• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III A pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran PBL di SD Negeri Denggung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III A pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran PBL di SD Negeri Denggung."

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III A pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran PBL di SD Negeri

Denggung

Casula Ambar Winanti (121134138) Universitas Sanata Dharma

2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui dan memaparkan penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan (3) mengetahui dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan dengan dua siklus Subjek penelitian adalah siswa kelas III A SD Negeri Denggung 28 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, tes, dan kuesioner. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar pengamatan, tes soal uraian, dan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan statistika deskriptif.

Langkah-langkah pembelajaran PBL yang meliputi: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membantu penelitian mandiri dan kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Rata-rata kondisi awal 71,92 meningkat pada siklus I sebesar 77,89 dan pada siklus II sebesar 90,82. Pencapaian KKM juga mengalami peningkatan kondisi awal 64,28% dengan KKM 70, meningkat siklus I sebesar 85,18% dengan KKM 75, dan siklus II menjadi 82,14% dengan KKM 80. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 50,35 kriteria sangat tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 71,62 dengan kriteria cukup kritis dengan rentang nilai 1-100.

(2)

ABSTRACT

The Improving of Learning Outcome and Critical Thinking in Mathematics for III A Grade Students in Multiplication and Division Material through Problem Based Learning

in Denggung State Elementary School.

Casula Ambar Winanti (121134138) PGSD Sanata Dharma University

2016

The background of the study was concern about the low learning outcome and critical thinking in multiplication and division of III A grade students in Denggung State Elementary School bach 2015/2016. The purpose of this study are: (1) to implement Problem Based Learning (PBL) for improving the learning outcome and critical thinking; (2) to improve students’ learning outcome, (3) to improve students’ critical thinking.

This study was Implement Action Research that was conducted in two cycles in which each cycle consisted of two meetings. The participants of this study were III A grade students in Denggung State Elementary School. The data collection techniques were observation, tests and questionaires. The instrument utilized in this study were observation sheet, tests, and questionaire sheet. The data analysis technique was descriptive statistics.

The steps of this study were: 1) students’ orientation in the problem, 2) to organize students to study, 3) to help independent and group observation, 4) to develop and to serve the students’ work, 5) to analyze and to evaluate the process of problem solving, 6) can increase learning outcome and critical thinking skills. The result of the study showed that PBL could improve the learning outcome and critical thinking. The average score of students’ learning outcome was improving started from initiate condition as 71.92 became 77.89 in cycle I and increased more in cycle II as 90.82. The students’ achievement of class average score was also increasing started from 64.28% in the initiate condition with 70 as the class average score to 85.18% in cycle I with 75 as the average score. In addition, in cycle II, it was also improved by reaching 82.14% with 80 as class average score. The students’ critical thinking skills also improved as seen in the value as 50,35 categorized as very uncritical became 71,62 categorized as critical enoughat the final conditionwith range value1-100.

(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III A PADA

MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI

PEMBELAJARAN PBL DI SD NEGERI DENGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Casula Ambar Winanti NIM: 121134138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III A PADA

MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI

PEMBELAJARAN PBL DI SD NEGERI DENGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Casula Ambar Winanti NIM: 121134138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan segala cinta dan syukur skripsi ini dipersembahkan kepada :

 Tuhan Yesus Sumber Pengharapan

 Bapak Sumulyo dan Ibu Th. Sunarti yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan

 Keluarga besar Selowisastro

 Kakak-kakakku M.M. Atik Widiasih, Anastasia Wahyu Dwi Mulyani, Carolina Wahyu Tri Astuti dan Fransiska Setyowati

 Keponakanku Veronica Eggy Larasati, Abiel Wahyu Sayudha, Samuel Danu Ega Saputra, Lucia Ari Natania, Albin Dharma Yoga dan Gavriele Arnan Rajendra

 Sahabatku Dewi Utari, Lusia Desti Riyanatalia, Yashinta Piji Lestari, Elisabeth Astin Vega R, Margareta Asti Utami, Veronica Kristiani Larasati, Eryka Novrianta, Parmaditya Surya Hadikusuma, Solihin, dan Yosafat Dwi Widi Hutomo

 Seluruh teman-teman kelas D 2012

(8)

v MOTTO

Mintalah, maka kamu akan diberi, carilah, maka kamu akan mendapat,

ketuklah, maka kamu akan dibukakan pintu

Lukas 11: 9

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan,

kamu akan menerimanya

Matius 21: 22

Tak ada kesedihan yang sia-sia, waktu akan mengumpulkan

pecahan-pecahannya untuk menyusun kebahagiaanmu suatu

ketika

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Februari 2016 Penulis,

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Casula Ambar Winanti

Nomor Mahasiswa : 121134138

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III A PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PBL DI SD NEGERI DENGGUNG

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 11 Februari 2016 Yang menyatakan,

(11)

viii ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III A pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran PBL di SD

Negeri Denggung

Casula Ambar Winanti (121134138) Universitas Sanata Dharma

2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui dan memaparkan penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan (3) mengetahui dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan dengan dua siklus Subjek penelitian adalah siswa kelas III A SD Negeri Denggung 28 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, tes, dan kuesioner. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar pengamatan, tes soal uraian, dan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan statistika deskriptif. Langkah-langkah pembelajaran PBL yang meliputi: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membantu penelitian mandiri dan kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Rata-rata kondisi awal 71,92 meningkat pada siklus I sebesar 77,89 dan pada siklus II sebesar 90,82. Pencapaian KKM juga mengalami peningkatan kondisi awal 64,28% dengan KKM 70, meningkat siklus I sebesar 85,18% dengan KKM 75, dan siklus II menjadi 82,14% dengan KKM 80. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 50,35 kriteria sangat tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 71,62 dengan kriteria cukup kritis dengan rentang nilai 1-100.

