• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 dalam mata pelajaran Matematika melalui model pembelajaran kontekstual.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 dalam mata pelajaran Matematika melalui model pembelajaran kontekstual."

Copied!
286
0
0

Teks penuh

(1)

Rizky, Ardian. (2016). Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas

V SD Negeri Tidar 1 dalam mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran kontekstual. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penelitian berawal dari masalah kurangnya pemahaman dasar berhitung matematika sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal dan kemampuan berpikir kritis yang masih rendah pada siswa kelas V di SD Negeri Tidar 1 terhadap operasi hitung campuran bilangan bulat. Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengetahui penerapan CTL untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 yang berjumlah 39 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, tes, dan kuesioner. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar pengamatan, tes soal uraian, dan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan statistika deskriptif

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Tidar 1. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal hasil belajar matematika persentase jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 54,3% dengan nilai rata-rata 70,55 meningkat menjadi 57,5% pada siklus I dengan nilai rata-rata 72,18 dan mencapai 76,6% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75,64. Kemampuan berpikir kritis siswa juga mengalami peningkatan, pada kondisi awal persentase jumlah siswa yang mencapai minimal cukup kritis 45,95% dan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritisnya 47,19, meningkat pada kondisi akhir menjadi 44,05% dan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritisnya 55,49.

(2)

Rizky, Ardian. (2016). The raising of study result and critical thinking for fifth grade

students in SD Negeri Tidar 1 by using contextual learning. Undergraduated thesis.

Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Department of Teacher Education. Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University.

The research begins from the lack of mathematics’ basic understanding which causes students’ study result not quite maximum and the lack of critical thinking on fifth grade students in SD Negeri Tidar 1 toward operation of mixed integers. The objectives of this

research are (1) to find out the application of CTL in order to know the raising of students’

study result and critical thinking, (2) to find out and know enhancement students’ study

result, (3) to find out and know enhancement the raising of students’ critical thinking ability.

This research belongs to field study and it is held in two cycles. The subject of this research consists of 39 fifth grade students of SD Negeri Tidar 1. Data collection technique covers observation, test, and questionnaire. This research instrument uses observation report, essay questions for test, and questionnaire. Data analysis uses descriptive statistic.

The result of this research shows that CTL learning can raise fifth grade students’

study result and critical thinking ability in SD Negeri Tidar 1. The beginning condition of

mathematics’ study result shows percentage of KKM 54,3% with average value is 70,55. It increases to 57,5% in first cycle with average value is 72,18. It increases again in second

cycle with percentage 76,6% and the average value is 75,64. The students’ critical thinking

ability are also increasing. The researcher states 6 indicators of critical thinking. It is seen

from average score of students’ critical thinking in the very first critical thinking ability’s

value is 47,19 and it increases to 55,49.

(3)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI TIDAR 1 DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Ardian Rizky Bramantyo NIM : 121134144

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Allah SWT yang Maha ESA karena selalu mendengar segala doa hambanya.

(7)

v

MOTTO

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi

dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan

semangat.

(Winston Chuchill)

Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan

Allah sampai dia kembali.

(Tirmidzi)

Orang yang berkata dan berbuat jujur, akan mendapatkan tiga hal:

kepercayaan, cinta, dan rasa hormat

(Sayyidina Ali)

Pengalaman adalah guru yang terbaik.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Maret 2016 Penulis,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ardian Rizky Bramantyo

Nomor Mahasiswa : 121134144

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Tidar 1 dalam Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kontekstual”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Di buat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Maret 2016

Yang menyatakan,

(10)

viii

ABSTRAK

Rizky, Ardian. (2016). Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 dalam mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran kontekstual. Skripsi. Yogyakarta: Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penelitian berawal dari masalah kurangnya pemahaman dasar berhitung matematika sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal dan kemampuan berpikir kritis yang masih rendah pada siswa kelas V di SD Negeri Tidar 1 terhadap operasi hitung campuran bilangan bulat. Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengetahui penerapan CTL untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 yang berjumlah 39 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, tes, dan kuesioner. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar pengamatan, tes soal uraian, dan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan statistika deskriptif

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Tidar 1. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal hasil belajar matematika persentase jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 54,3% dengan nilai rata-rata 70,55 meningkat menjadi 57,5% pada siklus I dengan nilai rata-rata-rata-rata 72,18 dan mencapai 76,6% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75,64. Kemampuan berpikir kritis siswa juga mengalami peningkatan, pada kondisi awal persentase jumlah siswa yang mencapai minimal cukup kritis 45,95% dan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritisnya 47,19, meningkat pada kondisi akhir menjadi 44,05% dan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritisnya 55,49.

(11)

ix ABSTRACT

Rizky, Ardian. (2016). The raising of study result and critical thinking for fifth

grade students in SD Negeri Tidar 1 by using contextual learning.

Undergraduated thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Department of Teacher Education. Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University.

The research begins from the lack of mathematics’ basic understanding which causes students’ study result not quite maximum and the lack of critical thinking on fifth grade students in SD Negeri Tidar 1 toward operation of mixed integers. The objectives of this research are (1) to find out the application of CTL in order to know the raising of students’ study result and critical thinking, (2) to find out and know enhancement students’ study result, (3) to find out and know enhancement the raising of students’ critical thinking ability.

This research belongs to field study and it is held in two cycles. The subject of this research consists of 39 fifth grade students of SD Negeri Tidar 1. Data collection technique covers observation, test, and questionnaire. This research instrument uses observation report, essay questions for test, and questionnaire. Data analysis uses descriptive statistic.

The result of this research shows that CTL learning can raise fifth grade students’ study result and critical thinking ability in SD Negeri Tidar 1. The beginning condition of mathematics’ study result shows percentage of KKM 54,3% with average value is 70,55. It increases to 57,5% in first cycle with average value is 72,18. It increases again in second cycle with percentage 76,6% and the average value is 75,64. The students’ critical thinking ability are also increasing. The researcher states 6 indicators of critical thinking. It is seen from average score of students’ critical thinking in the very first critical thinking ability’s value is 47,19 and it increases to55,49.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V

SD Negeri Tidar 1 Dalam Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kontekstual”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mendapat banyak dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagitta, S.Pd, M.Pd. Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. Dosen pembimbing 1 yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran serta memberikan kritik, saran, semangat, dan dorongan yang positif dalam menyelesaikan skripsi.

5. Maria Agustina Amelia, S.Si, M.Pd. Dosen pembimbing 2 yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan semangat serta

(13)

xi

6. Hartono, S.Pd. Kepala Sekolah SD Negeri Tidar 1 yang telah memberikan ijin dalam melakukan penelitian di SD Negeri Tidar 1.

7. Diana Iko Puspito Sari, S.Pd. Guru kelas V SD Negeri Tidar 1 yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian..

8. Seluruh siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 yang telah bersedia berpartisipasi menjadi subyek dalam penelitian ini.

9. Orang tua tercinta yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan

semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakak dan adikku yang selalu menemani dan memberi semangat saya.

11.Defirra Alizunna, sahabat terbaik yang selalu mendukung dan mendoakan kelancaran penyusunan skripsi ini.

12.Adit, Ulil, Ambar, Yasinta, Asti, Riza, Ibnu, Husen, Faisal, Janu, Upik,

Tesa, Eva, Wulan, Frengky, yang berjuang bersama dan saling memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabatku tercinta : Dimpil, Raka, Cipul, Unyil, Yoan, Doel, Bagong, Dona, Pendak, Febri, Ahmad, Army, Gilang, Gus, Boni, Wawan,

Apin, Adi, David, Moay, Mbak Era, Poyel, Lukas, Vero, Dodok, dan semuanya.

14.Teman-teman satu angkatan PGSD yang selalu memberikan semangat,

(14)

xii

15.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan semangat hingga skripsi ini selesai

dengan lancar.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan

kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun penulis di masa depan. Dan akhirnya semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat bagi siapa saja

yang berkepentingan.

Yogyakarta, 31 Maret 2016

Penulis

(15)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

(16)

xiv

F Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 8

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Hasil Belajar ... 10

2. Berpikir Kritis ... 11

3. Hakekat Matematika ... 13

4. Materi ... 15

5. Model Pembelajaran Kontekstual ... 16

B. Penelitian Yang Relevan ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 24

D. Hipotesis Tindakan ... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 29

C. Persiapan ... 30

D. Rencana Tindakan ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 57

I. Indikator Keberhasilan ... 63

(17)

xv

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Penelitian ... 65

1. Proses Penelitian ... 65

2. Hasil Belajar ... 74

3. Berpikir Kritis ... 83

B. Pembahasan ... 102

BAB 5 PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Keterbatasan Penelitian ... 111

C. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112

LAMPIRAN ... 115

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data ... 41

Tabel 3.2 Kisi-kisi soal evaluasi siklus 1 ... 42

Tabel 3.3 Kisi-kisi soal evaluasi siklus 2 ... 42

Tabel 3.4 Kisi-kisi soal evaluasi siklus 1 dan 2 ... 43

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Berpikir Kritis ... 43

Tabel 3.6 Indikator Berpikir Kritis ... 44

Tabel 3.7 Tabel Pedoman Wawancara ... 46

Tabel 3.8 Tabel Kriteria Kelayakan ... 47

Tabel 3.9 Hasil Validasi Silabus ... 48

Tabel 3.10 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 50

Tabel 3.11 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa ... 52

Tabel 3.12 Hasil Validasi Bahan Ajar ... 54

Tabel 3.13 Hasil Validitas Soal Evaluasi ... 55

Tabel 3.14 PAP tipe 1 ... 59

Tabel 3.15 Rentang Skor Indikator 1 dan 6 ... 59

Tabel 3.16 Rentang Skor Indikator 2, 3, dan 5 ... 60

Tabel 3.17 Rentang Skor Indikator 4 ... 60

Tabel 3.18 Rentang Skor untuk seluruh Indikator ... 61

Tabel 3.19 Tabel Kriteria Observasi ... 62

Tabel 3.20 Tabel Kriteria Observasi secara Keselruhan ... 62

(19)

xvii

Tabel 3.22 Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 64

Tabel 4.1 Data Kondisi Awal ... 74

Tabel 4.2. Hasil Belajar Evaluasi Siklus I ... 75

Tabel 4.3. Hasil Belajar Evaluasi Siklus II ... 77

Tabel 4.4 Hasil Belajar Evaluasi Akhir ... 79

Tabel 4.5 Perbandingan Data Prestasi Belajar Siswa ... 81

Tabel 4.6 Skor Indikator 1 Awal Setiap Siswa ... 83

Tabel 4.7 Skor Indikator 2 Awal Setiap Siswa ... 84

Tabel 4.8 Skor Indikator 3 Awal Setiap Siswa ... 85

Tabel 4.9 Skor Indikator 4 Awal Setiap Siswa ... 87

Tabel 4.10 Skor Indikator 5 Awal Setiap Siswa ... 88

Tabel 4.11 Skor Indikator 6 Awal Setiap Siswa ... 89

Tabel 4.12 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 90

Tabel 4.13 Skor Rata-Rata Setiap Indikator Kondisi Awal ... 91

Tabel 4.14 Skor Indikator 1 Akhir Setiap Siswa ... 92

Tabel 4.15 Skor Indikator 2 Akhir Setiap Siswa ... 93

Tabel 4.16 Skor Indikator 3 Akhir Setiap Siswa ... 95

Tabel 4.17 Skor Indikator 4 Akhir Setiap Siswa ... 96

Tabel 4.18 Skor Indikator 5 Akhir Setiap Siswa ... 97

Tabel 4.19 Skor Indikator 6 Akhir Setiap Siswa ... 98

Tabel 4.20 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Akhir ... 99

Tabel 4.21 Skor Rata-Rata Setiap Indikator Kondisi Akhir ... 100

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian ... 23

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 28

Gambar 4.1 Peningkatan Presentase Ketercapaian KKM ... 83

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 115

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 116

Lampiran 3 Silabus ... 117

Lampiran 4 RPP ... 124

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 194

Lampiran 6 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 199

Lampiran 7 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I ... 207

Lampiran 8 Soal Evaluasi Akhir ... 209

Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 216

Lampiran 10 Hasil Nilai Evaluasi Akhir ... 224

Lampiran 11 Daftar Nilai Ulangan Matematika TA 2013/2014 ... 226

Lampiran 12 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 227

Lampiran 13 Kisi – kisi Kuesioner ... 244

Lampiran 14 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 247

Lampiran 15 Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 251

Lampiran 16 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 255

Lampiran 17 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 257

Lampiran 18 Pedoman Observasi ... 259

Lampiran 19 Hasil Observasi ... 260

Lampiran 20 Hasil Wawancara ... 263

(22)

xx

(23)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari di setiap jenjang pendidikan, hal itu dikarenakan didalam matematika terdapat hitungan yang selalu kita gunakan dalam kehidupan nyata.

Matematika perlu diajarkan di semua jenjang pendidikan baik formal maupun non formal, mulai dari taman kanak - kanak sampai perguruan tinggi. Pentingnya

matematika bisa dilihat dari manfaat dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, juga bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penyempurnaan

kurikulum terus dilakukan Depdiknas (2007:4) antara lain dengan memasukkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif sebagai Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika yang termuat dalam Kurikulum 2006.

Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menghadapkan anak pada realitas kehidupan sehari-hari yang memuat

masalah matematis atau hitungan dengan demikian belajar matematika anak merasa terbantu untuk menyelesaikan masalah realitas kehidupan sehari-hari sehingga anak tertarik untuk belajar dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa. Apalagi matematika adalah salah satu mata pelajaran yang penting dan berguna bagi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di kelas V SD Negeri Tidar 1 pada tanggal 8 Agustus 2015, diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran matematika pada tahun ajaran 2013/2014

(24)

bahwa dari 34 siswa hanya 19 siswa (54,3%) yang mampu mencapai KKM, sedangkan 16 siswa (45,7%) yang belum mencapai KKM. Dengan rentang nilai

tertinngi 95 dan terendah 45. Guru menyampaikan materi masih menggunakan metode ceramah dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Semua tanggung

jawab untuk mentransferkan informasi terletak pada guru, sehingga kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Guru belum maksimal mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak untuk

menyelesaikan soal cerita maupun soal matematika yang lainnya. Ennis (dalam Fisher 2008), bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan

reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Dalam konsep Ennis pengambilan keputusan adalah bagian dari berpikir kritis, diharapkan dengan menghadapkan masalah matematis dalam

kehidupan sehari-hari kemampuan berpikir kritis siswa meningkat. Siswa kelas V merasa kesulitan dalam mempelajari matematika, termasuk materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat. Bahkan pada saat mengerjakan soal latihan siswa

kurang bisa mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru

matematika, siswa kurang bisa mengeluarkan ide/gagasan matematika dalam mencoba menyelesaikan suatu permasalahan baik sendiri maupun berkelompok. Siswa juga kurang bisa mengkomunikasikan hasil pemikiran baik secara lisan

maupun tulisan. Hal ini menunjukkan bahwa berpikir kritis siswa masih rendah. Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas V SD Negeri Tidar 1

(25)

sehari-hari yang memuat masalah matematis dan hitungan sehingga memungkinkan siswa kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis

dan juga membuar rendahnya hasil belajar siswa.

Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran matematika maka masalah ini harus dicari pemecahannya dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

diajarkan, kiranya salah satu alternatif untuk pemecahan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran Penerapan Pendekatan Kontekstual

(CTL). Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Tidar 1 dalam Mata Pelajaran Matematika melalui Pembelajaran

Kontekstual”

B. Identikasi masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pemahaman siswa tentang konsep operasi hitung campuran bilangan bulat masih rendah

2. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal masih kurang

3. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan

(26)

1. Penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada materi Operasi Hitung Campuran Bilangan

Bulat bagi kelas V di SD Negeri Tidar 1 melalui model pembelajaran konteksual.

2. Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran Matematika kelas V, semester I, pada Standar Kompetensi 1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat, dan pada Kompetensi Dasar 1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan

bulat.

3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kontekstual

atau Contextual Teaching and Learning

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah peneliti paparkan, maka peneliti merumuskan rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran

matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 ?

2. Apakah pelaksanaan model pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V SD Negeri Tidar 1?

3. Apakah pelaksanaan model pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas V

(27)

Berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan oleh peneliti, tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui deskripsi dan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar

dan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 tahun ajaran.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika

menggunakan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas V SD Negeri Tidar 1.

3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika menggunakan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas V SD Negeri Tidar 1.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi pembaca dan dapat mempraktikkan hasil penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dalam mata

pelajaran matematika. 2. Manfaat Praktis

(28)

sekolah dasar dalam memahami konsep operasi hitung bilangan bulat dalam matematika.

2. Memilih model pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V sekolah

dasar dalam pembelajaran matematika sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.

3. Siswa kelas V memiliki pengalaman langsung dalam menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. b. Bagi Siswa kelas V SD :

1. Membantu siswa kelas V sekolah dasar dalam memahami konsep operasi hitung bilangan bulat.

2. Mendapatkan pengalaman yang baru dalam belajar matematika

menggunakan model pembelajaran kontekstual

3. Ketiga, meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V sekolah dasar dalam pembelajaran matematika sehingga

tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. c. Bagi Sekolah:

1. Memberikan masukan bagi sekolah dalam pembelajaran matematika yang lebih inovatif yakni menggunakan model pembelajaran kontekstual pada materi operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas

(29)

pendidikan (hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis) di sekolah dapat meningkat.

d. Bagi Peneliti

1. Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan Penelitian

Tindakan Kelas tentang penerapan model pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V.

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika secara langsung.

3. Sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman ketika kelak menjadi guru.

G. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

2. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan hitungan

yang didalam terdapat angka dan bilangan serta menggunakan simbol matematika untuk menyelesaikan masalah hitungan sehari-hari.

3. Kemampuan berpikir kritis adalah suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif, yang mencontohkan kesempurnaan berpikir, dengan terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan

masalah dan sintesis informasi untuk menghasilkan keputusan.

4. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah suatu pembelajaran

(30)
(31)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Penelitian ini akan membahas mengenai landasan teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan pada bab II ini. Keempat hal

tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

A. Kajian Pustaka

Peneliti akan membahas teori mengenai hasil belajar, berpikir kritis,

hakikat matematika, materi satuan Operasi Hitung Campuran Bilangan bulat, dan model pembelajaran kontekstual

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Snelbeker (dalam Rusmono, 2012: 8) perubahan atau kemampuan baru

yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar. Pengertian tersebut senada dengan pendapat Kunandar (2013:62) yang menyatakan

bahwa hasil belajar merupakan kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta

didik setelah mengikuti proses belajar mengajar

Purwanto (2009:54) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses

(32)

penilaian perlu dilakukan secara seimbang antar aspek pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotoris).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah

melakukan proses belajar lewat penilaian baik pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada seseorang.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Wasliman (dalam Susanto 2012:12) merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara perinci, uraian menganai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri

peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan

kesehatan. 2. Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaiu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhaap hasil belajar siswa. Keluarga yang

(33)

perhatian oragtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam

kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

dipengaruhi dari faktor eksternal yaitu model pembelajaran guru masih membosankan dan pembelajaran berpusat pada guru, untuk mempengaruhi faktor internal siswa agar lebih semangat dan mempunyai kemampuan

berpikir kritis.

2. Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang terarah dan jelas untuk memecahkan masalah menggunakan logika. Johnson (2007:

183) mengemukakan berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti

memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Tujuan berpikir kritis adalah

untuk mencapai pemahaman yang mendalam.

Pengertian tersebut senada dengan Glaser (dalam Fisher, 2008:20) berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan suatu sikap berpikir secara mendalam tentang masalah−masalah ataupun hal−hal yang berada dalam

jangkauan pengalaman seseorang. Selain itu beliau juga mengemukakan

(34)

metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis. Menurut beliau, berpikir kritis juga menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau

pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Selanjutnya Ennis (dalam Kuswana, 2012: 19) juga mendifinisikan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir wajar dan reflektif yang fokus dalam menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat di simpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu cara berpikir tingkat tinggi yang sistematis untuk

membuat keputusan, menganalisis, mengevaluasi, menyimpulkan, dan memecahkan masalah dengan menggunakan logika yang bertujuan untuk mencapai pemahaman yang mendalam.

b. Indikator Berpikir Kritis

Menurut Glaser (dalam Fisher, 2008 :7), ciri-ciri berpikir kritis

yaitu: (a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara untuk menyelesaikan masalah, (c) mengumpulkan dan menyusun informasi yang

diperlukan, (d) mengenal ide dan nilai yang tidak dinyatakan, (e) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, (f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan menilai pernyataan-pernyataan, (h) mengenal sebab

akibat suatu masalah, (i) menarik kesimpulan, (j) menguji kebenaran pendapat orang lain, (k) menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang

(35)

sehari-hari. Berdasarkan 12 indikator tersebut, peneliti memilih enam indikator yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: (a) menganalisis

argument, (b) mampu bertanya, (c) mampu menjawab pertanyaan, (d) memecahkan masalah, (e) membuat kesimpulan, dan (f) ketrampilan

mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. 3. Hakekat Matematika

a. Pengertian Matematika

Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan angka dan bilangan serta menggunakan simbol matematika untuk

menyelesaikan masalah sehari-hari. Kata matematika berasal dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang

dipelajari,” sedangkan dalam bahasa belanda, matematika disebut

wiskunde atau ilmu yang pasti, yang kesemuannya berkaitan dengan penalaran. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi Susanto (2013: 183), sedangkan menurut Johnson dan Myklebust (dalam Sundayana, 2003 : 252) mengemukakan bahwa

matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Dengan kata lain, matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk

(36)

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat di simpulkan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan

hitungan angka dan bilangan serta menggunakan simbol matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses mengajar matematika Proses belajar matematika dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Peserta didik

Kemampuan, minat, kesiapan, kondisi fisiologis maupun jasmani

peserta didik sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. 2) Pengajar

Efektivitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh kepribadian,

motivasi dan pengalaman pengajar. 3) Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang lengkap (misalnya buku, media, ruang kelas,dll) sangat mendukung dan menunjang proses pembelajaran.

4) Penilaian

Penilaian digunakan untuk melihat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran.

c. Tujuan Matematika

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dibagi menjadi

(37)

terampil menggunakan matematika (Susanto 2013:189-190). Selain itu, dengan pembelajaran matematika diharapkan dapat memberikan tekanan

penataran nalar dalam penerapan matematika. Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah sebagai berikut, yaitu :

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,

dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika

dalam kehidupan sehari-hari.

4. MATERI

Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat.

Bilangan Bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan

bilangan negatif (-). Bilangan cacah = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya. Bilangan negative = -1, -2, -3, -4, -5, -6, -7, -8, -9, dan seterusnya. Semua bilangan dapat dikatakan sebagai bilangan bulat jika bilangan itu tidak

ada tanda koma (,) dan pecahan.

Aturan pengerjaan operasi hitung campuran bilangan pada hitungan cacah

juga berlaku pada operasi hitung bilangan bulat :

(38)

b. Penjumlahan dan pengurangan adalah setingkat, maka pengerjaannya dilakukan secara urut dari kiri ke kanan.

c. Perkalian dan pembagian adalah setingkat, maka pengerjaannya dilakukan secara urut dari kiri ke kanan.

d. Perkalian dan pembagian lebih tinggi tingkatannya dari penjumlahan dan pengurangan, maka perkalian dan pembagian dikerjakan terlebih dahulu.

5. Model Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari Tanirejo (2014:49).

Contextual Teaching and Learning (CTL) atau disebut secara

lengkap dengan Sistem Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para peserta didik melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam

(39)

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

pembelajaran yang dapat mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata yang erat kaitannya dengan lingkungan disekitar siswa.

b. Komponen-komponen CTL

Pembelajaran kontekstual memiliki lima strategi untuk mencapai kompetensi siswa secara maksimal, yaitu relating, eksperiencing,

applying, cooperting, dan transfering (dalam Hosnan, 2014:269). Selain

itu menurut Trianto (dalam Hosnan, 2014:270) dalam pembelajaran

kontekstual terdapat tujuh komponen utama, yakni kontruktivisme

(contructivism), bertanya (questioning), inquiry (Inquiry), masyarakat

belajar (community learning), pemodelan (modelling),refleksi (reflection),

dan penilaian autentik (authentic asessment). 1) Kontuktivisme

Kontruktivisme (dalam Hosnan, 2014:270) adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa

berdasarkan pengalaman. Pendapat lain menurut Muslich (2014:270) bahwa kontruktivisme adalah proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif

berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kontruktivisme adalah

(40)

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan (Inquiry) artinya proses pembelajaran didasarkan pada

pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

Inquiry merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

penemuan. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa tidak lepas dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya (dalam Hosnan, (2014:271).

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap

individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.

Ada 6 keterangan bertanya dalam kegiatan pembelajaran, yakni

pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, pemberian

kesempatan berfikir, dan pemberian tuntutan. Peneliti menyimpulkan bahwa peran bertanya itu sangat penting, sebab melalui

pertanyaan-pertanyaan, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajari Hosnan (2014: 271).

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menurut Sanjaya (dalam Hosnan 2014: 272) adalah hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang

(41)

Muslich (dalam Hosnan 2014: 272) mengemukakan konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh

melalui kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, anatr kelompok, dan

antar yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.

5) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan Hosnan (2014: 272) adalah pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sabagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap

siswa. Dalam pembelajaran CTL, modeling merupakan asas yang cukup penting. Sebab melalui modeling, siswa terhindar dari pembelajaran guru yang teoritis, sehingga memungkinkan terjadinya

pembelajaran siswa yang verbalisme (banyak menghafal). 6) Refleksi (Reflection)

Refleksi Hosnan (2014: 272) adalah proses pengendapan pengalaman yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian

atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Refleksi menurut Trianto (dalam Hosnan, 2014: 273) merupakan cara Berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang

tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Dalam hal refleksi ini, biasanya guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan

(42)

7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian nyata Hamdayama (2014:54) adalah proses yang dilakukan

guru untuk menyimpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan ketika pembelajaran

berlangsung bukan pada penilaian akhir pembelajaran. Pengamatan dapat dilakukan dikelas maupun diluar kelas. Kemajuan belajar siswa dilihat dari proses bukan semata-mata dari hasil belajar. Penilaian

bukan hanya dari guru tetapi dapat juga dari teman atau orang lain.

Berdasarkan pendapat dari para ahli, peneliti mengambil

langkah-langkah dalam penelitian yaitu relating, eksperiencing, applying,

cooperting, dan transferring.

B. Penelitian yang Relevan

Ada tiga hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini, peneliti

akan memaparkan beberapa penelitian yang relevan. Pertama, penelitian ini dari Sutinah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Pada Operasi Penjumlahan Pecahan Melalui Pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) Siswa Kelas IV B Kebonagung Imogiri

Bantul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis

pelaksanaan model pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

(43)

penelitian ini adalah siswa kelas IV B Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta berjumlah 17 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran

Matematika melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan

ketuntasan belajar dengan persentase pra-tindakan sebesar 41,18%, siklus I sebesar 70,59% dan pada siklus II sebesar 94,12%. Nilai rata-rata hasil tes pada pra-tindakan sebesar 74,00; siklus I sebesar 75,91; sedangkan pada siklus II

sebesar 81,44 terjadi peningkatan sebesar 5,53. Dengan demikian setiap siklus mengalami peningkatan pada hasil belajarnya.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Prafitriani (2014) dengan judul “Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kontekstual dan meningkatkan kemampuan

berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan

model Kemmis dan Taggart. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan yang berjumlah 17 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi, pedomanwawancara, soal tes, dan catatan lapangan. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

(44)

berpikir kritis matematika siswa ditunjukkan dengan penilaian kognitif yang diperoleh siswa pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis prates sampai

akhir siklus II.

Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa yaitu dari

prates ke siklus I naik sebesar 17% dari 60% menjadi 77% dan pada siklus I ke siklus II naik 3% dari 77% menjadi 80%. Persentase ketuntasan siswa dalam kemampuan berpikir kritis telah memenuhi 88% siswa memenuhi KKM dan

rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis matematika pada kategori baik dengan persentase 80% sehingga proses pembelajaran menggunakan model tersebut

berhasil.

Ketiga, penelitian ini dari Rusmiati (2012) dengan judul penelitian “Penerapan Model Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan

Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas III SDN 07 Sungai Soga Bengkayang”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada siklus pertama dan siklus kedua secara keseluruhan menunjukan adanya peningkatan. Jumlah siswa yang aktif pada

siklus pertama 31%, pada siklus kedua sebesar 83,41%, meningkat menjadi 52,41% dan terjadi penurunan jumlah siswa dengan kriteri tidak aktif dari 69%

pada siklus pertama menjadi 16,59%.

Dari ketiga hasil penelitian di atas, belum ada peneliti yang membahas mengenai penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran

(45)

siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 pada Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan bulat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V

SD Negeri Tidar 1 pada materi Operasi Hitung Campuran Bilangan bulat. Berikut literatur map dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Berikut literatur map yang peneliti ambil :

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian Upaya Meningkatkan III SDN 07 Sungai Soga

Bengkayang (2010)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI TIDAR 1 DALAM MATA

(46)

C. Kerangka Berpikir

Faktor utama yang paling mendorong peneliti untuk melakukan penelitian

tindakan kelas ini adalah hasil tes semester 1 tahun 2013/2014 peserta didik kelas V SD Negeri Tidar 1 yang masih rendah pada materi Operasi Hitung Campuran

Bilangan bulat. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dicapai adalah 65 dari skala 100. Rata-rata hasil belajar Operasi Hitung Campuran Bilangan bulat berada

di atas KKM yaitu 70,55, namun persentasi ketuntasan siswa hanya 54,3% dari 34 siswa. Selain dilatar belakangi oleh hasil belajar, rendahnya berpikir kritis para siswa juga menjadi faktor penelitian.

Snelbeker (dalam Rusmono, 2012: 8) menyatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar. Pengertian tersebut senada dengan (Kunandar 2013:62) menyatakan bahwa hasil

belajar merupakan kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti

proses belajar mengajar. Hasil belajar tidak terlepas dengan metode atau model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar, karena metode atau model pembelajaran berperan penting untuk menentukan hasil belajar siswa. Metode

atau model pembelajaran yang baik adalah yang dapat dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari siswa.

(47)

dapat dikaitkan dengan benda disekitar mereka dan kehidupan sehari-hari. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Tanirejo 2014:49). Dengan adanya model pembelajaran kontekstual siswa diharapkan dapat lebih aktif dan memahami materi yang

diberikan.

Pembelajaran dengan menggunakan model model pembelajaran

kontekstual menuntut siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena siswa akan dilatih untuk berpikir kritis dalam memahami materi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. (Johnson 2007:183) menyatakan

bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil

keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam.

Berdasarkan perdapat para ahli, sudah jelas bahwa peneliti berharap dengan adanya model pembelajaran kontekstual sebagai model pembelajaran yang ideal diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

(48)

D. Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini berdasarkan pada latar belakang, batasan masalah, dan

kerangka berpikir maka hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Pelaksanaan model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan 5 langkah

dalam penelitian yaitu relating, eksperiencing, applying, cooperting, dan

transfering dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar

dan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas V SD Negeri Tidar 1.

2. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 pada materi Operasi Hitung

Campuran Bilangan bulat.

3. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 pada materi

(49)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Peneliti akan membahas mengenai jenis penelitian, setting penelitian, persiapan, rencama setiap siklus, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang berjudul Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V dalam mata pelajaran matematika SD Negeri Tidar 1 melalui

pembelajaran kontekstual.

Secara lebih jelas, (Kusumah & Dwitagama 2009) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru

kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Dari ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru kelas dengan melakukan tindakan melalui beberapa tahapan sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Menurut Hermawan (2015:13), penelitian tindakan kelas merupakan

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat

(50)

(acting), (c) pengamatan (observing), dan (d) refleksi (reflecting). Kemmis & Mc Taggart (dalam Kunandar, 2008:70) menggambarkan 4 rangkaian kegiatan uatama

pada setiap siklus adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart

Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yang terdiri dari empat tahapan sebagai berikut (Arikunto, 2008:16) :

1. Perencanaan (Planning)

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum yaitu penyusunan

rancangan yang meliputi keseluruhan aspek PTK antara lain identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan bentuk tindakan yang akan

dilakukan. Sedangkan perencanaan khusus merupakan penyusunan rangkaian per siklus.

Siklus II

Observasi

Refleksi Pelaksanaan Perencanaan

Siklus I

Perencanaan

Pelaksanaan

(51)

2. Pelaksanaan (Act)

Setelah ditentukannya rangkaian tindakan yang akan dilakukan, maka

langkah berikutnya yaitu menerapkan rangkaian tindakan tersebut dalam peoses pembelajaran yang sesuai dengan rancangan tindakan yang telah

dibuat. Pelaksanaan pada penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi.

3. Observasi (Observing)

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui serta memperoleh gambaran yang lengkap mengenai proses pembelajaran. Peneliti harus mencatat semua

peristiwa (kejadian) yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran. 4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk

memikirkan dan merenungkan mengenai proses pembelajaran yang dilakukan sebagai evaluasi oleh guru dan peneliti.

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah SD Negeri Tidar 1, yang terletak di Kampung Tidar Krajan, Kecamatan Magelang

Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2016.

2. Subjek penelitian

(52)

3. Obyek penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan

berpikir kritis matematika kalas V SD Negeri Tidar 1 melalui pembelajaran

Contextual Teaching and Learning.

C. Persiapan

Persiapan dalam penelitian ini meliputi:

1. Meminta ijin penelitian kepada Kepala SD Negeri Tidar 1.

2. Melakukan wawancara dengan guru kelas V untuk mengetahui permasalahan

yang sering dialami siswa mengenai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

3. Melakukan observasi pembelajaran siswa di kelas V guna memperoleh

gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta karakteristik siswa.

4. Peneliti menyebarkan kuisioner untuk mengetahui kondisi awal kemampuan

berpikir kritis siswa kelas V.

5. Meminta dokumentasi nilai siswa dari guru kelas V tahun sebelumnya.

6. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ada di kelas V yaitu rendahnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika mengenai materi operasi hitung campuran bilangan bulat.

7. Merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokoknya.

(53)

9. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, RPP, LKS, Soal Evaluasi Siklus 1 dan siklus 2, kunci jawaban, dan instrumen penelitian.

10. Validasi perangkat pembelajaran pada dua dosen ahli dan guru kelas.

11. Mendata nama-nama siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah pada mata pelajaran matematika melalui wawancara dengan guru kelas.

D. Rencana Setiap Siklus

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum memberikan tindakan pada siswa yaitu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti

silabus, RPP, materi yang diajarkan, LKS dan soal evaluasi siklus I. selanjutnya peneliti juga mempersiapkan media yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran pada siklus I. b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus I akan dilakukan dalam 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan selama 2 jam pelajaran, setiap jam pelajaran terdiri dari 35 menit. Adapun tahapan proses pembelajaran pada

(54)

Pertemuan ke 1 1) Kegiatan awal

Diawal kegiatan, guru mengucapakan salam dan doa pembuka, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta

pokok-pokok materi yang akan dipelajari yaitu materi penjumlahan dan pengurangan. Selanjutnya guru juga melakukukan presensi terhadap siswa.

2) Kegiatan Inti

Siswa dibagi dalam kelompok secara acak sesuai jumlah

siswa yang hadir. (community learning). Siswa diajak menghitung jumlah seluruh siswa di dalam kelas, kemudian menghitung jumlah siswa (laki-laki/perempuan) saja. (menggunakan model). Siswa

mengaitkan persoalan sehari-hari dengan pembelajaran.

(memanfaatkan keterkaitan). Siswa menggunakan media kerikil

sebagai media penjumlahan dan penguranagan bilangan bulat

(menggunakan benda sekitar). Siswa berdiskusi untuk

memecahkan soal cerita mengenai operasi hitung campuran bilangan bulat yang ada di LKS bersama kelompoknya. (inquiry) 3) Kegiatan penutup

Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa. Menarik

(55)

jelas (Menggunakan kontribusi siswa). Siswa dibantu guru melakukan refleksi dari kegiatan pada hari ini. (reflection). Siswa

diberi hadiah berupa perkerjaan rumah (individu). Pembelajaran diakhiri dengan do’a

Pertemuan ke 2 1) Kegiatan awal

Diawal pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada

siswa dengan cara bertanya kepada siswa tentang penjumlahan dan pengurangan. Guru akan memasuki pembelajaran kedua yaitu

tentang Guru juga melakukan presensi dan kontrak belajar bersama siswa.

2) Kegiatan Inti

Siswa dibagi dalam kelompok secara acak sesuai jumlah siswa yang hadir. (community learning). Salah satu siswa maju

kedepan kelas dan guru memberikan uang mainan kepada siswa(menggunakan model). Mengidentifikasi jumlah uang

seluruhnya yang sebelumnya di bawa guru dan jumlah uang yang didapatkan, kemudian siswa bersama-sama menghitung sisa uang yang dibawa guru. Siswa mengaitkan persoalan sehari-hari dengan

pembelajaran. (memanfaatkan keterkaitan.) Siswa diberikan soal kelompok. Siswa berdiskusi untuk memecahkan soal cerita

(56)

3) Kegiatan penutup

Guru dan siswa melakukan tanya jawab seputar perkalian dan

pembagian (questioning). Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I (authentic assessment). Sebelum pembelajaran usai, guru dan

siswa melakukan refleksi mengenai pembelajaran hari ini (reflection).

c. Observasi

Obsevasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I. Peneliti mengobservasi tentang kemampuan berpikir

kritis siswa dengan mengisi lembar observasi kemamampuan berpikir kritis pada kuisenor yang telah diberikan.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah tindakan pada siklus I. Refleksi bertujuan untuk memberikan penilaian dan mengetahui kekurangan

maupun kelebihan yang terjadi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi pada siklus I ini akan digunakan

peneliti sebagai pertimbangan merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II agar hasil yang di dapat peneliti dapat meningkat.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus II peneliti membuat perencanaan pembelajaran

(57)

yang akan digunakan pada siklus II. Peneliti juga mempersiapkan LKS, materi ajar dan media yang digunakan pada siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus kedua ini dilakukan dalam 2 pertemuan, karena setiap siklus

terdapat dua RPP. Masing-masing pertemuan dilakukan selama 2 jp. Setiap jam pelajaran terdiri dari 35 menit. Adapun tahapan proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:

Pertemuan ke-1 1) Kegiatan Awal

Diawal pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara bertanya kepada siswa mengenai Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Guru juga melakukan presensi dan kontrak belajar bersama siswa.

2) Kegiatan Inti

Sebelum masuk kedalam materi, guru terlebih dahulu

mengulang materi penjumlahan dan pengurangan, serta perkalian dan pembagian untuk mengulang ingatan siswa, kemudian guru memberikan materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat

Bilangan Bulat (contructivism). Siswa dibagi dalam kelompok secara acak sesuai jumlah siswa yang hadir. (community learning).

(58)

mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara acak di depan kelas.

3) Kegiatan Penutup

Guru memberikan kuis mengenai materi yang dipelajari

(authentic assessment). Sebelum pulang, guru memberikan refleksi pada siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan (reflection).

Pertemuan ke-2 1) Kegiatan Awal

Diawal pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara bertanya kepada siswa mengenai Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Guru juga melakukan presensi dan kontrak belajar bersama siswa.

2) Kegiatan Inti

Siswa dibagi dalam kelompok secara acak sesuai jumlah siswa

yang hadir. Masing-masing kelompok diberi media (uang dan barang berupa gambar) yang digunakan untuk kegiatan jual beli/pasar (menggunakan model). Satu siswa menjadi penjual, dan

siswa lain menjadi pembeli dalam kelompok (menggunakan

interaktivitas). Masing-masing pembeli melakukkan transaksi

(59)

mempresentasikan di depan kelas hasil kerja kelompoknya.

(menggunakan kontruksi siswa)

3) Kegiatan Penutup

Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II yang telah dibagikan

guru (authentic assessment). Setelah selesai mengerjakan evaluasi siklus II, siswa menerjakan soal evaluasi akhir. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah

dilakukan (reflection). c. Observasi

Kegiatan observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti mengamati kemampuan berpikir kritis ketika mengikuti pembelajaran di

dalam kelas. Dari kegiatan observasi ini peneliti mampu mengamati secara langsung perkembangan siswa dalam pembelajaran.

d. Refleksi

Ketika tindakan pada siklus II terlaksana, peneliti kemudian

(60)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan dua cara,

yaitu dengan teknik tes dan non tes. Teknik tes dilakukan dengan pemberian memberikan soal evaluasi kepada siswa, sedangkan teknik non tes dilakukan

dengan menggunakan wawancara, kuesioner, dan observasi. Untuk membuktikannya, peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi. Penjelasannya sebagai berikut :

1. Tes Tertulis

Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian.

Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatakan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (dalam Kusumah, 2009:78). Tes instrumen pengumpulan data

bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran (dalam Wina Sanjaya, 2009:99). Tes

ini akan diberikan pada siswa kelas V SD N Tidar 1 untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mengenai Operasi Hitung Bilangan Bulat pada

siklus 1 dan siklus 2. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian yang berjumlah 5 soal disetiap siklus dan 5 soal gabungan siklus 1 dan siklus 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data

(61)

2. Non Tes

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subyek yang diteliti

(Kusumah dan Dwitagama, 2009: 77). Wawancara adalah suatu proses tanya jawab sepihak antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee), yang dilaksanakan sambil bertatap muka,

baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan maksud memperoleh jawaban dari interviewee (Masidjo, 1995:72).

Jenis wawancara ini ditujukan kepada guru wali kelas V SD Negeri Tidar 1 untuk mendapat informasi mengenai permasalahan pada materi matematika yang mempunyai hasil belajar dan kemampuan

berpikir kritis siswa. Jenis wawancara ini ditujukan kepada para siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 untuk mengetahui pendapat mereka mengenai

mata pelajaran yang mereka anggap paling sulit serta materi yang menurut mereka sulit untuk dipahami.

b. Pengumpulan Data Non Tes Menggunakan Kuesioner

Pada penelitian ini kuisioner diberikan sebanyak dua kali yaitu di awal sebelum tindakan siklus I yang bertujuan untuk mengetahui kondisi

awal kemampuan berpikir kritis siswa, dan diberikan pada akhir setelah tindakan siklus II dengan tujuan untuk melihat kondisi akhir kemampuan

Gambar

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian
Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 3.2 Kisi-kisi soal evaluasi siklus 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Paul (1990) menyatakan mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis pelajar terhadap materi pelajaran, penggunaan bahasa, menggunakan struktur logika berpikir logis, menguji

Tujuan penelitian untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pendekatan everyone is a teacher here pada pembelajaran matematika bagi siswa

Berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan kajian yang lengkap serta jelas antar konsep.

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Mahasiswa Dalam Pemecahan Masalah Pengantar Dasar Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatka kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika melalui strategi The power of

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Negeri Plaosan 1 Pada materi operasi hitung

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis matematika antara se- kolah level tinggi yang diberikan pembelajaran kon- tekstual

Berangkat dari permasalahan pemebelajaran matematika yang ada di SD 1 Banyukembar, yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah yang