ABSTRAK
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan
Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Frengki Widiyatmoko (121134195) Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) memaparkan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa; (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perkalian dan pembagian; dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perkalian dan pembagian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 yang berjumlah 30 siswa. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, kuesioner dan soal evaluasi essay. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) relating, (2) applying,(3) exsperiencing,(4) cooperting, dan (5) transfering. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan pada, kondisi awal rata-rata hasil belajar, yaitu 64,51 dengan persentase ketuntasan 44,44%, meningkat pada siklus I rata-rata hasil belajar menjadi 76,53 dengan persentase ketuntasan 73,33%, pada siklus II rata-rata hasil belajar menjadi 87,2 dengan presentase ketuntasan 86,66%. Kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan, kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh nilai 58,17 pada kriteria “tidak kritis”, setelah dilakukan tindakan nilai kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 79,36 pada kriteria “cukup kritis”, presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada kondisi awal 33,33% di kondisi akhir meningkat menjadi 83,33%.
ABSTRACT
The Improvement of Learning Outcomes and Critical Thinking Skill in the Third Grade of Karangmloko 1 Elementary School in Multiplication and
Division Operation by Using Contextual Learning Approach Frengki Widiyatmoko (121134195)
Sanata Dharna University 2016
The background of this research based on by the low of learning outcomes and critical thinking skill of the students in the third grade of Karangmloko 1 elementary school in the academic year of 2015/2016. This study is aimed: (1) To expose the implement of contextual learning approach to improve the students’ mathematics learning outcomes and critical thinking skill; (2) to improve and know the improvement of the students learning outcomes by using contextual learning approach in multiplication and division operation: and (3) to improve and know the improvement of the students in critical thinking skill by using contextual learning approach in multiplication and division operation.
The type of this study is classroom action research. The subject of this research is the students in the third grade of Karangmloko 1 elementary school consist of 30 students. Besides, the object of this study is improving student’s mathematics learning outcomes and knowing the students critical thinking skill. To collect the data, the writer using interview, observation, questionnaire, and giving essay test as instruments. Data analysis which is used of writer is using qualitative and quantitative data.
The steps for using contextual learning approach as follows: (1) relating, (2) eksperiencing, (3) applying, (4) cooperting, and (5) transfering. The improvement of the result is showed in the average at the first condition point 64,51 with percentage completeness is 44,44% improve in the cycle I with the average 76,53 with percentage completeness is 73,33% and in the cycle II the average point 87,2% with percentage completeness is 86,66%. The students critical thinking skill showed, in the first condition, the student’s critical thinking skill is got score 58,17 in the “not critics” criteria, after giving treatment get an
improvement become 79,36 in the “adequate critics” criteria, the student’s
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS III SD NEGERI
KARANGMLOKO 1 PADA MATERI OPERASI HITUNG
PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Frengki Widiyatmoko NIM : 121134195
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS III SD NEGERI
KARANGMLOKO 1 PADA MATERI OPERASI HITUNG
PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Frengki Widiyatmoko NIM : 121134195
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai dan menguatkan saya dalam menjalani kehidupan saya.
2. Orang tua saya, Bapak Rochmadi dan Ibu Juwarti yang selalu memberikan yang terbaik untuk saya, semangat, serta doa demi kesuksesan dan masa depan saya.
3. Adik saya Bima Aramansah yang selalu memberikan semangat dan menyebut nama saya dalam doanya.
4. Sahabat-sahabat saya Faisal Arif Rifai, Muhamad Yusuf arofiq, Ririn Septianingrum, Armi Yustina, Arum Purna Andari, Leni Setiyaningsih, dan Dwi Marginingsih yang telah memberikan semangat dan keceriaan
selama menempuh pendidikan di PGSD.
5. Seluruh warga SD Negeri Karangmloko 1 terimakasih atas bantuan, dan
v
MOTTO
Memiliki sebuah tujuan untuk menanamkan keinginan dalam diri,
memiliki keinginan akan menanamkan motivasi dalam diri untuk
melakukannya.
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain). Dan kepada tuhanmulah engkau berharap.”
(QS. Al-Insyirah, 6-8)
“Be a strong wall in the hard times and be a smiling sun in the
good times.”
Jadilah dinding yang kuat ketika masa-masa sulit. Jadilah matahari
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Maret 2016
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Frengki Widiyatmoko
Nomor Mahasiswa : 121134195
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS III SD NEGERI KARANGMLOKO 1 PADA
MATERI OPERASI HITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN
MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 31 Maret 2016 Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan
Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Frengki Widiyatmoko (121134195) Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) memaparkan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa; (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perkalian dan pembagian; dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perkalian dan pembagian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 yang berjumlah 30 siswa. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, kuesioner dan soal evaluasi essay. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) relating, (2) applying,(3) exsperiencing,(4) cooperting, dan (5) transfering. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan pada, kondisi awal rata-rata hasil belajar, yaitu 64,51 dengan persentase ketuntasan 44,44%, meningkat pada siklus I rata-rata hasil belajar menjadi 76,53 dengan persentase ketuntasan 73,33%, pada siklus II rata-rata hasil belajar menjadi 87,2 dengan presentase ketuntasan 86,66%. Kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan, kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh nilai 58,17 pada kriteria “tidak kritis”, setelah dilakukan tindakan nilai kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 79,36
pada kriteria “cukup kritis”, presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada kondisi awal 33,33% di kondisi akhir meningkat menjadi 83,33%.
ix
ABSTRACT
The Improvement of Learning Outcomes and Critical Thinking Skill in the Third Grade of Karangmloko 1 Elementary School in Multiplication and
Division Operation by Using Contextual Learning Approach Frengki Widiyatmoko (121134195)
Sanata Dharna University 2016
The background of this research based on by the low of learning outcomes and critical thinking skill of the students in the third grade of Karangmloko 1 elementary school in the academic year of 2015/2016. This study is aimed: (1) To expose the implement of contextual learning approach to improve the students’ mathematics learning outcomes and critical thinking skill; (2) to improve and know the improvement of the students learning outcomes by using contextual learning approach in multiplication and division operation: and (3) to improve and know the improvement of the students in critical thinking skill by using contextual learning approach in multiplication and division operation.