(12)

ix ABSTRACT

The Improving of Learning Outcome and Critical Thinking in Mathematics for III A Grade Students in Multiplication and Division Material through Problem Based

Learning in Denggung State Elementary School.

Casula Ambar Winanti (121134138) PGSD Sanata Dharma University

2016

The background of the study was concern about the low learning outcome and critical thinking in multiplication and division of III A grade students in Denggung State Elementary School bach 2015/2016. The purpose of this study are: (1) to implement Problem Based Learning (PBL) for improving the learning outcome and

critical thinking; (2) to improve students’ learning outcome, (3) to improve students’

critical thinking.

This study was Implement Action Research that was conducted in two cycles in which each cycle consisted of two meetings. The participants of this study were III A grade students in Denggung State Elementary School. The data collection techniques were observation, tests and questionaires. The instrument utilized in this study were observation sheet, tests, and questionaire sheet. The data analysis technique was descriptive statistics.

The steps of this study were: 1) students’ orientation in the problem, 2) to organize students to study, 3) to help independent and group observation, 4) to

develop and to serve the students’ work, 5) to analyze and to evaluate the process of

problem solving, 6) can increase learning outcome and critical thinking skills. The result of the study showed that PBL could improve the learning outcome and critical

thinking. The average score of students’ learning outcome was improving started

from initiate condition as 71.92 became 77.89 in cycle I and increased more in cycle

II as 90.82. The students’ achievement of class average score was also increasing

started from 64.28% in the initiate condition with 70 as the class average score to 85.18% in cycle I with 75 as the average score. In addition, in cycle II, it was also

improved by reaching 82.14% with 80 as class average score. The students’ critical

thinking skills also improved as seen in the value as 50,35 categorized as very uncritical became 71,62 categorized as critical enoughat the final conditionwith range value1-100.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis telah menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III A

Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran PBL Di SD Negeri

Denggung”.Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pendidikan dalam program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis mengalami banyak hambatan, cobaan, dan kesulitan, namun berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dengan caranya sendiri, penulis mampu termotivasi untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma

4. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan perhatian, membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

5. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si, M.Pd., dosen pembimbing II yang selalu memberikan masukan, membantu dan mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir bimbingan.

(14)

xi

7. Seluruh staf dosen dan karyawan Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing selama penulis belajar di kampus PGSD, USD.

8. Bapak Sumulyo, Ibu Th.Sunarti dan seluruh kakak-kakakku yang selalu memberikan motivasi dan doa untuk peneliti.

9. Teman-teman satu kelompok payung Yashinta, Asti, Riza, Upik, Eva, Tesa, Wulan, Adit, Ardian, Ulil, Frengky, Ibnu, Husein, Janu dan Faisal yang berjuang bersama membantu dalam pelaksanaan ujian pendadaran, dari awal bimbingan hingga akhirnya perjuangan kita telah selesai.

10.Teman-teman angkatan 2012 PGSD yang selalu memberikan keceriaan dan tawa setiap harinya terlebih kelas D terima kasih atas kerja samanya selama kuliah di sini.

11.Kampus PGSD, tempatku berkembang dalam segala hal, tempat menimba ilmu, banyak cerita suka-duka, tawa dan tangis yang mampu mendewasakan penulis. Tidak ada kampus yang lebih baik selain kampus PGSD yang memberikan banyak kisah di tiap sudut dan lorong yang ada.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun penulis di masa depan. Dan akhirnya semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkepentingan.

Yogyakarta, 11 Februari 2016 Penulis,

(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 8

BAB. II LANDASAN TEORI ... 10

(16)

xiii

1. Hasil Belajar ... 10

2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 12

3. PBL (Problem Based Learning) ... 14

4. Pembelajaran Matematika ... 21

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 26

D. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB. III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Setting Penelitian ... 32

C. Persiapan ... 32

D. Tindakan Penelitian Setiap Siklus ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 42

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 50

I. Indikator Keberhasilan ... 60

J. Jadwal Penelitian ... 61

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Pelaksanaan... 62

2. Hasil Belajar ... 69

3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 74

B. Pembahasan ... 95

BAB. V PENUTUP ... 97

(17)

xiv

B. Keterbatasan Penelitian ... 98

C. Saran ... 99

DAFTAR REFERENSI ... 100

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 43

Tabel 3.2 Indikator Berpikir Kritis... 45

Tabel 3.3 Kisi – kisi soal Evaluasi Siklus I ... 45

Tabel 3.4 Kisi – kisi soal Evaluasi Akhir ... 46

Tabel 3.5 Kisi – kisi Lembar Kuesioner ... 46

Tabel 3.6 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 48

Tabel 3.7 Kriteria Kelayakan Instrumen ... 49

Tabel 3.8 Hasil Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 49

Tabel 3.9 Kriteria Kelayakan Instrumen Berpikir Kritis ... 50

Tabel 3.10 Kriteria PAP Tipe I ... 51

Tabel 3.11Rentang Skor Indikator 1 ... 52

Tabel 3.12 Rentang Skor Indikator 2 ... 53

Tabel 3.13 Rentang Skor Indikator 3 ... 54

Tabel 3.14 Rentang Skor Indikator 4 ... 55

Tabel 3.15 Rentang Skor Indikator 5 ... 56

Tabel 3.16 Rentang Skor Indikator 6 ... 57

Tabel 3.17 Rentang Skor Seluruh Indiktor ... 57

Tabel 3.18 Tabel Rentang Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis ... 58

