• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur."

Copied!
421
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika

Kelas IIIB Pada Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Pembelajaran

Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur

Ibnu Kurniawan

Universitas Sanata Dharma 2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campurandi SDN Perumnas Condongcatur. Tujuan dari penelitan ini adalah (1) mengetahui danmemaparkanpenerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart dengan dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan dikelas IIIB SDN Perumnas Condongcatur, dengan subyek penelitian berjumlah 26 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes. Instrumen penelitian ini menggunakan soal uraian, lembar kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah data kuantitatif.

Langkah-langkah model pembelajaran kontekstual yang meliputi 1) kontruktivisme, 2) menemukan, 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan 6) refleksi 7) penilaian sebenarnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal 58,84 meningkat pada siklus I sebesar 71,23 dan pada siklus II sebesar 78,38. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari kondisi awal 45,07%, meningkat menjadi 69,23% pada evaluasi siklus I dan menjadi 80,76% pada evaluasi siklus II.Peningkatan kemampuan berpikir kritis ditunjukan pada data sebagai berikut: kondisi awal dengan nilai 61,22 (tidak kritis) dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,55 (kritis) dengan rentang nilai 1-100. Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis dari kondisi awal 47,43% meningkat menjadi 83,33% pada siklus akhir.

(2)

Mathematics On The Material

Operation Count Mixed

Trough Contectual

Learning In Three Grade At Perumnas Condongcatur Elementary School.

Ibnu Kurniawan Sanata Dharma University

2016

The background of the study was concern about the low learning outcome and critical thinking skills in math class IIIB material mixture arithmetic operations through contextual learning inPerumnasCondongcatur Elementary School. The purpose of this study are: (1) to implement contextual teaching learning (CTL) for improving the learning outcome and critical

thinking (2) to improve students’ learning outcome, (3) to improve students’ critical thinking.

This research is a classroom action research models Kemmis and Mc Taggart with two cycles. This study was conducted in class threeat Perumnas Condongcatur Elementary School, the study subjects were twenty-six students . The object of this study is the result of learning and critical thinking skills of students. The data collection technique using the test and non test . This research instrument use problems descriptions , questionnaires and observation sheets .

The data analysis that used are quantitatif.

The steps of this study were: 1) constructivism, 2) Inquiry, 3) Quetioning, 4) Learning community, 5) Modeling, 6) Reflection, 7) Authentic Assesment. The average value of student learning outcomes 58.84 precondition increased in the first cycle of 71.23 and the second cycle of 78.38 . The percentage of students who achieve KKM increased from 45.07 % initial conditions , increased to 69.23 % in the first cycle of evaluation and became 80.76 % in the second cycle evaluation . Improved critical thinking skills shown in the following data : the initial condition with a value of 61.22 ( not critical ) and increased in the final condition of 80.55 (critical ) with a range of values from 1-100 . A minimum percentage of the number of students who are critical of the initial conditions increased 47.43% to 83.33% at the end of the cycle .

(3)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS MATEMATIKA KELAS IIIB PADA MATERI OPERASI

HITUNG CAMPURAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL SDN PERUMNAS CONDONGCATUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Ibnu Kurniawan NIM : 121134149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur saya panjatkankepada ALLAH S.W.T atas selesainya skripsi ini. Dalam proses pembuatan skripsi ini tentulah banyak pihak yang turut serta mendukung baik secara langsung maupun tidak, untuk itu dengan berbangga hati saya mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta, Sudarso dan Suyatni yang tidak pernah lelah dan tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan dukungan baik secara moral dan material, doa, dan juga semangat.

2. Kakak tercinta, Ika Wijayanti yang walaupun jauh berada di Purworejo namun selalu memberi doa, dukungan, dan juga semangat. 3. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan motivasi, doa, dan

juga dukungan yang menjadikan semangat baru dalam menghadapi segala macam hal.

4. Sahabat dan teman terkasih yang selalu ada dan selalu mampu mendampingi dalam segala situasi dan kondisi.

5. Temanteman satu payung atas segala keterbukaan dan kerja sama dalam proses perjuangan menyusun skripsi ini.

6. Temanteman satu kelas dan satu angkatan PGSD 2012 yang selalu berbagi pengalaman dan hidup serta kesediaan untuk saling melengkapi selama proses perkuliahan di PGSD Sanata Dharma. 7. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang ikut

(7)

v

MOTTO

 Hidup adalah perjuangan dan kesempatan, maka hiasilah hidup

dengan kebaikan dan kejujuran, jangan pantang menyerah dalam

mengahadapi tantangan dan kesulitan

 Melangkahlah dan biarkan Tuhan menuntunmu ke tempat yang jauh

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 April 2016 Peneliti,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ibnu Kurniawan Nomor Mahasiswa : 121134149

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika

Kelas IIIB Pada Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Model

Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempubilkasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 14 April 2016 Yang menyatakan,

(10)

viii

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis

Matematika Kelas IIIB Pada Materi Operasi Hitung Campuran

Melalui Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur

Ibnu Kurniawan

Universitas Sanata Dharma 2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campurandi SDN Perumnas Condongcatur. Tujuan dari penelitan ini adalah (1) mengetahui danmemaparkanpenerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart dengan dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan dikelas IIIB SDN Perumnas Condongcatur, dengan subyek penelitian berjumlah 26 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes. Instrumen penelitian ini menggunakan soal uraian, lembar kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah data kuantitatif.