The type of this study is classroom action research. The subject of this research is the students in the third grade of Karangmloko 1 elementary school consist of 30 students. Besides, the object of this study is improving student’s mathematics learning outcomes and knowing the students critical thinking skill. To collect the data, the writer using interview, observation, questionnaire, and giving essay test as instruments. Data analysis which is used of writer is using qualitative and quantitative data.
The steps for using contextual learning approach as follows: (1) relating, (2) eksperiencing, (3) applying, (4) cooperting, and (5) transfering. The improvement of the result is showed in the average at the first condition point 64,51 with percentage completeness is 44,44% improve in the cycle I with the average 76,53 with percentage completeness is 73,33% and in the cycle II the average point 87,2% with percentage completeness is 86,66%. The students critical thinking skill showed, in the first condition, the student’s critical thinking skill is got score 58,17 in the “not critics” criteria, after giving treatment get an improvement become 79,36 in the “adequate critics” criteria, the student’s percentage is adequate critics its showed in the last getting 83,33%.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung
Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual” ini dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Serta dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan, seperti keterbatasan
waktu, pengetahuan, dan pengalaman. Namun, berkat semangat dan dukungan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma
3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas
Sanata Dharma.
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah
xi
5. Maria Agustina Amelia, S.Si, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Sumarno, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Karangmloko 1 yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
7. Ratna Indrayanti, S.Pd. selaku guru kelas III SD Negeri Karangmloko 1 yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian tindakan kelas.
8. Para guru SD Negeri Karangmloko 1 telah memberikan banyak bantuan selama
penelitian di sekolah.
9. Teman-teman kelompok skripsi Faisal, Janu, Ibnu, Husein, Ulil, Ardian, Adit,
Ambar, Yashinta, Asti, Riza, Upik, Eva, Tesa dan Wulan yang telah berbagi pengetahuan, semangat, dalam proses penyusunan skripsi.
10.Teman-teman PGSD angkatan 2012 khususnya kelas E, yang berjuang dalam suka dan duka selama menumpuh pendidikan di PGSD.
11.Keluarga saya, Bapak Rochmadi, Ibu Juwarti, dan Bima Aramansah yang
selalu mendoakan dan memberikan semangat demi kesuksesan dan masa depan saya.
xii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan senang hati kritik dan saran yang membangun.
Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber belajar dan meningkatkan pengetahuan yang digunakan sebagai acuan dan pegangan bagi
pembaca.
Yogyakarta, 31 Maret 2016
Penulis,
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
G.Definisi Operasional ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
A. Kajian Pustaka ... 12
1. Belajar ... 12
2. Hasil Belajar ... 13
xiv
4. Matematika ... 22
5. Materi Pembelajaran ... 27
6. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 28
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 38
C. Kerangka Berpikir ... 42
D. Hipotesis Tindakan ... 44
BAB III METODE PENELITIAN... 45
A. Jenis Penelitian ... 45
B. Setting Penelitian ... 48
1. Tempat Penelitian ... 48
2. Subjek Penelitian ... 48
3. Objek Penelitian ... 48
4. Waktu Penelitian ... 49
C. Persiapan Penelitian ... 49
D. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 50
1. Siklus I ... 50
2. Siklus II ... 55
E. Teknik Pengumpulan Data ... 60
1. Non Tes ... 61
2. Tes... 63
F. Instrumen Penelitian ... 64
1. Pedoman Wawancara... 65
2. Pedoman Observasi ... 66
3. Lembar Kuesioner ... 67
4. Tes Evaluasi ... 69
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 72
1. Validitas ... 72
H. Teknik Analisa Data ... 82
1. Analisis Data Hasil Belajar ... 82
2. Analisis Data kemampuan Berpikir Kritis Kuesioner ... 83
xv
I. Indikator Keberhasilan ... 94
J. Jawal Penelitian ... 95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 96
A. Hasil Penelitian ... 96
1. Proses Penelitian ... 96
2. Hasil Belajar ... 112
3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 117
B. Pembahasan ... 139
1. Proses Penerapan Pendekatan Kontekstual ... 140
2. Peningkatan Hasil Belajar... 143
3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 145
BAB V PENUTUP ... 159
A. Kesimpulan ... 159
B. Keterbatasan Penelitian ... 160
C. Saran ... 161
DAFTAR PUSTAKA ... 162
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Bagan Penelitian Yang Relevan ... 42
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart. ... 46
Gambar 4.1 Persentase Pencapain Kondisi Awal ... 144
Gambar 4.2 Hasil Pencapaian Nilai Siklus I ... 145
Gambar 4.3 Persentase Pencapaian Siklus I ... 146
Gambar 4.4 Hasil Pencapaian Nilai Siklus II... 147
Gambar 4.5 Persentase Pencapaian Siklus II ... 147
Gambar 4.6 Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar ... 148
Gambar 4.7 Persentase Pencapaian Hasil Belajar ... 149
Gambar 4.8 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 152
Gambar 4.9 Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis ... 154
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Berpikir Kritis ... 65
