BAB I PENDAHULUAN
Lampiran 1 Surat Penelitian
3. Soal Tes
Soal tes pada instrumen pengumpulan data ini dibuat dalam bentuk soal uraian.Tujuannya adalah untuk mengukur hasil belajar siswa setelah dilakukannta tindakan.Soal evaluasi diujikan sebanyak dua kali yakni pada saat akhir siklus I dan akhir siklus II.
Tabel.3.3 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I
Indikator Nomer Soal Jumlah Soal
1.3.1.Menggunakan konsep perkalian sebagai pejumlahan berulang untuk menyelesaikan soal perkalian
1,2.3.4.5 5
1.3.3 Menyelesaikan operasi hitung perkalian
6,7,8,9,10 5
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Akhir
Indikator Soal Jumlah Soal
1.3.1 Menggunakan konsep perkalian sebagai pejumlahan berulang untuk menyelesaikan soal perkalian
1,2,3,4,5 5
1.3.1 Menggunakan konsep pembagian sebagai pengurangan berulang untuk menyelesaikan soal pembagian
6,7,8,9,10,11,12 7
Jumlah 12
4. Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa.Kuesioner ini diisi sendiri oleh siswa dengan bentuk
checklist(√).Berikut adalah kisi-kisi yang digunakan dalam pengamatan
kemampuan berpikir kritis :
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Kuesioner
No Indikator Berpikir Kritis Pernyataan Jumlah
Favorabel Unfavorabel
1 Mengenal masalah 3 3 6
2 Menemukan cara–cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah - masalah itu
3 3 6
3 Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan
2 2 4
4 Menganalisis data 3 3 6
5 Menguji kesamaan–kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seorang ambil
2 2 4
6 Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari- hari
2 2 4
Tabel 3.5 menjelaskan tentang kisi-kisi lembar kuesioner berpikir kritis. Lembar kuesioner berpikir kritis dapat dilihat di lampiran 14.
G. Teknik Pengujian Instrumen
Perangkat pembelajaran yang dibuat peneliti berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, bahan ajar, dan soal evaluasi. Peneliti perlu gambaran kriteria yang tepat dalam sebuah penelitian, maka diperlukan validasi perangkat pembelajaran. Peneliti menggunakan validitas jenis Content Validity dan Face Validityuntuk memvalidasi instrumen penelitian kepada ahli. Suharsaputra (2014:98), menjelaskan tentang jenis validitas:
1. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur.Validasi isi digunakan untuk soal evaluasi.
2. Validitas Rupa (Face Validity)
Validitas rupa adalah validitas yang menunjukkan apakah instrumen penelitian dari segi rupanya tampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Ancok (dalam Suharsaputra 2014:99) validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan. Validasi rupa digunakan untuk kuesioner kemampuan berpikir kritis siswa dan perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari silabus pembelajarn RPP, LKS dan soal evaluasi telah divalidasi oleh dua dosen Universitas Sanata Dharmadan guru mata pelajaran matematika.Adapun hasil perhitungan validasi perangkat pembelajaran sebagai berikut.
