• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supply Narrow Financial Based Stakeholder

Dalam dokumen PRAKTIK SOCIAL DISCLOSURE DI INDONESIA (Halaman 65-71)

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Analisis

2. Supply Narrow Financial Based Stakeholder

Analisis annual report dengan menggunakan dummy variable merupakan cara untuk mengukur komponen supply. Untuk mengukur komponen supply,

penelitian ini mengguanakan metode weighted dan unweighted. Hasil analisis komponen supply bisa dilihat dalam Lampiran 5. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan dalam annual report mereka adalah sebesar 40,24% dengan metode unweighted

dan 40,58% dengan menggunakan metode weighted.

Analisis juga dilakukan untuk tiap item dan hasilnya menunjukkan dari 40 item GRI 2008, item yang paling banyak diungkapkan oleh perusahaan yaitu sebanyak 69 perusahaan adalah jenis produk dan informasi jasa yang disediakan. Item ini di-supply oleh perusahaan sebesar 98,57% dengan dengan metode

unweighted dan 105,47% dengan menggunakan metode weighted. Item lain yang banyak diungkapkan adalah item karakteristik, lingkup, dan keefektifan program

commit to user

dan pelaksanaan operasi perusahaan pada komunitas yaitu sebesar 92,86% dengan dengan metode unweighted dan 93,79% dengan menggunakan metode weighted.

Jika dianalisis lebih dalam, hasil supply pengungkapan informasi sosial kedua item terbesar diatas sesuai dengan demand dari manajer seperti yang telah dibahas sebelumnya pada pembahasan bagian demand. Selain digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, pengungkapan sosial juga digunakan sebagai sarana promosi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dalam annual report bank BRI tahun 2008 disebutkan,

"BRI berupaya menjaga keberlanjutan jangka panjang bisnis Perseroan melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility - CSR) dalam ruang lingkup ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan tetap memperhatikan kepentingan BRI dan masyarakat, tanpa mengurangi kepentingan pemegang saham. BRI meyakini bahwa kegiatan CSR tidak semata pemberian sukarela, namun merupakan cerminan dari seluruh kegiatan bisnis perseroan".

Item keuntungan atau kompensasi yang diberikan kepada pekerja, rata- rata jam pelatihan pekerja tiap tahun, komposisi pimpinan dan pekerja berdasarkan jender, usia, kelompok minoritas juga diungkapkan tinggi oleh perusahaan yaitu sebesar sebesar 82,86% dengan dengan metode unweighted dan 87,83% dengan menggunakan metode weighted. Item ini juga direspon tinggi oleh responden (demand tinggi) sehingga dapat disimpulkan bahwa item ini mutlak diungkapkan dalam annual report.

Sedangkan item-item yang mempunyai nilai terendah atau sedikit diungkapkan dalam laporan tahunan adalah item yang membahas bagian korupsi, baik itu pengungkapan tindakan korupsi, pelatihan dalam hal anti korupsi dan tindakan yang diambil jika terjadi kasus korupsi. Persentasenya secara berurutan

commit to user

adalah 7,14% dengan metode unweighted dan 7,93% dengan menggunakan metode weighted, 1,43% dengan metode unweighted dan 1,53% dengan menggunakan metode weighted, 5,71% dengan metode unweighted dan 4,64% dengan menggunakan metode weighted

Item lain yang diungkapkan rendah oleh perusahaan adalah item yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Bahkan dalam bagian ini ada item yang tidak diungkapkan sama sekali oleh perusahaan sampel (0,00%) yaitu item identifikasi risiko insiden pekerja paksa dan usaha untuk mengeliminir inseden tersebut. Rasio gaji pokok antara pria dan wanita juga diungkapkan rendah oleh perusahaan yaitu sebesar 2,86% dengan metode unweighted dan 2,60% dengan menggunakan metode weighted

3. Information gap antara demand dan supply social disclosure

Komponen demand diperoleh dari hasil survei kuesioner. Hasil kuesioner tersebut menunjukkan bahwa responden yaitu kelompok narrow financial based stakeholder yang terdiri atas investor, direktur, organisasi regional, politikus, dan manajer merespon praktik pengungkapan sosial berdasarkan item GRI 2008 dengan rata-rata sebesar 3,76 dengan menggunakan skala likert 5 (lihat lampiran 6). Sedangkan rata-rata tingkat pengungkapan sosial komponen demand per kategori ditunjukkan Gambar IV.1.

commit to user

Gambar IV.1

Tingkat Demand Social Disclosure per Kategori Berdasarkan Item GRI 2008 Ra ta -ra ta De ma nd Pe ngungka pa n Sosia l Pe r Ka te gori

3.70

3.46 3.91

4.02

Rata-rata Kategori Praktik Kerja dan Kelayan Kerja

Rata-rata Kategori Hak A sasi Manus ia

Rata-rata Kategori Mas yarakat

Rata-rata Kategori Tanggung Jaw ab Produk

Dari Gambar IV.1 bisa dilihat bahwa tingkat pengungkapan sosial berdasarkan kategori praktik kerja dan kelayakan kerja mempunyai rata-rata 3,70 dalam skala likert 5. Sedangkan untuk kategori hak asasi manusia sebesar 3,46. Untuk kategori masyarakat dan tanggung jawab produk direspon sangat besar yaitu sebesar 3,91 dan 4,02. Untuk detail per kategorinya, bisa dilihat dalam gambar IV.2.