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Proses Pembelajaran ... 66
Tabel 3.3 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis . ... 67
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 68
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Kuesioner ... 68
Tabel 3.6 Soal Evaluasi Siklus I ... 69
Tabel 3.7 Soal Evaluasi Siklus II ... 70
Tabel 3.8 Soal Evaluasi Akhir Siklus I dan Siklus II ... 70
Tabel 3.9 Rubik Penskoran Soal Evaluasi ... 72
Tabel 3.10 Kriteria Kelayakan Validasi ... 73
Tabel 3.11 Hasil Validasi Silabus ... 74
Tabel 3.12 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 75
Tabel 3.13 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 77
Tabel 3.14 Hasil Validasi Materi Ajar ... 78
Tabel 3.15 Hasil Validasi Kuesioner ... 79
Tabel 3.16 Hasil Validasi Lembar Evaluasi ... 81
Tabel 3.17 Penilaian Acuan Patokan I (PAP I) ... 84
Tabel 3.18 Rentang Skor Indikator 1 ... 85
Tabel 3.19 Rentang Skor Indikator 2 ... 86
Tabel 3.20 Rentang Skor Indikator 3 ... 87
Tabel 3.21 Rentang Skor Indikator 4 ... 88
Tabel 3.22 Rentang Skor Indikator 5 ... 89
Tabel 3.23 Rentang Skor Indikator 6 ... 90
Tabel 3.24 Rentang Skor Seluruh Indikator ... 91
Tabel 3.25 Rentang Skor Observasi ... 93
Tabel 3.26 Target Kriteria Keberhasilan ... 94
Tabel 3.27 Jadwal Pelaksanaan Tindakan ... 95
Tabel 4.1 Hasil Ujian Tengah Semester 2014/2015... 112
xviii
Tabel 4.3 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 114
Tabel 4.4 Data Peningkatan Hasil Belajar Akhir Siklus ... 116
Tabel 4.5 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 1 ... 118
Tabel 4.6 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 2 ... 119
Tabel 4.7 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 3 ... 120
Tabel 4.8 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 4 ... 121
Tabel 4.9 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 5 ... 122
Tabel 4.10 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 6 ... 123
Tabel 4.11 Data Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 124
Tabel 4.12 Kondisi Awal Data Kuesioner Berpikir Kritis ... 126
Tabel 4.13 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 1 ... 128
Tabel 4.14 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 2 ... 129
Tabel 4.15 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 3 ... 130
Tabel 4.16 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 4 ... 131
Tabel 4.17 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 5 ... 132
Tabel 4.18 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 6 ... 133
Tabel 4.19 Data Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Akhir ... 134
Tabel 4.20 Kondisi Akhir Data Kuesioner Berpikir Kritis ... 135
Tabel 4.21 Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ... 137
Tabel 4.22 Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II ... 138
Tabel 4.23 Data Peningkatan Hasil Belajar ... 148
Tabel 4.24 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. ... 151
Tabel 4.25 Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis ... 153
Tabel 4.26 Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 155
xix
LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Peneliti membahas ketujuh topik tersebut secara
berurutan.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia untuk mengembangkan dirinya, sehingga mampu menjadi manusia yang berkualitas dan berpotensi serta mampu bersaing di era globalisasi.
Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Pendidikan mempunyai peranan yang besar dalam membentuk
karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak untuk melahirkan generasi muda yang cerdas dan bermartabat. Hal ini sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
(dalam sistem pendidikan nasional, pasal 1) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar peserta
didik agar lebih aktif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan penjelasan tersebut sangat jelas bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah membentuk individu yang lebih baik.
menulis, berhitung, dan keterampilan dasar lainnya. Siswa sekolah dasar mengalami perkembangan dalam tingkat berpikir yang memerlukan
stimulus untuk memahami pengetahuan yang diterimanya agar bisa berpikir kritis dalam menerima pengetahuan dan memecahkan suatu masalah, karena
dengan berpikir kritis siswa dapat membuat suatu keputusan atau kesimpulan yang masuk akal tentang apa yang mereka yakini atau mereka lakukan. Berpikir kritis adalah suatu kegiatan cara berpikir untuk mencapai
suatu tujuan. Berpikir kritis mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau menarik kesimpulan dari
suatu masalah. Menurut Ennis (dalam Susanto, 2013: 121), berpikir kritis adalah suatu kegiatan dengan cara berpikir dengan tujuan membuat suatu
keputusan yang dapat diterima tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang angka dan bilangan (Soedjadi, 2000: 11). Pembelajaran
matematika sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari baik secara umum maupun khusus. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah melatih cara berpikir dan nalar siswa dalam menarik kesimpulan
serta mengembangkan daya imajinatif, kreatif dan kritis dengan cara membuat prediksi dugaan atau mencoba, sehingga dapat mengembangkan
meningkatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika
yang ideal, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dalam pembelajaran matematika anak dihadapkan pada realitas kehidupan nyata
siswa yang memuat permasalahan matematis.