Tabel 3.6Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Expert Jugment
Dosen I Dosen II Guru
I Format
1.Kejelasan materi 4 4 4
2.Pengaturan ruang/ tata letak 5 4 4 3.Jenis dan ukuran huruf yang sesuai 5 4 4 II Bahasa
1. Kebenaran tata bahasa 4 4 4
2.Kesederhanaan struktur kalimat 4 4 4 3. Kejelasan struktur kalimat 5 4 4 4.Bahasa yang digunakan bersifat
komunikatif
4 5 4
III Isi
1.Kebenaran materi/ isi 4 4 4
2.Pengelompokkan dalam materi-materi yang logis
5 4 4
3.Kesesuaian dengan standar isi KTSP 4 5 4 4.Kesesuaian dengan pembelajaran
matematika melalui pendekatan Problem
Based Learning
3 4 5
5.Metode penyajian yang digunakan 4 4 4 6.Kelayakan sebagai kelengkapan
pembelajaran
5 4 3
7.Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan
5 4 4
Skor rata-rata 4,35 4,14 4
Rata-rata 4,16
Hasil Penghitungan rata-rata validasi perangkat pembelajaran silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, dan soal evaluasi, memperoleh rata-rata 4,16 maka perangkat ini layak digunakan sebagai instrumen penelitian sesuai dengan kriteria PAP I (Masidjo,1995:153) dengan rentang skor 1-5. Berikut ini tabel 3.7 kriteria kelayakan instrumen:
Tabel 3.7Kriteria Kelayakan Instrumen Tingkat Penguasaan Kompetensi Skor Kriteria 90% - 100% 4,5 - 5 Sangat layak 80% - 89% 4 – 4,4 Layak 65% - 79% 3,25 – 3,99 Cukup layak 55% - 64% 2,75 – 3,24 Kurang layak Di bawah 55% 1 – 2,74 Sangat kurang layak
Hasil validitas perangkat pembelajaran dapat dilihat di lampiran 12. Sedangkan hasil validasi kuesioner berpikir kritis siswa oleh dosen Universitas Sanata Dharma sebagai berikut:
Tabel 3.8 Hasil Validasi Kuesioner Berpikir Kritis
Indikator Berpikir Kritis Skor
1. Mengenal masalah 24
2. Menemukan cara–cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu
24
3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan
16
4. Menganalisis data 24
5. Menguji kesamaan–kesamaan dan kesimpulan- kesimpulan yang seorang ambil
16
6. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari
16
Jumlah Skor 120
Berdasarkan tabel 3.8 lembar kuesioner berpikir kritis memenuhi kriteria layak digunakan sebagai instrumen penelitian berdasarkan kriteria PAP I, dengan jumlah 30 item pernyataan dalam kuesioner berada pada kriteria layak dengan jumlah skor 120.
Tabel 3.9 Kriteria Kelayakan Instrumen Berpikir Kritis Tingkat Penguasaan Kompetensi Skor Kriteria 90% - 100% 135– 150 Sangat layak 80% - 89% 120– 134 Layak 65% - 79% 97,5–119 Cukup layak 55% - 64% 82,5 –97,4 Kurang layak Di bawah 55% 30 – 82,4 Sangat kurang layak
Lembar validitas kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dilampiran 15.
H.Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian, Sanjaya (2009:106). Peneliti menggunakan teknik analisis kuantitatif dan analisis kualitatif deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk hasil tes/evaluasi siswa, sedangkan analisis kualitatif deskriptif digunakan untuk hasil kuesioner.
1. Kuesioner Berpikir Kritis
Untuk menghitung peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III A dari kondisi awal sampai setelah siklus ke-2 dilakukan setiap indikator dengan menggunakan tabel kriteria PAP tipe I (Masidjo, 1995 : 153);
a. Menghitung jumlah skor berpikir kritis kelas
Menghitung jumlah skor berpikir kritiskelas :
b. Menghitung rata-rata skor kelas
c. Menghitung nilai berpikir kritis siswa
d. Menentukan rentang skor kriteria cukup kritis (CK) berdasarkan kriteria PAP tipe I
Tabel 3.10 Kriteria PAP tipe I
Dari tabel 3.10 diketahui bahwa siswa memiliki kemampuan berpikir kritis jika berada pada rentang skor 65%-79% dengan kata lain siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika berada pada rentang skor tersebut
e. Jumlah siswa yang minimal cukup kritis (CK)
f. Menghitung persentase jumlah siswa minimal cukup kritis (CK)
Tingkat Penguasaan Kompetensi Keterangan 90% - 100% Sangat Baik 80% - 89% Baik 65% - 79% Cukup Baik 55% - 79% Tidak Baik
Di bawah 55% Sangat Tidak Baik Menghitung nilai berpikir kritis siswa
Nilai =
Menghitung rata-rata skor kelas :
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis (CK) :
Jumlah siswa – siswa yang tidak termasuk kriteria CK
Menghitung persentase jumlah siswa minimal cukup kritis (CK)
Persentase =
Penentuan kriteria berpikir kritis pada setiap indikator: a. Indikator 1 (Mengenal Masalah)
Dalam skala sikap terdapat 6 soal yang mewakili indikator 1 Skor maksimal = 6 soal x 5 (sangat baik)
= 30
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 1 adalah 30.Selanjutnya peneliti menentukan rentang nilai untuk menentukan kriteria tentang berpikir kritis berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel 3.11.
