• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembelajaran matematika merupakan bagian dari sarana untuk mengembangkan

kemampuan berpikir, orang Amerika menjadikan kemampuan berpikir menjadi salah

satu tujuan utama dalam belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari tulisan Kilpatrick,

Swafford, dan Findell (2001, hlm. 16) “all young Americans must learn to think

mathematically, and they must think mathematically to learn” dan laporan NCTM (2000, hlm. 29) “ambitious standards are required to achieve a society that has the capability to think and reason mathematically and useful base of mathematical

knowledge and skill”.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) tahun 2006 menyatakan

bahwa matematika merupakan suatu alat dalam mengembangkan cara berpikir siswa,

khususnya, berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua

kemampuan manusia yang sangat mendasar karena keduanya dapat mendorong

seseorang untuk senantiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis

serta mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh suatu hal baru

yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya (Suryadi, 2012).

Menurut Bloom setelah belajar ada tiga aspek kemampuan yang harus dimiliki

siswa, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemampuan berpikir kritis

dan kreatif termasuk dalam kemampuan kognitif siswa, dalam (Kurniawan, 2011)

dijelaskan terdapat tujuh tingkatan ranah kognitif Bloom yaitu: 1) pengetahuan,

2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, 6) evaluasi, dan 7) kreativitas.

Kemampuan afektif adalah kemampuan yang merujuk pada hasil belajar yang berupa

kepekaan rasa atau emosi, hasil belajar ranah afektif terdiri dari lima jenis tahapan

sebagai berikut; 1) kepekaan, 2) partisipasi, 3)penilaian dan penentuan sikap,

4) organisasi, kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman atau

pegangan hidup, 5) pementukan pola hidup. Kemampuan psikomotor yaitu berupa

(2)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sederhana yang mungkin dilakukan secara refleks hingga gerak kompleks yang

terbimbing hingga gerak kreativitas. Handayani (dalam Nurfauziah, 2013, hlm. 152)

menyatakan kemampuan kognitif dan afektif sangat berkaitan satu sama lain, dimana

salah satu pendukung atau penunjang seorang untuk berhasil adalah aspek

psikologisnya yang menjadikan seseorang menyelesaikan tugas dengan baik. Ketika

aspek psikologis siswa terganggu seperti cemas, takut, dalam belajar matematika, hal

ini akan mengakibatkan siswa tidak mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian

aspek psikologi siswa perlu diperhatikan dengan seksama sebagai kompenen yang

penting saat proses pembelajaran. Siswa dapat dikatakan berhasil di dalam belajar jika

terjadi perubahan dalam kamampuan kognitif, afektif khususnya tingkah laku. Salah

satu aspek psikologis tersebut adalah self-efficacy (Nurfauziah, 2013).

Selain kemampuan kognitif seperti berpikir kritis dan kreatif yang perlu

dikembangkan, self-efficacy yang merupakan kemampuan ranah afektif penting juga

untuk ditingkatkan. self-efficacy memegang peranan penting dalam mempengaruhi

tingkah laku yang menentukan tujuan dan cita-cita seseorang. Bandura (2000, hlm. 75)

menyatakan bahwa;

Perceived efficacy plays a key role in human function because if affects behavior not only directly, but by its impact on other determinants such as goals and aspiration, outcome expectation, affective, proclivities, and perception of impediments and opportunities in the sosial environment.

Self-efficacy penting dikembangkan untuk mempengaruhi tingkah laku agar

dapat mencapai tujuan dan cita-cita siswa. Sedangkan menurut Wahab (Mayadiana,

2009) kemampuan berpikir kritis dan kreatif penting dikembangkan karena :

(1) tuntutan zaman yang menuntut setiap warga negara dapat mencari, memilih, dan

menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara, (2) setiap

warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga

dituntut mampu berpikir kritis dan kreatif, (3) kemampuan memandang sesuatu hal

dengan cara yang berbeda dalam memecahkan masalah, dan (4) berpikir kritis

merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara kreatif agar siswa kita dapat

(3)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Anderson (2004) mengungkapkan bila berpikir kritis dikembangkan, seseorang akan

cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru,

dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin

tahu, dewasa dalam berpikir, dan dapat berpikir kritis secara mandiri. Kemampuan

berpikir kritis dan kreatif merupakan bagian dari kemampuan yang dikembangkan dalan

belajar matematika.

Dalam hasil pencapaian TIMSS dan beberapa penelitian tentang kemampuan

berpikir kritis dan kreatif terhadap calon guru dan siswa SD ditemukan kenyataan

seperti berikut. Hasil TIMSS yang dilaporkan oleh Martin, Mullis, dan Foy (2008, hlm.

115) mengungkap bahwa peserta asal Indonesia hanya 19% menjawab benar berkaitan

dengan soal berpikir kritis seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.

Gambar 1.1

Salah Satu Soal Matematika TIMSS Tahun 2007

Hal di atas berkaitan dengan temuan Mayadiana (2005) dalam penelitiannya yang

melaporkan bahwa, kemampuan berpikir kritis mahasiswa calon guru SD masih rendah,

yakni hanya mencapai 36,26% untuk mahasiswa berlatar belakang non-IPA, dan untuk

mahasiswa keseluruhan hanya 34,06%. Hal serupa juga dikatakan Maulana (2007),

bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa program D2 PGSD kurang

(4)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditunjukkan

oleh hasil uji coba Rosita (2013) pada soal PISA 2003 tentang berpikir kreatif

matematis hanya 28% siswa yang menjawab benar. Serta Prabawanto (2013)

melaporkan hasil (OECD, 2010) tentang self-efficacy matematis siswa Indonesia

tergolong rendah dibandingkan dengan siswa-siwa dari negara lain, kecuali siswa-siswa

dari Brasil, Thailand, dan Tunisia.

Dari beberapa laporan di atas kemampuan berpikir kritis, kreatif dan

self-efficacy siswa masih rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhinya karena siswa dan

guru belum terbiasa dengan kegiatan berpikir kritis dan kreatif, hal ini tidak terlepas

dari proses pembelajaran yang biasa dilakukan dalam kelas. Seperti dinyatakan oleh

Silver (Turmudi, 2009) bahwa pada pembelajaran tradisional, aktivitas siswa sehari-hari

umumnya menonton gurunya menyelesaikan soal-soal di papan tulis kemudian meminta

siswa bekerja sendiri dalam buku teks atau lembar kerja siswa (LKS) yang disediakan.

Proses pembelajaran seperti di atas selanjutnya disebut dengan pembelajaran

konvensional. Pembelajaran konvensional menjadi hal yang biasa dilakukan sampai

sekarang dengan berbagai alasan yang menjadi dasar tetap diberlakukannya proses

belajar dengan cara ini. Hal ini berakibatnya siswa tidak suka dengan pelajaran

matematika, hal ini diperkuat oleh pendapat (Chatib, 2012) menyatakan bahwa ternyata

penyebab beberapa anak tidak suka matematika adalah strategi mengajar gurunya yang

tidak sesuai dengan gaya belajar anak tersebut.

Kemampuan self-efficacy matematis siswa yang rendah juga berkaitan dengan

kemampuan sel-efficacy matematis guru. Keterkaitan ini dikemukanan oleh Hill, Wan,

& Ball (Prabawanto, 2013) menyatakan bahwa kemampuan matematis guru secara

signifikan berkaitan dengan prestasi matematis siswa kelas satu dan tiga. Untuk

mencapai kemampuan berpikir kritis, kreatif dan self-efficacy yang baik tentu perlu

perbaikan yang harus dilakukan oleh semua pihak, baik guru, maupun pengembang

kurikulum. Supaya semua siswa dapat memperoleh kompetensi yang harus dimilikinya

(5)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dengan diberlakukan kurikulum 2013 dengan pendekatan scientific tentu dalam

beberapa hal akan membawa perubahan ketika proses belajar pada siswa, yaitu

menggunakan langkah-langkah ilmiah, pendekatan scientific akan digunakan dalam

semua pelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut, observasi (mengamati),

questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba), networking

(membentuk jejaring) (Kemendikbud, 2013).

Suriasumantri (2009, hlm. 140) menyatakan salah satu keunggulan metode

ilmiah adalah bahwa pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan

pengetahuan yang memenuhi syarat–syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat

disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu...pengetahuan ilmiah ini diproses lewat

serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan, dan

dari karekteristik inilah maka ilmu sering dikonotasikan sebagai disiplin, sedangkan

metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut

ilmu.

Pendekatan scientific adalah pendekatan yang akan digunakan pada setiap mata

pelajaran di SD dan semua tingkatan kelas. Tidak terkecuali pada pembelajaran

matematika, pada penelitian ini peneliti ingin melihat apakah dalam proses

pembelajaran melalui pendekatan scientific dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif serta self-efficacy pada pembelajaran matematika di kelas III SD. Maka dari urain di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan scientific untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan self-efficacy

(6)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka fokus penelitian pada rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan scientific dengan siswa yang

memperoleh pembelajran dengan pendekatan konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan scientific dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan self-efficacy pada siswa yang memperoleh

pembelajaran yang menggunakan pendekatan scientific dengan yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan konvensional?

4. Apakah terdapat hubungan peningkatan antara kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan berpikir kreatif pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan scientific?

5. Apakah terdapat hubungan antara peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

peningkatan self-efficacy pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan scientific?

6. Apakah terdapat hubungan antara peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan

peningkatan self-efficacy pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan scientific?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa yang memperoleh pendekatan scientific dengan siswa yang memperoleh

(7)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Mendeskripsikan dan menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif

siswa yang memperoleh pendekatan scientific dengan siswa yang memperoleh

pendekatan konvensional.

3. Mendeskripsikan dan menelaah perbedaan peningkatan self-efficacy pada siswa yang

menggunakan pendekatan scientific dengan pendekatan konvensional.

4. Menelaah hubungan peningkatan antara kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

berpikir kreatif pada siswa yang menggunakan pendekatan scientific.

5. Menelaah hubungan peningkatan antara kemampuan berpikir kritis dan peningkatan

self-efficacy pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan

scientific.

6. Menelaah hubungan peningkatan antara kemampuan berpikir kreatif dan

peningkatan self-efficacy pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan scientific.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan tentang pendekatan

penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran matematika bagi praktisi

pendidikan dasar, penelitian ini akan melihat penggunaan pendekatan scientific dalam

proses pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

kreatif serta self-efficacy pada siswa serta penelitian ini akan memaparkan tentang

kekuatan dan kelemahan penggunaan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran

matematika. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai bahan pertimbangan

dalam merancang kegiatan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan

scientific.

2. Manfaat bagi Segi Praktik

Penelitian ini akan mengungkap tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis,

kreatif dan self-efficacy siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan

pendekatan scientific dan pendekatan konvensional. Penelitian ini akan bermanfaat

untuk melihat hubungan peningkatan yang signifikan antara berpikir kritis, kreatif dan

(8)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

scientific dan pendekatan konvensional, hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk

praktik pendidikan dalam melihat kekuatan dan kelamahan penerapan pendekatan

scientific dalam proses pembelajaran matematika.

3. Manfaat bagi Pemegang Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

merancang desain pembelajaran matematika di kelas III SD dengan menggunakan

pendekatan scientific untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan

self-efficacy pada siswa, sehingga hasil penelitian ini akan mendeskripsikan kekuatan dan

kelemahan penggunaan pendekatan scientific pada pembelajarna matematika. Hasil

penelitian ini dapat direkomendasikan kepada pemegang kebijakan untuk pertimbangan

penggunaan pendekatan scientific yang digunakan pada pembelajaran matematika di

Sekolah Dasar.

E. Definisi Operasional

Judul penelitian ini adalah “Pendekatan Scientific untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif dan Self- Efficacy dalam Pembelajaran

Matematika di Kelas III SD. Pada peneilitian ini terdapat empat variabel yang mana

Keempat variabel tersebut didefenisikan sebagai berikut:

1. Pendekatan Scientific

Pendekatan scientific adalah pendekatan yang digunakan proses pembelajaran

dengan menggunakan metode ilmiah atau langkah-langkah ilmiah.

Langkah-langkah ilmiah berupa memulai pembelajaran dengan masalah, pengumpulan data

dengan kegiatan mengamati, menanya dan menalar mengolah data melalui kegiatan

mencoba, menformulasikan aturan penjelasan dengan membentuk jejaring,

menyimpulkan dan mengkomunikasikan cara penyelesaian masalah.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

kemampun berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berpikir cara

berpikir yang aktif yang digunakan untuk mengevaluasi permasalahan atau

menemukan cara-cara yang diyakininya agar dapat digunakan untuk mengambil

(9)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Kemampuan Berpikir Kreatif

kemampun berpikir kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

untuk menemukan hubungan-hubungan yang baru, melihat sesuatu dari sudut

pandang baru, dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang

sudah dikuasai sebelumnya.

4. Self-Efficacy

Self-efficacy adalah keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas

yang sedang dihadapinya. Orang-orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi

(10)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

(11)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang

terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelompok eksperimen (kelas perlakuan)

merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan scientific

dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa yang

pembelajarannya tidak menggunakan pendekatan scientific (konvensional).

Pertimbangan penggunaan desain penelitian ini adalah bahwa kelas yang ada

sudah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokkan secara

acak. Apabila dilakukan pembentukan kelas baru dimungkinkan akan menyebabkan

kekacauan jadwal pelajaran dan mengganggu efektivitas pembelajaran di sekolah.

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebasnya yaitu pendekatan

scientific dan pembelajaran konvensional. Variabel terikatnya adalah kemampuan

berpikir kritis, kreatif dan self-efficacy matematis siswa.

Dengan demikian penelitian ini menggunakan desain kelompok pretest-postest desain (

Pretes-Postes Design) seperti berikut:

Kelompok Eksperimen : O X O

Kelompok Kontrol : O O

Keterangan:

O: Menunjukkan pengukuran pretes dan postes variable terikat

(kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan self-efficacy matematis)

X : Menunjukkan treatment pada kelompok eksperimen yaitu pendekatan

(12)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat

kemampuan

K Y: kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pendekatan

konvensional

Z-R: self-efficacy siswa yang memperoleh pendekatan konvensional

B. Variabel-Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini melibatkan dua jenis variabel yakni variabel bebas, dan

variabel terikat. Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa:

1) Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya yaitu pendekatan scientific dan

pembelajaran konvensional.

2) Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

(13)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

C.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD kelas III yang dipilih

peneliti. Adapun pemilihan kelas III didasarkan atas pertimbangan bahwa siswa kelas

III dianggap peneliti telah memenuhi prasyarat yang cukup untuk menjadi objek

penelitian.

Dari sekolah sampel diambil secara purposif yaitu satu kelas eksperimen dan satu

kelas kontrol. Kelas ekperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan dengan

pendekatan scientific, sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran dilakukan

secara konvensional.

D.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada satu SD swasta di kota Bandung, alasan

pemilihan sekolah ini adalah: Sekolah Dasar tersebut belum pernah digunakan sebagai

objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari penelitian ulang dan Sekolah

Dasar tersebut telah menerapkan kurikulum 2013 sehingga memungkinkan dilakukan

penelitian di Sekolah Dasar tersebut.

Penelitian ini dilakukan selama enam bulan (Desember 2013-Juni 2014) dan

terbagi dalam tiga fase, yaitu fase persiapan, fase pelaksanaan penelitian, dan fase

pengolahan data dan pembuatan laporan penelitian. Persiapan dilaksanakan selama dua

bulan (Desember- Februari 2014), fase ini meliputi pembuatan instrumen penelitian

untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif, pembuatan skala self-efficacy

matematis, menguji validasi instrumen berpikir kritis dan kreatif serta skala self-efficacy

matematis. Serta penyusunan RPP untuk penelitian, fase pelaksanaan penelitian

berlangsung selama satu bulan (Maret-April 2014) dan dua bulan terakhir digunakan

untuk pengolahan data dan pembuatan laporan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dikembangkan meliputi instrumen pengolahan data

dan perangkat pembelajaran. Instrumen pengumpul data ini terdiri dari soal untuk

berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan skala self-efficacy. Instrumen ini terdiri

(14)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Instrumen kemampuan kritis dan kraetif diberikan kepada siswa sebelum perlakuan

(sebagai pretes) dan setelah perlakuan (sebagai post-test). Skala self-efficacy digunakan

untuk mengungkap self-efficacy matematis siswa. Skala self-efficacy matematika ini

juga diberikan sebelum perlakuan (sebagai pre skala self-efficacy matematis) dan setelah

perlakuan (sebagai post skala self-efficacy matematis).

Instrumen tes dan skala self-efficacy dikembangkan didasarkan pada

indikator-indikator yang telah ditetapkan. Indikator-indikator-indikator kemampuan berpikir kritis dan

kreatif siswa merujuk kepada kemampuan menyelesaikan soal mengenai beripikir kritis

dan kreatif dengan menggunakan strategi yang tepat. Dalam penelitian ini terdapat lima

kemampuan dan indikator berpikir kritis yang dikembangkan dari Ennis (Mayadiana,

2009) yaitu; (1) kemampuan memberikan penjelasan sederhana, dengan indikator

menganalisis argumen dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang

menantang; (2) kemampuan membangun keterampilan dasar dengan indikator

mempertimbangkan kriteria suatu sumber, (menggunakan prosedur yang ada dan

kemampuan memberi alasan yang tepat); (3) kemampuan mengatur strategi dan taktik

dengan indikator memutuskan suatu tindakan; (4) kemampuan membuat penjelasan

lebih lanjut dengan indikator mengidentifikasi asumsi untuk membuat kesimpulan

dengan mempertimbangkan hasil nilai keputusan; (5) kemampuan menyimpulkan

dengan indikator membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.

Indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif siswa merujuk pada cara

menjawab berbagai macam permasalahan dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini

terdapat lima indikator berpikir kreatif siswa yang dikembangkan dari indikator berpikir

kreatif yang di ungkapkan oleh Munandar (Sumarmo, 2012). Indikator-indikator itu

adalah: (1) kemampuan mencetuskan banyak gagasan dalam pemecahan masalah; (2)

memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; (3) menghasilkan

gagasan penyelesaian masalah atau jawaban suatu pertanyaan bervariasi; (4) membuat

kombinasi-kombinasi yang baru dari unsur-unsur yang telah ada; (5) mengembangkan

(15)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Indikator-indikator self-efficacy matematis siswa dimodifikasi dari indikator

yang digunakan oleh Prabawanto (2013) yang merujuk pada keyakinan siswa terhadap

kemampuan dirinya sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugas matematis. Self-efficacy

matematis siswa ditelusuri melalui sumber informasi utamanya. Dalam penelitian ini,

terdapat dua buah indikator self-efficacy matematis siswa. Indikator-indikator itu adalah:

(1) keyakinan siswa terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dengan benar dan (2) keyakinan

siswa terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif.

Kriteria penskoran soal tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif menggunakan

modifikasi focused holistic scoring point scale dari (Charles, Lester, O’Daffer, 1994)

disajikan pada lampiran. Sedangkan untuk mengukur skala self-efficacy siswa

digunakan semantic defferensial, semantic defferensial ini digunakan untuk mengukur

sikap, bentuknya tersusun dalam satu baris kontinum yang jawabannya “sangat positif” terletak di bagian kiri garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kanan

garis (Sugiyono, 2009).

Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan meliputi Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, dan lembar kerja (LK), yang

masing-masing menggambarkan pendekatan pembelajaran scientific dan kompetensi matematis

yang bersangkutan yaitu keliling dan luas persegi dan persegipanjang. Perangkat

pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan topik-topik pada kurikulum dan silabus SD

yang masih berlaku. Perangkat pembelajaran untuk kelompok eksperimen terdiri dari

RPP, bahan ajar, dan LK; sedangkan untuk kelompok kontrol terdiri dari RPP dan

bahan ajar. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dikembangkan terdiri dari tiga

kompetensi dasar dan setiap topik memerlukan waktu satu minggu.

Instrumen tes kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan skala self-efficacy serta

perangkat pembelajaran telah mendapat timbangan dari ahli (pembimbing) dan guru

SD. Timbangan terhadap tes terutama berkaitan dengan kesesuaian antara indikator dan

butir soal, kejelasan bahasa yang digunakan, kelayakan butir soal, dan kebenaran materi

(16)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

terhadap skala self-efficacy terutama berkaitan dengan kesesuain antara indikator

dengan pertanyaan, kejelasan bahasan yang digunakandan kelayakan pernyataan.

Sementara itu, timbangan terhadap perangkat pembelajaran diperlukan untuk

memastikan bahwa perangkat pembelajaran dikembangkan telah sesuai dengan

pendekatan scientific. Revisi terhadap instrumen tes, angket, dan perangkat

pembelajaran sangat dilakukan setelah timbangan ini.

Sebelum digunakan, instrumen tes kemampuan berpikir kritis, kreatif dan skala

self-efficacy diujicobakan terbatas kepada tiga orang siswa, Untuk melihat keterbacaan

soal oleh siswa. Setelah itu dilakukan perbaikan berdasarkan saran pembimbing dan

guru SD. Selanjutnya instrumen tes dan skala self-efficacy diujicobakan terhadap satu

kelas siswa pada kelas IV SD, uji coba dilakukan di kelas IV karena telah pernah

mendapatkan pelajaran luas dan keliling persegi dan persegipanjang. Uji coba ini

dilakukan untuk memastikan instrumen tes dan angket ini layak digunakan dalam

penelitian ini. kelayakan instrumen digunakan maka dilakukan uji reliabelitas dan

validitas terhadap tes kemampuan berpikir kritis, kreatif dan skala self-efficacy khusus

untuk instrument kemampuan berpikir kritis dan kreatif diukur indeks kesukaran dan

dan daya pembedanya.

Instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif masing-masing terdiri dari

5 item soal, dari soal nomor 1 sampai nomor 5. Soal untuk kemampuan berpikir kritis

terdiri dari nomor 1a, 1b, 1c, 1d, 1e, 1f, 2, 3 ,4, dan 5 sedangkan nomor soal untuk

kemampuan berpikir kreatif adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. Skor subjek untuk kemampuan

kritis disajikan dilampiran. Pada koofesien relibialitas Pearson untuk instrumen tes

kemampuan berpikir kritis adalah r=0,532 > r tabel . hal ini menunjukan

bahwa instrumen kemampuan berpikir kritis reliabel pada taraf signifikan 0,05.

Selanjutnya dari validitas soal nomor 1a, 1b, 1c, 1d, 1e, 1f, 2, 3, 4, dan 5 diperoleh

berturut-turut r=0,592, r=0,509, r=0,741, r=0,889, r=0,780, r=0,576, r=0,638,

r=0,852, r=0,683, r=0,821 (dilampirkan) karena rhitung>rtabel maka setiap item

instrumen tes kemampuan berpikir kritis valid pada signifikansi dan dapat

(17)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Indek kesukaran untuk setiap item tes pada kemampuan kritis adalah dari

nomor 1a, 1b, 1c, 1d, 1e, 1f, 2, 3, 4 dan 5 adalah berturut-turut adalah 0,3213; 0,000;

0,250; 0,188; 0,063; 0,000; 0,625; 0,438; 0,313; 0,375. Berdasarkan kriteria dari

Arikunto (2009) tingkat kesukran dari tes tersebut adalah. Sedang, sukar, sukar, sukar,

sukar, sukar, sedang, sedang, sedang, sedang. Dengan pertimbangan dari pembimbing

sebagai ahli, instrumen tes ini layak digunakan dalam penelitian.

Daya pembeda untuk setiap instrumen kemampuan berpikir kritis dari nomor 1a,

1b, 1c, 1d, 1e, 1f, 2, 3, 4, 5 berturut-turut adalah 1,125; 0,625; 1,75; 2; 1,625; 1; 1,25;

2,75; 1,375; 2,125. Berdasarkan kriteria dari Arikunto (2009) seluruh instrumen tes

kemampuan kritis memiliki daya beda sangat baik, baik, sangat baik, sangat baik,

sangat baik, sangat baik sangat baik, sangat baik, sangat baik, sangat baik. Semua

instrumen layak digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis

No. soal

validitas Indeks kesukaran Daya pembeda keterangan

rhitung kesimpu

nomor 5. koofesien relibialitas Pearson untuk instrumen tes kemampuan berpikir kreatif

adalah r=0,532 dan r tabel hal ini menunjukan bahwa instrumen kemampuan

berpikir kreatif reliabel pada taraf signifikan 0,05. Selanjutnya dari validitas soal nomor

(18)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(dilampirkan) karena rhitung>rtabel maka setiap item instrumen tes

kemampuan berpikir kritis valid pada signifikansi dan dapat digunakan

dalam penelitian ini.

Indek kesukaran untuk setiap item tes pada kemampuan kreatif adalah dari

nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 adalah berturut-turut adalah 0,063; 0,063; 0,25; 0,188; 0,25.

Berdasarkan kriteria dari Arikunto (2009) tingkat kesukran dari tes tersebut adalah

semuanya berkategori sukar. Menurut Evans (1991, hlm. 2) “everyone has creative

ability, but many people do not know how to be creative”, dari pernyataan Evans di atas

dapat di hubungkan dengan hasil validitas yang semuanya sukar. Siswa yang belum

terbiasa mendapatkan soal-soal berpikir kreatif berkemungkinan akan mengalami

kesulitan sehingga soal untuk berpikir kreatif dirasakan sukar oleh siswa.

Daya pembeda untuk setiap instrumen kemampuan berpikir kreatif dari nomor

1, 2, 3, 4, 5 berturut-turut adalah 2; 0,375; 1,625; 1,5; 2,5. Berdasarkan kriteria dari

Arikunto (2009) seluruh instrumen tes kemampuan kritis memiliki daya beda sangat

baik, cukup, sangat baik, sangat baik, sangat baik. Semua instrumen layak digunakan

dalam penelitian.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

No. Soa

l

validitas Indeks kesukaran Daya pembeda keterangan

rhitung kesimpulan Nilai Kesimpulan Nilai Kesimpulan

1 0,860 Valid 0,063 Sukar 2 Sangat baik Digunakan

2 0,324 Valid 0,063 Sukar 0,375 Cukup Digunakan

3 0,869 Valid 0,25 Sukar 1,625 Sangat baik Digunakan

4 0,812 Valid 0,188 Sukar 1,5 Sangat baik Digunakan

(19)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Instrumen skala self-efficacy terdiri dari 5 item untuk keyakinan diri dalam

kemampuan berpikir kritis dan 5 item untuk keyakinan diri dalam kemampuan berpikir

kreatif. Skor subyek pada uji coba instrumen self-efficacy disajikan dalam lampiran.

Koofesien Cronbach’ Alpha untuk skala Self-efficacy adalah 0,497 karena r=0,497 rtabel

maka instrumen reliabel pada . Selanjutnya dari uji validitas nomor 1 sampai nomor 5 untuk skala self-efficacy kemampuan berpikir kritis adalah

r=0,740; r=0,746; r=0,875; r=0,860; r=0,819 semua skala self-efficacy berpikir kritis

valid. Dengan reliabilitas 0,74 dengan kategori tinggi.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas, Skala Self-Efficacy Kemampuan Berpikir Kritis

No.

Selanjutnya dari uji validitas nomor 1 sampai nomor 5 untuk skala self-efficacy

kemampuan berpikir kreatif secara berturut-turut adalah r=0,869; r=0,955; r=0,968;

r=0,745; r=0,893 semua skala self-efficacy berpikir kreatif valid. Dengan reliabilitas

0,79 dengan kategori tinggi. Berdasarkan kriteria dari Arikunto (2009) skala

self-efficacy untuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif valid dengan kategori sangat tinggi

dan memilikii reliabilitas tinggi, karena itu skala self-efficacy dapat digunakan dalam

penelitian ini.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas, Skala Self-Efficacy Kemampuan Berpikir Kreatif

(20)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Untuk mengurangi subjektifitas dalam penilaian kerja siswa maka penilaian dilakukan

oleh dua orang yang memiliki kemampuan yang relatif sama dan menggunakan rubrik

yang sama. Pengujian dilakukan dengan melakukan uji perbedaan rata-rata antara

penilai pertama dan penilai kedua. Dari hasil penilai pertama dan kedua maka di uji

normalitas data dengan Hipotesis sebagai berikut:

H0: Data penilai pertama dan penilai kedua berdistribusi normal.

H1: Data penilai pertama dan penilai kedua tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov adalah terima H0

apabila Sig. > taraf signifikansi ( ).

Tabel 3.6

Uji Distribusi Normal pada Data Kemampuan Berpikir Kritis

Tests of Normality

PENILAI

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

P1_P2_PRETES_KRITIS penilai 1 .129 21 .200*

penilai 2 .117 21 .200*

Keterangan:

Dari Tabel 3.6 terlihat data dari penilai pertama dan kedua Sig. Masing-masing adalah

0,200 maka disimpulkan data dari kedua penilai berdistribusi normal maka selanjutnya

dilakukan uji homogenitas varians. menguji homogenitas varians dilakukan dengan Uji

Levene. Hipotesis yang diuji adalah :

H0 :

Uji statistik menggunakan Uji Levene dengan kriteria pengujian adalah terima H0

(21)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.7

Setelah dilakukan uji homogenitas varians seperti tampak pada Tabel 3.6 terlihat dari.

Sig adalah 0,672 maka disimpulkan data homogen, dilakukan uji dengan Independent

Samples t-Test (uji-t) dengan kriteria pengujian terima H0 jika Sig. Equal Variances

Assumed > dari taraf signifikan ( =0,05) dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat perbedaan penilai pertama dan kedua

H1 : terdapat perbedaan penilai pertama dan penilai kedua

Tabel 3.8

perbedaan antara penilai pertama dan kedua, dari keterangan ini penskoran nilai siswa

dapat dilakukan oleh peneliti.

F. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian diawali dengan menentukan sampel penelitian. Setelah

sampel ditetapkan, setelah itu dibentuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan

pretest dan skala self efficacy kepada setiap subyek penelitian.pretes dimaksudkan untuk

(22)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan scientific. Begitu pula dengan pemberian

skala self-efficacy dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keyakinan subyek atas

kemampuan dirinya dalam mengahadapi tugas matematis sebelum dilakukan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific.

Langkah selanjutnya adalah memberikan perlakuan pembelajaran dengan

pendekatan scientific pada kelas eksperimen. Pada kelompok kontrol pembelajaran

berlangsung seperti biasa. Kegiatan pengumpulan data ini diakhiri dengan memberikan

postes tentang kemampuan berpikir kritis dan kreatif, dan skala self-efficacy kepada

semua subyek penelitian. Selanjutnya analisis data, peneliti menggunakan bantuan

statistical package for social science (SPSS) for windows computer software version

16.0. prosedur penelitian dari penetapan sampel sampai dengan penarikan kesimpulan

(23)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Tahapan Penelitian

Adaptasi dari Prabawanto (2013) Keterangan.

KBKRI : kemampuan berpikir kritis KBKRE : kemampuan berpikir kreatif SEM : self-efficacy matematis

Siswa kelas kontrol Siswa kelas eksperimen

Pembelajaran menggunakan

pendekatan scientific

Pembelajaran menggunakan

pendekatan konvensional

Pretes kemampuan berpikir kritis dan kemampuan kreatif

Angket self-efficacy matematis

KBKRI-1, KBKRE-1 dan SEM di kelas kontrol

KBKRI-1, KBKRE-1 dan SEM di kelaseksperimen

Postes kemampuan berpikir kritis dan kemampuan kreatif

Angket self-efficacy matematis

KBKRI-2, KBKRE-2 dan

SEM di kelas kontrol

KBKRI-2, KBKRE-2 dan

SEM di kelaseksperimen

Siswa kelas X Siswa kelas Y

Uji Hipotesis

(24)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

G.Teknik Analisis Data

Data penelitian akan dikumpulkan melalui pre-test dan postest siswa untuk

melihat ketercapaian kemampuan berpikir kritis dan kreatif dikelas eksperimen dan

kelas kontrol. Sedangkan untuk mengetahui self-efficacy pada siswa peneliti akan

menggunakan angket yang akan diisi oleh anak sebelum melakukan pretes maupun

postes baik dikelompokk eksperimen maupun kelompok kontrol.

Analisis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan kualitatif, data kuantitatif

berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif skala self-efficacy matematis

siswa, dan data kualitatif adalah hasil observasi selama penelitian. Untuk menentukan

uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu diuji normalitas data dan homogenitas

varians. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Hipotesis ke-1 yang diuji adalah:

H0: tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa yang memperoleh pendekatan scientific dengan siswa yang memperoleh

pendekatan konvensional.

H1: terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

yang memperoleh pendekatan scientific dengan siswa yang memperoleh

pendekatan konvensional.

Hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : e = k

H1 :  e k

b. Hipotesis ke-2 yang diuji adalah:

H0: tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa yang memperoleh pendekatan scientific dengan siswa yang memperoleh

pendekatan konvensional.

H1: terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

yang memperoleh pendekatan scientific dengan siswa yang memperoleh

(25)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : e = k

H1 :  e

c. Hipotesis ke-3 yang diuji adalah:

Ho: tidak perbedaan peningkatan self-efficacy matematis siswa yang memperoleh

pendekatan scientific dengan siswa yang memperoleh pendekatan

konvensional.

H1: terdapat perbedaan peningkatan self-efficacy siswa yang memperoleh

pendekatan scientific dengan siswa yang memperoleh pendekatan

konvensional.

Hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : e = k

H1 :  e k

d. Hipotesis ke-4 yang diuji adalah:

“Terdapat hubungan antara peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif pada siswa”.

Ho: tidak terdapat hubungan peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan kreatif

siswa.

H1: terdapat hubungan peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan kreatif

siswa.

e. Hipotesis ke-5 yang diuji adalah:

“Terdapat hubungan antara peningkatan kemampuan berpikir kritis dan peningkatan self-efficacy pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan

(26)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Ho: tidak terdapat hubungan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

peningkatan self-efficacy pada siswa.

H1: terdapat hubungan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan peningkatan

self-efficacy pada siswa.

f. Hipotesis ke-6 yang diuji adalah:

“Terdapat hubungan antara peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan peningkatan self-efficacy pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan scientific

Ho: tidak terdapat hubungan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan

peningkatan self-efficacy pada siswa.

H1: terdapat hubungan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan peningkatan

self-efficacy pada siswa.

diuji dengan mengunakan uji korelasi. Menghitung indeks gain <g> ternormalisasi

dengan interpretasi indeks gain ternormalisasi dilakukan berdasarkan kriteria indeks

gain dalam Hake (1999). Dengan rumus N-Gain ternormalisasi dari Hake, 1999 sebagai

berikut:

(27)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi

N-Gain ternomalisasi (Hake, 1999) berikut :

Tabel 3.6

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Menguji normalitas data skor pretes, postes dan gain dengan menggunakan SPSS 16.0

uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (Uyanto, 2009, hlm. 37).

Hipotesis statistik yang diuji pada pengujian normalitas ini adalah:

H0 : Data berdistribusi normal.

H1 : Data tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Sig. > taraf signifikansi ( ).

Menguji homogenitas varians dilakukan dengan Uji Levene. Hipotesis yang diuji

adalah :

Uji statistik menggunakan Uji Levene dengan kriteria pengujian adalah terima H0

apabila Sig. Based on Mean taraf signifikansi ( ).

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji perbedaan dua

rata-rata (Independent Samples t-Test).

Pengajuan hipotesis statistik berikut:

H0 :  e =  k

H1 :  e ≠ k

Besarnya Gain <g> Klasifikasi

<g> 0,70 Tinggi

0,30 <g> < 0,70 Sedang

(28)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Jika sebaran data normal dan homogen, dilakukan dengan Independent

Samples t-Test (uji-t) dengan kriteria pengujian terima H0 jika Sig. Equal Variances

Assumed > dari taraf signifikan ( =0,05), jika sebaran data normal dan tidak homogen

dilakukan uji-t’ dengan kriteria pengujian terima H0 jika Sig. Equal Variances Not

Assumed > dari taraf signifikan ( =0,05) dan jika sebaran data tidak normal dan tidak

homogen, dilakukan dengan uji non-parametrik U. Mann Whitney (2-independent

samples).

Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir

kritis dan kreatif matematis dan self-efficacy siswa, dilakukan Uji Korelasi. Jika sebaran

data berdistribusi normal, dilakukan dengan uji korelasi Product Moment Pearson, dan

jika sebaran data tidak normal dilakukan uji korelasi Spearman. korelasi antara

kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa digunakan uji korelasi Pearson product

moment dengan rumus:

(Surakhmad, 2004, hlm. 302) Adapun hipotesis yang diuji adalah;

H0 : tidak terdapat korelasi antara peningkatan berpikir kritis dan berpikir kreatif

H1 : terdapat korelasi antara peningkatan berpikir kritis dan berpikir kreatif

Hipotesis yang digunakan :

Uji signifikansi korelasi product moment secara praktis, yang tidak perlu dihitung, tetapi

(29)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kecil dari rkritis, maka H0 diterima, dan H1 ditolak, berlaku sebaliknya (Sugiyono, 2009,

hlm. 258).

Sementara untuk data berdistribusi tidak normal, digunakan uji non-parametrik korelasi

Spearman dengan rumus:

Rhoxy =

Keterangan:

Rhoxy = koefisien korelasi = selisih peringkat

=banyak pasangan nilai-nilai

Hasil perhitungan korelasi kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan modifikasi

interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :

Tabel 3.7

Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 rxy < 0,20 Tidak ada Korelasi

0,20 rxy < 0,40 Rendah

0,40 rxy < 0,60 cukup

0,60 rxy < 0,80 Tinggi

0,80 rxy < 1,000 Sangat tinggi

Sumber: Dimodifikasi Guilford (Susetyo, 2010)

g. Observasi

Observasi yang di maksud dalam hal ini adalah untuk mendukung data

penelitian tentang terlaksananya pembelajaran menggunakan pendekatan scientific.

Pedoman observasi digunakan sebagai petunjuk dalam melakukan pengamatan, peneliti

terlebih dahulu melakukan proses validasi ahli, dalam hal ini dilakukan oleh dosen

pembimbing untuk memeriksa mengenai indikator apa yang perlu ada untuk menggali

informasi yang diinginkan sehingga tidak ada karakteristik-karakteristik yang

(30)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Adaptasi dari Prabawanto (2013)

Gambar 3.2

Analisis Data Penelitian Mulai

Selesai

Korelasi data peningkatan kemampuan berpikir kritis,kreatif dan self-efficacy setelah memperoleh

pendekatan scientific (A1)

Korelasi peringkat Data kemampuan berpikir kritis,kreatif atau

(31)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

(32)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, T., Garrison, D.R., & Archer, W.(2004). Critical thinking, cognitive presence, computer conferencing in distance learning. [Online tersedia di: http.communityofinquiry.com/file/CogPres_Final.pdf [Diakses 15 Desember 2010].

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bandura, A. (2000). Exercise of human agency trough social collective efficacy. Depertemnet of Psychology Stanford University 9, (3), 75-78, [Online] tersedia di: www.148.216110.92/ archivos pdf. de trabaso UMSNH/ Aphilofia/2007 [Diakses 17 Februari 2014].

Budiman, H. (2011). Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program cabri 3D. (Tesis) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Brookhart, S.M. (2010). How to assess higher-order thinking skill in your classroom. Alexandria: Ascd Member book.

Chatib, M. (2013). Orangtuanya manusia. Bandung: Kaifa.

Charles, R., Lester, F & O’Daffer, P. (1994). How to evaluate progress in

problem solving. USA: NCTM.

Depdiknas. (2006). Kurikulun tingkat satuan pendidikaan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

DePorter, B. (2010). Quantum thinker melatih berpikir efektif & kreatif (terjemahan oleh Lovely) Quantum thinker: think bigger, make things happen, Bandung: Kaifa.

Dewey. J. (1968). The child and the curriculum and the scool and society. Chicago: The university of Chicago Pres.

Evans, J. R. (1991). Creative thinking in the decision management science. USA: University of Cincinnati.

(33)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hake, R.R. (1999). Analyzing change/gain scores. : [Online]. Tersedia di

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. [Diakses 11 Desember 2013].

Herman, T. (2004). Tren pembelajaran matematika pada era informasi global: [Online]. Tersedia di http\\192.168.8.203\upi\direktori\d - fpmipa\fak. pend. matematika dan ipa\tatang herman\artikel\artikel18.doc 13 [Diakses 17 Oktober 2013].

Hudojo, H. (2005). Pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang: Universitas Negeri Malang

Joyce. B., Weil. M. & Calhoun. E. (2009). Model-model pengajaran. Edisi Delapan (terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateila Mirza) Model of Teaching, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kennedy, L. M. & Tipps. S. (2000). Guiding children’s learning of mathematics ninth edition. United States of America: Wadsworth.

Kilpatrick, J., Swafford. J. & Findell, B. (2001). Adding it up: Helping children learn mathematics. Washington, DC: National Academy Press.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran terpadu teori, praktik dan penilaian. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama.

Lipman. M. (2003). Thinking in education. United Kingdom: Cambridge University.

Martin, M. O., Mullis, I. V. S. & Foy, P. (2008). TIMSS 2007 International mathematics report: Findings from IEA’s trends in international mathematics and science sstudy at the fourth and eight grades.United States: TIMSS & PIRLS international study center Lynch school of education, Boston College.

Mahmudin, A. (2010). Mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis. Makalah pada Konferensi Nasional Matematika XV Unima: Manado.

(34)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Maulana. (2007). Alternatif pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa PGSD. (Tesis) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Montessori. M. (1966). The montessori method. New York: Schocken Books.

Nurfauziah, P. (2013). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Self-Efficacy siswa SMP melalui Pembelajaran Model Core. Jurnal Pendidikan Matematika Sigma Didaktika.1, (2), 151-160.

Paparan Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI (2013). Pengembangan kurikulum 2013. Bandung: 16 Maret 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pasiak, T. (2008). Revolusi IQ/EQ/SQ menyingkap rahasia kecerdasan berdasarkan al-qurann dan neurosains mutakhir. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Prabawanto, S. (2013). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah komunikasi dan self-efficacy matematis mahasiswa melalui pembelajaran dengan pendekatan metacognitive scaffolding. (Disertasi) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rosita, N.T. (2013). Pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika (studi kuasi-eksperimen pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung). Jurnal Pendidikan Matematika Sigma Didaktika.1, (2), 207-211.

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan anak. Edisi Kesebelas Jilid Satu. (terjemahan oleh Mila Rachmawati dan Ana Kuswanti). Child develophment, Elevent edition. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan anak. Edisi Kesebelas Jilid Dua. (terjemahan oleh Mila Rachmawati dan Ana Kuswanti). Child develophment, Elevent edition. Jakarta: Erlangga.

Schunk, D. (2012). Teori-teori pembelajaran persepektif pendidikan edisi keenam (terjemahan Eva Hamidah &Rahmat Fajar). Learning theories an educational perspective sixth edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(35)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pendekatan matematika realistik. (Tesis) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2009). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarno, U. (2012). Bahan belajar mata kuliah proses berpikir matematik program s2 pendidikan matematika STKIP Siliwangi 2012. Bandung: STKIP Siliwangi.

Surakhmad, W. (2004). Pengantar penelitian ilmiah: Dasar metode dan teknik. Bandung: Tarsito.

Susetyo, B. (2010). Statiska untuk analisis data penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Suriasumantri, J. (2009). Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suryadi, D & Herman, T. (2008). Eksplorasi matematika pembelajaran pemecahan masalah. Bandung: Duta Wahana.

Suryadi, D. (2012).Membangun budaya baru dalam berpikir matematika. Bandung: Rizki Press.

The National Council of Theacher of Matematics. (2000). Principles and standars for school matehematics. USA: Library of Congress Cataloguing in Publication.

Turmudi. (2009). Landasan filsafat dan teori pembelajaran matematika (berparadigma eksploratif dan investigative). Jakarta: PT. Leuser Cita Pustaka.

Uyanto. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(36)

Suci Hayati, 2014

PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN SELF- EFFICACY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD

Gambar

Gambar 1.1 Salah Satu Soal Matematika TIMSS Tahun 2007
Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat
Tabel 3.2  Hasil Uji Validitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpati Taxi Medan dalam menghadapi persaingan yang semakin tinggi yaitu. penerapan strategi pengembangan pasar dan penetrasi pasar

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan bagi perusahaan mentukan strategi bisnis jasa transportasi CV.simpati taxi dalam membuat kebijakan

[r]

[r]

Salah satu penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus baik pada saat. pembibitan dan saat tanaman sudah ditanam dilahan adalah karat

Optimalisasi partisipasi orang tua dalam pengelolaaan program di PAUD EAGLE.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengaruh modifikasi alat terhadap hasil belajar keterampilan bermain bolavoli (studi eksperimen terhadap siswa di sma negeri 26 bandung).. Universitas Pendidikan Indonesia

[r]