Tabel3.19 Kriteria Observasi ... 58

Tabel 3.20Tabel Kriteria Rata-rata Observasi Keseluruhan ... 59

Tabel 3.21 Indikator Keberhasilan ... 60

Tabel 2.22 Jadwal Penelitian ... 61

Tabel 4.1Data KondisiAwal Nilai Ulangan Matematika ... 69

(19)

xvi

Tabel 4.3 Hasil Nilai Evaluasi Siklus 2 ... 70

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar ... 71

Tabel 4.5 Skor Indikator 1 KemampuanBerpikir Kritis Setiap Siswa ... 74

Tabel 4.6 Skor Indikator 2 KemampuanBerpikir Kritis Setiap Siswa ... 75

Tabel 4.7 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 76

Tabel 4.8 Skor Indikator 4 KemampuanBerpikir Kritis Setiap Siswa ... 77

Tabel 4.9 Skor Indikator 5 KemampuanBerpikir Kritis Setiap Siswa ... 78

Tabel 4.10 Skor Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 79

Tabel 4.11 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 80

Tabel 4.12 Nilai Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 81

Tabel 4.13 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 82

Tabel 4.14 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 83

Tabel 4.15 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 84

Tabel 4.16 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 85

Tabel 4.17 Skor Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 86

Tabel 4.18Skor Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 87

Tabel 4.19 Skor Keseluruhan Kemampuan Berpikir Kritis ... 88

Tabel 4.20 Nilai Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 89

Tabel 4.21 Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 90

Tabel 4.22 Hasil Observasi Siklus I ... 91

Tabel 4.23 Hasil Observasi Siklus II... 92

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Bagan Literature Map Penelitian ... 25

3.1 Model PTK Kemmis dengan MC. Taggart ... 30

4.1 Nilai Rata-rata Hasil Blajar ... 71

4.2 Persentase Pencapaian KKM ... 72

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 102

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 103

Lampiran 3 Silabus ... 104

Lampiran 4 RPP ... 111

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 159

Lampiran 6 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 164

Lampiran 7 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I ... 168

Lampiran 8 Soal Evaluasi Akhir ... 169

Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 175

Lampiran 10 Hasil Nilai Evaluasi Akhir ... 181

Lampiran 11 Daftar Nilai Ulangan Matematika TA 2014/2015 ... 182

Lampiran 12 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 183

Lampiran 13 Kisi – kisi Kuesioner ... 192

Lampiran 14 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 193

Lampiran 15 Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 197

Lampiran 16 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 201

Lampiran 17 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 202

Lampiran 18 Pedoman Observasi ... 203

Lampiran 19 Hasil Observasi ... 204

Lampiran 20 Hasil Wawancara ... 205

Lampiran 21 Foto Kegiatan ... 210

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Belajar

matematika merupakan syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, karena dengan belajar matematika, siswa akan belajar bernalar secara

kritis, kreatif dan aktif. Pembelajaran di dalam kelas seharusnya guru mampu memfasilitasi dan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, dalam

proses pembelajaran ini berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran adalah menghadirkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari, secara tidak langsung melatih siswa untuk berpikir

menghadapi masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan

menghadapkan anak pada masalah matematis sehari-hari dengan demikian belajar matematika anak merasa terbantu untuk menyelesaikan masalah matematis sehingga anak tertarik untuk belajar. Apalagi matematika adalah salah satu mata

pelajaran yang penting dan berguna bagi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas III, pada tanggal

(23)

dan pembagian, guru belum maksimal mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak untuk menyelesaikan soal cerita maupun soal matematika yang lainnya. Ennis (dalam Fisher 2008), bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk

akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Dalam konsep Ennis pengambilan keputusan adalah bagian dari

berpikir kritis, diharapkan dengan menghadapkan masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari kemampuan berpikir kritis siswa meningkat.

SD Negeri Denggung memiliki KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk

pelajaran matematikan adalah 70. Berdasarkan batas Kriteria Ketuntasan Minimal maka dapat dilihat siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 18 siswa dan 10

siswa yang belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada 35% siswa yang belum mencapai KKM untuk materi perkalian dan pembagian. Berdasarkan hasil wawancara dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar matematika kelas III SD Negeri Denggung rendah pada materi perkalian dan pembagian. Data kondisi awal hasil belajar tahun pelajaran 2014/2015 dapat dilihat di lampiran 11.

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan (Purwanto, 2009 : 44),

siswa seringkali mengeluh ketidakpuasannya terhadap perolehan hasil belajar. Proses pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada guru, menjadikan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar, seharuanya pembelajaran di dalam kelas

(24)

menyelesaikan soal cerita mengubahnya ke dalam bentuk matematika.Kuncinya adalah penanaman konsep matematika yang mantang, guru harus menghadirkan model pembelajarn yang membantu siswa untuk memahami materi.

Pada kenyataannya anak tidak dilatih untuk berpikir menghadapi masalah matematis dalam kehidupan nyata.Apalagi kemampuan berpikir ini menjadi salah

satu bekal utama untuk menyelesaikan soal matematika, termasuk soal cerita. Siswa tidak dilatih berpikir kritis untuk menghadapi masalah matematis yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Padahal pembelajaran matematika yang ideal

bertujuan untuk menghadapkan siswa dengan realita kehidupan sehari-hari yang memuat permasalahan matematika dan perhitungan matematika.untuk dipikir dan

diselesaikan.