Tabel 3.11 Rentang Skor Indikator 1
Dari tabel 3.11 diketahui bahwa pada indikator 1 dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika mendapat minimal skor 20.Pada kondisi awal terdapat 35,71% atau 10 dari 28 siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 27 – 30 Sangat Kritis
80% - 89% 24 – 26 Kritis
65% -79% 20 – 23 Cukup Kritis
55% - 64% 17 – 19 Tidak Kritis
b. Indikator 2 ( Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu)
Dalam skala sikap terdapat 6 soal yang mewakili indikator 2 Skor maksimal = 6 soal x 5 (sangat baik)
= 30
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 2 adalah 30.Selanjutnya peneliti menentukan rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis, berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel 3.12.
Tabel 3.12Rentang Skor Indikator 2
Dari tabel 3.12 diketahui untuk indikator 2 siswa dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika mendapat minimal skor 20.Pada kondisi awal terdapat 17,85% atau 5 dari 28 siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
c.Indikator 3 (Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan)
Dalam skala sikap terdapat 4 soal yang mewakili indikator 3
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 27 – 30 Sangat Kritis
80% - 89% 24 – 26 Kritis
65% - 79% 20 – 23 Cukup Kritis
55% - 64% 17 – 19 Tidak Kritis
Skor maksimal = 4 soal x 5 (sangat baik)
= 20
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 3 adalah 20.Selanjutnya peneliti menentukan rentang skor untuk penggolongan kriteria berpikir kritis berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel 3.13.
Tabel. 3.13 Rentang Skor Indikator 3
Tabel 3.13 diketahui untuk indikator 3 siswa dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika mendapat minimal skor 13.Pada kondisi awal terdapat 25% atau 7 dari 28 siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
d. Indikator 4 (Menganalisis data)
Dalam skala sikap terdapat 6 soal yang mewakili indikator 4 Skor maksimal = 6 soal x 5 (sangat baik)
= 30
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 4 adalah 30.Selanjutnya peneliti menentukan rentang skor
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 18– 20 Sangat Kritis
80% - 89% 16 – 17 Kritis
65% - 79% 13– 15 Cukup Kritis
55% - 64% 11– 12 Tidak Kritis
untuk penggolongan kriteria berpikir kritis berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel 3.14.
Tabel 3.14 Rentang Skor Indikator 4
Dari tabel 3.14 diketahui untuk indikator 4 siswa dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika mendapat minimal skor 20.Pada kondisi awal terdapat 17,85% atau 5 dari 28 siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
e. Indikator 5 (Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan- kesimpulan yang seorang ambil)
Dalam skala sikap terdapat 4 soal yang mewakili indikator 5 Skor maksimal = 4 soal x 5 (sangat baik)
= 20
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 5 adalah 20. Selanjutnya peneliti menentukan rentang skor untuk penggolongan kriteria berpikir kritis berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel 3.15
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 27 – 30 Sangat Kritis
80% - 89% 24 – 26 Kritis
65% - 79% 20 – 23 Cukup Kritis 55% - 64% 17 – 19 Tidak Kritis Di bawah 55 % Di bawah 17 Sangat Tidak Kritis
Tabel 3.15Rentang Skor Indikator 5
Daritabel 3.15 diketahui untuk indikator 5 siswa dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika mendapat minimal skor 13.Pada kondisi awal terdapat 35,71% atau 10 dari 28 siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
f. Indikator 6 (Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari) Dalam skala sikap terdapat 4 soal yang mewakili indikator 5
Skor maksimal = 4 soal x 5 (sangat baik)
= 20
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 6 adalah 20.Selanjutnya peneliti menentukan rentang skor untuk penggolongan kriteria berpikir kritis berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel 3.16.