Gambar IV.2

Detail per Kategori Tingkat Demand Social Disclosure

Demand Pengungkapan Sosial Kategori Hak Asasi Manusia

13% 41% 27% 14% 5% Likert 5 Likert 4 Likert 3 Likert 2 Likert 1

Demand Pengungkapan Sosial Kategori Praktik Kerja dan

Kelayakan Kerja 22% 43% 20% 11% 4% Likert 5 Likert 4 Likert 3 Likert 2 Likert 1

commit to user

Rata-rata tingkat pengungkapan yang dilakukan perusahaan (supply) adalah sebesar 40% (lihat Lampiran 6). Tingkat supply per kategori ditunjukkan pada Gambar IV.3.

Gambar IV.3

Tingkat Supply Social Disclosure per Kategori Berdasarkan Item GRI 2008

Tingkat Supply Social Disclosure per Kategori Berdasarkan GRI 2008

44.90

21.11 28.39

61.59

Praktik Kerja dan Kelayan Kerja Hak Asasi Manusia Masyarakat Tanggung Jawab Produk

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan lebih menitikberatkan aktivitas sosial mereka dalam hal tanggung jawab produk dengan rata-rata pengungkapan sebesar 61,59%. Tetapi beberapa perusahaan juga ada yang lebih fokus dalam hal praktik kerja dan kelayakan kerja sebagai aktivitas sosialnya. Hal tersebut terbukti sebesar 44,90% perusahaan mengungkapkan

Demand Pengungkapan Sosial Kategori Masyarakat 25% 47% 22% 5%1% Likert 5 Likert 4 Likert 3 Likert 2 Likert 1

Demand Pengungkapan Sosial Kategori Tanggung Jawab Produk

31% 48% 15% 5% 1% Likert 5 Likert 4 Likert 3 Likert 2 Likert 1

commit to user

tanggung jawab sosial mereka dalam kategori ini. Dalam laporan tahunan PT. Sorini Agro Asia (2008) menjelaskan,

"To keep pace with our business growth, Sorini continues to put its people nd their development as a major par t of i ts core Strategy and Sorini maintains a strong committment of compliance with Health, Safety, Security and Environment (HSSE) standards as well as its own stringent internal safety and quality adherence mechanism."

Rata-rata pengungkapan untuk ketegori masyarakat juga cukup besar yaitu sebesar 28,39%, dan sisanya sebesar 21,11% perusahaan mengungkapkan aktivitas sosialnya dalam hal hak asasi manusia.

Information gap terjadi jika ada perbedaan signifikan antara tingkat permintaan (demand) akan pengungkapan sosial dengan pemenuhan akan permintaan tersebut (supply). Dari Lampiran 6 dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat demand adalah sebesar 3,76 pada skala likert 5 dan untuk supply adalah sebesar 40,24% dengan metode unweighted dan 40,58% dengan metode weighted. Hasil ini menujunjukkan bahwa secara umum terjadi information gap antara

demand dan supply pengungkapan sosial di Indonesia. Untuk analisis gap per kategori bisa dilihat dalam Tabel IV.14.

Tabel IV.14

Pengukuran Information Gap per Kategori

No Kategori Pengungkapan Sosial Demand Supply Gap

1 Praktik Kerja dan Kelayakan Kerja 3,70 44,90%

2 Hak Asasi Manusia 3,46 21,11%

3 Masyarakat 3,91 28,39%

4 Tanggung Jawab Produk 4,02 61,59% X

Ket : cutoff 50%

commit to user

Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa terjadi gap antara demand dan supply

pengungkapan sosial. Gap terjadi karena nilai demand yang tinggi dan tidak diimbangi dengan supply optimal. Gap ini ditemukan dalam kategori praktik kerja dan kelayakan kerja, hak asasi manusia, dan masyarakat. Information gap juga terjadi dalam item-item tertentu. Item-item tertentu menujukkan bahwa tingkat

demand sangat tinggi, tetapi supply untuk memenuhi permintaan tersebut sangat kurang. Misalnya item yang berkaitan dengan pelatihan anti korupsi. Item tersebut mempunyai nilai 4,04 pada skala likert 5, tetapi item ini hanya direspon atau di- supply sebesar 1,43%.

Hal yang berlawanan juga ditemukan, yaitu tingkat demand yang rendah tetapi dipenuhi dengan supply yang sangat besar. Item mengenai komposisi pimpinan dan pekerja berdasarkan jender, usia, kelompok minoritas mempunyai nilai yang rendah untuk demand yaitu 2,80 pada skala likert 5, tetapi tingkat

supply-nya adalah sebesar 82,86%.

Dalam beberapa item menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan atau tidak terjadi information gap antara demand dan supply. Contohnya adalah item rasio gaji pokok antara pria dan wanita dinilai rendah oleh perusahaan, yaitu sebesar 2,50 pada skala likert 5 untuk komponen demand dan sebesar 2,86% untuk komponen supply.

4. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Praktik Pengungkapan

Dalam dokumen PRAKTIK SOCIAL DISCLOSURE DI INDONESIA (Halaman 65-71)

Dokumen terkait