Salah satu pembelajaran inovatif yang membantu siswa untuk memahami materi dan meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya adalah pembelajaran

model Problem Based Learning (PBL), yaitu pembelajaran yang menekankan pada masalah kehidupan sehari-hari. PBL ini bertujuan untuk membantu siswa menghadapi dan menyelesaikan permasalahan matematika, serta membantu siswa

berpikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan matematika, dengan demikian diharapakn dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikembangkan suatu pembelajaran inovatif matematika, untuk meningkatkan hasil belajar matematika serta untuk

(25)

matang dan orang yang tidak pernah berhenti belajar. Peneliti mencoba menerapkan pembelajaran Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Arends (dalam Trianto 2007), Problem Based Learning (PBL)

merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun

pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

Agar siswa dapat mencapai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis yang

sesuai dengan yang diharapkan maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematikan Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Problem Based Learning Siswa Kelas III SD Negeri Denggung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pemahaman siswa tentang konsep perkalian dan pembagian masih rendah 2. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal masih kurang

3. Pembelajaran siswa berpusat pada guru

4. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan

(26)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan suatu permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Penulis hanya meneliti siswa kelas III A SD Negeri Denggung, semester

ganjil tahun pelajaran 2015/2016.

2. Objek yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa.

3. Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah.

4. Mata pelajaran yang diteliti adalah matematika dengan materi perkalian dan pembagian.

D. Rumusan Masalah

Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Negeri Denggung harus ditingkatkan. Berdasarkan uraian latar belakangmasalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan PBL dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran

2015/2016?

2. Apakah penerapan pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi perkalian dan pembagian kelas III SD

(27)

3. Apakah penerapan pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi perkalian dan pembagian

kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memaparkan bagaimana penerapan PBL untuk meningkatkan

hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Denggung

tahun ajaran 2015/ 2016.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi

operasi hitung perkalian dan pembagian siswa kelas III SD Negeri Denggung

tahun ajaran 2015/ 2016 lewat penggunaan pendekatanProblem Based Learning.

3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematika materi operasi hitung perkalian dan pembagian siswa kelas III SD

Negeri Denggung tahun ajaran 2015/ 2016 melalui model pendekatanProblem

Based Learning.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung,

maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teorits

a. Sebagai gambaran dan bahan pengembangan untuk menentukan

langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar dan

(28)

siswa kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/2016 melalui

pendekatan Problem Based Learning.

b. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya, mengenai hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa materi perkalian dan pembagian, serta

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD

Negeri Denggung tahun ajaran 2015/ 2016.

b. Bagi peneliti

1) Mendapatkan pengalaman baru tentang penggunaan model Problem Based

Learning (PBL).

2) Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar, berlatih, menerapkan dan

mengembangkan pengetahuan peneliti yang telah berproses selama

penelitian.

3) Menambah wawasan atau pengetahuan baru tentang kemampuan berpikir

kritis.

c. Bagi Guru

Penggunaan metode pembelajaran inovatif PBL sebagai salah satu metode

mengajar yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika khususnya

untuk meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir

(29)

d. Bagi sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif

dalam penggunaan pembelajaran inovatif PBL.

G. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh

siswa setelah melakukan pembelajaran, peneliti memfokuskan pada aspek kognitif.

2. Berpikir kritis

Berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan

reflektif, yang mencontohkan kesempurnaan berpikir, dengan terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan

masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan.

3. Problem Based Learning

PBL merupakan model pembelajaran yang mengangkat masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk diselesaikan dengan

langkah-langkah tertentu.

4. Matematika

Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan angka

(30)

5. Perkalian dan Pembagian

Konsep perkalian adalah penjumlahan berulang, sedangkan konsep pembagian

(31)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Majid,2014: 27).Hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.Andersond dan

Krathwohl (dalam Rusmono, 2012:8) menyebut ranah kognitif dari taksonomi Bloom merevisi menjadi dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri atas enam tingkatan: (1)

ingatan, (2) pemahaman, (3) pengetahuan terdiri atas empat tingkatan, yaitu (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual, (3) pengetahuan

prosedural, dan (4) pengetahuan meta-kognitif.

(32)

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran, peneliti memfokuskan pada aspek kognitif.

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013 : 12), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua

hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani.Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana,

kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (dalam Susanto 2012:12), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal,

maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. 2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar, yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan

(33)

2. Kemampuan Berpikir Kritis

a.Model Berpikir Kritis Richard Paul

Berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri yang

mencontohkan kesempurnaan berpikir sesuai dengan mode tertentu atau ranah berpikir (Richard Paul dalam Kuswana 2012: 205). Standar

berpikir kritis bagi pendidikan dasar dalam model Paul adalah upaya untuk mengidentifikasi komponen berpikir kritis, berikut adalah daftar standar berpikir kritis: kejelasan (clarity), presisi (precision), spesial

(specificity), akurasi (accuracy), relevan (relevance), konsisten (consistency), logis (logic), mendalam (dept), kelengkapan

(completeness), signifikan (significance), kecukupan (adequacy), dan

keadilan (fairness).

Kuswana (2011 : 19) berpendapat berpikir kritis merupakan

analisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan.