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 18 – 20 Sangat Kritis
80% - 89% 16 – 17 Kritis
65% - 79% 13– 15 Cukup Kritis
55% - 64% 11– 12 Tidak Kritis
Tabel 3.16Rentang Skor Indikator 6
D
Dari tabel 3.16 diketahui untuk indikator 6 siswa dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika mendapat minimal skor 13.Pada kondisi awal terdapat 35,71% atau 10 dari 28 siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
Keseluruhan indikator menggunakan kriteria sebagai berikut, dengan dasar PAP tipe I:
Tabel 3.17 Rentang Skor Untuk Seluruh Indikator
Sedangkan untuk melihat nilai kemampuan berpikir kritis dan skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa secara keseluruhan:
Nilai setiap indikator :
Skor rata-rata keseluruhan :
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 18 – 20 Sangat Kritis
80% - 89% 16 – 17 Kritis
65% - 79% 13– 15 Cukup Kritis
55% - 64% 11– 12 Tidak Kritis
Di bawah 55 % Di bawah 11 Sangat Tidak Kritis
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 135 – 150 Sangat Kritis
80% - 89% 120 – 134 Kritis
65% - 79% 97,5 – 119 Cukup Kritis
55% - 64% 82,5 – 97,4 Tidak Kritis
Tabel 3.18 RentangSkor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis
Skor rata-rata kemampuan berpikir kritis secara keseluruhan dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.
2. Observasi
Peneliti membuat kriteria untuk kemampuan berpikir kritis berdasarkan hasil observasi menggunakan PAP I, sebagai berikut:
Skor maksimal = 3 x n (jumlah siswa) 3 x 28 = 84
Tabel 3.19 Tabel Kriteria Observasi
Sedangkan untuk menghitung rata-rata observasi siswa secara keseluruhan dengan cara sebagai berikut:
Rata- rata observasi keseluruhan :
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 4,5 – 5 Sangat Kritis
80% - 89% 4 – 4,4 Kritis
65% - 79% 3,25 – 3,99 Cukup Kritis 55% - 64% 2,75 – 3,24 Tidak Kritis Di bawah 55 % Di bawah 2,75 Sangat Tidak Kritis
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 75,6 – 84 Sangat Kritis (SK) 80% - 89% 67,2 – 75,5 Kritis (K)
65% - 79% 54,6 – 67,1 Cukup Kritis (CK) 55% - 64% 46,2 – 54,5 Tidak Kritis (TK)
Tabel 3.20 Kriteria Observasi Secara Keseluruhan
Hasil observasi untuk setiap pertemuannya dapat dilihat di lampiran 19. 3. Hasil Belajar
Penghitungan hasil belajar siswa dilakukan dengan membandingkan nilai pada kondisi awal dengan nilai-nilai pada setiap siklusnya. Tes yang digunakan yaitu tes tertulis. Penghitungan hasil belajar dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menghitung nilai akhir yang diperoleh
Nilai Akhir :
2) Menghitung nilai rata-rata kelas
Nilai Rata-rata Kelas :
3) Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa
Persentase Ketuntasan :
Tingkat Penguasaan
Kompetensi Rentang Skor
Keterangan
90% - 100% 2,7 – 3 Sangat Kritis (SK) 80% - 89% 2,4 - 2,6 Kritis (K)
65% - 79% 1,95 – 2,3 Cukup Kritis (CK) 55% - 64% 1,65 – 1,94 Tidak Kritis (TK)
I. Indikator Keberhasilan
Berikut adalah tabel indikator keberhasilan Hasil Belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa:
Tabel 3.21 Indikator Keberhasilan Penelitian
No Variable Indikator Deskriptor
Kondisi Awal Target Siklus I Target Siklus II Hasil Belajar
1 Rata-rata kelas 71,92 75 80 Jumlah nilai seluruh kelas : jumlah seluruh siswa x 100
Persentase siswa yang mencapai KKM
64,28% 70% 80% Jumlah siswa mencapai KKM : jumlah seluruh siswa x 100%
Kemampuan Berpikir Kritis
Kondisi Awal Target Kondisi Akhir Deskriptor 2 Nilai kemampuan berpikir kritis
50,35 70 Jumlah rata-rata seluruh siswa : skor maksimal x 100
Persentase
kemampuan berpikir kritis
3,57% 70% Jumlah siswa cukup kritis : jumlah seluruh siswa x 100%
Tabel 3.21 menunjukkan indikator keberhasilan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Peneliti menentukan target persentase indikator keberhasilan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan guru kelas. Guru kelas menentukan persentase tersebut berdasarkan kondisi awal dan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
J. Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Berikut ini jadwal penelitian yang akan dilaksanakan:
