PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI
SARIKARYA PADA MATERI SATUAN JARAK DAN
KECEPATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memanuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Ulil Absor NIM : 121134121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI
SARIKARYA PADA MATERI SATUAN JARAK DAN
KECEPATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memanuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Ulil Absor NIM : 121134121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini untuk :
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan petunjuknya dalam penyusunan skripsi ini,
Keluargaku tercinta ;
Ibuku Puji Asih, Ayahku Inaudi Iwa Suyoto, kakakku Qum Fikri, dan adikku Muklasin Agfan,
v
MOTTO
Yang terpenting bukanlah masalah apa yang menimpa kita, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menghadapi masalah itu dengan benar
(Penulis)
Sesungguhnya beserta kesukaran ada kemudahan (QS. Al-Insyirah)
Dan bahwasanya setiap manusia itu tiada akan memperoleh (hasil) selain apa yang telah diusahakannya
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta , 31 Maret 2016
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Ulil Absor
Nomor Mahasiswa : 121134121
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : ”Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual”
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
apa saja, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 31 Maret 2016
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui
Model Pembelajaran Kontekstual
Ulil Absor (121134121) Universitas Sanata Dharma
2016
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Sarikarya 26 siswa. Data hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi siklus 1, evaluasi siklus 2 dan evaluasi akhir. Dan data berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil kuesioner dan observasi.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual meliputi: (1) Relating, (2) Experincing, 3) Cooperating, (4) Applying, dan (5) Transfering. Rata-rata kondisi awal hasil belajar 63,05 meningkat pada siklus I menjadi 71 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 77 dan pada evaluasi akhir meningkat menjadi 84. Presentase pencapaian KKM juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 49,88 meningkat pada siklus 1 sebesar 65,38% pada siklus 2 meningkat menjadi 76,92% dan pada evaluasi akhir meningkat menjadi 86,41%. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 61,23 dengan kriteria tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,31 dengan kriteria kritis.
ix
ABSTRACT
The Improving of Learning Outcomes and Critical Thinking Skills in Fifth Grader Student in Sarikarya State Elementary School In Units of the Distance
Learning and Speed Through Contextual Learning
Ulil Absor (121134121) Sanata Dharma University
2016
The background of this study is the low result of learning math and critical thinking skills SDN Sarikaya fifth grader students on distance and speed unit material. This study aimed to: (1) to implement contextual learning for improving the learning outcomes and critical thinking skills. (2) to improve learning outcomes. (3) to improve critical thinking skills.
This research was a classroom action research conducted in two cycles with 26 research subjects. Each cycle was conducted over two sessions by using contextual learning model. Learning outcomes data obtained from the evaluation of cycle 1, evaluation of cycle 2 and the final evaluation. Students' critical thinking and data were obtained from the questionnaire and observation.
The step this study were: 1) Relating, 2) Experincing, 3) Cooperating, 4) Applying, and 5) Transfering. The average learning outcomes were 63.05 in the first cycle and became 71 on the second cycle, then increased to 77 and the final evaluation was 84. The percentage achievement of KKM also increased from 49.88 on precondition, then the KKM increased 65.38% on the second cycle, then increased 76.92% on two cycle and increased 86.41% on the final evaluation. The
studen’s criticall thinking also improved as seen in the value as 61,23 with categorized uncritical became 80,31 with categorized critical in the final condition.
Keywords: Learning Outcomes, Critical Thinking, Mathematics, and Contextual.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penelitian yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas V
Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Pembelajaran Kontekstual SD
Negeri Sarikarya” dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Skripsi ini disusun
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan khususnya pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyususun penelitian ini banyak pihak
yang telah turut membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Oleh sebab itu
pada kesempat ini peneliti mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya
penelitian ini, kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Sanata
Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
membimbing dan memberikan semangat serta saran-saran kepada peneliti
xi
5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan arahan serta sumbangan pemikiran dari awal sampai
terselesaikannya penelitian ini.
6. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. dan Brigita Erlita Tri Anggadewi,
S.Psi., M.Psi. selaku dosen validator kuesioner.
7. Febi Sanjaya, M.Sc., Drs. I Nyoman Arcana, M.si., dan Maria Suci Apriani
M.Sc. selaku dosen validator instrument pembelajaran.
8. Jaka Triyana,S.Pd, M.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Sarikarya
Yogyakarta.
9. Danang Harya Saputra,S.Pd. selaku guru wali kelas V SD Negeri Sarikarya
Yogyakarta yang telah memberikan saran dalam mendidik para siswa.
10. Seluruh siswa kelas V SD Negeri Sarikarya angkatan 2015/2016.
11. Kedua orang tua saya, Inaudi Iwa Suyoto dan Puji Asih, serta kakak dan adik
saya, Qum Fikri dan Muklasin Agfan. Terimakasih atas semangat dan doanya
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
12. Ambar, Ardian, Adit, Riza, Asti, Yasinta, Faisal, Husen, Ibnu, Janu, Upik,
Tesa, Eva, Frengky, Wulan yang berjuang bersama dan saling memberikan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman prodi PGSD angkatan 2012.
14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan, dan semangat hingga skripsi ini dapat terselesaikan
xii
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu peneliti membutuhkan saran dan kritik yang membangun bagi peneliti
dimasa depan. Peneliti berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Yogyakarta, 31 Maret 2016
Peneliti,
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO …. ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E Manfaat Penelitian ... 7
xiv
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 10
A. Kajian Pustaka ... 10
1. Belajar ... 10
a. Pengertian Belajar ... 10
b. Ciri–ciri Belajar ... 11
2. Hasil Belajar ... 13
a. Pengertian Hasil Belajar ... 13
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 13
3. Berpikir Kritis ... 15
a. Pengertian Berpikir Kritis ... 15
4. Hakekat Matematika ... 16
a. Pengertian Matematika ... 16
b. Tujuan Matematika Di Sekolah Dasar ... 17
5. Materi Satuan Jarak dan Kecepatan... 18
6. Pembelajaran Kontekstual ... 19
a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ... 19
b. Tahapan Pembelajaran Kontekstual ... 20
b. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas ... 21
B. Penelitian Yang Relevan ... 24
C. Kerangka Berpikir ... 27
D. Hipotesis Tindakan ... 29
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
xv
1. Tempat Penelitian ... 32
2. Subyek Penelitian ... 32
3. Objek Penelitian ... 33
4. Waktu Penelitian ... 33
C. Persiapan ... 33
D. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 34
1. Siklu 1 ... 34
2. Siklus 2 ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ... 46
F. Instrumen Penelitian ... 48
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 55
H. Teknik Analisis Data ... 59
I. Indikator Keberhasilan … ... 71
J. Jadwal Kegiatan .. ... 73
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Hasil Penelitian ... 74
1. Kondisi Awal ... 74
a. Hasil Belajar ... 75
b. Berpikir Kritis ... 76
2. Siklus 1 ... 86
a. Perencanaan ... 86
b. Pelaksanaan ... 87
c. Observasi (Pengamatan) ... 91
xvi
3. Siklus II ... 96
a. Perencanaan ... 96
b. Pelaksanaan ... 96
c. Observasi (Pengamatan) ... 100
d. Refleksi ... 113
B. Pembahasan ... 122
1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual ... 122
2. Hasil Belajar ... 124
2. Berpikir Kritis ... 126
BAB 5 PENUTUP ... 131
A. Kesimpulan ... 131
B. Keterbatasan Penelitian ... 132
C. Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 134
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru Mengenai Proses Pembelajaran ... 49
Tabel 3.2 PedomanWawancara Guru Mengenai Berpikir Kritis ... 50
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 51
Tabel 3.4 Indikator Berpikir Kritis ... 52
Tabel 3.5 Pedoman Observasi ... 53
Tabel 3.6 Kisi-kisi soal evaluasi ... 54
Tabel 3.7 Kriteria Validasi Instrumen Pembelajaran ... 57
Tabel 3.8 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 57
Tabel 3.9 Hasil Validasi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis... 58
Tabel 3.10 PAP Tipe 1 ... 61
Tabel 3.11 Rentang Skor Indikator 1 ... 62
Tabel 3.12 Rentang Skor Indikator 2 ... 63
Tabel 3.13 Rentang Skor Indikator 3 ... 64
Tabel 3.14 Rentang Skor Indikator 4 ... 65
Tabel 3.15 Rentang Skor Indikator 5 ... 66
Tabel 3.16 Rentang Skor Indikator 6 ... 67
Tabel 3.17 Rentang Skor Keseluruhan Indikator ... 67
Tabel 3.18 PAP Tipe 1 ... 69
Tabel 3.19 Kriteria Rata-rata Hasil Observasi Setiap Indikator ... 69
Tabel 3.20 Kriteria Rata-rata Hasil Observasi Secara Keseluruhan ... 70
Tabel 3.21 Indikator Keberhasilan Hasil Belajar ... 71
xviii
Tabel 3.23 Jadwal Pelaksanaan ... 73
Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Kelas V Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 75
Tabel 4.2 Data Kondisi Awal Kelas V Tahun Pelajaran 2012/2013... 76
Tabel 4.3 Skor Rata-Rata Indikator 1 Kondisi Awal ... 77
Tabel 4.4 Skor Rata-Rata Indikator 2 Kondisi Awal ... 78
Tabel 4.5 Skor Rata-Rata Indikator 3 Kondisi Awal ... 79
Tabel 4.6 Skor Rata-Rata Indikator 4 Kondisi Awal ... 80
Tabel 4.7 Skor Rata-Rata Indikator 5 Kondisi Awal ... 81
Tabel 4.8 Skor Rata-Rata Indikator 6 Kondisi Awal ... 82
Tabel 4.9 Skor Indikator Keseluruhan Kondisi Awal Berpikir Kritis ... 83
Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Kondisi Awal ... 85
Tabel 4.11 Hasil Nilai Ulangan Eavaluasi Siklus 1 ... 91
Tabel 4.12 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 1 ... 92
Tabel 4.13 Hasil Nilai Ulangan Evaluasi Siklus 2 ... 100
Tabel 4.14 Hasil Nilai Ulangan Evaluasi Akhir ... 101
Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 2 ... 102
Tabel 4.16 Skor Rata-Rata Indikator 1 Kondisi Akhir ... 104
Tabel 4.17 Skor Rata-Rata Indikator 2 Kondisi Akhir ... 105
Tabel 4.18 Skor Rata-Rata Indikator 3 Kondisi Akhir ... 106
Tabel 4.19 Skor Rata-rata Indikator 4 Kondisi Akhir ... 107
Tabel 4.20 Skor Rata-Rata Indikator 5 Kondisi Akhir ... 108
Tabel 4.21 Skor Rata-Rata Indikator 6 Kondisi Akhir ... 110
Tabel 4.22 Skor Indikator Keseluruhan Kondisi Akhir Berpikir Kritis ... 111
xix
Tabel 4.24 Tabel Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar ... 124
Tabel 4.25 Tabel Perbandingan Pencapaian Berpikir Kritis ... 127
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Literatur Map Penelitian ... 27
Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 31
Gambar 4.1 Rata-Rata Hasil Belajar ... 116
Gambar 4.2. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar ... 117
Gambar 4.3 Rata-Rata Nilai Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 118
Gambar 4.4 Presentase Siswa Yang Mampu Berpikir Kritis ... 120
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 137
Lampiran 2 RPP ... 149
RRP Siklus 1 Pertemuan 1 ... 149
RPP Siklus 1 Pertemuan 2 ... 154
RPP Siklus 2 Pertemuan 1 ... 159
RPP Siklus 2 Pertemuan 2 ... 165
Lampiran 3 Materi Pembelajaran ... 170
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ... 175
LKS Siklus 1 Pertemuan 1 ... 175
LKS Siklus 1 Pertemuan 2 ... 184
LKS Siklus 2 Pertemuan 1 ... 194
LKS Siklus 2 Pertemuan 2 ... 203
Lampiran 5 Kisi –Kisi Soal Evaluasi ... 212
Lampiran 6 Lembar Soal Evaluasi ... 213
Lembar Soal Evaluasi Siklus 1 ... 213
Lembar Soal Evaluasi Siklus 2 ... 218
Lembar Soal Evaluasi Akhir ... 224
Lampran 7 Kisi –Kisi Kuesioner ... 230
xxii
Lampiran 9 Lembar Pedoman Observasi ... 233
Lampiran 10 Lembar Validasi RPP ... 234
Lampiran 11 Lembar Validasi Soal Evaluasi ... 239
Lampiran 12 Lembar Validasi Kuesioner ... 243
Lampiran 13 Rekap Nilai Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 246
Rekap Nilai Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 247
Lampiran 14 Hasil Evaluasi ... 248
Hasil Evaluasi Siklus 1 ... 248
Hasil Evaluasi Siklus 2 ... 249
Hasil Evaluasi Akhir ... 250
Lampiran 15 Contoh Hasil Evaluasi Siswa ... 251
Contoh Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 ... 251
Contoh Hasil Evaluasi Siswa Siklus 2 ... 257
Contoh hasil Evaluasi Akhir Siswa ... 263
Lampiran 16 Data Hasil Kuesioner Kondisi Awal ... 269
Data Hasil Kuesioner Kondisi Akhir ... 271
Lampiran 17 Data Hasil Observasi Siklus 1 ... 273
Data Hasil Observasi Siklus 2 ... 274
Lampiran 18 Contoh Hasil Validasi RPP ... 276
Lampiran 19 Contoh Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 294
xxiii
Lampiran 21 Surat Ijin Penelitian ... 314
Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 315
Lampiran 23 Foto Kegiatan Penelitian ... 316
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab I ini, peneliti menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang
wajib belajar, mewajibkan masyarakat Indonesia untuk mengikuti pendidikan
wajib belajar 9 tahun yang dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai
jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada jenjang
pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Mengah Pertama bahkan sampai
jenjang pendidikan Sekolah Menengah Akhir ada lima mata pelajaran inti
yang harus dipelajari oleh para peserta didik yaitu (Bahasa Indonesia, PKn,
IPA, IPS dan Matematika). Dari kelima mata pelajaran inti yang dipelajari
tersebut, salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam
pendidikan adalah mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki peranan penting
untuk meningkatkan kemampuan berpikir manusia, serta memberikan
dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hans
Freudental (dalam Susanto 2013:189) menyatakan bahwa matematika
merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang,
dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas
insani (human activities). Tujuan mata pelajaran matematika yaitu untuk
kritis dan kreatif untuk membantu siswa memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika Susanto
(2013:189-190).
Mata pelajaran matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang
membosankan dan menakutkan oleh kebanyakan siswa, karena anggapan
tersebut banyak siswa yang tidak menyukai matematika, anggapan seperti itu
dapat berimbas pada pemahaman dan hasil belajar matematika siswa. Agar
siswa tidak lagi beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang
sulit maka guru hendaknya harus memikirkan model pembelajaran yang
menyenangkan seperti menghadirkan permasalahan matematis dalam
kehidupan sehari-hari siswa, model pembelajaran seperti ini secara tidak
langsung melatih kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi permasalahan
matematis dalam kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran yang ideal adalah model pembelajaran yang berpusat
kepada siswa dan menghadapkan permasalahan matematis yang pernah
dialami dalam kehidupan sehari-hari siswa, dengan demikian para siswa akan
terbantu dalam mempelajari materi mata pelajaran matematika salain itu juga
model pembelajaran seperti ini membantu mengembangkan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif yang dapat membantu
siswa menuju jenjang pendidikan selanjutnya.
Melalui kegiatan observasi pembelajaran di kelas V SD Negeri Sarikarya,
peneliti mengamati model pembelajaran yang digunakan oleh guru selama
menggunakan model pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru
(Teacher Center) dan siswa hanya sebagai pendengar. Akibat dari model
pembelajaran seperti itu siswa tidak bisa menerima materi yang diberikan
guru dengan optimal sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa kurang
memuaskan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap wali kelas
V SD Negeri Sarikarya mengenai mata pelajaran matematika, diperoleh
informasi bahwa hasil belajar matematika siswa paling rendah terdapat pada
materi satuan jarak dan kecepatan. Hal tersebut diketahui dari hasil nilai
ulangan matematika siswa pada tahun ajaran 2013/2014 dan tahun pelajaran
2012/2013 ketika masih menggunakan kurikulum KTSP dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Siswa dikatakan tuntas dalam mata pelajaran
matematika, jika nilai ulangannya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 65 atau lebih. Pada tahun pelajaran 2013/2014 presentase siswa yang
mencapai KKM sebesar 53,33% atau sebanyak 16 orang dari 30 orang siswa
dan presentase siswa yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran
matematika sebesar 46,67% atau sebanyak 14 orang dengan nilai rata-rata
kelas 63,3. Sedangkan pada tahun pelajaran 2012/2013 presentase siswa yang
mencapai KKM sebesar 46,43% atau sebanyak 13 orang siswa dari 28 orang
siswa dan presentase siswa yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran
matematika sebesar 53,57% atau sebanyak 15 orang siswa dari 30 orang
siswa dengan nilai rata-rata kelas 62,8. Hal ini sangat memprihatinkan sekali
pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar masih menggunakan
model tradisional yang berpusat pada guru (Teacher Center) yang
menyebabkan siswa tidak bisa menerima materi yang disampaikan guru
dengan optimal. Seharusnya guru menghadirkan model pembelajaran yang
menyenangkan dengan memberikan permasalah matamatis yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik dan dapat
berperan aktif dalam proses pembelajan.
Pada kenyataannya siswa tidak dilatih untuk menghadapi masalah
matematis dalam kehidupan nyata. Padahal pembelajaran matematika yang
ideal bertujuan untuk menghadapkan siswa dengan realita kehidupan
sehari-hari yang memuat permasalahan matematika. Akibat dari tidak dilatihnya
kemampuan berpikir siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan yang berkaitan dengan matematika maka kemampuan berpikir
kritis siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan menjadi tidak
berkembang.
Jhonson (2010:183) mengemukakan bahwa berfikir kritis adalah sebuah
proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti
memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan
melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan, menurut Jhon Chaffe (dalam
Jhonson 2010:187) bahwa berpikir kritis adalah berpikir untuk menyelidiki
secara sistematis proses berpikir itu sendiri dengan menggunakan logika.
Berdasarkan permasalahan yang ada di SD Negeri Sarikarya. Maka
dan kemampuan berpikir kritis siswa yang dapat mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi kehidupan di dunia nyata. Maka dari itu peneliti mencoba
menerapkan model pembelajaran kontekstual. US Depertement of Education
the National School-to-Work Office (dalam Al-Tabany, 2014:138-139) menjelaskan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan suatu model pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi di dunia nyata, dan
memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga
kerja.
Agar siswa dapat mencapai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
yang sesuai dengan yang diharapkan maka peneliti tergerak untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual”.
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan
suatu permasalahan yang akan diteliti. Adapaun batasan masalah masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya meneliti siswa kelas V SD Negeri Sarikarya yang
berjumlah 26 siswa.
2. Objek pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika dan kemampuan
3. Mata pelajaran yang diteliti adalah matematika khususnya pada Standar
Kompetensi (SK) 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan
kecepatan dalam pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar (KD) 2.4
mengenal satuan jarak dan kecepatan.
4. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model
pembelajaran kontekstual yang dapat mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi di dunia nyata.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual untuk
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika
siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan
kecepatan?
2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya
pada materi satuan jarak dan kecepatan?
3. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V SD
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas V SD
Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan.
2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa
kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan
melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.
3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak
dan kecepatan melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian membahas dua hal inti yaitu secara teoritis dan secara
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi referensi dan
memperluas pengetahuan bagi pembaca tentang penggunaan model
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran yang sama.
b. Bagi Guru
Model pembelajaran kontekstual dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif atau pertimbangan dalam mengajar mata pelajaran
matematika.
c. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan
hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
F. Definisi Oprasional
Berikut ini merupakan batasan penelitian yang peneliti ambil :
1. Hasil belajar adalah perubahan perilaku atau ketrampilan baru yang
diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran.
2. Kemampuan Berpikir kritis adalah suatu disiplin berpikir mandiri, masuk
akal dan reflektif yang mencontohkan kesempurnaan berpikir dengan
terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi,
pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan.
3. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang angka, pengukuran,
4. Satuan Jarak merupakan batasan atau perolehan panjang berdasarkan
satuan panjang tertentu yang diukur melalui waktu ata periode yang telah
ditentukan.
5. Satuan Kecepatan merupakan laju perputaran atau perjalanan pada periode
yang ditentukan sebagai satuan ukur.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini Peneliti akan menguraikan kajian pustaka, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Keempat hal tersebut akan diuraikan
sebagai berikut.
A. Kajian Pustaka
Peneliti akan membahas mengenai teori belajar, hasil belajar, berpikir kritis,
hakikat matematika, materi satuan jarak dan kecepatan, dan kontekstual.
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Winkel (dalam Susanto, 2013:4) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan
sikap sebagai akibat dari pengalaman. Garret (dalam Sagala, 2010:13)
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yng berlangsung dalam jangka
waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa pada perubahan
diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
Hamalik (dalam Susanto, 2013:3) menyatakan bahwa belajar adalah
memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learnin is defined
as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Hilgard (dalam Susanto, 2013:3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan
kegiatan reaksi terhadap lingkungannya. Perubahan kegiatan yang dimaksud
latihan (pengalaman). Purwanto (2008 : 38-39) menyatakan bahwa pengertian
belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan
untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Slameto (2010:2)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatakan keterampilan, dan memperbaiki
perilaku melalui pengalaman belajar yang telah dialaminya.
b. Ciri-Ciri Belajar
Hamalik (dalam Jihad, 2008 : 3-4) menyatakan beberapa ciri-ciri belajar yaitu
: (1) proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi dan melampaui, (2)
melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada
mata pelajaran tertentu, (3) bermakna bagi kehidupan tertentu, (4) bersumber dari
kehidupan dan tujuan yang mendorong motivasi secara keseimbangan, (5)
dipengaruhi pembawaan dan lingkungan, (6) dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual, (7) berlangsung secara efektif apabila
pengalaman-pengalaman dan hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai
peserta didik, (8) proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status dan
kemajuannya, (9) kesatuan fungsional dari berbagai prosedur, (10) hasil-hasil
terpisah, (11) di bawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa tekanan
dan paksaan, (12) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas dan keterampilan, (13)
dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat dipersamakan dan
dengan pertimbangan yang baik, (14) lambat laun dipersatukan menjadi
kepribadian dengan kecepatan berbeda-beda, (15) bersifat kompleks dan dapat
berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.
Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011:5-6) mengemukakan bahwa belajar
memiliki beberapa ciri-ciri yaitu: (1) Adanya kemampuan baru atau perubahan.
Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan
(psikimotor), maupun nilai, dan sikap (afektif). (2) Perubahan itu tidak
berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan. (3) Perubahan
itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Dan (4) Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, perubahan tidak semata-mata
disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan,
penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berdasarkan ciri-ciri belajar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri
belajar adalah interaksi seseorang dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan tingkah laku pada arah positif yang terjadi secara sadar dan menetap
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Winkle (dalam Purwanto, 2008 : 45) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya melalui proses belajar mengajar. Nawawi (dalam Susanto, 2013:5)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Juliah (dalam Jihad, 2008:15) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
dilakukannya. Abdurrahman (dalam Jihad, 2008:14) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Pengertian tersebut senada dengan Sudjana (dalam Jihad, 2008:15) mengatakan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.
Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan
kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa sebagai akibat dari pengalaman
belajarnya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam belajar, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Slameto
(2010:54-60) menyatakan faktor yang dapat mempengaruhi belajar ada dua, yaitu
faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah
mencakup faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis mencakup
inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor
kelelahan bisa dikarenakan kelelahan jasmani ataupun rohani.
Faktor eksternal dibagi menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat. Yang termasuk faktor keluarga adalah cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang orang tua. Yang termasuk
faktor sekolah adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode pembelajaran, dan tugas rumah.
Yang termasuk faktor masyarakat adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14) mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa kedalam sepuluh macam, yaitu: (1) kecerdasan,
(2) kesiapan anak, (3) bakat anak, (4) kemauan belajar, (5) minat anak, (6) model
penyajian materi, (7) pribadi dan sikap guru, (8) suasana belajar, (9) kompetensi
guru, dan (10) kondisi masyarakat.
Berdasarkan definisi menurut para ahli diatas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar
dipengaruhi lingkungan disekitarnya (eksternal) yang berpengaruh kepada diri
siswa seperti kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, sikap, kondisi
3. Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang terarah dan jelas untuk
memecahkan masalah menggunakan logika. Ennis (dalam Susanto, 2013:121)
mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses berpikir dengan tujuan
untuk membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang diyakini atau
dilakukan. Jhonson (2010:183) mengemukakan bahwa berfikir kritis adalah
sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental
seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis
asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Helpen (dalam susanto, 2013:122) mengemukakan bahwa berpikir kritis
merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan
masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan
membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara
efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Pendapat senada dikemukakan juga
oleh Anggelo (dalam Susanto, 2013:122) yang mengemukakan bahwa berpikir
kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang
meliputi kegiatan menganalisis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan dan mengevaluasi. Sedangkan, Jhon Chaffe (dalam Jhonson
2010:187) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah cara berpikir untuk
menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri dengan menggunakan
Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa berpikir kritis adalah suatu cara berpikir tingkat tinggi yang sistematis
untuk membuat keputusan, menganalisis, mengevaluasi, menyimpulkan, dan
memecahkan masalah dengan menggunakan logika.
4. Hakekat Matematika a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang memegang peranan penting
dalam pendidikan karena matematika membantu siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk memecahkan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Susanto (2013:185) berpendapat bahwa matematika
adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang
berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat
aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan
berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat
sehari-hari. Hans Freudental (dalam Susanto, 2013:189) menyatakan bahwa matematika
merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan
bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani
(human activities).
Berdasarkan definisi menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
matematika adalah suatu ilmu pasti yang dipresentasikan dalam bilangan dan
didalamnya berisi mengenai simbol-simbol serta operasi hitung yang digunakan
untuk memecahkan permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Matematika Di Sekolah Dasar
Susanto (2013:189-190) Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar
dibagi menjadi dua yaitu secara umum dan secara khusus. Secara umum, tujuan
pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil
menggunakan matematika. Selain itu, dengan pembelajaran matematika
diharapkan dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan
matematika. Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika disekolah dasar
adalah sebagai berikut, yaitu : (1) Memahami konsep matematika, dan
mengaplikasikan konsep tersebut, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam generelesasi, menyususn bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan
keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut dibutuhkan kondisi
dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk,
menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. kemudian siswa dapat
membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan
mengkonstruksikannya dalam ingatan yang kemudian dapat dikembangkan lebih
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari
pembelajaran matematika adalah agar siswa terampil dalam menggunakan
berbagai konsep matematika, menggunakan penalaran dalam memecahkan
masalah, kemudian menyajikan data dan mengkomunikasikannya.
5. Materi Satuan Jarak dan Kecepatan a. Satuan Jarak
Satuan Jarak merupakan batasan atau perolehan panjang berdasarkan
satuan panjang tertentu yang diukur melalui waktu ata periode yang telah
ditentukan.
Berikut ini adalah tangga satuan jarak.
Rumus untuk menentukan satuan jarak :
b. Satuan Kecepatan
Satuan Kecepatan merupakan laju perputaran atau perjalanan pada periode
yang ditentukan sebagai satuan ukur. Satuan yang digunakan untuk
menentukan kecepatan adalah Km/jam, meter/menit (m/menit) dan
Rumus untuk mencari kecepatan rata-rata.
c. Waktu Keberangkatan dan Waktu Tiba
Rumus untuk menentukan waktu:
6. Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
US Depertement of Education the National School-to-Work Office (dalam Al-Tabany, 2014:138-139) menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru untuk mengaitkan konten
mata pelajaran dengan situasi di dunia nyata, dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. Menurut Johnson (2007:67)
kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa
melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya
mereka.
Darmadi Hamid (2009:153) mengemukakan bahwa CTL merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran
dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para Peserta didik
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam Kecepatan rata-rata =
kehidupan sehari-hari. Sedangkan, menurut Blanchard (dalam Al-Tabany,
2014:139) pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam
hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.
Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang dapat
mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata yang erat kaitannya
dengan lingkungan disekitar siswa.
b. Tahapan Pembelajaran Kontekstual
Hamdayama (2014: 51) proses pembelajaran kontekstual terdiri dari
delapan komponen sebagai berikut:
1. Membangun hubungan yang bermakna (Relating); Siswa menghubungkan
apa yang dipelajari di sekolah dengan pengalamannya sendiri, kejadian
dirumah, media massa, atau yang lainnya, sehingga siswa akan
memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna.
2. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing); Ada beberapa langkah
guru dalam mengaitkan meteri dengan konteks kehidupan siswa,
diantaranya (a) mengkaitkan pelajaran dengan sumber yang berhubungan
dengan kehidupan siswa, (b) menggunakan sumber dari bidang lain, (c)
mengkaitkan berbagai macam pelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran, dan (d) belajar melalui kegiatan sosial.
3. Belajar secara mandiri; Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda,
sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri sesuai dengan
4. Kolaborasi (collaborating); Mendorong siswa untuk berkerjasama dengan
teman atau didalam kelompok.
5. Berpikir kritis dan kreatif (applaying); Mendorong siswa agar bisa berpikir
kritis dan kreatif serta menerapkan dalam dunia nyata siswa.
6. Mengembangkan potensi individu (transfering); Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan potensi atau bakat yang dimiliki.
7. Standar pencapaian yang tinggi; Dengan standar pencapaian yang tinggi,
maka akan memacu siswa untuk berusaha lebih baik.
8. Asesmen yang autentik; Pencapaian hasil belajar diukur dengan asesmen
autentik yang mampu menyediakan informasi mengenai kualitas
pendidikan.
Dari kedelapan tahapan tersebut peneliti memilih 5 tahapan yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu Relating, Experiencing, Colaborating, Applying, dan Transferring.
c. Penerapan Model Kontekstual Di Kelas
Model CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme
(constructivism), inquiri (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
yang sebenarnya (Authentic). Suatu kelas dikatakan menggunakan model CTL
jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya (al-Tabany
1. Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan
siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif
proses belajar mengajar. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah
dan menemukan sendiri sesuatu yang berguna bagi dirinya.
2. Inkuiri (Inquiry)
Inquiry (menemukan) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan Inkuiri (menemukan) merupakan sebuah siklus
yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan
dugaan (hyphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan
(conclusion). Dalam kegiatan inkuiri terdapat langkah-langkah pembelajaran
yaitu sebagai berikut : (1) Merumuskan masalah, (2) Mengamati atau
melakukan observasi, (3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (4) Mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada pembaca.
3. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya.
Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam sebuah
informasi, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon
kepada siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5)
mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian
siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7) membangkitkan lebih banyak
pertanyaan dari siswa, dan (8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Konsep masyarakat belajar ini bisa terjadi apabila ada proses
komunikasi dua arah, misalnya dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain.
5. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan adalah salah satu cara yang digunakan guru untuk menjelaskan
materi dengan cara mendemonstrasikannya agar siswa dapat meniru apa yang
telah dilakukan guru. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan
satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan dapat
juga berasal dari luar.
6. Refleksi (Refleksion)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Pada akhir
pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dalam CTL,
hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa, antara lain : (1)
proyek/kegiatan dan laporannya, (2) pekerjaan rumah, (3) kuis, (4) karya
siswa, (5) presentasi atau penampilan siswa, (6) demonstrasi, (7) laporan, (8)
jurnal, (9) hasil tes tulis, dan (10) karya tulis.
B. Penelitian yang Relevan
Ada tiga hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini, peneliti
akan memaparkan beberapa penelitian yang relevan.
Pertama, penelitian ini dilakukan oleh Wahyudi, Suteng Sulasmono,B &
Suparmin (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VI SD Negeri 3 Bandungsari Tentang Penarikan Akar Pangkat Tiga
Bilangan Kubik Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012” Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah model kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2
siklus pembelajaran dan setiap siklus terdiri dari 1 pertemuan. Subjek yang diteliti
adalah siswa kelas VI SD Negeri Bandungsari Kecamatan Ngaringan Kabupaten
Grobogan tahun pelajaran 2011/2012. Yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 20
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran
siswa yang tuntas KKM ≥ 60 hanya 13 siswa dari 41 siswa (32%). Pada perbaikan
pembelajaran siklus 1 siswa yang tuntas KKM ≥ 60 meningkat menjadi 23 (56%)
dan pada perbaikan siklus 2 siswa yang tuntas KKM ≥ 60 meningkat lagi menjadi
38 siswa (92%). Dan tinggal 3 siswa (8%) yang belum tuntas. Berdasarkan data
tersebut penerapan model Contextual Teaching and Learning telah berhasil
meningkatkan kemampuan hasil belajar matematika tentang penarikan akar
pangkat tiga dari kubik pada siswa kelas VI SD Negeri Bandungsari.
Kedua, penelitian ini dilakukan oleh Nur Prafitriani (2014) dengan judul
“Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan”. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan yang berjumlah 17
siswa dan objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematika
siswa. Berdasarkan penelitian ini peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematika siswa ditunjukkan dengan penilaian kognitif yang diperoleh siswa
pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis prates sampai akhir siklus II
rata-rata skor kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa yaitu dari prates ke
siklus I naik sebesar 17% dari 60% menjadi 77% dan pada siklus I ke siklus II
naik 3% dari 77% menjadi 80%. Persentase ketuntasan siswa dalam kemampuan
berpikir kritis telah memenuhi 88% siswa memenuhi KKM dan rata-rata
persentase kemampuan berpikir kritis matematika pada kategori baik dengan
persentase 80% sehingga proses pembelajaran menggunakan model tersebut
Ketiga, penelitian ini dilakukan oleh Sutinah (2013) dengan judul “Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Penjumlahan Pecahan
Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas
IV B MIN Kebon Agung Imogiri Bantul” penelitian ini merupakan penelitian
tidakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru, dan
subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV B MIN Kebon Agung Imogiri Bantul
yang berjumlah 17 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penelitian
dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) telah
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan adanya
peningkatan ketuntasan belajar dengan presentase pra tindakan sebesar 41,18%,
siklus satu sebesar 70,59%, dan pada siklus kedua sebesar 94,12%. Nilai rata-rata
hasil tes pada pra tindakan sebesar 74,00, pada siklus satu 75,91, sedangkan pada
siklus kedua sebesar 81,44 terjadi peningkatan sebesar 5,53. Dengan demikian
setiap siklus mengalami peningkatan pada hasil belajarnya.
Ketiga penelitian diatas memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu
penggunaan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika.
Penelitian ini memiliki kekhasan dibandingkan ketiga penelitian diatas karena
dalam penelitian ini mencakup dua variabel yaitu hasil belajar, dan kemampuan
berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada mata
Berikut literatur map yang peneliti ambil :
Gambar 2.1 Literature Map Penelitian
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan bidang studi yang penting karena melalui
matematika guru dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa
yang logis, kritis dan kreatif untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung. Oleh sebab itu, mulai
sejak dini siswa harus dilatih dan dibiasakan secara mandiri untuk menyelesaikan
masalah, karena melalui penyelesaian masalah siswa dituntut untuk berpikir
secara logis, kritis dan kreatif. Melalui pembelajaran matematika diharapkan
kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalah yang berkaitan
dengan matematika dapat berkembang sehingga siswa dapat mengatasi
Suparmin (2012) Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Bandungsari Tentang Penarikan Akar Pangkat Tiga Bilangan Kubik Dengan Menggunakan Model Contextual Teaching and Learning Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012
Nur Prafitriani (2014) Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan
Sutinah (2013) Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Pada Operasi
Penjumlahan Pecahan Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV B MIN Kebong Agung Imogiri Bantul
Peningkatan Hasil Belajar Dan
Kemampuan Berpikir Kritis
permasalahan yang akan dihadapinya dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu
siswa harus dilatih untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
Salah satu model pembelajaran adalah menghadirkan masalah matematika
dalam kehidupan sehari-hari, melalui model pembelajaran seperti ini secara tidak
langsung siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam menghadapi realitas kehidupan
nyata. Namun pada kenyataannya siswa tidak dilatih untuk berpikir kritis dalam
menghadapi permasalahan matematis yang ada di kehidupan sehari-hari sehingga
mengakibatkan hasil belajar matematika siswa di sekolah rendah. Padahal model
pembelajaran matematika yang ideal bertujuan untuk menghadapkan realitas
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan permasalahan matematis, dengan
demikian kemampuan berpikir kritis siswa dalam menghadapai permasalah akan
berkembang dan akan membantu siswa meningkatkan hasil belajar matematika.
Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti tertarik dengan model
pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual merupakan model
pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi di dunia nyata. Dengan adanya model pembelajaran kontekstual
siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan
mampu mengkritisi materi yang disampaikan oleh guru. Karena pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran
mampu menerapkan kompetensi hasil belajar dan mengkritisi permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari Darmadi Hamid (2009:153).
Berdasarkan pernyataan hal-hal di atas, sudah jelas bahwa peneliti
berharap dengan adanya model pembelajaran kontekstual diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran
matematika. Penelitian ini berfokus pada materi satuan jarak dan kecepatan.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada latar belakang, batasan masalah, dan kerangka berpikir
maka hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah :
1. Upaya penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada
materi satuan jarak dan kecepatan ditempuh dengan langkah-langkah sebagai
berikut : (1) Relating, (2) Experincing, (3) Cooperating, (4) Applying, dan (5)
Transfering.
2. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan
kecepatan.
3. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini, peneliti akan menjelaskan tentang jenis penelitian, setting
penelitian, persiapan, rencana tindakan setiap siklus, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian, teknik pengujian instrument, dan teknik analisis data.
A.Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak
dan Kecepatan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual tahun pelajaran
2015/2016 merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya atau
bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang,
melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di
kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus
Kunandar (2008:44-45).
Penelitian tindakan kelas yang diterapkan dengan model pembelajaran
kontekstual ini menggunakan model yang di adopsi dari Kemmis & Mc
Taggart (dalam Arikunto, 2010:17). Bagan model Kemmis & Mc Taggart
Gambar 3.1 Siklus Model PTK
Sumber : Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2010:17)
Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat dilihat bahwa bagan model
Kemmis & Mc Taggart dilaksanakan dalam empat tahap yang dimulai dari
perencanaan tindakan (planning) pelaksanaan tindakan (acting)
pengamatan (observing) refleksi (reflecting).
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan merupakan langkah yang dilakukan oleh guru ketika
akan memulai tindakannya. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan.
Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS I
Refleksi
Pengamatan
SIKLUS II Pelaksanaan Perencanaan
Refleksi
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang
sudah dibuat. Pada tahap ini, berisi rancangan strategi dan skenario
penerapan pembelajaran yang akan diterapkan.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan merupakan proses mencermati jalannya pelaksanaan
tindakan. Tahap ini dilakukan pada waktu pelaksanaan tindakan
berlangsung.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi merupakan langkah mengingat kembali kegiatan yang
sudah dilakukan. Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara
menyeluruh pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan
data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi untuk
menyempurnakan tindakan berikutnya.
B.Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sarikarya yang terletak di Jl.
Asemgede 48, Kragilan, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sarikarya
tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 26 siswa. Terdiri dari 12 siswa
perempuan dan 14 siswa laki-laki.
3. Objek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir
kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya semester I tahun pelajaran
2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning pada mata pelajaran matematika materi satuan jarak dan kecepatan.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sarikarya pada semester
ganjil tahun pelajaran 2015/2016 yaitu pada tanggal 6 - 21 Oktober 2015.
C.Persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan beberapa langkah awal yang
diperlukan sebelum melakukan penelitian, langkah-langkah tersebut
diantaranya :
1. peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di
kelas V SD Negeri Sarikarya.
2. Peneliti melakukan kegiatan observasi pembelajaran matematika di kelas
V.
3. Peneliti melakukan wawancara terhadap wali kelas V mengenai hasil
belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
4. Peneliti mengidentifikasi masalah yang ada pada mata pelajaran
matematika di kelas V berdasarkan hasil wawancara.
5. Peneliti menyusun proposal penelitian.
7. Peneliti menyusun instrument pembelajaran seperti silabus, RPP, LKS,
lembar evalusi, dan lembar kuesioner.
8. Peneliti melakukan validasi intrumen pembelajaran kepada para ahli yaitu
kepada guru wali kelas V dan dosen Universitas Sanata Dharma.
9. Peneliti menyiapkan sarana dan media yang mendukung pembelajaran, dan
10.Peneliti melaksanakan penelitian.
D.Rencana Tindakan Setiap Siklus
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus, yaitu sebanyak empat
kali pertemuan, setiap siklus dilakukan selama 2 kali pertemuan dan setiap
pertemuan menggunakan alokasi waktu 3 x 35 menit. Alokasi waktu tersebut
disesuaikan dengan jam pembelajaran di sekolah. Materi yang akan di
sampaikan mengenai satuan jarak dan kecepatan dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual. Berikut adalah tindakan yang akan dilakukan pada
setiap siklus :
Siklus I
1. Perencanaan tindakan
Peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan alat peraga/media yang akan