Sedangkan menurut Norris dan Ennis (dalam Alec Fisher, 2008 :

4) berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif, yang mencontohkan kesempurnaan berpikir, dengan terlebih dahulu

(34)

b. Indikator Berpikir Kritis

Menurut Glaser (dalam Fisher, 2008 :7), ciri-ciri berpikir kritis yaitu: (a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara untuk

menyelesaikan masalah, (c) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, (d) mengenal ide dan nilai yang tidak dinyatakan, (e)

memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, (f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan menilai pernyataan-pernyataan, (h) mengenal sebab akibat suatu masalah, (i) menarik kesimpulan, (j) menguji

kebenaran pendapat orang lain, (k) menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan (l)

membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan 12 indikator tersebut, peneliti memilih enam indikator yang digunakan dalam

penelitian ini, sebagai berikut: (a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, (c) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, (d)

menganalisis data, (e) menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seorang ambil, dan (f) membuat penilaian yang tepat

(35)

c. Keterampilan Penting dalam Pemikiran Kritis

Beberapa keterampilan berpikir kritis yang sangat penting menurut Fisher (2008 : 8), khususnya bagaimana: 1) mengidentifikasi

elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan; 2) mengidentifikasi dan mengevaluasi

asumsi-asumsi; 3) mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan; 4) menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim; 5) mengevaluasi argumen-argumen yang

beragam jenisnya; 6) menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan penjelasan-penjelasan; 7) menganalisis, mengevaluasi dan membuat

keputusan-keputusan; 8) menarik inferensi-inferensi; 9) menghasilkan argumen-argumen.

3. Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Triyanto (2009 : 90) mengemukakan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada

banyaknya masalah yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian secara nyata.

Ratumanan (dalam Triyanto, 2009 : 92), menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran cara berproses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran

(36)

dan sekitarnya. Peterson (dalam Amir, 2009 : 13) mengatakan bahwa yang mendapatkan fokus dalam pembelajaran berbasis masalah bukan hanya pada saat pembelajaran itu berlangsung tetapi juga kelak, yakni

kecakapan yang diperoleh akibat proses tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan,

bahwa pembelajaran berbasis masalah atau PBL merupakan model pembelajaran yang mengangkat masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk diselesaikan dengan langkah-langkah tertentu.

b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Karakteristik Problem Based Learning menurut Arends (dalam

Trianto,2009 : 93) adalah sebagai berikut: 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran

berdasarkan masalah dan pertanyaan yang terjadi dan masalah tersebut penting untuk dipecahkan dan bermakna bagi seseorang. 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Masalah yang akan dipecahkan adalah masalah yang nyata agar dalam pemecahannya siswa tidak hanya melihat dari satu sisi mata

(37)

3) Penyelidikan autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata

terhadap masalah nyata.Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat

ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

4) Membuat produk dan memamerkannya

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya.Karya tersebut mampu mewakili atau menjelaskan penyelesaian masalah yang mereka temukan.

5) Kolaborasi

Ciri dari pembelajaran berbasis masalah adalah dengan adanya

siswa yang bekerjasama dalam menyelesaikan

masalahnya.Bekerjasama memberikan motivasi, mengembangkan keterampilan sosial, dan keterampilan berpikir.

d. Tujuan Problem Based Learning (PBL)

Berdasarkan ciri-ciri PBL yang telah disebutkan diatas, menurut Trianto (2009 : 94), tujuan PBL adalah untuk: 1) membantu

(38)

pemecahan masalah, 2) belajar peranan orang dewasa yang autentik, 3) menjadi pembelajar yang mandiri.

e. Kelebihan dan Kekurangan PBL

Kelebihan Problem Based Learning (PBL) sebagai suatu model pembelajaran menurut Trianto (2009 : 96) adalah : 1) realistik

dengan kehidupan siswa, 2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, 3) memupuk sifat inkuiri siswa, 4) memupuk kemampuan Problem

Solving atau pemecahan masalah. Selain kelebihan tersebut

pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kekurangan yaitu : 1) persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, 2)

sulitnya mencari problem yang relevan, 3) memerlukan waktu yang panjang, dan 4) sering terjadi miss-konsepsi.

f. Langkah–langkah Problem Based Learning (PBL)

Proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Menurut Amir (2009 : 24) ada 7 langkah PBL setelah membentuk kelompok kecil:

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep

(39)

2) Merumuskan masalah

Fenomena atau kejadian yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena

itu.

3) Menganalisis masalah

anggota menggeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimuliki anggota tentang masalah. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau

hipotesis yang terkait dengan masalah.

4) Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan

dalam

bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang

bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian yang membentuknya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan

mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran kan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Tujuan pembelajaran ini juga yang dibuat menjadi dasar penugasan–penugasan individu disetiap

(40)

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)

saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki,

dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan dan menentukan di mana hendak

dicarinya atau menentukan sumber informasi.Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu/kelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan

pembelajaran.

7) Mensintesa (menggabungkan dan menguji informasi baru, dan

membuat laporan untuk kelas

dari laporan-laporan individu/kelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan

informasi-informasi baru. Kelompok sudah dapat membuat sistesis; menggabungkan dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan.

Arends (2013 : 115) menyatakan bahwa ada lima tahap dalam

sintaksis untuk pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

Tahap 1: Mengarahkan siswa kepada masalah

Guru meninjau ulang tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah

Tahap 2: Mempersiapkan siswa untuk belajar

(41)

Tahap 3: Membantu penelitian mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

mengadakan eksperimen, dan mencari penjelasan serta solusinya

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mepersiapkan hasil karya

Tahap 5:Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk merefleksikan penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Sedangkan Pannen (dalam Ngalimun, 2012 : 94) langkah-langkah dalam pembelajaran PBL ada delapan tahapan, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis

data, (4) memecahkan masalah berdasarkan data pada data yang ada dan analisisnya, (5) memilih cara untuk menyelesaikan masalah, (6) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan ujicoba

terhadap rencana yang ditetapkan, dan (8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan lima fase dalam PBL sesuai dengan pendapat Arends (2013 : 115) yang meliputi: (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar,

(42)

(4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

4. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika

Johnson dan Myklebust (dalam Sundayana, 2003 : 252)

mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Dengan kata lain, matematika adalah bekal bagi

peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Sedangkan menurut Schoenfeld (dalam Hendriana &

Soemarmo,2014 : 6) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang hidup dan tumbuh di mana kebenaran dicapai secara individu dan melalui masyarakat matematis. Selanjutnya ia menyarankan

agar: a) Pakar matematika mengembangkan pemahaman matematik yang dalam melalui latihan magang dalam masyarakat terutama untuk mahasiswa pascasarjana dan professional muda, b) Dalam standar

pembelajaran untuk siswa menengah ke bawah siswa tidak didorong untuk magang seperti itu, oleh karena itu hendaknya siswa didorong untuk doing

dan knowing mathematics.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan angka

(43)

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Hendriana dan Soemarmo (2014:7) menyatakan bahwakurikulum KTSP yang disempurnakan pada kurikulum 2013 mencantumkan tujuan

pembelajaran matematika sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan

konsep atau matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan peryataan matematika, 3) memecahkan masalah, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. c. Materi Pembelajaran

1) Perkalian

Konsep perkalian adalah penjumlahan berulang. Contoh:

Banyak seluruh apel Bu Santi ada 9 buah.

Kita dapat memperolehnya dengan cara menjumlahkan 3 + 3 + 3 = 9 Penjumlahan itu disebut penjumlahan berulang. Penjumlahan bilangan 3

(44)

2) Pembagian

Konsep pembagian adalah pengurangan berulang. Contoh:

Bu Sita memindahkan 12 butir telur itu ke keranjang kecil. Setiap kali ia memindahkan 4 butir telur ke masing-masing keranjang kecil.

Ternyata, semua telur dapat menempati 3 keranjang kecil dan tidak ada telur yang tersisa.

12 - 4 - 4 - 4 = 0

Bentuk pengurangan di atas disebut pengurangan berulang.

Pengurangan dengan 4 dilakukan sebanyak 3 kali. Jadi, 12 : 4 = 3.

Pembagian dapat dinyatakan sebagai pengurangan berulang.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang hasil belajar pernah dilakukan oleh Pratiwi, Ni Wyn

Wida Gian, dkk.(2013)dengan judul “Model Pembelajaran Problem Based

Learning Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Saraswati Tabanan”. Data mengenai hasil

belajar materi pecahan dalam mata pelajaran matematika dikumpulkan dengan instrumen berupa tes objektif pilihan ganda. Data yang diperoleh selanjutnya

dianalisis dengan tehnik t-test dengan t-hitung= 2,8, t-tabel= 0,02 pada taraf signifikansi 5% dan dk = 34 n1 – 1atau n2 – 1 sehingga diperoleh t-hitung >t-tabel. Rerata hasil belajar matematika siswa di kelompok eksperimen adalah

(45)

berpengaruh terhadap hasil belajar materi pecahan dalam mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Saraswati Tabanan.

Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning, juga pernah dilakukan oleh Gunantar, Gd, dkk.(2014) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yakni

dari siklus I ke siklus II sebesar 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Susila, Putu Budi, dkk.(2014)

dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV

Gugus III Kecamatan Busungbiu”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa kelompok eksperimen tergolong tinggi dengan rata-rata 16,56, sedangkan hasil belajar siswa kelompok kontrol tergolong sedang dengan rata-rata 11,43. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan

berpikir kritis siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV

gugus III kecamatan Busungbiu ( thitung>ttabel, thitung = 4,77 dan ttabel

=2,43).Dengan demikian, model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa.

(46)

dan kemampuan berpikir kritis matematika melalui pembelajaran Problem

Based Learning (PBL). Literatur Map penelitian yang relevan dapat dilihat

pada gambar 2 berikut:

Gambar 2.1Bagan Literature MapPenelitian

Pratiwi, Ni Wayan Wida Gian, dkk. (2013). Model Pembelajaran Problem Based Learning

Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Saraswati Tabanan

(47)

Penelitian ini memperkuat penelitian yang relevan, bahwa model pembelajaran PBL memberikan pengaruh terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Peneliti meneliti tentang peningkatan hasil

belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas III A pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran PBL SD Negeri

Denggung. Unsur kesamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran PBL pada pembelajaran matematika.

C. Kerangka Berpikir

Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan

sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung. Oleh sebab itu, siswa harus selalu dilatih dan dibiasakan berpikir mandiri untuk memecahkan masalah, karena pemecahan masalah selain menuntut siswa untuk berpikir

juga merupakan alat utama untuk melakukan atau bekerja dalam matematika. Melalui pembelajaran matematika juga diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi

masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi siswa di masa depan (Susanto, 2012 : 195). Oleh sebab itu, siswa harus dilatih dan dibiasakan berpikir kritis untuk

memecahkan masalah. Guru harus menghadirkan pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih memahami materi pembelajaran. Pada umumnya anak kelas III memiliki karakteristik masa peralihan dari kelas II, untuk

(48)

Salah satu model pembelajaran adalah menghadirkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari, secara tidak langsung melatih siswa untuk berpikir menghadapi realitas kehidupan nyata, karena pada

kenyataannya anak tidak dilatih untuk berpikir menghadapi realitas kehidupan nyata. Apalagi kemampuan berpikir ini menjadi salah satu bekal utama untuk

menyelesaikan soal matematika, termasuk soal cerita. Siswa tidak dilatih berpikir kritis untuk menghadapi masalah matematis yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Padahal pembelajaran matematika yang ideal bertujuan

untuk menghadapkan siswa dengan realita kehidupan sehari-hari yang memuat permasalahan matematika dan perhitungan matematika. untuk dipikir

dan diselesaikan.

Pembelajaran Problem Based Learningjuga terkait dengan peran siswa dalam keikutsertaannya saat proses pembelajaran. Peran serta siswa saat

proses pembelajaran dianggap penting karena didalam pembelajaran dibutuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif, yang mencontohkan

kesempurnaan berpikir, dengan terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk

menentukan keputusan, ketika anak dihadapkan pada masalah anak akan terlatih untuk berpikir kritis. Model pembelajaran Problem Based Learningini menekankan penyelesaian masalah pada kehidupan sehari-hari, sehingga

(49)

Pernyataan diatas, membuat peneliti tertarik dengan model atau strategi pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran Problem Based

Learning merupakan konsep belajar yang menekankan masalah pada

kehidupan sehari-hari. Di harapkan proses pembelajaran akan menjadi aktif, menyenangkan, dan mudah dipahami oleh siswa. Penerapan pembelajaran

Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori yang mendukung dan kerangka berpikir yang

peneliti tulis di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III

A SD Negeri Denggung tahun pelajaran 2015/2016, dilaksanakan dengan lima fase yaitu : (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individu maupun

kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

(50)

3. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatan kemampuan berpikir kritis matematika materi perkalian dan pembagian siswa kelas III A SD Negeri Denggung tahun pelajaran

(51)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatan, praktik dan proses pembelajaran (Susilo, 2007:16).

Penelitian Tindakan Kelas memiliki berbagai model yang dapat digunakan

dalam sebuah penelitian. Model penelitian yang diadaptasi peneliti dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc. Taggart.Model Kemmis dan Mc

Taggart dapat digambarkan dalam bagan berikut.

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010 : 17)

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

Perencanaan

Pelaksanaan

(52)

Berdasarkan gambar 3.1 model PTK Kemmis dan Mc Taggart terdapat empat langkah untuk setiap siklus yang meliputi:

1. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh peneliti ketika akan

memulai tindakannya.

2. Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. 3. Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan.

Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan.

4. Refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh

peneliti.

Peneliti melakukan perencanaan mengenai langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan ketika akan memulai tindakannya, seperti menyusun perangkat

pembelajaran dan berkonsultasi dengan guru kelas. Sehingga dalam proses pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan.

Pengamatan dilakukan setiap kali pertemuan di kelas, peneliti membuat pedoman pengamatan (observasi) untuk mempermudah melihat jalannya pelaksanaan tindakan. Sedangkan dalam refleksi peneliti melihat kembali apakah

(53)

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Denggung yang terletak di

jalan Candi Gebang, Bangunrejo, Tridadi, Sleman ,Yogyakarta. 2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik SD Negeri Denggung tahun pelajaran 2015/2016 kelas III A yang berjumlah 28 siswa.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas III A SD Negeri Denggung, melalui

pembelajaran inovatif Problem Based Learning.

C. Persiapan

Persiapan dalam penelitian ini meliputi:

1. Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SD Negeri Denggung

2. Melakukan wawancara dengan guru kelas III untuk mengetahui permasalahan yang dialami siswa

3. Melakukan observasi pembelajaran siswa di kelas III guna memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta karakteristik siswa.

4. Peneliti menyebarkan kuesioner untuk mengetahui kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa kelas III.

5. Meminta dokumen nilai siswa dari guru kelas III tahun sebelumnya

(54)

7. Merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis 8. Menyusun rencana penelitian

9. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok dan

menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, Soal Evaluasi Siklus I dan siklus II, kunci jawaban dan instrumen

penelitian.

10. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Validasi perangkat pembelajaran dua dosen ahli dan guru kelas

11. Mendata nama-nama siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah pada mata pelajaran matematika melalui wawancara dengan

guru kelas.

D. Tindakan Penelitian Setiap Siklus

Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga hahap sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan peneliti sebelum memberikan tindakan

pada siswa yaitu membuat perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, materi yang diajarkan, LKS dan soal evaluasi siklus I. Selanjutnya peneliti

juga mempersiapkan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I.

b. Pelaksanaan Kegiatan

(55)

pelajaran terdiri dari 35 menit. Adapun tahapan proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan I

a) Kegiatan Awal

Guru membagikan kuesioner mengenai kemampuan berpikir kritis

siswa, setelah itu guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan perkalian untuk menggali pemahaman siswa(orientasi siswa pada masalah).

b) Kegiatan Inti

Guru membacakan soal cerita dalam kehidupan sehari-hari tentang

perkalian lalu melakukan demonstrasi menggunakan media papan manik-manik untuk menjelaskan konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang berdasarkan soal cerita yang sudah dibacakan

tadi(mengorganisasi siswa untuk belajar). Beberapa siswa ke depan untuk membantu guru dalam menggunakan media, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan LKS yang dibantu dengan

media sedotan(membimbing penyelidikan individu maupun kelompok). Setelah itu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi

kelompok mereka (mengembangkan dan menyajikan hasil karya).

c) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup diakhiri dengan tanya jawab seputar materi yang

(56)

2) Pertemuan II

a) Kegiatan Awal

Guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran dengan cara

bertanya kepada siswa bagaimana melalukan perkalian dengan dua angka?.Lalu guru menuliskan contoh soal supaya siswa mencoba

mengerjakan(orientasi siswa pada masalah).

b) Kegiatan Inti

Guru membacakan soal cerita tentang kehidupan sehari-hari tetapi

memuat materi perkalian dua angka(mengorganisasi siswa untuk belajar). Untuk menjelaskan materi perkalian dengan dua angka, guru menggunakan

media papan angka.Media ini terbuat dari kertas karton yang diberi kantong-kantong untuk memasukkan angka-angka.Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dengan bantuan guru (membimbing penyelidikan

individu maupun kelompok) c) Kegiatan Penutup

Sebelum melakukan kegiatan penutup guru mengadakan sedikit

permainan menggunakan papan angka yang diletakkan di papan tulis, setiap siswa mendapatkan angka-angka selanjutnya guru akan membacakan

soal seperti mencongak, lalu siswa akan memasukkan angka-angka dengan cepat (mengembangkan dan menyajikan hasil karya) Setelah itu siswa melalukan evaluasi akhir siklus I(menganalisis dan mengevaluasi proses

(57)

c. Observasi

Observasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I. Peneliti mengobservasi tentang kemampuan berpikir kritis sesuai

dengan pedoman observasi kemampuan berpikir kritis yang peneliti buat. d. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi setelah melakukan tindakan pada siklus I. Refleksi bertujuan untuk memberikan penilaian dan mengetahui kekurangan maupun kelebihan yang terjadi ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung. Kegiatan refleksi pada siklus I ini akan digunakan peneliti sebagai pertimbangan merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus II peneliti membuat perencanaan pembelajaran

berdasarkan hasil refleksi pada siklus I . Pada siklus II peneliti memperbaiki kekurangan pada siklus I. Peneliti juga mempersiapkan RPP yang akan digunakan pada siklus II. Peneliti juga mempersiapkan

LKS dan media yang akan digunakan pada siklus II. b. Pelaksanaan Tindakan

(58)

1) Pertemuan I

a) Kegiatan Awal

Guru bertanya mengenai kegiatan sehari-hari siswa yang mungkin

berhubungan dengan pembagian(orientasi siswa pada masalah).

b) Kegiatan Inti

Gurumembacakan soal cerita pembagian lalu meminta bantuan siswa untuk membantu menyelesaikan soal tersebutdengan menggunakan papan manik-manik untuk menjelaskan konsep

pembagian(mengorganisasi siswa untuk belajar). Secara berkelompok siswa mengerjakan LKS dan guru membimbing untuk menyelesaikan

soal-soal tersebut(membimbing penyelidikan individu maupun kelompok), lalu salah satu perwakilan kelompok menyampaikan hasil

diskusi kelompok mereka (mengembangkan dan menyajikan hasil

karya).

c) Kegiatan Penutup

Secara bersama-sama guru dan murid melakukan refleksi tentang

pembelajaran yang sudah dilaksanakan lalu menutupnya dengan memberikan kesimpulan tentang materi (menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).

2) Pertemuan II

a) Kegiatan Awal

(59)

akan dipelajari, yaitu tentang pembagian dua angka(orientasi siswa

pada masalah). b) Kegiatan Inti

Guru membacakan soal cerita yang harus diselesaikan dengan pembagian dua angka, kemudian menjelaskan tentang

materi(mengorganisasi siswa untuk belajar)lalu siswa mengerjakan LKS secara berkelompok (membimbing penyelidikan individu maupun

kelompok). Setelah selesai mengerjakan LKS perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka (membimbing

penyelidikan individu maupun kelompok), selanjutnya siswa

mengerjakan soal evaluasi akhir siklus II sekaligus juga mengerjakan soal evaluasi akhir yaitu gabungan dari siklus I dan siklus II.

c) Kegiatan Penutup

Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran, guru memberikan kuesioner tentang kemampuan berpikir kritis.Selanjutnya bersama-sama melakukan refleksi mengenai pembelajaran yang sudah

dilaksanakan lalu membuat kesimpulan(menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).Guru meminta perwakilan

beberapa siswa untuk memberikan kesan dan pesan selama peneliti masuk ke kelas mereka.

c. Observasi

(60)

Peneliti mengamati kemampuan berpikir kritis ketika proses pembelajaran berlangsung. Dari kegiatan observasi ini peneliti mampu mengamati secara langsung perkembangan siswa.

d. Refleksi

Ketika tindakan pada siklus II terlaksana, peneliti kemudian

mengevaluasi kegiatan pada siklus II yang telah dilakukan. Kemudian peneliti menganalisis proses pembelajaran, hasil evaluasi dan

kuesioner berpikir kritis yang telah dibagikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan

non tes yang meliputi: 1. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab sepihak antara

pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee), yang dilaksanakan sambil bertatap muka, baik secara langsung maupun tidak

langsung, dengan maksud memperoleh jawaban dari interviewee (Masidjo, 1995:72). Peneliti melakukan kegiatan wawancara pada hari sabtu,8 Agustus, wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kondisi secara umum, karakteristik

siswa kelas III, bagaimana proses pembelajaran dan masukan-masukan dari guru yang berguna untuk membantu proses penelitian. Dari kegiatan

Gambar

tabel. Rerata hasil belajar matematika siswa di kelompok eksperimen adalah
Gambar 2.1Bagan Literature MapPenelitian
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010 : 17)
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Pertanyaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan penerapan model pembelajaran linked courses dalam meningkatkan kemampuan berpikir asosiatif- kritis dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar, kemampuan berpikir kritis, dan hubungan hasil belajar dengan kemampuan berpikir kritis siswa tentang polusi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta melalui penerapan model Problem Based

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan sosial siswa dengan menerapkan model pembelajaran PBL pada materi sistem pernapasan di kelas

Hasil analisis data 8 aspek motivasi belajar dan 6 aspek kemampuan berpikir kritis menunjukan bahwa upaya penerapan model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran problem solving berbantuan modul pada

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) efektivitas perangkat pembelajaran model PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan Self Efficacy siswa SMA; 2)