar di luar Satminkal tetap diperhitungkan dengan

syarat mengajar sesesuai keperuntukan sertifikat

pendidiknya.

n) Wajib melaksanakan kewajiban guru sebagaimana tertulis

dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas

dari Dirjend PMPTK Kemendiknas tahun 2009.8

Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil pendapat bahwa

indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga

kegiatan pembelajaran di kelas yaitu:

1) Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran.

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap

yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan

ajar.

Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses

penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan

pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan

kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan

metode serta strategi pembelajaran:

8

(29)

a) Pengelolaan kelas.

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna

mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan

adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan

kelas.

b) Penggunaan media dan sumber belajar.

Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajran yang

perlu dikuasai guru di samping pengeloaan kelas adalah

menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar.

c) Penggunaan metode pembelajaran.

Kemampuan yang berikutnya adalah penggunaan metode

pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan

menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi

yang akan disampaikan.

3) Penilaian Pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang

ditunjukkan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan

pemebelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah

dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki

kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara

evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan

penggunaan hasil evaluasi.9

Selain pendapat di atas, penjelasan mengenai tugas pokok guru

juga dikemukakan oleh Sukadi sebagai berikut:

1) Merencanakan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran harus dilakukan oleh seorang guru

sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perencanaan

pembelajaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi guru

9

(30)

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses

pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Perencanan itu dapat berupa perencanaan jangka pendek,

menengah dan jangka panjang berupa silabus dan RPP sebagai

pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

2) Melaksanakan Pembelajaran

Untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah

dibuat, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang

baik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar ini

meliputi: kemampuan dalam membuka pelajaran,

melaksanakan inti proses belajar mengajar, dan menutup

pelajaran.

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus

mampu menyampaikan materi dengan baik, menggunakan

metode dan media pembelajaran yang tepat, mengajukan

pertanyaan dan memberikan penguatan. Hal tersebut harus

dilaksanakan oleh guru dengan baik agar tercipta kegiatan

pembelajaran yang baik.

3) Mengevaluasi Hasil Pembelajaran

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru diharapkan

untuk melaksanakan evaluasi/penilaian. Kemampuan guru

dalam mengevaluasi pembelajaran ini meliputi: kemampuan

dalam melaksanakan tes, mengolah hasil penilaian,

melaporkan hasil penilaian, dan melaksanakan program

remedial/perbaikan pembelajaran. Penilaian/evaluasi ini

dimaksudkan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik

dalam hal penguasaan materi pelajaran yang telah ditetapkan.

4) Menindak lanjuti Hasil Evaluasi Pembelajaran

Program remedial/perbaikan pembelajaran pada dasarnya

(31)

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat ditentukan

materi mana saja yang perlu untuk dilakukan pendalaman dan

materi yang dianggap telah dikuasai oleh peserta didik

sehingga tidak perlu dilakukan pendalaman materi.

5) Melakukan Bimbingan dan Konseling

Berbagai latar belakang siswa yang berbeda akan

menimbulkan perbedaan dalam kegiatan belajarnya. Dari

kondisi seperti itu, adakalanya terdapat siswa yang

membutuhkan bantuan guru untuk menyelesaikan

permasalahannya, baik melalui bantuan secara akademis

maupun secara psikologis. Guru harus mampu berperan

sebagai seorang konselor bagi siswanya. Melalui bantuan dan

bimbingan dari guru, diharapkan permasalahan yang dialami

siswa dapat diatasi. 10

Pendapat selanjutnya menurut Hamzah B. Uno yang dikutip dari

Uzer juga menjelaskan mengenai tugas guru sebagai suatu profesi

meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai

hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK,

sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta

didik.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di

sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta

didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai makhluk

bermain (homoludens), sebagai makhluk remaja/berkarya (homopither), dan sebagai makhluk berpikir/dewasa (homosapiens) dan membantu peserta didik dalam mentransformasikan drinya sebagai upaya

pembentukan sikap dan membantu peserta dalam mengidentifikasi diri

peserta itu sendiri.11

10

Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2006), h.26

11

(32)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Kinerja merupakan penampilan kerja seseorang dalam menjalankan

tugas dan fungsinya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan.

Dalam kenyataanya, banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

seseorang dalam bekerja.

Abraham H. Maslow, mengemukakan bahwa ”man is waiting

being -he always wants, and lie wants more. This process is unending. A satisfied needs is not motivator of behavior. Only unsatisfied need motive behaviour. Man’s need are arrange in a series of level (Orang adalah makhluk yang berkeinginan selalu ingin dan ingin lebih banyak.

Proses ini tiada mengenal henti. Suatu kebutuhan yang telah

memuaskan tidak menjadi motivator perilaku. Hanya

kebutuhan-kebutuhan yang belum terpuaskan menjadi motivator perilaku.

Kebutuhan manusia tersusun dan berjenjang).12

Maslow dalam teori hirarki kebutuhan, menurutnya motivasi dan

kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh lima kategori kebutuhan yaitu:

kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, kebutuhan akan rasa

harga diri, serta kebutuhan akan aktualisasi diri.

Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan ini paling rendah tingkatannya, dan memerlukan pemenuhan yang paling

mendesak, misalnya kebutuhan akan makanan, minuman, air, dan

udara. Kebutuhan ini juga dapat mempengaruhi kinerja guru. Jika guru

sudah merasa aman akan kebutuhan yang sifatnya mendesak ini, maka

guru tinggal memikirkan hal yang lain yang lebih bermanfaat bagi tugas

dan tanggungjawabnya sebagai guru.

Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan tingkat kedua ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh

ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya,

misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan

atas tindakan yang sewenang-wenang. Kebutuhan ini juga sangat

12

(33)

mempengaruhi kinerja guru, seorang guru yang merasa tidak tenang

akan keterpenuhannya tempat tinggal dan perlindungan tindak

sewenang-wenang, maka pikirannya tidak terfokus pada kerja dan

profesionalnya, melainkan ia akan memikirkan keamanan dan

kenyamanan di tempat ia bekerja.

Kebutuhan kasih sayang (belongingnesss and love neeeds). Kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan hubungan

afektif atau ikatan emosional dengan individu lainnya, baik dengan

sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan

keluarga ataupun di masyarakat, misalnya rasa disayangi, diterima, dan

dibutuhkan oleh orang lain. Seorang guru harus mendapatkan perhatian

dan kasih sayang yang cukup dari lingkungan di tempat ia bekerja, jika

perhatian dan kasih sayang tersebut telah diberikan, maka ia akan

berusaha melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

Kebutuhan akan rasa harga diri (esteem needs). Kebutuhan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau

penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah

penghargaan dari orang lain. Misalnya hasrat untuk memperoleh

kekuatan pribadi dan mendapat penghargaaan atas apa-apa yang

dilakukannya. Guru yang merasa dihargai akan hasil kerjanya, maka dia

akan merasa nyaman dan lebih giat lagi untuk mendidik anak didiknya.

Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan

muncul apabila kebutuhan yang ada dibawahnya sudah terpenuhi

dengan baik. Misalnya pemusik menciptakan komposisi musik atau

seorang ilmuan menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan.

Seorang guru akan merasa bangga ketika pendapat dan masukannya

serta karya seorang guru dapat diterima dan diindahkan oleh sekolah. 13 Kelima faktor tersebut juga sangat berpengaruh dalam peningkatan

kinerja guru di sekolah. Kepala sekolah, sebagai pimpinan tertinggi

13

(34)

pada struktur organisasi sekolah seyogyanya dapat memenuhi kelima

aspek kebutuhan tersebut, sehingga guru dapat meningkatkan

produktifitas kerjanya dengan aman, nyaman, serta lebih giat lagi.

d. Pembinaan Kinerja Guru

Menurut Ali Imron, pembinaan guru secara terminologi diartikan

sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang

berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah,

pemilik sekolah dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk

meningkatkan proses dan hasil belajar.14

Berbeda dengan pendapat Ali Imron, Suryo Subroto mengartikan

pembinaan atau pengembangan guru sebagai usaha-usaha melalui

keaktifan sendiri untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan

sehingga akan berguna dalam menjalankan kewajiban sebagai guru.15 Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

kegiatan pembinan terhadap guru dapat dilakukan dengan berbagai

cara, antara lain melalui bantuan orang lain, baik itu kepala sekolah,

pembina, ketua yayasan, pengawas dan instansi lain yang akan

memberikan pembinaan. Selain itu juga kegiatan pembinaan guru dapat

dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan, yaitu dengan keaktifan

dan kesadaran diri untuk mengembangkan potensi diri guru yang

bersangkutan.

Ali Imron mengelompokkan pembinaan guru menjadi tiga macam

pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara program pengajaran di kelas, Kedua, kemampuan guru dalam hal menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar anak didik, Ketiga, memperbaiki situasi belajar anak didik.16

14

Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1993) h. 9.

15

B. Surya Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta Bina Aksara, 1984) h. 147.

16

(35)

Dalam hal Pembinaan kemampuan guru dalam memelihara

program pengajaran di kelas, kepala sekolah harus mengetahui dan

memahami tahap-tahap proses pengajaran sehingga dapat membantu

kepala sekolah untuk melaksanakan pembinaan program pengajaran

kepada guru-guru. Selanjutnya kepala sekolah juga harus memahami

faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi belajar anak didik,

seperti faktor motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan

guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan

keterampilan guru dalam berkomunikasi.

Jika kepala sekolah memahami faktor-faktor di atas, maka sangat

mudah bagi kepala sekolah untuk melakukan pembinaan kepada guru

dalam hal bagaimana evaluasi dan penilaian terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar anak didik di sekolah. Maka kepala sekolah juga

hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak dengan para tenaga

kependidikan, agar mereka dapat mengemukakan berbagai

permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai

tenaga kependidikan.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran-peran guru

tersebut apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan

komitmen, maka akan memajukan sekolah dengan keprofesionalannya

dalam mendidik anak. Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka yang

dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah hasil kerja

yang dicapai dan diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya melalui kualitas kerja, ketepatan waktu,

inisiatif dan kecakapan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 5

indikator, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, mengevalusi hasil pembelajaran, menindak lanjuti hasil

(36)

2. Supervisi Akademik Kepala Sekolah a. Pengertian Supervisi Akademik

Kegiatan supervisi akademis merupakan suatu bentuk layanan

professional yang dikembangkan utnuk meningkatkan profesionalisme

komponen sekolah khususnya guru dalam menjalankan tugasnya

sebagai pendidik.

Menurut Made Midarta pengertian “supervisi adalah suatu proses

pembimbingan dari pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia

sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa, untuk

memperbaiki situasi belajar mengajar, agar para siswa dapat

meningkat”.17 Supervisi ini dilakukan dalam rangka mengetahui permasalahan dalam proses pembelajaran sehingga dapat dilakukan

perbaikan.

Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai

sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.18 Dari definisi tersebut terlihat bahwa kegiatan supervisi yang dimaksud

bukan untuk mengawasi dalam pengertian mencari-cari kesalahan,

melainkan untuk memberikan bantuan dan arahan. Sebagaimana dikutip

Piet A. Sahertian, supervisi adalah suatu usaha menstimulus,

mengkoordinasi, dan membimbing secara kontinu pertumbuhan

guru-guru di sekolah baik secara individu maupun kolektif, agar lebih baik

mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi

pengajaran.

Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi

akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik berupa bantuan

pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Sedangkan supervisi

manajerial menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan

17

Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 5.

18

(37)

administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya

pembelajaran.

Supervisi akademik adalah pembinaan yang menitikberatkan

pengamatan pada masa akademik yang langsung berada pada lingkup

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu

siswa ketika sedang dalam proses belajar. Dalam peranannya supervisi

akademik menjadi aspek kunci untuk memberikan dan memberdayakan

para guru dalam mengembangkan secara maksimum belajar siswanya.

19

Menurut Spanbauer yang dikutip oleh Rohiat, ada 3 hal dalam

melaksanakan supervisi, yaitu:

1) Libatkan guru dan semua staff dalam aktivitas penyelesaian

masalah, gunakan metode saintifik dasar dan prinsip-prinsip

mutu statistis, dan proses pengendaliannya.

2) Berbagilah tentang informasi manajemen sebanyak mungkin

untuk membantu membentuk komitmen mereka.

3) Terapkan komunikasi yang sistematis dan terus menerus antar

setiap orang yang terlibat dalam sekolah.20

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi

akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi

pencapaian tujuan akademik. Dengan demikian, guru membutuhkan

pengawasan dari seorang supervisor yang akan mengevaluasi dan

meningkatkan kualitas kinerjanya.

Menurut E. Mulyasa bahwasanya “pengawasan pendidikan ada dua yaitu pengawasan pendidikan internal yang dilakukan oleh kepala

sekolah dan pengawasan pendidikan eksternal yang dituntuk oleh

pemerintah. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor

19

Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), Cet. Ke-1, h. 36-37.

20

(38)

yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.”21

Selanjutnya, untuk dapat mendefinisikan supervisi akademik

kepala sekolah, terlebih dahulu dirumuskan definisi kepala sekolah.

Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang

tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu

sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat

di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid

yang menerima pelajaran.

Peran kepala sekolah bukan hanya sebagai peminpin namun juga

sebagai supervisor akademik bertindak sebagai stimulator, pembimbing

dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan pengajaran dan

menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.

Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

supervisi akademik kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah

dalam melaksanakan kegiatan pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah dalam mengembangkan

kemam puannya agar terjadi peningkatan dalam kinerjanya.

b. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik

Diantara berbagai tujuan yang banyak dijelaskan oleh para ahli, tujuan dari supervisi yaitu “untuk mengetahui apakah program sekolah/madrasah berjalan sebagaimana yang direncanakan, apa

hambatan yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut”.22

Menjelaskan bahwa tujuan umum supervisi adalah

mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui

pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Selanjutnya menurut

21

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 111.

22Muhaimin, Suti’ah, Sugeng listyo Prabowo,

(39)

penulis bahwa tujuan supervisi adalah untuk membantu guru

meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dalam

melaksanakan pengajaran.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kata kunci dari

supervise akademik ialah memberikan layanan dan bantuan kepada

guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan

bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang

dilakukan guru di kelas.23 Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk menghadapi situasi yang berkembang

demi terciptanya perbaikan dan peningkatan atas proses yang telah

berlangsung sehingga terjadi perubahan baik proses pembelajaran

maupun kemampuan dari guru sebagai pelaksana pembelajaran.

Supervisi bukan sekedar untuk memperbaiki kemampuan mengajar

tetapi juga untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh guru. Hal

ini senada dengan pendapat yang dikemukakan Olive bahwa sasaran

(domain) supervisi pendidikan ialah24:

1) Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di

sekolah.

2) Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah.

3) Mengembangkan seluruh staf di sekolah.

Berdasarkan ketiga sasaran tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa selain guru harus dibekali dengan pengetahuan dan

keterampilan, guru juga harus diberikan semangat kerja dari kepala

sekolah sebagai pimpinan guna menambah gairah dalam melaksanakan

proses pembelajaran.

23

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2000), h. 19.

24

(40)

c. Prinsip Supervisi Akademik

Pada masa lalu kegiatan supervisi dinilai lebih bersifat inspeksi,

yaitu lebih menekankan pada pengawasan, penilaian, dan mencari-cari

kesalahan. Padahal yang sebenarnya supervisi haruslah merupakan

kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan sistematis kepada

guru-guru agar mereka semakin berkembang dalam meningkatkan

kualitas proses pembelajarannya di sekolah.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatan supervisi seorang

kepala sekolah harus berpegangan pada prinsip-prinsip supervisi seperti

yang dijelaskan di bawah ini:

1) Prinsip Demokratis

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perbaikan tidak

mungkin terjadi dengan paksaan dari atas terlepas dari

kemauan dan keinginan guru-guru. Oleh karena itu sebelum

pertolongan diberikan, kepala sekolah harus membangkitkan

terlebih dahulu mativasi pada guru-guru sehingga mereka

sadar sepenuhnya akan pentingnya perbaikan.

2) Prinsip Ilmiah

Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan supervisi

harus bersifat realistis. Sebelum kepala sekolah melakukan

kegiatan supervisi dia harus tahu terlbih dahulu sampai pada

tingkat mana pengetahuan, keterampilan, serta sikap-sikap

yang dimiliki oleh para guru yang disupervisinya, sehiingga

kepala sekolah akan tahu pertolongan apa yang harus diberikan

dan kegiatan supervisi menjadi realistis.

3) Prinsip Kerjasama

Prinsip kerjasama yang mengandung pengertian bahwa upaya

yang dilakukan adalah merupakan usaha bersama untuk

(41)

4) Prinsip Konstruktif

Prinsip ini hanay dapat dicapai apabila kepala sekolah mamapu

menunjukan segi-segi positif atau kekuatan-kekuatan yang

dimiliki oleh para guru, sehingga mereka memperoleh

kepuasan dalam bekerja. Kepuasan kerja akan memberikan

semanagat kepada guru untuk terus-meneurus berusaha

mengembangkan diri.

5) Prinsip Terpusat pada Guru

Pelaksanaan supervisi yang terpusat pada guru merupakan

sasarn pokok yang terdapat dalam kegiatan supervisi.

6) Prinsip Didasarkan atas Kebutuhan Guru

Prinsip ini mengandung suatu penekanan bahwa kegiatan

supervisi yang akan dilakukan didasarkan pada kebutuhan

guru. Kebutuhan guru disini berkaitan erat dengan proses

pembelajaran, misalnya guru mrngajar tanpa dilengkapi

dengan alat peraga. Untuk itu supervisor bisa member bantuan

kepada guru bagaimana cara membuat dan menggunakan alat

peraga agar proses pembelajaran lebih efektif.

7) Prinsip Sebagai Umpan Balik

Apabila pengawas atau kepala sekolah akan memberikan saran

atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin

agar tidak lupa. Umpan balik tersebut dimaksudkan agar guru

yang disupervisi menyadari kesalahan yang ditunjukan dan

menerima sepenuhnya serta dapat melakukan perbaikan atas

kesakahan tersebut.

8) Prinsip Profesional

Kata profesional menunjuk pada fungsi utama guru yang

melaksanakan pengajaran secara professional. Karenanya,

supervisi harus mengarahkan kepada hal-hal yang menyangkut

(42)

disebut pula dengan pelaksanaan proses pembelajaran di

kelas.25

Dari beberapa pendapat yang menjelaskan prinsip-prinsip

supervisi, peneliti lebih setuju dengan pendapat yang telah dijelaskan

oleh Umiarso dan Imam Gojali karena menurut peneliti pendapat ini

lebih jelas. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pelaksaan supervisi akan meningkatkan proses pembelajaran jika hal

tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi yang berlaku.

d. Dimensi Supervisi Akademik

Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi atau

profesionalisme seorang guru dalam proses pembelajaran, sebagaimana

yang tercantum dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

2005.

Seorang kepala sekolah dituntut memiliki keterampilan dalam

rangka melaksanakan perannya sebagai supervisor akademik yang baik.

Peran atau tugas kepala sekolah sebagai evaluator tentunya menilai

performa guru, oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki

keterampilan dalam menentukan teknik pengukuran, pengumpulan data,

menganalisis data, serta menentukan standar keberhasilan seorang guru

sehingga ketika terdapat kekurangan bisa langsung diperbaiki.

Secara garis besar supervisi itu dapat dibedakan menjadi supervisi

umum dan supervisi spesialis. Supervisor umum bertugas membina

profesi guru dan personalia sekolah lainnya secara umum, sedangkan

supervisor spesialis bertugas membina guru dalam bidang-bidang

khusus dan atau spesialisasi-spesialisasi mereka.26 Dari garis besar di atas terdapat tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang

supervisor akademik. Pertama, keterampilan teknis, keterampilan ini

25

Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,…, h. 293-298.

26

(43)

berhubungan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk

memformasikan tugas-tugas pokok yang berkenaan dengan posisi

supervisor. Kedua, keterampilan human relation atau hubungan manusia, kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memotivasi

dalam bekerja. Ketiga, kemampuan manajerial, yang brekenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan

prnting dalam mencapai tujuan.

Sedangkan bila merujuk pada Permendiknas No. 12 Tahun 2007,

standar kompetensi supervisi akademik yang harus dimiliki oleh

Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

[image:43.595.132.530.275.733.2]

(SMP/MTs), dapat dilihat pada table berikut:27 Tabel 2.1

Kompetensi Supervisi Akademik

No Kompetensi Sub Kompetensi

1

Merencanakan program

supervise akademik dalam

rangka peningkatan

profesionalisme guru.

Memahami landasan teoritik

supervise akademik.

Memahami landasan hokum dan

kebijakan pemerintah di bidang

kurikulum dan pembelajaran.

Menyusun rencana supervisi

secara sistematis dengan

landasan teori dan peraturan

yang berlaku.

2

Melaksanakan supervisi

akademik terhadap guru dengan

menggunakan pendekatan dan

teknik supervisi yang tepat.

Menerapkan supervise yang

kontinyu, obyektif, konstruktif,

humanistic, dan kolaboratif.

Menerapkan pendekatan dan

teknik supervisi yang tepat.

27

(44)

3

Menindaklanjuti hasil supervisi

akademik terhadap guru dalam

rangka peningkatan

profesionalisme guru.

Menyusun kriteria keberhasilan

supervisi akademik.

Menyusun instrument supervisi

akademik.

Melaksanakan evaluasi hasil

supervisi.

Menyusun program tindak

lanjut.

Dengan demikian berdasarkan permendiknas di atas jelas bahwa

kompetensi tersebut sangat penting bagi seorang supervisor dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam meningkatkan mutu

penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

e. Pendekatan dan Teknik Supervisi Akademik

Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi

didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Pendekatan ini

dimaksudkan agar kegiatan supervisi yang dilaksanakan tidak

cenderung kepada mengemukakan beberapa pendekatan perilaku

supervisor, yaitu pendekatan langsung (direktif), pendekatan tidak langsung (non-direktif), dan pendekatan kolaboratif.28

Adapun penjelasan atas pendekatan-pendekatan tersebut sebagai

berikut:

1) Pendekatan Langsung (direktif)

Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah

yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan

langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih

dominan.

Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap

psikologi behavioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa

28

(45)

segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respon terhadap

rangsangan/stimulus.29

2) Pendekatan Tidak Langsung (non-direktif)

Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara

langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dahulu

mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru.

la memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk

mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan

ini berdasarkan pemahaman psikologi humanistik. Psikologi

humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu.30 3) Pendekatan Kolaboratif

Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang

memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi

suatu cara pendekatan baru. Pendekatan ini didasarkan pada

psikologi kognitif.

Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah

perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang

pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan

aktivitas individu.31

Dalam melaksanakan supervisi akademik dapat digunakan

beberapa teknik supervisi yaitu teknik yang bersifat individual adalah

teknik yang dilakukan supervisor untuk seorang guru, misalnya

observasi kelas dan percakapan pribadi. Adapun teknik yang bersifat

kelompok adalah teknik yang dilakukan oleh supervisor untuk melayani

lebih dari satu guru dalam satu kelompok.

29

Zaenal Aqib, Membangun Profesional Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 196

30

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi pendidikan .., h. 48

31

(46)

Teknik ini dapat dilakukan misalnya dalam bentuk rapat guru,

diskusi panel, dan lain sebagainya.

1) Teknik individual

a) Kunjungan kelas

Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk

melihat cara guru mengajar di kelas. Dengan begitu

supervosir dapat melihat kesulitan yang dihadapi guru di

kelas, dengan demikian dari data tersebut guru dapat

didorong untuk memperbaiki kualitas mengajarnya.

b) Observasi kelas

Observasi dilakukan guna memperoleh data yang obyektif

sehingga dapat dianalisa mengenai kesulitan-kesulitan

yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki hal belajar

mengajar.

c) Percakapan pribadi

Percakapn dilakukan empat mata antara supervisor dengan

guru untuk mengetahui kesulitan guru dalam proses

belajar mengajar dengan tujuan untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang dialami oleh

guru.

d) Saling mengunjungi kelas

Maksudnya adalah antara guru yang satu dengan yang lain

saling mengunjungi yang sedang mengajar dengan maksud

untuk bertukar pengalaman. Keuntungannya adalah bisa

saling memotivasi bagaimana teknik dan metode dalam

mengajar yang baik.

e) Menilai diri sendiri

Salah satu yang sulit adalah menilai diri sendiri, oleh

karena itu perlu dilakukan guna memperbaiki kelemahan

(47)

2) Teknik kelompok

Yang dimaksud dengan teknik kelompok adalah supervisi yang

dilaksanakan secara kelompok. Adapun kegiatan yang dapat

dilakukan antara lain: 32 a) Rapat guru.

b) Mengadakan diskusi.

c) Mengadakan penataran.

Dalam melaksanakan supervisi seorang kepala sekolah dapat

menggunakan teknik yang mana saja, karena belum tentu teknik yang

digunakan cocok semua, oleh karena itu harus disesuaikan dengan

karakteristik guru tersebut.

f. Objek Supervisi Pendidikan

Objek pengkajian supervisi ialah perbaikan situasi belajar-mengajar

dalam arti yang luas.33 Lebih lanjut Sahertian menulis bahwa objek supervisi di masa yang akan datang mencakup.34:

1) Pembinaan Kurikulum

Guru-guru memerlukan bantuan dan penjelasan mengenai

penerapan suatu kurikulum, terlebih kurikulum tersebut baru

misalnya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk itu, seperti yang ditulis oleh Sahertian bahwa : “... supervisor bertugas untuk memberikan pengertiari tentang apa sebenarnya

kurikulum itu, pendekatan yang digunakan dalam kurikulum.

Kegiatan dan pengalaman belajar, model pengembangan

kurikulum yang hendak diterapkan”.35

32

Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan,(Jakarta: Mutiara, 1984), h. 122

33

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi pendidikan ..., h. 26

34

Ibid,..., h. 27

35

(48)

2) Perbaikan Proses Pembelajaran

Penerapan kurikulum di sekolah tidak lepas dari peran serta

guru. Gurulah yang menerapkan kurikulum yang ada ke dalam

kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran t

Gambar

Kompetensi Supervisi AkademikTabel 2.1
Indikator Supervisi AkademikTabel 2.2
Tabel 3.1 Grafik Penyusunan Skripsi
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencapai tujuan tersebut, perhitungan jumlah pelanggan seluler dan kapasitas trafik menjadi suatu cara mendapatkan jumlah BTS dan menara bersama

Buku T ematik T erpadu Kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku T ematik T erpadu

Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam organisasi maupun perusahaan.Agar aktivitas manajemen berjalan dengan baik, perusahaan harus memiliki karyawan yang

Keempat , validasi ahli yang terdiri dari 4 orang validator (ahli materi, ahli pembelajaran, ahli bahasa, dan ahli tampilan (kegrafikan), ahli instrumen melalui forum focus

Dari hasil penelitian tersebut maka perlu untuk mengerti apakah praktik akuntansi yang konservatif akan mempengaruhi nilai wajar perusahaan atau sebaliknya, dan

Selain pertimbangan besarnya permintaan pasar serta kendala yang dihadapi dalam mengembangkan desain Arsis sebagaimana tinjauan sebaelumnya, penelitian ini juga sangat penting

Zinnurain, “Pengembangan Multim edia Pembelajaran Interaktif Pendidikan Agama Islam Materi Tata Cara Sholat untuk Sekolah Dasar”.. Sekolah sebagai sarana

Pengujian bakteriologis dilakukan terhadap 13 sampel air minum isi ulang yang diambil dari depo air minum isi ulang yang tersebar di sekitar Lenteng A gung dan Srengseng