Langkah-langkah model pembelajaran kontekstual yang meliputi 1) kontruktivisme, 2) menemukan, 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan 6) refleksi 7) penilaian sebenarnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal 58,84 meningkat pada siklus I sebesar 71,23 dan pada siklus II sebesar 78,38. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari kondisi awal 45,07%, meningkat menjadi 69,23% pada evaluasi siklus I dan menjadi 80,76% pada evaluasi siklus II.Peningkatan kemampuan berpikir kritis ditunjukan pada data sebagai berikut: kondisi awal dengan nilai 61,22 (tidak kritis) dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,55 (kritis) dengan rentang nilai 1-100. Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis dari kondisi awal 47,43% meningkat menjadi 83,33% pada siklus akhir.

(11)

ix

ABSTRACT

The Development Of Learning Goal And The Critical Thingking

Of Mathematics On The Material

Operation Count Mixed

Trough Contectual Learning In Three Grade At Perumnas

Condongcatur Elementary School.

operations through contextual learning inPerumnasCondongcatur Elementary School. The purpose of this study are: (1) to implement contextual teaching learning (CTL) for improving the learning outcome and critical thinking (2) to

improve students’ learning outcome, (3) to improve students’ critical thinking.

This research is a classroom action research models Kemmis and Mc Taggart with two cycles. This study was conducted in class threeat Perumnas Condongcatur Elementary School, the study subjects were twenty-six students . The object of this study is the result of learning and critical thinking skills of students. The data collection technique using the test and non test . This research instrument use problems descriptions , questionnaires and observation sheets . The data analysis that used are quantitatif.

The steps of this study were: 1) constructivism, 2) Inquiry, 3) Quetioning, 4) Learning community, 5) Modeling, 6) Reflection, 7) Authentic Assesment. The average value of student learning outcomes 58.84 precondition increased in the first cycle of 71.23 and the second cycle of 78.38 . The percentage of students who achieve KKM increased from 45.07 % initial conditions , increased to 69.23 % in the first cycle of evaluation and became 80.76 % in the second cycle evaluation . Improved critical thinking skills shown in the following data : the initial condition with a value of 61.22 ( not critical ) and increased in the final condition of 80.55 (critical ) with a range of values from 1-100 . A minimum percentage of the number of students who are critical of the initial conditions increased 47.43% to 83.33% at the end of the cycle .

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat, dan bimbinganNya peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul:

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika

Kelas IIIB Pada Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Model

Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur”

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikandengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagaipihak. Karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasihdengan setulus hati kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

(13)

xi

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan selalu terbuka untuk dimintai saran dan juga pendapat sehingga memperkaya peneliti.

6. Mukija, S.Pd, SD selaku Kepala Sekolah SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

7. Guru kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur, Cahyo Arif Nugroho, S.Pd.yang senantiasa bersedia untuk berdiskusi secara aktif selama proses penelitian juga berkenan membantu peneliti dalam proses perizinan ujicoba terbatas.

8. Siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcaturyang dengan jujur, tulus dan senang hati mengijinkan, membantu, dan berdiskusi secara aktif selama proses penelitian.

9. Sahabatku terkasih, Cahyo, Husaini, Dany, Janu, Ulil, Khodam, Bayu, Topa yang selalu memberikan semangat menyelesaikan skripsi yang selalu ada untuk memberi dukungan, semangat, dan juga bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.

(14)

xii

11.Seluruh pihak yang telah membantu baik secara moral maupun material, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti mengharapkan adanya saran, masukan, maupun kritik demi perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik. Peneliti berharap skripsi yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak demi perkembangan dunia pendidikan. Terima kasih.

Peneleti,

(15)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

c. Klasifikasi Hasil Belajar ... 14

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15

3. BerpikirKritis ... 15

a. Pengertian Berpikir Kritis ... 16

b. Tujuan Berpikir Kritis ... 16

c. Indikator Berpikir Kritis ... 17

4. Matematika ... 22

a. Pengertian Matematika ... 22

b. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 23

c. Tujuan Matematika ... 24

(16)

xiv

5. PembelajaranContectual Teacher and Learning(CTL) ... 31

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ... 31

b. Komponen-Komponen Model Pembelajaran Kontekstual ... 32

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kontekstual ... 35

d. Tahapan Pembelajaran Kontekstual ... 36

B. Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 42

D. Hipotesis Tindakan ... 44

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 61

1. Pedoman Wawancara ... 61

2. Lembar Kuesioner ... 63

3. Observasi... 64

4. Tes ... 66

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 68

1. Validitas Rupa ... 69

2. Validitas Isi ... 69

H. Teknik Analisa Data ... 68

1. Hasil Belajar... 77

2. Kuesioner Berpikir Kritis ... 78

3. Lembar Observasi ... 84

4. Indikator Keberhasilan ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

A. HasilPenelitian ... 89

1. Proses Pelaksanaan Penelitian ... 89

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 106

3. Grafik Penelitian Hasil Belajar ... 144

4. Grafik Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis ... 145

B. Pembahasan ... 149

(17)

xv

2. Peningkatan Hasil Belajar ... 150

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 152

BAB V PENUTUP ... 157

A. Kesimpulan ... 157

B. Keterbatasan Penelitian ... 159

C. Saran ... 159

DAFTAR REFERENSI ... 161

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu ... 41

Gambar 3.1 Skema Penelitian Kemmis dan Mc Taggart ... 46

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Penelitian Hasil Belajar ... 144