Dalam kenyataannya sekarang, penguasaan matematika, baik oleh siswa sekolah dasar (SD) hinggasiswa sekolah menengah atas (SMA), selalu
menjadi permasalahan besar. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan bagi siswa. Permasalahan dalam
pembelajaran matematika adalah rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan bukti bahwa
selama proses pembelajaran siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pembelajaran. Salah satu materi pelajaran matematika di sekolah dasar yang dianggap sulit dipahami siswa adalah materi tentang perkalian dan
pembagaian. Materi perkalian dan pembagian merupakan materi yang saling berpasangan. Materi perkalian dan pembagian juga merupakan salah satu
materi yang sulit untuk dipahami siswa dan merupakan materi yang cukup lama proses penanamannya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas III
SD Negeri Karangmloko 1 pada tanggal 31 Juli 2015, peneliti memperoleh informasi bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata
oleh guru. Salah satu mata pelajaran matematika yang pencapaian hasil belajarnya masih rendah adalah tentang perkalian dan pembagian. Diketahui
bahwa kriteria kentuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada tahun ajaran 2014/2015 adalah 60.
Siswa dikatakan mencapai KKM, jika nilainya mencapai 60 atau lebih. Hasil ujian tengah semester pada mata pelajaran matematika kelas III, semester ganjil pada tahun 2014/2015 menunjukkan bahwa dari 27 terdapat
12 siswa (44,44%) yang mencapai KKM, sedangkan 15 (55,55%) belum mencapai KKM. Dengan rentang nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 44
dan nilai rata-rata kelas 64,51.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 agustus 2015, khususnya
pada pelajaran matematika, menunjukkan bahwa penguasan siswa terhadap materi pelajaran matematika masih rendah. Permasalahan dalam belajar matematika ini karena siswa tidak memiliki dorongan belajar sebagai akibat
dari pembelajaran yang menekankan pada pemberian materi secara langsung. Permasalahan tersebut menjadikan siswa menjadi pasif dalam
proses pembelajaran dan menjadikan banyak siswa yamg memiliki nilai dibawah KKM. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Akibat rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa,
berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara danobservasi dengan guru kelas III dapat disimpulkan bahwa
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan berhitung pada materi perkalian dan pembagian dikarenakan pembelajaran yang dilakukan guru
masih bersifat satu arah dimana guru sebagai sumber, penyedia, dan pemberi informasi (konvensional), sedangkan siswa hanya mencatat apa
yang disampaikan guru. Dengan kata lain, guru masih menggunakan pendekatan teacher centered, artinya guru menjadi sumber dari segala pengetahuan yang akan diterima dan diketahui siswa. Selain itu, guru dalam
menjelaskan materi juga belum mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata siswa.
Dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru, terlihat bahwa siswa tidak dihadapkan pada realitas kehidupan sehari-hari
yang memuat permasalahan matematis, dan juga tidak dilatih untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan kemampuan berpikir kritis
memiliki peran penting dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika. Apabila siswa tidak memiliki kemampuan berpikir kritis
mengakibakan siswa sulit menerima pengetahuan baru dan sulit memecahkan suatu persoalan dalam pembelajaran matematika. Dimana dalam pembelajaran matematika dibutuhkan kemampuan berpikir kritis
untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan matematika. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, guru harus kritis dan kreatif
belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Salah satu konsep atau prinsip matematika diperlukan pengalaman melalui pendekatan
yang membawa anak untuk berpikir konkret ke abstrak, yaitu melalui pendekatan pembelajaran kontekstual atau contekstual teaching and
learning. CTL merupakan sebuah sistem belajar yang bertujuan memotivasi
siswa untuk memahami makna materi pelajaran dengan mengkaitkan materi tersebut dan dunia nyata siswa atau dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Nurhadi (dalam Hosnan (2014: 267), CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan materi yang dipelajari dengan dunia
nyata siswa dan menghubungkan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian pada siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1.
3. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran siswa kurang menarik bagi siswa sehingga hasil pembelajaran siswa menjadi
kurang memuaskan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti akan membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penulis hanya meneliti siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1
semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.
2. Objek yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar matematika dan
kemampuan berpikir kritis matematika.
3. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kontekstual atau
Contekstual Teaching and Learning.
4. Mata pelajaran yang diteliti, yaitu matematika dengan materi perkalian dan pembagian pada SK 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai
tiga angka dan KD 1.3 Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangantiga angka.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagi berikut:
1. Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III
2. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar pada materi perkalian dan pembagian siswa kelas III SD
Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun ajaran 2015/2016?
3. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada materi perkalian dan pembagian siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah:
1. Memaparkan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun ajaran 2015/2016?
2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan konteksual pada materi perkalian dan pembagian kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun
2015/2016?
3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis:
Secara teoritis, penelitian ini adalah sarana untuk mengembangkan
pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran dengan mengguakan pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa serta kondisi sekolah.
2. Manfaat Praktis: a.Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran matematika khususnya pada operasi hitung perkalian dan pembagian.
2) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. b. Bagi Peneliti
1) Mendapatkan pengalaman baru tentang penggunaan pendekatan
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Penelitian ini merupakan sarana untuk belajar, berlatih,
menerapkan, dan mengembangkan pengetahuan peneliti yang telah berproses dalam penelitian.
3) Menambah wawasan atau pengetahuan baru tentang berpikir kritis.
c. Bagi Guru
1) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk memperkenalkan
2) Sebagai dasar pemikiran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi Sekolah
1) Dapat menanbah bahan bacaan yang terkait dengan PTK khususnya
dalam penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.
2) Memberikan inspirasi bagi guru-guru secara umum di sekolah
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar atau penelitian yang sama.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang terjadi dalam diri siswa yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan, keterampilan, analisis, evaluasi, serta nilai dan hasil belajar harus bermakna bagi siswa. Dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh
siswa setelah melakukan pembelajaran, dan hanya mengukur aspek kognitif saja.
2. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah suatu kegiatan dengan cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubunganan dengan konsep atau masalah. Berpikir
3. Matematika
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan hitungan dan menggunakan bilangan atau angka, serta simbol-simbol matematika untuk memecahkan permasalahan matematis dalam
kehidupan sehari-hari. 4. Perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang.
Contoh: 3 + 3 + 3 = 9
Bentuk 3 + 3 + 3 menunjukkan penjumlahan 3 sebanyak 3 kali.
Jadi, 3 + 3 + 3 dapat ditulis menjadi 3 × 3 = 9t 5.Pembagian
Pembagian merupakan pengurangan berulang sampai hasinya 0 (nol). Contoh: 15 ÷ 3 = 5
Jadi, 15 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0 , Berarti 15 ÷ 3 = 5
6. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning
Pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning adalah konsep belajar yang membantu guru untuk mengkaitkan
antara materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata siswa, dan
12
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada Bab II, peneliti membahas empat topik, yaitu kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti membahas keempat topik tersebut secara berurutan.
A. Kajian Pustaka 1.Belajar
Pengertian belajar menurut Gagne (dalam Susanto, 2013: 1) adalah suatu proses dimana seseorang dalam belajarnya akan bisa berubah perilakunya akibat dari pengalaman yang dilakukannya. Sedikit berbeda
yang dikemukakan Woolfolk dan Nicolish (dalam Hosnan, 2014: 3) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang
ada dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman. Dari kedua tokoh tersebut terdapat persamaan dalam mendefinisikan belajar, yaitu belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang dialami seseorang akibat
dari pengalaman.
Hilgard (dalam Suyono, 2011: 12) mendefinisikan belajar adalah
suatu proses dimana suatu perilaku akan muncul karena adanya respon terhadap situasi. Sedangkan menurut Burton dalam Hosnan (2014: 3), belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri individu akibat
Adapun pendapat dari Suyono dan Hariyanto (2011: 1), belajar adalah suatu proses yang selalu dilakukan dan dialami oleh manusia sejak
manusia masih di dalam kandungan sampai manusia meninggal, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Trianto (2009: 16) bahwa belajar diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya seseorang sejak lahir. Menurut Hilgard (dalam Susanto, 2013: 3), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan.
Perubahan kegiatan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan, dan tingkah laku. Perubahan-perubahan tersebut dapat
diperoleh seseorang melalui latihan atau pengalaman. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan manusia untuk memperolah suatu
perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan atau melalui latihan.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Kunandar (2014: 62) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan kognitif adalah pengetahuan
emosional, sedangkan kemampuan psikomotor adalah keterampilan yang mencakup kecerdasan kinetis, kecerdasan visual-spasial, dan
keserdasan musical. Kemampuan tersebut dapat diperoleh setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar.
Susanto (2013:5) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak setelah anak melewati proses pembelajaran. Brahim (dalam Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa
hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan skor nilai dari mempelajari materi
tersebut. Gagnet (dalam Dahar, 2011: 118) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki
siswa baik kemampuan kognitif, sikap, informasi verbal, maupun keterampilan motorik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang terjadi dalam diri siswa yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan, keterampilan, analisis, evaluasi, serta nilai dan hasil belajar harus bermakna bagi siswa. Dalam menciptakan kreatifitas siswa tidak hanya terbatas pada perolehan nilai dari suatu
bidang studi, tetapi dapat diperoleh dari belajar yang diikutinya yang menjadi bekal dasar pengalaman belajar berikutnya. Jadi, seorang
pembelajaran, apabila siswa tersebut dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan perubahan perilaku pada dirinya.
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Gestalt (dalam Susanto, 2013:12) menjelaskan bahwa hasil
belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu siswa dan lingkungan. Pertama berasal dari siswa, artinya hasil belajar itu dipengaruhi oleh kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan
kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua berasal dari lingkungan, artinya bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh sarana dan
prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar, keluarga, dan lingkungan.
Pendapat lain dikemukakan Wasliman (dalam Susanto, 2013:12) berpendapat bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya, meliputi
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, sikap, kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa yang
Selanjutnya pendapat lain yang tidak jauh berbeda mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munandi
(2008: 24) dibedakan menjadi 2, yaitu : 1) Faktor Internal
a) Faktor Fisiologis; Secara umum hal yang mempengaruhi kondisi fisologis siswa, seperti kesehatan, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya.
b) Faktor Psikologis; Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda
tentunya hal ini sangat berpengaruh dalam proses belajar. 2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan; Kondisi lingkungan sangat berpengaruh dalam proses belajar dan hasil belajar yang meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
b) Faktor Instrumental; Faktor instrumental berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14) yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya: kecerdasan, kesiapan anak,
bakat anak, kemamuan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi
1) Kecerdasan Anak; Kecerdasan anak sangat mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya dalam menerima suatu informasi. Kecerdasan
anak juga membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa tersebut mampu mengikuti pelajaran atau tidak.
2) Kesiapan atau Kematangan; Kesiapan atau kematangan merupakan tingkat perkembangan dimana individu atau organ tubuh berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Kesiapan atau kematangan juga
mempengaruhi dalam proses pembelajaran.
3) Bakat Anak; Bakat anak adalah kemampuan yang dimiliki setiap
anak untuk mencapai keberhasilan di waktu yang akan datang. 4) Kemauan Belajar; Kemauan belajar juga mempengaruhi hasil
belajar dimana kemauan yang tinggi dan rasa tanggung jawab berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya.
5) Minat; Minat adalah salah satu faktor penting dalam mempengaruhi
hasil belajar siswa. Siswa yang memusatkan perhatiannya terhadap suatu pelajaran memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan
akhirnya mempengaruhi hasil yang diinginkan.
6) Model Penyajian Materi Pelajaran; Model penyajian materi pelajaran yang bisa menyenangkan dan tidak membosankan dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
7) Pribadi dan Sikap Guru; Siswa dalam belajar tidak hanya melalui
8) Suasana Pengajaran; Suasana pengajaran yang tenang dan aktif diantara siswa dengan guru dapat memberikan nilai positif dalam
proses belajar mengajar.
9) Kompetensi Guru; Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh
kemampuan guru yang profesional. Guru yang professional adalah guru yang memliliki kompeten dalam bidangnya dan menguasainya dengan baik.
10) Masyarakat; Dalam pendidikan, lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian siswa.
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Sudjana (dalam Susanto, 2013: 15) mengungkapkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor
dari dalam diri siswa, yaitu kemampuan yang dimiliki siswa, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu lingkungan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri siswa yang memengaruhi hasil belajar siswa, contohnya kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, sikap, kondisi fisik dan kesehatan. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri
siswa baik lingkungan maupun non lingkungan, misalnyakeluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor yang terkait dengan
Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan. Sedangkan faktor internal dalam penelitian ini adalah
tentang kemampuan berpikir kritis siswa. Sehingga dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karateristik
siswa menjadikan siswa mampu untuk berpikir kritis dan meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Berpikir Kritis
a) Pengertian Berpikir Kritis
Susanto (2013: 121) mengatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu
kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep atau suatu masalah. Adapun pendapat
menurut Johnson (2007: 185), berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengatakan tentang suatu ide dengan percaya diri bahwa ide yang dipaparkan memiliki alasan yang logis dan bukti yang kuat. Pendapat
tersebut diperkuat oleh Ennis (dalam Susanto, 2013: 121) bahwa berpikir kritis merupakan suatu bentuk berpikir dengan tujuan
memperoleh keputusan yang bisa masuk akal tentang kejadian atau masalah apa yang dilakukan.
Halpen (dalam Susanto, 2013: 122) menambahkan bahwa berpikir
kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif untuk menentukan suatu tujuan. Berpikir kritis juga merupakan suatu kegiatan
yang diungkapkan Anggelo (dalam Susanto, 2013: 122) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah menerapkan kegiatan berpikir tingkat
tinggi yang, meliputi menganalisis, mengenal permasalahan, dan pemecahan masalah, menyimpulkan, serta mengevaluasi. Menurut
Tapilouw (dalam Susanto, 2013: 122), berpikir kritis adalah cara berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kecerdasan. Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah
suatu kegiatan dengan cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep atau masalah.
Baron dan Sternberd (dalam Susanto, 2013: 123), berpendapat bahwa ada lima kunci dalam berpikir kritis, yaitu: (1) praktis, (2)
relaktif, (3) masuk akal, (4) keyakinan, dan (5) tindakan. Strategi berpikir kritis terdiri dari tiga jenis, yaitu strategi afektif, kemampuan makro, dan keterampilan mikro (Susanto, 2013: 123). Pertama, strategi
afektif bertujuan untuk meningkatkan berpikir individu dengan caranya sendiri dan percaya diri. Kedua, kemampuan makro adalah suatu proses
dalam kegiatan berpikir, bertujuan untuk menghasilkan suatu keterampilan-keterampilan yang saling terpisah. Ketiga, keterampilan mikro adalah keterampilan yang menekankan pada kemampuan global.
Selama proses pembelajaran, guru memiliki peran penting dalam mengembangkan proses berpikir kritis siswa selama proses
b) Indikator Berpikir Kritis
Ennis (dalam Susanto, 2013: 125) mengungkapkan bahwa ada 12
indikator berpikir kritis yang terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir antara lain:
1.Memberikan penjelasan sederhana yang meliputi; (a) memfokuskan pertanyaan, (b) menganalisis pertanyaan, (c) bertanya dan menjawab tentang sesuatu penjelasan atau tantangan.
2.Membangun keterampilan dasar yang meliputi; (a) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, (b) mengamati dan
mempertimbangkan laporan hasil observasi.
3.Menyimpulkan yang meliputi; (a) mendeduksi dan mempertimbngkan
hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (c) membuat dan menentukan nilai pertimbangan.
4.Memberikan penjelasan lebih lanjut yang meliputi; (a) mendefinisikan
istilah dan mempertimbangkan definisi dalam tiga dimensi, (b) mengidentifikasi asumsi.
5.Mengatur strategi dan taktik yang meliputi; (a) menentukan tindakan dan (b) berinteraksi dengan orang lain.
Sedangkan menurut Angelo (dalam Achmad, 2007)
mengidentifikaasi lima indikator yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu sebagai berikut : (1) Ketrampilan menganalisis, (2) Ketrampilan
Kemudian Wowo (2012: 198) menambahkan bahwa berpikir kritis terdiri dari beberapa indikator sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan. 2. Menganalisis argumen.
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan. 4. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan. 5. Mengamati dan menilai laporan observasi.
6. Menyimpulkan dan menilai keputusan.
7. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau
keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar). 8. Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan
mempertahankan keputusan.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang indikator kemampuan berpikir kritis tersebuat, kemudian peneliti mencari kesamaan dari
indikator-indikator yang sudah dipaparkan diatas. Dari indikator-indikator tersebut kemudian peneliti memilih 6 indikator sebagai fokus penelitian,
yaitu (1) menganalisis argumen, (2) mampu bertanya, (3) mampu menjawab pertanyaan, (4) memecahkan masalah, (5) membuat kesimpulan, dan (6) keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil
4. Matematika
Matematika berasal dari bahasa Latin, mathanein atau mathema yang
mempunyai arti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedangkan dalam
bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde yang berarti ilmu pasti yang
berkaitan dengan penalaran (Depdiknas dalam susanto, 2013: 184). Nasution (1982: 12) mengungkapkan bahwa istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang mempunyai arti
mempelajari.
a. Pengertian Matematika
Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik yang erat hubungannya dengan angka dan bilangan (Soedjadi, 2000: 11). Menurut
Susanto (2013: 185), matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol dalam matematika yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Lerner (dalam Agustin, 2011: 47) menambahkan bahwa matematika selain sebagai bahasa
simbolis, matematika juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia berpikir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Johnson dan Myklebust (dalam Agustin, 2011: 47) mendefinisikan matematika sebagai bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis dan
Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian matematika tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan salah satu
bidang ilmu yang mempelajari tentang angka dan bilangan serta menggunakan simbol-simbol dalam matematika untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Matematika
Tujuan umum pembelajaran matematika disekolah dasar adalah
membentuk siswa agar mampu dan terampil menggunakan matematika (Susanto, 2013:189). Muhlisrarini (2014:148) menambahkan bahwa
tujuan pembelajaran matematika adalah meningkatkan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan dan meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika. Artinya, matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi atau pengetahuan tentang pembelajaran matematika. Soedjadi (2000: 43), menjelaskan
ada dua tujuan umum pendidikan matematika, yaitu:
1) Mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan dan
perkembangan jaman yang semakin berkebang. Hal tersebut diharapkan agar siswa dapat berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
2) Mempersiapkan siswa agar bisa menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
1) Memahami konsep matematika dengan cara menjelaskan dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, menjelaskan gagasan dan pernyataan tentang matematika
3) Memecahkan suatu masalah, merancang suatu model matematika, dan menganalisa tentang solusi yang diperoleh.
4) Menyampaikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk menjelaskan suatu masalah dalam matematika. 5) Menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Pendapat tersebut hampir sama seperti yang diungkapkan Soedjadi (2000: 43) bahwa terdapat empat tujuan khusus dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar, diantaranya:
1) Mengembangkan keterampilan dalam berhitung, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan kemampuan siswa agar bisa digunakan dalam kegiatan matematika.
3) Mengembangkan kemampuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.
4) Membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin siswa.
Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran matematika secara umum adalah (1) melatih
prediksi dugaan atau mencoba, (3) mengembangkan kemampuan dalam menyampaikan informasi atau idesecara lisan, dan (4) mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah. Selain itu, tujuan pembelajaran matematika secara khusus di sekolah dasar, yaitu siswa terampil dalam
menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari dan bertindak atas dasar pemikiran logis dan kritis.
c. Langkah Pembelajaran Matematika
Heruman (2007: 2) langkah-langkah pembelajaran matematika di sekolah dasar dibedakan menjadi tiga sebagai berikut:
1) Penanaman konsep dasar, yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika. Dalam pembelajaran konsep dasar ini penggunaan
media sangat diperlukan untuk membantu pola pikir siswa.
2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep
matematika.
3) Pembinaan keterampilan adalah pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep dan pemahaman konsep yang bertujuan agar siswa terampil dalam menggunakan konsep matematika.
Berdasarkan pendapat tersebut, langkah-langkah pembelajaran
matematika di sekolah dasar adalah penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Kegiatan penanaman
memunculkan pengetahuan awal. Kegiatan pemahaman konsep, yaitu memberikan pembelajaran lanjutan, misalnya membimbing belajar siswa
dan memberikan penguatan materi. Terakhir adalah pembinaan keterampilan agar siswa lebih terampil menggunakan matematika.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran matematika yang dihubungkan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika. Penanaman
konsep dalam pendekatan pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini adalah dengan mengkaitkan anatara materi yang sedang dipelajari
dengan dunia nyata siswa atau dalam kehidupan sehari-hari siswa.
5. Materi Pembelajaran a. Pengertian Perkalian
Heruman (2007: 22) menjelaskan bahwa perkalian sama dengan penjumlahan berulang. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat
Soedjadi (2000: 38) bahwa perkalian merupakan penjumlahan yang berulang. Jadi, perkalian adalah penjumlahan berulang.
Berikut ini merupakan contoh perkalian:
Ada 3 wadah yang berisi kelereng. Setiap wadah berisi 5 kelereng.
Banyak permen seluruhnya dapat dihitung dengan cara:
Bentuk 5 + 5 + 5 menunjukkan penjumlahan 5 sebanyak 3 kali. Jadi, 5 + 5 + 5 dapat ditulis menjadi 5 × 3 = 15
b. Pengertian Pembagian
Heruman (2007: 26) mengatakan bahwa pembagian adalah lawan
dari perkalian. Pembagian juga disebut pengurangan berulang sampai habis atau sampai hasilnya nol.
Berikut ini merupakan contoh soal pembagian:
Perhatikan gambar berikut ini!
1 2 3
27 ÷ 3 = 9
Pengurangan berulang oleh bilangan 3 sebanyak 9 kali.
27 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0
Jadi, 27 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0 , Berarti 27 ÷ 3 = 9
6. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Kata contextual berasal dari kata contex, yang berarti hubungan,
konteks, suasana, atau keadaan. Jadi, contextual artinya berhubungan dengan suasana (konteks). CTL (contextual teaching and learning)
menjelaskan bahwa CTL adalah suatu konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa untuk mencari hubungan antara pengetahuan yang dimiliki.
Pendapat tersebut hampir sama seperti yang dikatakan Hamdayama (2014: 51) bahwa CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari
penjelasan tersebut, ada kesamaan bahwa pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan suatu konsep belajar
yang membantu guru dalam mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan siswa.
Siregar (2010: 117) dan Hosnan (2014: 267) menambahkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang dilakukan guru dengan cara
mengkaitkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dengan menerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Trianto (2009: 104) menyatakan bahwa CTL
merupakan konsep yang membantu guru mengkaitkan konteks mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar bisa
Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Johnson (dalam Hosnan, 2014: 268) bahwa CTL adalah proses pendidikan yang mempunyai
tujuan untuk membantu siswa melihat makna di dalam materi yang mereka pelajari dengan cara mengkaitkan materi dengan konteks
kehidupan keseharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa CTL (contextual teaching and learning) adalah
suatu konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa.
b. Langkah atau TahapanPendekatan Pembelajaran Kontekstual
Hamdayama (2014: 51) proses pembelajaran kontekstual terdiri dari delapan komponen sebagai berikut:
1)Membangun hubungan yang bermakna (relating); Siswa menghubungkan apa yang dipelajari di sekolah dengan
pengalamannya sendiri, kejadian dirumah, media massa, atau yang lainnya, sehingga siswa akan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna.
2)Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing); Ada beberapa langkah guru dalam mengaitkan meteri dengan konteks kehidupan
bidang lain, (c) mengkaitkan berbagai macam pelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, dan (d) belajar melalui kegiatan sosial.
3)Belajar secara mandiri; Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri
sesuai dengan kondisi siswa masing-masing.
4)Kolaborasi (cooperating); Mendorong siswa untuk berkerjasama dengan teman atau didalam kelompok.
5)Berpikir kritis dan kreatif (applaying); Mendorong siswa agar bisa berpikir kritis dan kreatif serta menerapkan dalam dunia nyata siswa.
6)Mengembangkan potensi individu (transfering); Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi atau bakat
yang dimiliki.
7)Standar pencapaian yang tinggi; Dengan standar pencapaian yang tinggi, maka akan memacu siswa untuk berusaha lebih baik.
8)Asesmen yang autentik; Pencapaian hasil belajar diukur dengan asesmen autentik yang mampu menyediakan informasi mengenai
kualitas pendidikan.
Dari delapan tahapan atau langkah pendekatan kontekstual kemudian peneliti memilih atau memfokuskan langkah-langkah dalam pendekatan
pembelajaran kontekstual menjadi 5, yaitu: (1) Relating, (2)
c. Komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Prinsip pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran. Menurut Trianto (2009: 111) tujuh komponen tersebut antara lain :
1) Konstruktivisme (Contructivism)
Salah satu landasan teoritis pendidikan moderen termasuk CTL adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini
menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahun mereka melalui keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar lebih diwarnai pada pembelajaran siswa aktif. Sebagian besar proses belajar mengajar dengan berbasis pada aktivitas siswa.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dipikiran mereka sendiri. Pada
teori konstruktivisme, siswa menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki
informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif selama proses belajar dan mengajar. 2) Inkuiri (Inquiry)
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini, tugas guru adalah merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. 3) Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam proses pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Dalam sebuah pembelajaran produktif, kegiatan bertanya berguna untuk (1) menggali informasi baik administrasi maupun akademis, (2)
mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (6) memfokuskan
perhatian siswa, (7) membangkitkan pertanyaan dari siswa yang lebih banyak, dan (8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran
diperoleh dari berbagi antarteman, antar kelompok, dan antara yang tahu dengan yang tidak tahu. Hal ini menimbulkan komunikasi dua arah dan saling memberikan informasi satu dengan yang lain. Dalam
pembelajaran CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa
minatnya. Dalam kerja kelompok, siswa saling membelajarkan, misalnya siswa yang cepat belajar didorong untuk membantu yang
lambat belajar dan siswa yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.
5) Pemodelan (Modeling)
Selama proses pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan harus ada model yang ditiru. Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru
bukan sepenuhnya model. Pemodelan dirancang dengan melibatkan siswa secara langsung berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan berpikir kembali tentang materi yang baru
dipelajari, merenungkan kembali aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, pengalaman belajar akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang menjadi bagian dari pengetahuan yang
dimilikinya. Selain itu, siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah pengetahuan yang baru.
7) Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai macam data yang
dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dalam
pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru untuk memastikan bahwa siswa mengalami