Tabel 3.22 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Waktu (Bulan) Jul 2015 Agus 2015 Sep 2015 Okt 2015 Nov 2015 Des 2015 Jan 2016 1. Perijinan observasi dan wawancara di SD 2. Observasi dan wawancara Sebelum penelitian 3. Penyusunan dan pengajuan Proposal 4. Persiapan perangkat Pembelajaran 5. Pelaksanaan tindakan 6. Pengolahan data hasil Penelitian 7. 8. Penyelesaian kelengkapan Penelitian dan revisi 9. Ujian skripsi 10. Revisi akhir
62 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini, peneliti membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
A. Hasil Penelitian
1. Proses Penelitian
Penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematika III A pada Materi Perkalian dan Pembagian
Melalui Pembelajaran PBL SD N Denggung” yang telah dilaksanakan pada tanggal 21, 22, 28 dan 29 September 2015 didapatkan hasil sebagai berikut :
a) Kondisi Awal Sebelum Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan pengamatan dan melihat daftar nilai siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat kondisi awal yang dimiliki oleh siswa kelas III A SD N Denggung tahun pelajaran 2015/2016. Pengamatan dilakukan untuk melihat proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran dan untuk melihat tingkat keterampilan berpikir kritis matematika siswa. Daftar nilai diperoleh dari nilai tahun sebelumnya yaitu 2014/2015, nilai ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dimiliki siswa khususnya pada materi perkalian dan pembagian. Peneliti juga melakukan kegiatan wawancara dengan guru kelas III untuk mencari informasi tentang karakteristik siswa,
proses pembelajaran di kelas, dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa. Siswa di kelas III A tergolong siswa yang sangat aktif, jika dibandingkan siswa kelas III B, karena empat dari 28 siswa sangat berpengaruh terhadap suasana kelas, karena mereka sangat dominan. Ketika guru menjelaskan tiba-tiba saja ada siswa yang menangis karena diganggu teman lain, tidak heran guru membutuhkan kesabaran dan tenaga ekstra untuk bersuara lantang agar siswa memperhatikan penjelasan guru.
Hasil observasi juga menunjukkan, masih rendahnya kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III. Anak-anak kurang berminat untuk mengikuti pelajaran matematika, sehingga ketika mereka di kelas banyak melakukan aktivitas lain. Hanya beberapa anak yang sudah menunjukkan kemampuan berpikir kritis matematika sesuai dengan indikator yang sudah ditentutan peneliti. Lebih jelasnya hasil observasi dapat dilihat di lampiran
18.
b) Proses Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dimulai tanggal 21 dan 22 September di kelas III A SD N Denggung tahun pelajaran 2015/2016. Pelaksanaan siklus I dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 35 menit.
1) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan peneliti adalah mempersiapkan segala sesuatu yang digunakan dan dibutuhkan dalam penelitian ini.
Persiapan tersebut meliputi penyusunan silabus, RPP, LKS, dan soal evaluasi. Selain itu peneliti juga menyusun kuesioner berpikir kritis matematika.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya 2 x 32 menit (2jp) menyesuaikan jam pelajaran di SD N Denggung bahwa setiap jamnya beralokasikan 35 menit.
(a) Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 21 September 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2jp). Pertemuan pertama membahas tentang konsep perkalian.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru membagikan kuesioner berpikir kritis matematika. Selanjutnya siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru, yaitu menggunakan papan manik-manik. Guru meminta bantuan kepada seorang siswa untuk menjelaskan konsep perkalian menggunakan papan manik-manik. Guru bertanya kepada siswa : Jika Faisal mempunyai 2 manik-manik lalu dikalikan 3, berapakah jumlah seluruh manik-manik Faisal? bagaimana cara menghitungnya?. Setelah itu siswa mengerjakan LKS dengan media sedotan, yang disusun sesuai dengan contoh demonstrasi guru, setiap kelompok yang terdiri dari 4-5 anak.
Di kegiatan akhir siswa merefleksikan hal-hal yang telah dipelajari selama kegiatan berlangsung, kesulitan dan kendala yang dihadapi apa saja. Setelah itu siswa diminta menyimpulkan pembelajaran pada hari tersebut.
(b) Pertemuan II
Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 22 September 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2jp) sesuai dengan alokasi waktu yang ada di SD N Denggung. Pertemuan kedua membahas tentang perkalian satu angka dengan dua angka. Kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu guru melakukan tanya jawab seputar perkalian untuk memancing pengetahuan siswa.
Kegiatan inti siswa mendengarkan penjelasan guru tentang perkalian satu angka dengan dua angka, menggunakan papan angka. Yaitu media yang dibuat dari kertas karton yang diberi tempat- tempat untuk memasukkan angka-angka, kemudian siswa mencoba mengerjakan LKS dan yang terakhir guru mengadakan sedikit permainan mencongak menggunakan papan angka. Setiap anak mendapatkan angka-angka, guru akan membacakan soal, dan siapa yang paling cepat akan memasukkan ke dalam papan angka tersebut. Siswa mengakhiri kegiatan pada hari itu dengan refleksi dan menyimpulkan materi bersama-sama. Selanjutnya mengerjakan soal evaluasi akhir siklus I secara Individu.
3) Pengamatan
Pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan peneliti dibantu teman sejawat untuk melakukan kegiatan observasi dan mendokumentasikan kegiatan proses belajar mengajar.
4) Refleksi
Setelah melaksanakan siklus I, peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Refleksi yang dilakukan peneliti mencakup dua aspek yaitu yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar.
c) Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai pada hari Senin, 28 September 2015 dan Selasa 29 September 2015 di kelas III A SD N Denggung Tahun pelajaran 2015/2016. Pelaksanaan siklus II dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu di setiap pertemuannya 2 x 35 menit (2jp) sesuai dengan alokasi waktu yang sudah diterapkan di tempat penelitian.
1) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan peneliti adalah mempersiapkan segala sesuatu yang digunakan dan dibutuhkan dalam penelitian ini. Persiapan tersebut meliputi penyusunan silabus, RPP, LKS dan soal evaluasi. Selain itu peneliti akan memberikan kuesioner kemampuan berpikir kritis siswa pada akhir pembelajaran siklus II.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2 jam pelajaran) sesuai dengan alokasi waktu yang sudah ada di SD N Denggung.
(a) Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 28 September 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2jp). Materi yang dibahas adalah tentang konsep pembagian. Kegiatan awal diawali dengan apersepsi dari guru, setelah itu guru melakukan tanya jawab untuk menggali pengetahuan siswa tentang pembagian.
Siswa melihat demonstrasi yang dilakukan guru menggunakan papan manik-manik yang dibantu oleh beberapa siswa. Setelah itu siswa mengerjakan soal dan LKS yang diberikan oleh guru.
Kegiatan akhir siswa membuat refleksi pembelajaran dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
(b) Pertemuan II
Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 29 September 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2jp). Materi yang dibahas adalah pembagian dua bilangan dengan cara bersusun. Kegiatan diawali dengan apersepsi, setelah itu guru memberikan materi. Selanjutnya siswa mengerjakan soal diskusi tentang operasi hitung campuran.
Kegiatan akhir siswa membuat refleksi pembelajaran dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Sebelum ditutup dengan doa siswa mengerjakan soal evaluasi akhir siklus II secara individu dan mengisi kuesioner kemampuan berpikir kritis matematika.
3) Pengamatan
Selain melakukan kegiatan pembelajaran, peneliti juga melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan observasi dan dengan memberikan kuesioner berpikir kritis kepada siswa setelah proses pembelajaran siklus II selesai. Berdasarkan hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa kelas III A, sudah nampak hanya saja masih ada beberapa anak yang belum menunjukkan kemampuan berpikir kritis sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan peneliti. 4) Refleksi
Setelah melaksanakan siklus II, peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Refleksi yang dilakukan peneliti mencakup dua aspek yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar.
2. Hasil Belajar
Kondisi awal hasil belajar siswa didapatkan dari nilai ulangan siswa kelas III A satu tahun sebelumnya pada tahun pelajaran 2014/2015 dengan KKM 70. Hasil belajar siswa kelas III A dilihat rata-rata, nilai tertinggi, nilai
terendah, presentase siswa tuntas dan presentase siswa tidak tuntas pada tahun