Gambar 4.2 Presentasi Ketuntasan Hasil Belajar ... 145

Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 146

Gambar 4.4 Presentase Jumlah Siswa yang Kritis ... 147

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterampilan Berpikir Kritis ... 20

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir kritis ... 21

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara mengenai proses pembelajaran ... 62

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara mengenai kemampuan berpikir kritis ... 62

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis... 63

Tabel 3.4 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 65

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Evaluasi ... 66

Tabel 3.6 Kriteria Kelayakan Validasi ... 70

Tabel 3.7 Hasil Validasi Silabus ... 71

Tabel 3.8 Hasil Validasi RPP ... 72

Tabel 3.9 Hasil Validasi LKS ... 73

Tabel 3.10 Hasil Validasi Lembar Evaluasi ... 74

Tabel 3.11 Hasil Validasi Kuesioner ... 76

Tabel 3.12 PAP Tipe 1 ... 79

Tabel 3.13 Kriteria Indikator 1 ... 81

Tabel 3.14 Kriteria Indikator 2 ... 81

Tabel 3.15 Kriteria Indikator 3 ... 82

Tabel 3.16 Kriteria Indikator 4 ... 82

Tabel 3.17 Kriteria Indikator 5 ... 82

Tabel 3.18 Kriteria Indikator 6 ... 83

(20)

xviii

Tabel 3.20 PAP Tipe 1 ... 84

Tabel 3.21 Kriteria Rata-Rata Observasi Setiap Indikator ... 85

Tabel 3.22 Kriteria Rata-Rata Observasi Secara Keseluruhan ... 86

Tabel 3.23 Indikator Keberhasilan Hasil Belajar ... 87

Tabel 3.24 Indikator Keberhasilan Kemampuan Berpikir Kritis ... 87

Tabel 4.1 NilaiKondisi Awal Siswa tahun pelajaran 2013/2014 ... 90

Tabel 4.2 Nilai Kondisi Awal Siswa tahun pelajaran 2014/2015 ... 92

Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Kondisi Awal ... 94

Tabel 4.4 Skor Indikator 1 kuesioner kondisi awal siswa ... 96

Tabel 4.5 Skor Indikator 2 kuesioner kondisi awal siswa ... 98

Tabel 4.6 Skor Indikator 3 kuesioner kondisi awal siswa ... 99

Tabel 4.7 Skor Indikator 4 kuesioner kondisi awal siswa ... 101

Tabel 4.8 Skor Indikator 5 kuesioner kondisi awal siswa ... 102

Tabel 4.9 Skor Indikator 6 kuesioner kondisi awal siswa ... 104

Tabel 4.10 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 105

Tabel 4.11 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I ... 114

Tabel 4.12 Data Hasil Pengamatan Siklus I ... 115

Tabel 4.13 Hasil Nilai Evaluasi Siklus II ... 125

Tabel 4.14 Hasil Nilai Evaluasi SiklusAkhir ... 126

Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan Siklus II ... 127

Tabel 4.16 Data Hasil Kuesioner Siklus Akhir ... 129

Tabel 4.17 Skor Indikator 1 kuesioner kondisi akhir siswa ... 131

(21)

xix

Tabel 4.19 Skor Indikator 3 kuesioner kondisi akhir siswa ... 134

Tabel 4.20 Skor Indikator 4 kuesioner kondisi akhir siswa ... 136

Tabel 4.21 Skor Indikator 5 kuesioner kondisi akhir siswa ... 138

Tabel 4.22 Skor Indikator 6 kuesioner kondisi akhir siswa ... 140

Tabel 4.23 Skor Indikator Keseluruhan Indikator Kondisi Akhir ... 141

Tabel 4.24 Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar ... 151

Tabel 4.25 Perbandingan Target dan Pencapaian dengan Kuesioner ... 153

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

xxi

(24)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, Identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hendriana, 2014:6). Jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh manusia dimulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA/SMK hingga pendidikan perguruan tinggi. Dari semua jenjang pendidikan tersebut yang memegang peranan penting dan menjadi dasar bagi peserta didik untuk bisa menanamkan konsep dasar adalah jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).

(25)

SD. Pada jenjang sekolah dasar, siswa dibekali ilmu-ilmu dasar seperti mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang nantinya dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dari kelima mata pelajaran ke-SD-an diatas, peneliti terfokus pada mata pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Susanto (2013:185) mengemukakan bahwa matematika ialah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Susanto (2013:189-190) berpendapat bahwa tujuan mata pelajaran matematika yaitu untuk mengembangkan keterampilan dalam berhitung, memebentuk pola pikir yang kritis dan kreatif untuk membantu siswa memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika. Matematika sebagai bekal bagi peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Pada pembelajaran matematika, seorang guru diharapkan menerapkan pembelajaran yang ideal seperti siswa dihadapkan dengan permasalahan sehari-hari, model pembelajaran seperti ini secara tidak langsung melatih kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

(26)

IIIB yang juga mengampu mata pelajaran Matematika. Peneliti mengamati model pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran matematika hanya menerapkan model pembelajaran yang kurang menarik seperti menggunakan metode yang berpusat pada guru atau ceramah. Guru mengunakan model pembelajaran teacher center sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan, mengerjakan tugas atau latihan dan guru juga belum pernah menggunakan media pembelajaran dan ceramah akan berakibat pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Padahal, hasil belajar siswa sangat menentukan proses penilaian terhadap siswa. Model pembelajaran yang kurang menarik mampu mempengaruhi hasil belajar siswa, padahal hasil belajar sangat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan oleh guru.

(27)

siswa). Mayoritas kelas IIIB masih belum paham tentang operasi hitung campuran. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam menghitung, siswa masih pasif bertanya, serta mayoritas siswa masih belum bisa menyelesaikan soal operasi hitung campuran dengan menggunakan langkah-langkah yang sesuai prosedur penghitungan. Hal ini menunjukan kemampuan berpikir kritis siswa rendah.

Jhonson (2007:183) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Pengertian tersebut senada dengan Ruggiero (dalam Jhonson, 2007) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna. Pengertian dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis dalam memecahkan masalah dalam pencarian sebuah jawaban. Dengan permasalahan yang dihadapi siswa maka perlu adanya pemecahan masalah dengan menggunakan model-model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang digunakan sebagai solusi pembelajaran adalah model pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning)

(28)

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Taniredja dan Faridli, 2014: 49). Alasan peneliti memilih model pembelajaran kontekstual karena pembelajaran kontekstual dapat mengaitkan materi dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, para siswa akan terbantu dalam mempelajari materi mata pelajaran matematika salain itu juga model pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merancang sebuah penelitian dalam rangka memberi solusi permasalahan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Perumnas Condongcatur Sleman. Penelitian ini akan berfokus pada materi operasi hitung campuran.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi operasi hitung campuran pada siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur

2. Rendahnya kemampuan berpikir kritis pada materi operasi hitung campuran pada siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur 3. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses

(29)

C. BATASAN MASALAH

1. Penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada materi operasi hitung campuran bagi siswa kelas IIIB di SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016.

2. Penelitian ini dilakukan untuk mata pelajaran matematika khususnya pada standar kompetensi (SK) 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka dan kompetensi dasar (KD) 1.4 Melakukan operasi hitung campuran di SD Negeri Perumnas Condongcatur.

3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kontekstual.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi operasi hitung campuran siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016?

(30)

3. Apakah model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan cara berpikir kritis matematika pada materi operasi hitung campuran kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menerapkan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi operasi hitung campuran siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur pada materi operasi hitung campuran melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.

3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur pada materi operasi hitung campuran melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

(31)

2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

b) Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih model dalam mengajar matematika dan digunakan sebagai alternatif model pembelajaran kontekstual oleh guru untuk melakukan pembelajaran matetatika c) Bagi siswa

Sebagai subyek penelitian, Siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis melalui penerapan model CTL dalam pembelajaran

d) Bagi Sekolah

(32)

G. DEFINISI OPERASIONAL

1. Belajar adalah suatu proses didalam diri seseorang yang ditandai dengan suatu perubahan.

2. Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dalam aspek kognitif.

3. Kemampuan berpikir kritis adalah berpikir wajar dan reflektif serta terarah untuk memecahkan, mengambil keputusan, membujuk dan menganalisis asumsi dalam menetukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

4. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang angka, pengukuran, penyelesaian masalah dan pengolahan angka.

5. Model Pembelajaran Kontekstual adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata.

(33)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Peneliti akan membahas mengenai kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Keempat hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

A.Kajian Teori

Peneliti akan membahas mengenai teori belajar, hasil belajar, berpikir kritis, matematika, operasi hitung campuran, Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Belajar

a. Pengertian belajar

(34)

aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut Hilgard (dalam Susanto 2013:3) mendifenisikan bahwa belajar ialah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan diperoleh melalui latihan (pengalaman).

Pengertian belajar menurut Gagne (dalam Dahar 2002:2) ialah sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan belajar menurut Daryanto (2012: 16) adalah proses melihat, mengamati, dan memahami suatu, indikator belajar ditujukan dengan perubahan dalam tingkahlaku sebagai hasil dari pengalaman. Rusman (2013:134) mengemukakan bahwa belajar ialah proses tingkah laku individu sebagai hasil dari pengamatan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses didalam diri seseorang yang ditandai dengan suatu perubahan.

b. Ciri-ciri belajar

Ciri-ciri belajar menurut Eviline (2010:5-6) ada empat ciri antara lain:

(35)

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.

4. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar memiliki ciri-ciri adanya kemauan baru atau perubahan secara tidak langsung dan memerlukan proses yang terjdi akibat interkasi dengan lingkungan.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Abdurrahman (dalam Jihad, 2012:14) mendefinisikan bahwa hasil belajar ialah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Purwanto (2011: 46) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubaan perilaku ini disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Widoyoko (2009:1) juga berpendapat bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian dilanjutkan dengan penilaian dan evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Masnur (2011 :38) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dilakukan lewat penilaian perlu dilakukan secara seimbang antar aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotoris). Hasil belajar (Dimyati 2006:3) merupakan hasil dari suatu

(36)

dengan proses evaluasi hasil belajar. Hal ini dapat disimulkan bahwa hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

b. Aspek-Aspek Hasil Belajar

Aspek-aspek hasil belajar menurut Gagne (dalam Dimyati, 2006: 11) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan kapasitas siswa yang terdiri dari: 1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupoun tertulis.

2. Keterampilan intelek adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. 3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tertentu.

(37)

c. Klasifikasi Hasil belajar

Bloom (dalam Mustaqim, 2008: 36) mengemukakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah (domain) atau daerah sasaran pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Klasifikasi hasil belajar tersebut dijelaskan oleh Bloom meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2005: 22).

1) Ranah Kognitif

Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait dengan percobaan yang dilakukan untuk aspek pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis yang relevan dengan materi pokok tersebut. Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi.

2) Ranah Afektif

Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek afektif dalam hal ini digunakan untuk penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikirrasional, kecakapan sosial, dan kecakapan akademis. Aspek ini belum ada patokan yang pasti dalam penilaiannya.

3) Ranah Psikomotorik

(38)

bertujuan untukmengukur sejauh mana siswa menguasai teknik praktikum. Aspek ini menitikberatkan pada unjuk kerja siswa.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai-nilai atau perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar dalam aspek kognitif.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar menurut Wasliman (dalam Susanto, 2013:12) merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara perinci, uraian menganai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan

2. Faktor Eksternal

(39)

Kesimpulan di atas bahwa belajar dipengaruhi dari dalam diri sendiri (internal) dan keluarga, sekolah, dan masyarakat (eksternal).

3. Berpikir Kritis

a. Pengertian berpikir kritis

Johnson (2007:183) berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Anggelo (dalam Achmad, 2007) juga menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Sedangkan menurut Ennis (dalam Wowo, 20129) juga mendifinisikan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir wajar dan reflektif yang fokus dalam menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir wajar dan reflektif serta terarah dan jelas yang bertujuan untuk memecahkan, mengambil keputusan, membujuk dan menganalisis asumsi dalam menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

b. Tujuan berpikir kritis

(40)

c. Indikator berpikir kritis

Angelo (dalam Achmad, 2007) mengidentifikasi lima indikator yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu sebagai berikut :

1. Keterampilan Menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir kritis, diantaranya: memerinci, menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, dan membagi (Arikunto, 2010: 138). 2. Keterampilan Mensintesis

Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadankan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit didalam bacaannya. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir sintesis, diantaranya:mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, menjelaskan, mengorganisasikan, menyusun, menghubungkan, merevisi, menuliskan kembali dan menceritakan (Arikunto,2010:138).

3. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah

(41)

bacaan dengan kritis sehingga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini adalah agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan mengenal dan memecahkan masalah diantaranya: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan menggunakan.

4. Keterampilan Menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami bebagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru, yaitu sebuah kesimpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri dapat menempuh dua cara, yaitu: deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru. Kata-kata operasional yang mengindikasikan kemampuan menyimpulkan adalah : menjelaskan, memerinci, menghubungkan, mengategorikan, memisah dan menceritakan.

5. Keterampilan mengevaluasi atau menilai

(42)

mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa dituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep. Kata-kata operasional yang mengindikasikan kemampuan mengevaluasi atau menilai adalah: menilai, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mendiskrisikan, menafsirkan, menerangkan, memutuskan (Arikunto, 2010:138).

Wowo (2012: 198) menjelaskan berpikir kritis menjadi beberapa indikator sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan. 2. Menganalisis argumen

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan. 4. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan. 5. Mengamati dan menilai laporan observasi.

6. Menyimpulkan dan menilai keputusan.

7. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar).

8. Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan.

(43)

and tactics). Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa sub

indikator seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis Sub Keterampilan berpikir kritis

Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)

1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang

Membangun

Keterampilan dasar (basic support).

4. Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria) suatu sumber.

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.

Menyimpulkan (inference) 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi.

8. Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.

Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification)

9. Mendefinisikan istilah, mempertimbangkan definisi

10. Mengidentifikasi asumsi.

Strategi dan taktik (strategies and tactics).

11. Memutuskan suatu tindakan.

(44)

Berdasarkan indikator dari tiga ahli, peneliti menuliskannya ke dalam tabel untuk melihat kesamaan yang nantinya akan diambil sebagai indikator dalam penelitian.

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir kritis

Angelo Wowo Ennis

Keterampilan menganalisis

Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan.

Memfokuskan pertanyaan.

Keterampilan mensintesis Menganalisis argument Menganalisis argumen

Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah

Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan.

Mengamati dan menilai laporan observasi.

Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (ikut terlibat dalam menyimpulkan)

Menyimpulkan dan menilai keputusan. yang mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar).

Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi.

Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan.

Memutuskan suatu tindakan (mendefinisikan masalah)

(45)

Berdasarkan indikator berpikir kritis menurut pendapat 3 ahli, digunakan 6 indikator sebagai fokus penelitian yaitu: 1) Menganalisis argumen, 2) Mampu bertanya, 3) Mampu menjawab pertanyaan, 4) Memecahkan masalah, 5) Membuat kesimpulan, 6) Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan.

4. Matematika

a. Pengertian matematika

Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan, mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia

diartikan matematika adalah ilmu tentang bilangan hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyeleseian masalah mengenai bilangan (Hamzah, 2014:48). Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sedangkan menurut Uno (2009:110) Matematika merupakan suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkan pada situasi nyata.

(46)

bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis sehingga dapat digunakan dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dalam berhitung, membentuk pola pikir yang kritis dan kreatif untuk membantu siswa memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika

b. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran matematika di SD selalu berbeda-beda, namun memiliki ciri secara umum dalam pembelajarannya. Menurut Suwangsih (2006: 25) ciri-ciri pembelajaran matematika di SD yaitu:

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Pendekatan spiral merupakan pendekatan pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu dikaitkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat digunakan untuk memahami topik baru dalam matematika, sedangkan topik baru merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya.

2) Pembelajaran matematika bertahap

Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu mulai dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sulit.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

(47)

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran dalam matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran matematika secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan. Dalam pembelajaran bermakna siswa harus mempelajari matematika mulai dari proses terbentuknya suatu konsep kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi konsep pada situasi baru.

c. Tujuan matematika

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(48)

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

d. Materi Pembelajaran

Peneliti mengambil standar kompetisi (SK) 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka pada kompetensi dasar (KD) 1.4 Melakukan operasi hitung campuran. Peneliti akan menerapkan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) mengenai operasi hitung campuran. 1) Operasi hitung campuran

Operasi hitung campuran adalah operasi atau pengerjaan hitungan yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi. Penyelesaian pengerjaan operasi hitung campuran merujuk pada perjanjian tertentu, yaitu penjumlahan dan pengurangan setingkat. Ini berarti manapun yang ditulis terlebih dahulu begitu halnya dengan perkalian dan pembagian setingkat, yang berarti manapun yang ditulisterlebih dahulu operasi yang dikerjakan terlebih dahulu, kecuali terdapat tanda dalam kurung.

(49)

a) Operasi hitung campuran (penjumlahan dan pengurangan)

Dalam kegiatan ini berikut akan ditekankan mengenai hasil yang didapat dalam menyelesaikan operasi hitung campuran antara penjumlahan dan pengurangan, baik penjumlahan maupun pengurangan, baik penjumlahan maupun pengurangan yang dikerjakan terlebih dahulu.

Peragaan

6 + 7 - 4 = ...

Mana yag didahulukan, (6 + 7 ) – 4 = ... atau 6 + (7 – 4 ) ? Melalui peragaan berikut akan ditunjukan (6 + 7) – 4 = ...

6 + 7 = 13

Diambil 4 bola 13 – 4 = 9

Maka ( 6 + 7 ) – 4 = 13 – 4 = 9

Operasi hitung campuran adalah operasi hitung yang terdiri atas penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), dan pembagian (:).

Langkah pengerjaan operasi hitung campuran sebagai berikut. Langkah 1 : Kerjakan operasi hitung di dalam tanda kurung.

Langkah 2 : Kerjakan perkalian (x) dan pembagian (:), urut dari sebelah kiri. Langkah 3 : Kerjakan penjumlahan (+) dan pengurangan (-), urut dari sebelah kiri.

(50)

1. Nazar mempunyai 15 lidi. Lidi tersebut diberikan pada adiknya sebanyak 4. Kemudian, ia diberi 8 lidi oleh Johan. Berapa jumlah lidi yang dimiliki Nazar sekarang ?

Diketahui : Nazar mempunyai 15 lidi. Lidi tersebut diberikan pada adiknya sebanyak 4. Kemudian, ia diberi 8 lidi oleh Johan.

Ditanya : Berapa jumlah lidi yang dimiliki Nazar sekarang ?

Jawab : 15 – 4 + 8 = ... 11 + 8 = 19

15 4 - 11 8 +

19

Jadi jumlah lidi yang dimiliki Nazar sekarang 19

b) Operasi hitung campuran (Perkalian dan pembagian)

6 x 6 : 4 = ...

Cara Mengerjakan Operasi Hitung Campuran Untuk Perkalian dan Pembagian

6 x 6 : 4 = ( 6 x 6 ) : 4 langkah ke -1 mengalikan

= 36 : 4 langkah ke – 2 membagi

Contoh soal

(51)

= 9

1. Sebuah agen distributor (penyalur) semen “A” mendapat setoran 4 boks semen yang dikirim menggunakan motor roda tiga. Setiap boks kendaraan

roda tiga berisi 6 sak semen. Oleh agen “A” tersebut seluruh semen akan

disetor secara merata kepada 3 agen penyalur yang lebih kecil yakni penyalur

“B”, “C”, dan “D”. Pertanyaannya adalah berapa sak semen yang diterima

oleh masing-masing agen penyalur “B”, “C”, dan “D” tersebut?

Penjelasan dalam bentuk gambar :

Diketahui : agen semen A : 4 boks semen, setiap boks berisi 6 sak semen

oleh agen “A” tersebut seluruh semen akan disetor secara merata

kepada 3 agen penyalur yang lebih kecil yakni penyalur “B”, “C”,

dan “D”.

Ditannya : Berapa sak semen yang diterima oleh masing-masing agen

(52)

Jawab :

4 × 6 : 3 = ....

(4 x 6) : 3 = ....

24 : 3 = 8

Jadi sak semen yang diterima oleh masing-masing agen penyalur “B”,

“C”, dan “D” adalah 8

c) Operasi Hitung Campuran (Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian dan

Pembagian)

+ -

X :

x :

Sama kuat, artina yang di kiri dikerjakan lebih dulu

Sama kuat, artina yang di kiri dikerjakan lebih dulu

(53)

Artinya

x dan : dikerjakan lebih dulu, daripada + dan –

1. 9 x 7 + 16 = 63 + 16 = 79

1. Kesya memiliki 3 kotak berisi kacang. tiap kotak berisi 9 kacang. kemudian Ayu memberi 16 kacang kepada Kesya. Berapa jumlah kacang yang dimiliki Kesya sekarang?

Diketahui : Kesya memiliki 3 kotak berisi kacang. tiap kotak berisi 9. kemudian Ayu memberi 16 kacang kepada Kesya

Ditanya : Berapa jumlah kacang yang dimiliki Kesya sekarang?

Jawab : 3 x 9 - 16 = 27 - 16 = 43

Jadi jumlah kacang yang dimiliki kesya sekarang adalah 43

Contoh Soal

(54)

5. Model Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning)

Kata contextual berasal dari kata contex, yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadan (koneksi). Dengan demikian, contextual diartikan “yang

berhubungan dengan suasana (konteks)”. Sehingga, Contextual Teaching and

Learning (CTL), dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan

dengan suasana tertentu (Hosnan, 2014:267).

(55)

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang mengaitkan membantu guru antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Komponen-komponen Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual menurut Hosnan (2014: 269) memiliki lima strategi untuk mencapai kompetensi siswa secara maksimal, yaitu relating, exsperiencing, applying, cooperting, dan transfering. Selain itu menurut Trianto

(dalam Hosnan, 2014: 270) dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen utama, yakni kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), inquiry (inquiry), masyarakat belajar (community learning), pemodelan (modelling),refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic asessment).

1) Kontuktivisme

(56)

pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri berdasarkan pengalaman siswa.

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan (Inquiry) artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Inquiry merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa tidak lepas dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya (Hosnan, 2014:271).

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.

(57)

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menurut Sanjaya (dalam Hosnan, 2014: 272) adalah hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru.

Muslich (dalam Hosnan, 2014: 272) mengemukakan konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.

5) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan (Hosnan, 2015: 272) adalah pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran CTL, modeling merupakan asas yang cukup penting. Sebab melalui modeling, siswa terhindar dari pembelajaran guru yang teoritis, sehingga memungkinkan terjadinya pembelajaran siswa yang verbalisme (banyak menghafal).

6) Refleksi (Reflection)

(58)

melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung apa yang diperoleh hari itu.

7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian nyata (Hamdayama, 2014: 54) adalah proses yang dilakukan guru untuk menyimpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan ketika pembelajaran berlangsung bukan pada penilaian akhir pembelajaran. Pengamatan dapat dilakukan dikelas maupun diluar kelas. Kemajuan belajar siswa dilihat dari proses bukan semata-mata dari hasil belajar. Penilaian bukan hanya dari guru tetapi dapat juga dari teman atau orang lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen mencakup kontruktivisme, menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kontekstual Contextual

Teaching Learning (CTL)

Trianto (dalam Hosnan, 2014: 270) langkah-langkah untuk menerapkan ketujuh komponen CTL tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

(59)

5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Suparto (2004: 6) berpendapat tentang langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual/ CTL sebagai berikut:

1) Mengembangkan metode belajar mandiri, 2) Melaksanakan penemuan (inquiri), 3) Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, 4) Menciptakan masyarakat belajar, 5) Hadirkan “model” dalam pembelajaran, 6) Lakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, 7) Lakukan penilian yang sebenarnya.

Dari kedua pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah penerapan pembelajaran CTL yaitu: 1) belajar mengembangkan pemikiran akan belajar, 2) melaksanakan kegiatan inquiri, 3) menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, 4) menciptakan masyarakat belajar, 5) menghadirkan

“model” sebagai contoh pembelajaran, 6) melakukan refleksi di setiap akhir

pertemuan, 7) melakukan penilian yang sebenarnya.

d. Tahapan Pembelajaran Kontekstual

Hamdayama (2014: 51) proses pembelajaran kontekstual terdiri dari delapan komponen sebagai berikut:

(60)

dirumah, media massa, atau yang lainnya, sehingga siswa akan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna.

2. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing); Ada beberapa langkah guru dalam mengaitkan meteri dengan konteks kehidupan siswa, diantaranya (a) mengkaitkan pelajaran dengan sumber yang berhubungan dengan kehidupan siswa, (b) menggunakan sumber dari bidang lain, (c) mengkaitkan berbagai macam pelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, dan (d) belajar melalui kegiatan sosial.

3. Belajar secara mandiri; Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri sesuai dengan kondisi siswa masing-masing.

4. Kolaborasi (collaborating); Mendorong siswa untuk berkerjasama dengan teman atau didalam kelompok.

5. Berpikir kritis dan kreatif (applaying); Mendorong siswa agar bisa berpikir kritis dan kreatif serta menerapkan dalam dunia nyata siswa.

6. Mengembangkan potensi individu (transfering); Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi atau bakat yang dimiliki. 7. Standar pencapaian yang tinggi; Dengan standar pencapaian yang tinggi,

maka akan memacu siswa untuk berusaha lebih baik.

(61)

Dari kedelapan tahapan tersebut peneliti memilih 5 tahapan yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu Relating, Experiencing, Colaborating, Applying, dan Transferring.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Putu Mahendrawan, I Wayan Suwatra, I Made Suarjana (2014) dengan judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar No. 1

Tukadsumaga”. Tujuan penelitian tersebut untuk meningkatkan mengetahui

peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V Sekolah Dasar No. 1 Tukadsumaga Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan penerapan pendekatan kontekstual. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD No. 1 Tukadsumaga yang berjumlah 24 orang. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data dianalisis menggunakan analisis data statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD No. 1 Tukadsumaga. Pada siklus I diperoleh persentase hasil belajar sebesar 72,91% berada pada kategori sedang. Selanjutnya pada siklus II, persentase hasil belajar matematika sebesar 81,25% berada pada kategori tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuris Hidayat (2014) dengan judul

“Peningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

(62)
(63)

peningkatan menjadi 89% sebanyak 31 siswa yang tuntas. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Scientific Approach dapat meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa materi Jaring-jaring Bangun Ruang kelas V SDN 6 Dawuhan Situbondo.

(64)

Ketiga penelitian diatas memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika. Penelitian ini memiliki kekhasan dibandingkan ketiga penelitian diatas karena dalam penelitian ini mencakup dua variabel yaitu hasil belajar, dan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi operasi hitung campuran.

Bagan 2.1 Literature map penelitian-penelitian terdahulu

Putu Mahendrawan, I Wayan

Suwatra, I Made Suarjana (2014) dengan judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar No. 1 Tukadsumaga”

Nuris Hidayat (2014) dengan judul “Peningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Jaringjaring Bangun Ruang Melalui Penerapan Scientific Approach Kelas V Semester 2 Di SDN 6 Dawuhan Situbondo Tahun Ajaran 2013/2014”

Istikomah, Sukmawati, dan Zainuddin (2014) dengan judul “Model Contektual Teaching And Learning untuk meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran matematika di SD”

Yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

(65)

Penelitian ini memperkuat penelitian yang relevan, bahwa model pembelajaran Kontekstual memberikan pengaruh terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Peneliti meneliti tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas III B pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran Kontekstual SD Negeri Perumnas Condongcatur. Unsur kesamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Kontekstual pada pembelajaran matematika.

C. Kerangka berfikir

Matematika menurut Susanto (2013:185) ialah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Oleh sebab itu, mulai sejak dini siswa harus dilatih dan dibiasakan secara mandiri untuk menyelesaikan masalah, karena melalui penyelesaian masalah siswa dituntut untuk berpikir secara logis, kritis dan kreatif. Melalui pembelajaran matematika juga diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi siswa di masa depan (Susanto, 2012 : 195). Oleh sebab itu siswa harus dilatih untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

(66)

untuk berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan matematis yang ada di kehidupan sehari-hari sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah rendah.

Pernyataan diatas, membuat peneliti tertarik dengan model pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara otomatis pembelajaran akan menjadi aktif, menyenangkan, dan mudah dipahami oleh siswa. Penerapan pembelajaran kontekstual diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

Pembelajaran kontekstual juga terkait dengan peran siswa dalam keikutsertaannya saat pembelajaran. Peran serta siswa saat pembelajaran dianggap penting karena didalam pembelajaran dibutuhkan siswa yang mampu berpikir kritis. Berpikir kritis adalah berpikir wajar dan reflektif serta terarah untuk memecahkan, mengambil kemputusan, membujuk dan menganalisis asumsi dalam menetukan apa yang harus di percaya atau di lakukan.

(67)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur Semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 yang ditempuh dengan tahapan sebagai berikut: 1) Membangun hubungan yang bermakna (Relating), 2) Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing), 3) Kolaborasi (collaborating), 4) Berpikir kritis dan kreatif (applaying), 5) Mengembangkan potensi individu (transfering).

2. Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur Semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

(68)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

Peneliti akan membahas mengenai jenis penelitian, setting penelitian, persiapan, rencana setiap siklus, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas IIIB Pada Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2006:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sedangkan menurut Taniredja, dkk (2010:16) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengangkat suatu permasalahan yang aktual yang dilakukan oleh guru dan berupa tindakan untuk memperbaiki serta meningkatkan praktik pembelajaran secara lebih profesional.

Gambar

Tabel 2.1 Keterampilan Berpikir Kritis
Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir kritis
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis & Mc Taggart
tabel 3.2 berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Bagian Tata.. Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau

Bidang Pengolahan, Pemasaran Hasil dan Data Perikanan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas untuk

Dalam hal ini dukungan dari dunia usaha/industri pada keterlaksanaan proses pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Tasikmalaya dengan meningkatkan perannya

Pembuktian dihadiri oleh direktur utama/pimpinan perusahaan, atau Kepala Cabang/Perwakilan, atau karyawan resmi perusahaan atau pejabat yang menurut perjanjian kerja sama

Hal tersebut menjadi faktor penting dalam pengelolaan karena hal tersebut akan berdampak pada kekondusifan proses belajar mengajar, kita semua mengharapkan kondisi PBM yang

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas karena probability value financial

Jelas sudah bahwa dengan adanya sikap positif guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan adanya motivasi berprestasi yang positif yang dimiliki oleh guru

HUBUNGAN SELF TALK TERHADAP MOTIVASI DAN KEPERCAYAAN DIRI ATLET RENANG PADA KEJUARAAN WALIKOTA CUP BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |