• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual."

Copied!
344
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI

SARIKARYA PADA MATERI SATUAN JARAK DAN

KECEPATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memanuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Ulil Absor NIM : 121134121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI

SARIKARYA PADA MATERI SATUAN JARAK DAN

KECEPATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memanuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Ulil Absor NIM : 121134121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan petunjuknya dalam penyusunan skripsi ini,

Keluargaku tercinta ;

Ibuku Puji Asih, Ayahku Inaudi Iwa Suyoto, kakakku Qum Fikri, dan adikku Muklasin Agfan,

(6)

v

MOTTO

Yang terpenting bukanlah masalah apa yang menimpa kita, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menghadapi masalah itu dengan benar

(Penulis)

Sesungguhnya beserta kesukaran ada kemudahan (QS. Al-Insyirah)

Dan bahwasanya setiap manusia itu tiada akan memperoleh (hasil) selain apa yang telah diusahakannya

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta , 31 Maret 2016

Penulis,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ulil Absor

Nomor Mahasiswa : 121134121

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : ”Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

apa saja, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Maret 2016

Yang menyatakan,

(9)

viii

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui

Model Pembelajaran Kontekstual

Ulil Absor (121134121) Universitas Sanata Dharma

2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Sarikarya 26 siswa. Data hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi siklus 1, evaluasi siklus 2 dan evaluasi akhir. Dan data berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil kuesioner dan observasi.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual meliputi: (1) Relating, (2) Experincing, 3) Cooperating, (4) Applying, dan (5) Transfering. Rata-rata kondisi awal hasil belajar 63,05 meningkat pada siklus I menjadi 71 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 77 dan pada evaluasi akhir meningkat menjadi 84. Presentase pencapaian KKM juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 49,88 meningkat pada siklus 1 sebesar 65,38% pada siklus 2 meningkat menjadi 76,92% dan pada evaluasi akhir meningkat menjadi 86,41%. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 61,23 dengan kriteria tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,31 dengan kriteria kritis.

(10)

ix

ABSTRACT

The Improving of Learning Outcomes and Critical Thinking Skills in Fifth Grader Student in Sarikarya State Elementary School In Units of the Distance

Learning and Speed Through Contextual Learning

Ulil Absor (121134121) Sanata Dharma University

2016

The background of this study is the low result of learning math and critical thinking skills SDN Sarikaya fifth grader students on distance and speed unit material. This study aimed to: (1) to implement contextual learning for improving the learning outcomes and critical thinking skills. (2) to improve learning outcomes. (3) to improve critical thinking skills.

This research was a classroom action research conducted in two cycles with 26 research subjects. Each cycle was conducted over two sessions by using contextual learning model. Learning outcomes data obtained from the evaluation of cycle 1, evaluation of cycle 2 and the final evaluation. Students' critical thinking and data were obtained from the questionnaire and observation.

The step this study were: 1) Relating, 2) Experincing, 3) Cooperating, 4) Applying, and 5) Transfering. The average learning outcomes were 63.05 in the first cycle and became 71 on the second cycle, then increased to 77 and the final evaluation was 84. The percentage achievement of KKM also increased from 49.88 on precondition, then the KKM increased 65.38% on the second cycle, then increased 76.92% on two cycle and increased 86.41% on the final evaluation. The

studen’s criticall thinking also improved as seen in the value as 61,23 with categorized uncritical became 80,31 with categorized critical in the final condition.

Keywords: Learning Outcomes, Critical Thinking, Mathematics, and Contextual.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penelitian yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas V

Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Pembelajaran Kontekstual SD

Negeri Sarikarya” dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Skripsi ini disusun

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan khususnya pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyususun penelitian ini banyak pihak

yang telah turut membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Oleh sebab itu

pada kesempat ini peneliti mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya

penelitian ini, kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Sanata

Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang telah

membimbing dan memberikan semangat serta saran-saran kepada peneliti

(12)

xi

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing 2 yang telah

memberikan arahan serta sumbangan pemikiran dari awal sampai

terselesaikannya penelitian ini.

6. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. dan Brigita Erlita Tri Anggadewi,

S.Psi., M.Psi. selaku dosen validator kuesioner.

7. Febi Sanjaya, M.Sc., Drs. I Nyoman Arcana, M.si., dan Maria Suci Apriani

M.Sc. selaku dosen validator instrument pembelajaran.

8. Jaka Triyana,S.Pd, M.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Sarikarya

Yogyakarta.

9. Danang Harya Saputra,S.Pd. selaku guru wali kelas V SD Negeri Sarikarya

Yogyakarta yang telah memberikan saran dalam mendidik para siswa.

10. Seluruh siswa kelas V SD Negeri Sarikarya angkatan 2015/2016.

11. Kedua orang tua saya, Inaudi Iwa Suyoto dan Puji Asih, serta kakak dan adik

saya, Qum Fikri dan Muklasin Agfan. Terimakasih atas semangat dan doanya

sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

12. Ambar, Ardian, Adit, Riza, Asti, Yasinta, Faisal, Husen, Ibnu, Janu, Upik,

Tesa, Eva, Frengky, Wulan yang berjuang bersama dan saling memberikan

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman prodi PGSD angkatan 2012.

14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dukungan, dan semangat hingga skripsi ini dapat terselesaikan

(13)

xii

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena

itu peneliti membutuhkan saran dan kritik yang membangun bagi peneliti

dimasa depan. Peneliti berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, 31 Maret 2016

Peneliti,

(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO …. ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E Manfaat Penelitian ... 7

(15)

xiv

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Belajar ... 10

a. Pengertian Belajar ... 10

b. Ciri–ciri Belajar ... 11

2. Hasil Belajar ... 13

a. Pengertian Hasil Belajar ... 13

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 13

3. Berpikir Kritis ... 15

a. Pengertian Berpikir Kritis ... 15

4. Hakekat Matematika ... 16

a. Pengertian Matematika ... 16

b. Tujuan Matematika Di Sekolah Dasar ... 17

5. Materi Satuan Jarak dan Kecepatan... 18

6. Pembelajaran Kontekstual ... 19

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ... 19

b. Tahapan Pembelajaran Kontekstual ... 20

b. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas ... 21

B. Penelitian Yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

(16)

xv

1. Tempat Penelitian ... 32

2. Subyek Penelitian ... 32

3. Objek Penelitian ... 33

4. Waktu Penelitian ... 33

C. Persiapan ... 33

D. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 34

1. Siklu 1 ... 34

2. Siklus 2 ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 48

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 55

H. Teknik Analisis Data ... 59

I. Indikator Keberhasilan … ... 71

J. Jadwal Kegiatan .. ... 73

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Hasil Penelitian ... 74

1. Kondisi Awal ... 74

a. Hasil Belajar ... 75

b. Berpikir Kritis ... 76

2. Siklus 1 ... 86

a. Perencanaan ... 86

b. Pelaksanaan ... 87

c. Observasi (Pengamatan) ... 91

(17)

xvi

3. Siklus II ... 96

a. Perencanaan ... 96

b. Pelaksanaan ... 96

c. Observasi (Pengamatan) ... 100

d. Refleksi ... 113

B. Pembahasan ... 122

1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual ... 122

2. Hasil Belajar ... 124

2. Berpikir Kritis ... 126

BAB 5 PENUTUP ... 131

A. Kesimpulan ... 131

B. Keterbatasan Penelitian ... 132

C. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 134

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru Mengenai Proses Pembelajaran ... 49

Tabel 3.2 PedomanWawancara Guru Mengenai Berpikir Kritis ... 50

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 51

Tabel 3.4 Indikator Berpikir Kritis ... 52

Tabel 3.5 Pedoman Observasi ... 53

Tabel 3.6 Kisi-kisi soal evaluasi ... 54

Tabel 3.7 Kriteria Validasi Instrumen Pembelajaran ... 57

Tabel 3.8 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 57

Tabel 3.9 Hasil Validasi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis... 58

Tabel 3.10 PAP Tipe 1 ... 61

Tabel 3.11 Rentang Skor Indikator 1 ... 62

Tabel 3.12 Rentang Skor Indikator 2 ... 63

Tabel 3.13 Rentang Skor Indikator 3 ... 64

Tabel 3.14 Rentang Skor Indikator 4 ... 65

Tabel 3.15 Rentang Skor Indikator 5 ... 66

Tabel 3.16 Rentang Skor Indikator 6 ... 67

Tabel 3.17 Rentang Skor Keseluruhan Indikator ... 67

Tabel 3.18 PAP Tipe 1 ... 69

Tabel 3.19 Kriteria Rata-rata Hasil Observasi Setiap Indikator ... 69

Tabel 3.20 Kriteria Rata-rata Hasil Observasi Secara Keseluruhan ... 70

Tabel 3.21 Indikator Keberhasilan Hasil Belajar ... 71

(19)

xviii

Tabel 3.23 Jadwal Pelaksanaan ... 73

Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Kelas V Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 75

Tabel 4.2 Data Kondisi Awal Kelas V Tahun Pelajaran 2012/2013... 76

Tabel 4.3 Skor Rata-Rata Indikator 1 Kondisi Awal ... 77

Tabel 4.4 Skor Rata-Rata Indikator 2 Kondisi Awal ... 78

Tabel 4.5 Skor Rata-Rata Indikator 3 Kondisi Awal ... 79

Tabel 4.6 Skor Rata-Rata Indikator 4 Kondisi Awal ... 80

Tabel 4.7 Skor Rata-Rata Indikator 5 Kondisi Awal ... 81

Tabel 4.8 Skor Rata-Rata Indikator 6 Kondisi Awal ... 82

Tabel 4.9 Skor Indikator Keseluruhan Kondisi Awal Berpikir Kritis ... 83

Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Kondisi Awal ... 85

Tabel 4.11 Hasil Nilai Ulangan Eavaluasi Siklus 1 ... 91

Tabel 4.12 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 1 ... 92

Tabel 4.13 Hasil Nilai Ulangan Evaluasi Siklus 2 ... 100

Tabel 4.14 Hasil Nilai Ulangan Evaluasi Akhir ... 101

Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 2 ... 102

Tabel 4.16 Skor Rata-Rata Indikator 1 Kondisi Akhir ... 104

Tabel 4.17 Skor Rata-Rata Indikator 2 Kondisi Akhir ... 105

Tabel 4.18 Skor Rata-Rata Indikator 3 Kondisi Akhir ... 106

Tabel 4.19 Skor Rata-rata Indikator 4 Kondisi Akhir ... 107

Tabel 4.20 Skor Rata-Rata Indikator 5 Kondisi Akhir ... 108

Tabel 4.21 Skor Rata-Rata Indikator 6 Kondisi Akhir ... 110

Tabel 4.22 Skor Indikator Keseluruhan Kondisi Akhir Berpikir Kritis ... 111

(20)

xix

Tabel 4.24 Tabel Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar ... 124

Tabel 4.25 Tabel Perbandingan Pencapaian Berpikir Kritis ... 127

(21)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Literatur Map Penelitian ... 27

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 31

Gambar 4.1 Rata-Rata Hasil Belajar ... 116

Gambar 4.2. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar ... 117

Gambar 4.3 Rata-Rata Nilai Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 118

Gambar 4.4 Presentase Siswa Yang Mampu Berpikir Kritis ... 120

(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 137

Lampiran 2 RPP ... 149

RRP Siklus 1 Pertemuan 1 ... 149

RPP Siklus 1 Pertemuan 2 ... 154

RPP Siklus 2 Pertemuan 1 ... 159

RPP Siklus 2 Pertemuan 2 ... 165

Lampiran 3 Materi Pembelajaran ... 170

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ... 175

LKS Siklus 1 Pertemuan 1 ... 175

LKS Siklus 1 Pertemuan 2 ... 184

LKS Siklus 2 Pertemuan 1 ... 194

LKS Siklus 2 Pertemuan 2 ... 203

Lampiran 5 Kisi –Kisi Soal Evaluasi ... 212

Lampiran 6 Lembar Soal Evaluasi ... 213

Lembar Soal Evaluasi Siklus 1 ... 213

Lembar Soal Evaluasi Siklus 2 ... 218

Lembar Soal Evaluasi Akhir ... 224

Lampran 7 Kisi –Kisi Kuesioner ... 230

(23)

xxii

Lampiran 9 Lembar Pedoman Observasi ... 233

Lampiran 10 Lembar Validasi RPP ... 234

Lampiran 11 Lembar Validasi Soal Evaluasi ... 239

Lampiran 12 Lembar Validasi Kuesioner ... 243

Lampiran 13 Rekap Nilai Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 246

Rekap Nilai Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 247

Lampiran 14 Hasil Evaluasi ... 248

Hasil Evaluasi Siklus 1 ... 248

Hasil Evaluasi Siklus 2 ... 249

Hasil Evaluasi Akhir ... 250

Lampiran 15 Contoh Hasil Evaluasi Siswa ... 251

Contoh Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 ... 251

Contoh Hasil Evaluasi Siswa Siklus 2 ... 257

Contoh hasil Evaluasi Akhir Siswa ... 263

Lampiran 16 Data Hasil Kuesioner Kondisi Awal ... 269

Data Hasil Kuesioner Kondisi Akhir ... 271

Lampiran 17 Data Hasil Observasi Siklus 1 ... 273

Data Hasil Observasi Siklus 2 ... 274

Lampiran 18 Contoh Hasil Validasi RPP ... 276

Lampiran 19 Contoh Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 294

(24)

xxiii

Lampiran 21 Surat Ijin Penelitian ... 314

Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 315

Lampiran 23 Foto Kegiatan Penelitian ... 316

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab I ini, peneliti menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang

wajib belajar, mewajibkan masyarakat Indonesia untuk mengikuti pendidikan

wajib belajar 9 tahun yang dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai

jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada jenjang

pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Mengah Pertama bahkan sampai

jenjang pendidikan Sekolah Menengah Akhir ada lima mata pelajaran inti

yang harus dipelajari oleh para peserta didik yaitu (Bahasa Indonesia, PKn,

IPA, IPS dan Matematika). Dari kelima mata pelajaran inti yang dipelajari

tersebut, salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam

pendidikan adalah mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki peranan penting

untuk meningkatkan kemampuan berpikir manusia, serta memberikan

dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hans

Freudental (dalam Susanto 2013:189) menyatakan bahwa matematika

merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang,

dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas

insani (human activities). Tujuan mata pelajaran matematika yaitu untuk

(26)

kritis dan kreatif untuk membantu siswa memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika Susanto

(2013:189-190).

Mata pelajaran matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang

membosankan dan menakutkan oleh kebanyakan siswa, karena anggapan

tersebut banyak siswa yang tidak menyukai matematika, anggapan seperti itu

dapat berimbas pada pemahaman dan hasil belajar matematika siswa. Agar

siswa tidak lagi beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang

sulit maka guru hendaknya harus memikirkan model pembelajaran yang

menyenangkan seperti menghadirkan permasalahan matematis dalam

kehidupan sehari-hari siswa, model pembelajaran seperti ini secara tidak

langsung melatih kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi permasalahan

matematis dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran yang ideal adalah model pembelajaran yang berpusat

kepada siswa dan menghadapkan permasalahan matematis yang pernah

dialami dalam kehidupan sehari-hari siswa, dengan demikian para siswa akan

terbantu dalam mempelajari materi mata pelajaran matematika salain itu juga

model pembelajaran seperti ini membantu mengembangkan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif yang dapat membantu

siswa menuju jenjang pendidikan selanjutnya.

Melalui kegiatan observasi pembelajaran di kelas V SD Negeri Sarikarya,

peneliti mengamati model pembelajaran yang digunakan oleh guru selama

(27)

menggunakan model pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru

(Teacher Center) dan siswa hanya sebagai pendengar. Akibat dari model

pembelajaran seperti itu siswa tidak bisa menerima materi yang diberikan

guru dengan optimal sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa kurang

memuaskan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap wali kelas

V SD Negeri Sarikarya mengenai mata pelajaran matematika, diperoleh

informasi bahwa hasil belajar matematika siswa paling rendah terdapat pada

materi satuan jarak dan kecepatan. Hal tersebut diketahui dari hasil nilai

ulangan matematika siswa pada tahun ajaran 2013/2014 dan tahun pelajaran

2012/2013 ketika masih menggunakan kurikulum KTSP dengan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Siswa dikatakan tuntas dalam mata pelajaran

matematika, jika nilai ulangannya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) 65 atau lebih. Pada tahun pelajaran 2013/2014 presentase siswa yang

mencapai KKM sebesar 53,33% atau sebanyak 16 orang dari 30 orang siswa

dan presentase siswa yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran

matematika sebesar 46,67% atau sebanyak 14 orang dengan nilai rata-rata

kelas 63,3. Sedangkan pada tahun pelajaran 2012/2013 presentase siswa yang

mencapai KKM sebesar 46,43% atau sebanyak 13 orang siswa dari 28 orang

siswa dan presentase siswa yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran

matematika sebesar 53,57% atau sebanyak 15 orang siswa dari 30 orang

siswa dengan nilai rata-rata kelas 62,8. Hal ini sangat memprihatinkan sekali

(28)

pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar masih menggunakan

model tradisional yang berpusat pada guru (Teacher Center) yang

menyebabkan siswa tidak bisa menerima materi yang disampaikan guru

dengan optimal. Seharusnya guru menghadirkan model pembelajaran yang

menyenangkan dengan memberikan permasalah matamatis yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik dan dapat

berperan aktif dalam proses pembelajan.

Pada kenyataannya siswa tidak dilatih untuk menghadapi masalah

matematis dalam kehidupan nyata. Padahal pembelajaran matematika yang

ideal bertujuan untuk menghadapkan siswa dengan realita kehidupan

sehari-hari yang memuat permasalahan matematika. Akibat dari tidak dilatihnya

kemampuan berpikir siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam

kehidupan yang berkaitan dengan matematika maka kemampuan berpikir

kritis siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan menjadi tidak

berkembang.

Jhonson (2010:183) mengemukakan bahwa berfikir kritis adalah sebuah

proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti

memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan

melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan, menurut Jhon Chaffe (dalam

Jhonson 2010:187) bahwa berpikir kritis adalah berpikir untuk menyelidiki

secara sistematis proses berpikir itu sendiri dengan menggunakan logika.

Berdasarkan permasalahan yang ada di SD Negeri Sarikarya. Maka

(29)

dan kemampuan berpikir kritis siswa yang dapat mengaitkan materi pelajaran

dengan situasi kehidupan di dunia nyata. Maka dari itu peneliti mencoba

menerapkan model pembelajaran kontekstual. US Depertement of Education

the National School-to-Work Office (dalam Al-Tabany, 2014:138-139) menjelaskan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) merupakan suatu model pembelajaran yang membantu guru

mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi di dunia nyata, dan

memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya

dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga

kerja.

Agar siswa dapat mencapai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

yang sesuai dengan yang diharapkan maka peneliti tergerak untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual”.

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan

suatu permasalahan yang akan diteliti. Adapaun batasan masalah masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya meneliti siswa kelas V SD Negeri Sarikarya yang

berjumlah 26 siswa.

2. Objek pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika dan kemampuan

(30)

3. Mata pelajaran yang diteliti adalah matematika khususnya pada Standar

Kompetensi (SK) 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan

kecepatan dalam pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar (KD) 2.4

mengenal satuan jarak dan kecepatan.

4. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model

pembelajaran kontekstual yang dapat mengaitkan konten mata pelajaran

dengan situasi di dunia nyata.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual untuk

meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika

siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan

kecepatan?

2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya

pada materi satuan jarak dan kecepatan?

3. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V SD

(31)

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil

belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas V SD

Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa

kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan

melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.

3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak

dan kecepatan melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian membahas dua hal inti yaitu secara teoritis dan secara

praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi referensi dan

memperluas pengetahuan bagi pembaca tentang penggunaan model

(32)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan

model pembelajaran yang sama.

b. Bagi Guru

Model pembelajaran kontekstual dapat digunakan sebagai salah

satu alternatif atau pertimbangan dalam mengajar mata pelajaran

matematika.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan

hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

F. Definisi Oprasional

Berikut ini merupakan batasan penelitian yang peneliti ambil :

1. Hasil belajar adalah perubahan perilaku atau ketrampilan baru yang

diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran.

2. Kemampuan Berpikir kritis adalah suatu disiplin berpikir mandiri, masuk

akal dan reflektif yang mencontohkan kesempurnaan berpikir dengan

terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi,

pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan.

3. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang angka, pengukuran,

(33)

4. Satuan Jarak merupakan batasan atau perolehan panjang berdasarkan

satuan panjang tertentu yang diukur melalui waktu ata periode yang telah

ditentukan.

5. Satuan Kecepatan merupakan laju perputaran atau perjalanan pada periode

yang ditentukan sebagai satuan ukur.

(34)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini Peneliti akan menguraikan kajian pustaka, penelitian yang relevan,

kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Keempat hal tersebut akan diuraikan

sebagai berikut.

A. Kajian Pustaka

Peneliti akan membahas mengenai teori belajar, hasil belajar, berpikir kritis,

hakikat matematika, materi satuan jarak dan kecepatan, dan kontekstual.

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Winkel (dalam Susanto, 2013:4) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas

mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan

sikap sebagai akibat dari pengalaman. Garret (dalam Sagala, 2010:13)

menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yng berlangsung dalam jangka

waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa pada perubahan

diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

Hamalik (dalam Susanto, 2013:3) menyatakan bahwa belajar adalah

memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learnin is defined

as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Hilgard (dalam Susanto, 2013:3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan

kegiatan reaksi terhadap lingkungannya. Perubahan kegiatan yang dimaksud

(35)

latihan (pengalaman). Purwanto (2008 : 38-39) menyatakan bahwa pengertian

belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan

untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Slameto (2010:2)

mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatakan keterampilan, dan memperbaiki

perilaku melalui pengalaman belajar yang telah dialaminya.

b. Ciri-Ciri Belajar

Hamalik (dalam Jihad, 2008 : 3-4) menyatakan beberapa ciri-ciri belajar yaitu

: (1) proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi dan melampaui, (2)

melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada

mata pelajaran tertentu, (3) bermakna bagi kehidupan tertentu, (4) bersumber dari

kehidupan dan tujuan yang mendorong motivasi secara keseimbangan, (5)

dipengaruhi pembawaan dan lingkungan, (6) dipengaruhi oleh

perbedaan-perbedaan individual, (7) berlangsung secara efektif apabila

pengalaman-pengalaman dan hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai

peserta didik, (8) proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status dan

kemajuannya, (9) kesatuan fungsional dari berbagai prosedur, (10) hasil-hasil

(36)

terpisah, (11) di bawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa tekanan

dan paksaan, (12) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas dan keterampilan, (13)

dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat dipersamakan dan

dengan pertimbangan yang baik, (14) lambat laun dipersatukan menjadi

kepribadian dengan kecepatan berbeda-beda, (15) bersifat kompleks dan dapat

berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.

Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011:5-6) mengemukakan bahwa belajar

memiliki beberapa ciri-ciri yaitu: (1) Adanya kemampuan baru atau perubahan.

Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan

(psikimotor), maupun nilai, dan sikap (afektif). (2) Perubahan itu tidak

berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan. (3) Perubahan

itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Dan (4) Perubahan

terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, perubahan tidak semata-mata

disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan,

penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berdasarkan ciri-ciri belajar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri

belajar adalah interaksi seseorang dengan lingkungannya yang menghasilkan

perubahan tingkah laku pada arah positif yang terjadi secara sadar dan menetap

(37)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Winkle (dalam Purwanto, 2008 : 45) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya melalui proses belajar mengajar. Nawawi (dalam Susanto, 2013:5)

menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Juliah (dalam Jihad, 2008:15) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang

dilakukannya. Abdurrahman (dalam Jihad, 2008:14) mengemukakan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Pengertian tersebut senada dengan Sudjana (dalam Jihad, 2008:15) mengatakan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya.

Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan

kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa sebagai akibat dari pengalaman

belajarnya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam belajar, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Slameto

(2010:54-60) menyatakan faktor yang dapat mempengaruhi belajar ada dua, yaitu

(38)

faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah

mencakup faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis mencakup

inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor

kelelahan bisa dikarenakan kelelahan jasmani ataupun rohani.

Faktor eksternal dibagi menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan

faktor masyarakat. Yang termasuk faktor keluarga adalah cara orang tua

mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang orang tua. Yang termasuk

faktor sekolah adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode pembelajaran, dan tugas rumah.

Yang termasuk faktor masyarakat adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, media

massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14) mengidentifikasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa kedalam sepuluh macam, yaitu: (1) kecerdasan,

(2) kesiapan anak, (3) bakat anak, (4) kemauan belajar, (5) minat anak, (6) model

penyajian materi, (7) pribadi dan sikap guru, (8) suasana belajar, (9) kompetensi

guru, dan (10) kondisi masyarakat.

Berdasarkan definisi menurut para ahli diatas tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar

dipengaruhi lingkungan disekitarnya (eksternal) yang berpengaruh kepada diri

siswa seperti kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, sikap, kondisi

(39)

3. Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang terarah dan jelas untuk

memecahkan masalah menggunakan logika. Ennis (dalam Susanto, 2013:121)

mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses berpikir dengan tujuan

untuk membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang diyakini atau

dilakukan. Jhonson (2010:183) mengemukakan bahwa berfikir kritis adalah

sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental

seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis

asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

Helpen (dalam susanto, 2013:122) mengemukakan bahwa berpikir kritis

merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan

masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan

membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara

efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Pendapat senada dikemukakan juga

oleh Anggelo (dalam Susanto, 2013:122) yang mengemukakan bahwa berpikir

kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang

meliputi kegiatan menganalisis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,

menyimpulkan dan mengevaluasi. Sedangkan, Jhon Chaffe (dalam Jhonson

2010:187) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah cara berpikir untuk

menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri dengan menggunakan

(40)

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa berpikir kritis adalah suatu cara berpikir tingkat tinggi yang sistematis

untuk membuat keputusan, menganalisis, mengevaluasi, menyimpulkan, dan

memecahkan masalah dengan menggunakan logika.

4. Hakekat Matematika a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang memegang peranan penting

dalam pendidikan karena matematika membantu siswa untuk mengembangkan

kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk memecahkan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari. Susanto (2013:185) berpendapat bahwa matematika

adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang

berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat

aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan

berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat

sehari-hari. Hans Freudental (dalam Susanto, 2013:189) menyatakan bahwa matematika

merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan

bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani

(human activities).

Berdasarkan definisi menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

matematika adalah suatu ilmu pasti yang dipresentasikan dalam bilangan dan

didalamnya berisi mengenai simbol-simbol serta operasi hitung yang digunakan

untuk memecahkan permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari.

(41)

b. Tujuan Matematika Di Sekolah Dasar

Susanto (2013:189-190) Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar

dibagi menjadi dua yaitu secara umum dan secara khusus. Secara umum, tujuan

pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil

menggunakan matematika. Selain itu, dengan pembelajaran matematika

diharapkan dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan

matematika. Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika disekolah dasar

adalah sebagai berikut, yaitu : (1) Memahami konsep matematika, dan

mengaplikasikan konsep tersebut, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam generelesasi, menyususn bukti atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang

meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan

gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan

keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika

dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut dibutuhkan kondisi

dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk,

menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. kemudian siswa dapat

membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan

mengkonstruksikannya dalam ingatan yang kemudian dapat dikembangkan lebih

(42)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari

pembelajaran matematika adalah agar siswa terampil dalam menggunakan

berbagai konsep matematika, menggunakan penalaran dalam memecahkan

masalah, kemudian menyajikan data dan mengkomunikasikannya.

5. Materi Satuan Jarak dan Kecepatan a. Satuan Jarak

Satuan Jarak merupakan batasan atau perolehan panjang berdasarkan

satuan panjang tertentu yang diukur melalui waktu ata periode yang telah

ditentukan.

Berikut ini adalah tangga satuan jarak.

Rumus untuk menentukan satuan jarak :

b. Satuan Kecepatan

Satuan Kecepatan merupakan laju perputaran atau perjalanan pada periode

yang ditentukan sebagai satuan ukur. Satuan yang digunakan untuk

menentukan kecepatan adalah Km/jam, meter/menit (m/menit) dan

(43)

Rumus untuk mencari kecepatan rata-rata.

c. Waktu Keberangkatan dan Waktu Tiba

Rumus untuk menentukan waktu:

6. Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

US Depertement of Education the National School-to-Work Office (dalam Al-Tabany, 2014:138-139) menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning

(CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru untuk mengaitkan konten

mata pelajaran dengan situasi di dunia nyata, dan memotivasi siswa membuat

hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. Menurut Johnson (2007:67)

kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa

melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan

keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya

mereka.

Darmadi Hamid (2009:153) mengemukakan bahwa CTL merupakan konsep

pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran

dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para Peserta didik

mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam Kecepatan rata-rata =

(44)

kehidupan sehari-hari. Sedangkan, menurut Blanchard (dalam Al-Tabany,

2014:139) pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam

hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang dapat

mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata yang erat kaitannya

dengan lingkungan disekitar siswa.

b. Tahapan Pembelajaran Kontekstual

Hamdayama (2014: 51) proses pembelajaran kontekstual terdiri dari

delapan komponen sebagai berikut:

1. Membangun hubungan yang bermakna (Relating); Siswa menghubungkan

apa yang dipelajari di sekolah dengan pengalamannya sendiri, kejadian

dirumah, media massa, atau yang lainnya, sehingga siswa akan

memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna.

2. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing); Ada beberapa langkah

guru dalam mengaitkan meteri dengan konteks kehidupan siswa,

diantaranya (a) mengkaitkan pelajaran dengan sumber yang berhubungan

dengan kehidupan siswa, (b) menggunakan sumber dari bidang lain, (c)

mengkaitkan berbagai macam pelajaran yang sesuai dengan materi

pelajaran, dan (d) belajar melalui kegiatan sosial.

3. Belajar secara mandiri; Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda,

sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri sesuai dengan

(45)

4. Kolaborasi (collaborating); Mendorong siswa untuk berkerjasama dengan

teman atau didalam kelompok.

5. Berpikir kritis dan kreatif (applaying); Mendorong siswa agar bisa berpikir

kritis dan kreatif serta menerapkan dalam dunia nyata siswa.

6. Mengembangkan potensi individu (transfering); Memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan potensi atau bakat yang dimiliki.

7. Standar pencapaian yang tinggi; Dengan standar pencapaian yang tinggi,

maka akan memacu siswa untuk berusaha lebih baik.

8. Asesmen yang autentik; Pencapaian hasil belajar diukur dengan asesmen

autentik yang mampu menyediakan informasi mengenai kualitas

pendidikan.

Dari kedelapan tahapan tersebut peneliti memilih 5 tahapan yang akan

diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu Relating, Experiencing, Colaborating, Applying, dan Transferring.

c. Penerapan Model Kontekstual Di Kelas

Model CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme

(constructivism), inquiri (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian

yang sebenarnya (Authentic). Suatu kelas dikatakan menggunakan model CTL

jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya (al-Tabany

(46)

1. Kontruktivisme (Contructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan

siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif

proses belajar mengajar. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah

dan menemukan sendiri sesuatu yang berguna bagi dirinya.

2. Inkuiri (Inquiry)

Inquiry (menemukan) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari

menemukan sendiri. Kegiatan Inkuiri (menemukan) merupakan sebuah siklus

yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan

dugaan (hyphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan

(conclusion). Dalam kegiatan inkuiri terdapat langkah-langkah pembelajaran

yaitu sebagai berikut : (1) Merumuskan masalah, (2) Mengamati atau

melakukan observasi, (3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,

gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (4) Mengkomunikasikan

atau menyajikan hasil karya pada pembaca.

3. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya.

Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya

dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam sebuah

(47)

informasi, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon

kepada siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5)

mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian

siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7) membangkitkan lebih banyak

pertanyaan dari siswa, dan (8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari

sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Konsep masyarakat belajar ini bisa terjadi apabila ada proses

komunikasi dua arah, misalnya dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam

komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain.

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah salah satu cara yang digunakan guru untuk menjelaskan

materi dengan cara mendemonstrasikannya agar siswa dapat meniru apa yang

telah dilakukan guru. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan

satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan dapat

juga berasal dari luar.

6. Refleksi (Refleksion)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Pada akhir

pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan

(48)

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan

bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dalam CTL,

hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa, antara lain : (1)

proyek/kegiatan dan laporannya, (2) pekerjaan rumah, (3) kuis, (4) karya

siswa, (5) presentasi atau penampilan siswa, (6) demonstrasi, (7) laporan, (8)

jurnal, (9) hasil tes tulis, dan (10) karya tulis.

B. Penelitian yang Relevan

Ada tiga hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini, peneliti

akan memaparkan beberapa penelitian yang relevan.

Pertama, penelitian ini dilakukan oleh Wahyudi, Suteng Sulasmono,B &

Suparmin (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas VI SD Negeri 3 Bandungsari Tentang Penarikan Akar Pangkat Tiga

Bilangan Kubik Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and

Learning Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012” Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah model kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2

siklus pembelajaran dan setiap siklus terdiri dari 1 pertemuan. Subjek yang diteliti

adalah siswa kelas VI SD Negeri Bandungsari Kecamatan Ngaringan Kabupaten

Grobogan tahun pelajaran 2011/2012. Yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 20

(49)

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran

siswa yang tuntas KKM ≥ 60 hanya 13 siswa dari 41 siswa (32%). Pada perbaikan

pembelajaran siklus 1 siswa yang tuntas KKM ≥ 60 meningkat menjadi 23 (56%)

dan pada perbaikan siklus 2 siswa yang tuntas KKM ≥ 60 meningkat lagi menjadi

38 siswa (92%). Dan tinggal 3 siswa (8%) yang belum tuntas. Berdasarkan data

tersebut penerapan model Contextual Teaching and Learning telah berhasil

meningkatkan kemampuan hasil belajar matematika tentang penarikan akar

pangkat tiga dari kubik pada siswa kelas VI SD Negeri Bandungsari.

Kedua, penelitian ini dilakukan oleh Nur Prafitriani (2014) dengan judul

“Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan”. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan yang berjumlah 17

siswa dan objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematika

siswa. Berdasarkan penelitian ini peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematika siswa ditunjukkan dengan penilaian kognitif yang diperoleh siswa

pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis prates sampai akhir siklus II

rata-rata skor kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa yaitu dari prates ke

siklus I naik sebesar 17% dari 60% menjadi 77% dan pada siklus I ke siklus II

naik 3% dari 77% menjadi 80%. Persentase ketuntasan siswa dalam kemampuan

berpikir kritis telah memenuhi 88% siswa memenuhi KKM dan rata-rata

persentase kemampuan berpikir kritis matematika pada kategori baik dengan

persentase 80% sehingga proses pembelajaran menggunakan model tersebut

(50)

Ketiga, penelitian ini dilakukan oleh Sutinah (2013) dengan judul “Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Penjumlahan Pecahan

Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas

IV B MIN Kebon Agung Imogiri Bantul” penelitian ini merupakan penelitian

tidakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru, dan

subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV B MIN Kebon Agung Imogiri Bantul

yang berjumlah 17 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penelitian

dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) telah

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan adanya

peningkatan ketuntasan belajar dengan presentase pra tindakan sebesar 41,18%,

siklus satu sebesar 70,59%, dan pada siklus kedua sebesar 94,12%. Nilai rata-rata

hasil tes pada pra tindakan sebesar 74,00, pada siklus satu 75,91, sedangkan pada

siklus kedua sebesar 81,44 terjadi peningkatan sebesar 5,53. Dengan demikian

setiap siklus mengalami peningkatan pada hasil belajarnya.

Ketiga penelitian diatas memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu

penggunaan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika.

Penelitian ini memiliki kekhasan dibandingkan ketiga penelitian diatas karena

dalam penelitian ini mencakup dua variabel yaitu hasil belajar, dan kemampuan

berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada mata

(51)

Berikut literatur map yang peneliti ambil :

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan bidang studi yang penting karena melalui

matematika guru dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa

yang logis, kritis dan kreatif untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung. Oleh sebab itu, mulai

sejak dini siswa harus dilatih dan dibiasakan secara mandiri untuk menyelesaikan

masalah, karena melalui penyelesaian masalah siswa dituntut untuk berpikir

secara logis, kritis dan kreatif. Melalui pembelajaran matematika diharapkan

kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalah yang berkaitan

dengan matematika dapat berkembang sehingga siswa dapat mengatasi

Suparmin (2012) Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Bandungsari Tentang Penarikan Akar Pangkat Tiga Bilangan Kubik Dengan Menggunakan Model Contextual Teaching and Learning Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012

Nur Prafitriani (2014) Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan

Sutinah (2013) Upaya Peningkatan Hasil

Belajar Matematika Pada Operasi

Penjumlahan Pecahan Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV B MIN Kebong Agung Imogiri Bantul

Peningkatan Hasil Belajar Dan

Kemampuan Berpikir Kritis

(52)

permasalahan yang akan dihadapinya dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu

siswa harus dilatih untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari.

Salah satu model pembelajaran adalah menghadirkan masalah matematika

dalam kehidupan sehari-hari, melalui model pembelajaran seperti ini secara tidak

langsung siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam menghadapi realitas kehidupan

nyata. Namun pada kenyataannya siswa tidak dilatih untuk berpikir kritis dalam

menghadapi permasalahan matematis yang ada di kehidupan sehari-hari sehingga

mengakibatkan hasil belajar matematika siswa di sekolah rendah. Padahal model

pembelajaran matematika yang ideal bertujuan untuk menghadapkan realitas

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan permasalahan matematis, dengan

demikian kemampuan berpikir kritis siswa dalam menghadapai permasalah akan

berkembang dan akan membantu siswa meningkatkan hasil belajar matematika.

Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti tertarik dengan model

pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual merupakan model

pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengaitkan konten mata pelajaran

dengan situasi di dunia nyata. Dengan adanya model pembelajaran kontekstual

siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan

mampu mengkritisi materi yang disampaikan oleh guru. Karena pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual merupakan konsep

pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran

(53)

mampu menerapkan kompetensi hasil belajar dan mengkritisi permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari Darmadi Hamid (2009:153).

Berdasarkan pernyataan hal-hal di atas, sudah jelas bahwa peneliti

berharap dengan adanya model pembelajaran kontekstual diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran

matematika. Penelitian ini berfokus pada materi satuan jarak dan kecepatan.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada latar belakang, batasan masalah, dan kerangka berpikir

maka hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Upaya penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil

belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada

materi satuan jarak dan kecepatan ditempuh dengan langkah-langkah sebagai

berikut : (1) Relating, (2) Experincing, (3) Cooperating, (4) Applying, dan (5)

Transfering.

2. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan

kecepatan.

3. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi

(54)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini, peneliti akan menjelaskan tentang jenis penelitian, setting

penelitian, persiapan, rencana tindakan setiap siklus, teknik pengumpulan data,

instrument penelitian, teknik pengujian instrument, dan teknik analisis data.

A.Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak

dan Kecepatan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual tahun pelajaran

2015/2016 merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya atau

bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang,

melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif

yang bertujuan untuk meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di

kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus

Kunandar (2008:44-45).

Penelitian tindakan kelas yang diterapkan dengan model pembelajaran

kontekstual ini menggunakan model yang di adopsi dari Kemmis & Mc

Taggart (dalam Arikunto, 2010:17). Bagan model Kemmis & Mc Taggart

(55)

Gambar 3.1 Siklus Model PTK

Sumber : Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2010:17)

Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat dilihat bahwa bagan model

Kemmis & Mc Taggart dilaksanakan dalam empat tahap yang dimulai dari

perencanaan tindakan (planning) pelaksanaan tindakan (acting)

pengamatan (observing) refleksi (reflecting).

1. Perencanaan Tindakan (Planning)

Perencanaan merupakan langkah yang dilakukan oleh guru ketika

akan memulai tindakannya. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan

tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana

tindakan tersebut dilakukan.

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS I

Refleksi

Pengamatan

SIKLUS II Pelaksanaan Perencanaan

Refleksi

(56)

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang

sudah dibuat. Pada tahap ini, berisi rancangan strategi dan skenario

penerapan pembelajaran yang akan diterapkan.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan merupakan proses mencermati jalannya pelaksanaan

tindakan. Tahap ini dilakukan pada waktu pelaksanaan tindakan

berlangsung.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi merupakan langkah mengingat kembali kegiatan yang

sudah dilakukan. Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara

menyeluruh pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan

data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi untuk

menyempurnakan tindakan berikutnya.

B.Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sarikarya yang terletak di Jl.

Asemgede 48, Kragilan, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sarikarya

tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 26 siswa. Terdiri dari 12 siswa

perempuan dan 14 siswa laki-laki.

(57)

3. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir

kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya semester I tahun pelajaran

2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning pada mata pelajaran matematika materi satuan jarak dan kecepatan.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sarikarya pada semester

ganjil tahun pelajaran 2015/2016 yaitu pada tanggal 6 - 21 Oktober 2015.

C.Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan beberapa langkah awal yang

diperlukan sebelum melakukan penelitian, langkah-langkah tersebut

diantaranya :

1. peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di

kelas V SD Negeri Sarikarya.

2. Peneliti melakukan kegiatan observasi pembelajaran matematika di kelas

V.

3. Peneliti melakukan wawancara terhadap wali kelas V mengenai hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

4. Peneliti mengidentifikasi masalah yang ada pada mata pelajaran

matematika di kelas V berdasarkan hasil wawancara.

5. Peneliti menyusun proposal penelitian.

(58)

7. Peneliti menyusun instrument pembelajaran seperti silabus, RPP, LKS,

lembar evalusi, dan lembar kuesioner.

8. Peneliti melakukan validasi intrumen pembelajaran kepada para ahli yaitu

kepada guru wali kelas V dan dosen Universitas Sanata Dharma.

9. Peneliti menyiapkan sarana dan media yang mendukung pembelajaran, dan

10.Peneliti melaksanakan penelitian.

D.Rencana Tindakan Setiap Siklus

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus, yaitu sebanyak empat

kali pertemuan, setiap siklus dilakukan selama 2 kali pertemuan dan setiap

pertemuan menggunakan alokasi waktu 3 x 35 menit. Alokasi waktu tersebut

disesuaikan dengan jam pembelajaran di sekolah. Materi yang akan di

sampaikan mengenai satuan jarak dan kecepatan dengan menggunakan model

pembelajaran kontekstual. Berikut adalah tindakan yang akan dilakukan pada

setiap siklus :

Siklus I

1. Perencanaan tindakan

Peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan alat peraga/media yang akan

Gambar

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian
Gambar 3.1 Siklus Model PTK
Tabel 3.2
Tabel 3.3 di atas  menjelaskan bahwa kisi-kisi kuesioner dibagi kedalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ennis (1991) memberikan rambu-rambu dalam menerapkan pola berpikir kritis bagi pelajar baik di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: (1) Mencari

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir kritis siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga dalam pemecahan masalah matematika pada materi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir kritis siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 03 Salatiga dalam pemecahan masalah matematika pada materi

Penelitian berawal dari masalah kurangnya pemahaman dasar berhitung matematika sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal dan kemampuan berpikir kritis yang masih

satuan kecepatan dan memahami rumus yang menghubungkan antara waktu, jarak dan kecepatan. Apabila siswa telah memahami konsep-konsep tersebut, maka soal cerita yang berkaitan

Tika Aprilia. Pengembangan Media Sains Flipbook Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Surakarta. Program

Latar belakang penelitian ini adalah adanya keprihatinan terhadap rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA. Penelitian ini bertujuan untuk

Analisis data dilakukan dengan analisis varian (ANAVA). Hasil temuan ini menunjukkan: 1) Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa