• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang."

Copied!
249
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Tamara, Adit Rio. (2016). Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui dan memaparkan penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan (3) mengetahui dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan dengan dua siklus Subjek penelitian adalah siswa kelas IIIA SD Negeri Jongkang 29 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, tes, dan kuesioner. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar pengamatan, tes soal uraian, dan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan statistika deskriptif. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang meliputi: (a) relating, (b) experiencing, (c) applying, (d) cooperating, (e) trasfering. Rata-rata kondisi awal hasil belajar 66,09 meningkat pada siklus I sebesar 69,96 dan pada siklus II sebesar 88,69. Pencapaian KKM juga belum mengalami peningkatan kondisi awal 71,43% dengan KKM 65, menurun pada siklus I sebesar 58,62% dengan KKM 68, dan siklus II meningkat menjadi 93,1% dengan KKM 75. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 57,65 kriteria sangat tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 73,41 dengan kriteria cukup kritis dengan rentang nilai 1-100.

(2)

ABSTRACT

Tamara, Adit Rio. (2016). The Improving of Learning Outcome and Critical Thinking Students for IIIA Grade Students in Multiplication and Division Material through Contextual teaching and Learning Model in Jongkang State Elementary School. Undergraduated thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Department of Teacher Education. Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University.

The background of the study was concern about the low learning outcome and critical thinking in multiplication and division of IIIA grade students in Denggung State Elementary School bach 2015/2016. The purpose of this study are: (1) to implement Contextual Teaching and Learning (CTL) for improving the learning outcome and critical thinking; (2) to improve

students’ learning outcome, (3) to improve students’ critical thinking.

This study was Implement Action Research that was conducted in two cycles in which each cycle consisted of two meetings. The participants of this study were IIIA grade students in Jongkang State Elementary School. The data collection techniques were observation, tests and questionaires. The instrument utilized in this study were observation sheet, tests, and questionaire sheet. The data analysis technique was descriptive statistics.

The steps of this study were: a) relating, (b) experiencing, (c) applying, (d) cooperating, (e) trasfering. The result of the study showed that CTL could improve the learning outcome and critical thinking. The average score of students’ learning outcome was improving started from initiate condition as 66,09 became 69,96 in cycle I and increased more in cycle II as 88,69. The students’ achievement of class average score was also decreasing started from 71,43% in the initiate condition with 65 as the class average score to 58,62% in cycle I with 68 as the average score. In addition, in cycle II, it was also improved by reaching 93,1% with 75 as class average score.

The students’ critical thinking skills also improved as seen in the value as 57,65 categorized as very uncritical became 73,41 categorized as critical enoughat the final condition with 1-100 value range.

(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IIIA PADA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

DI SD NEGERI JONGKANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Adit Rio Tamara 121134235

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, saya dapat menyelesaikan studi saya dengan baik.

Kupersembahkan karya ini untuk:

Orang tuaku, Bapak Suranta dan Ibu Muii Sri Susmiyati yang telah mendukungku dan memberi motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang

teramat besar.

Kedua Adik saya Dwi Wulandari & Tri Sayekti Nuraini. Terimakasih telah menjadi saudara yang sangat ideal bagi saya.

Sahabat sekaligus partner, Mustika Ayu Kurniandari

Terimakasih telah mendampingi dari bawah, semoga puncak milik kita berdua .

Keluarga Kandang B2 Full Team, Sukma, Dilyan, Apin, David, Huri, Boni, Wawan, Fajar, Kak Era, Aryo

Terimakasih telah sudi berbagi kebahagian, perjuangan, dan pengalaman.

Sahabat-sahabatku, Ardian Rizky Bramantyo, Cornelius Wahyu Handaka, Lukas Restu Setyawan, Yosafat Windrawanto, Defirra Alizuna, Veronica Tyas , Adinda

Titis, dan Sahabat-sahabatku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

Seluruh teman-teman Cagur Family 2012

Payung Kece Mayoritas Wisuda Oktober Terimakasih atas perjuangannya sampai saat ini

Seluruh teman Instagram, si kecil 1100D dan keluarga Randomnesia_ Terimakasih telah memberi banyak inspirasi dalam berkarya seni

Teman-temanku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

(7)

MOTTO

Jika kegagalan itu bagai hujan, dan keberhasilan bagaikan matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi

-Anonym-

Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi esok, sukses, gagal, bahagia, luka, atau bahkan tiada. Yakin dan hiduplah yang terbaik hari ini, esok ibarat

buah dari bibitmu tempo hari. -Adit Riot-

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 April 2016 Penulis,

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Adit Rio Tamara

Nomor Mahasiswa : 121134235

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IIIA PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SD NEGERI JONGKANG

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 28 April 2016 Yang menyatakan,

(10)

ABSTRAK

Tamara, Adit Rio. (2016). Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui dan memaparkan penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan (3) mengetahui dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan dengan dua siklus Subjek penelitian adalah siswa kelas IIIA SD Negeri Jongkang 29 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, tes, dan kuesioner. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar pengamatan, tes soal uraian, dan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan statistika deskriptif.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang meliputi: (a) relating, (b) experiencing, (c) applying, (d) cooperating, (e) trasfering. Rata-rata kondisi awal hasil belajar 66,09 meningkat pada siklus I sebesar 69,96 dan pada siklus II sebesar 88,69. Pencapaian KKM juga belum mengalami peningkatan kondisi awal 71,43% dengan KKM 65, menurun pada siklus I sebesar 58,62% dengan KKM 68, dan siklus II meningkat menjadi 93,1% dengan KKM 75. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 57,65 kriteria sangat tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 73,41 dengan kriteria cukup kritis dengan rentang nilai 1-100.

(11)

ABSTRACT

Tamara, Adit Rio. (2016). The Improving of Learning Outcome and Critical Thinking Students for IIIA Grade Students in Multiplication and Division Material through Contextual teaching and Learning Model in Jongkang State Elementary School. Undergraduated thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Department of Teacher Education. Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University.

The background of the study was concern about the low learning outcome and critical thinking in multiplication and division of IIIA grade students in Denggung State Elementary School bach 2015/2016. The purpose of this study are: (1) to implement Contextual Teaching and Learning (CTL) for improving the learning outcome and critical thinking; (2) to improve students’ learning outcome, (3) to improve students’ critical thinking.

This study was Implement Action Research that was conducted in two cycles in which each cycle consisted of two meetings. The participants of this study were IIIA grade students in Jongkang State Elementary School. The data collection techniques were observation, tests and questionaires. The instrument utilized in this study were observation sheet, tests, and questionaire sheet. The data analysis technique was descriptive statistics.

The steps of this study were: a) relating, (b) experiencing, (c) applying, (d) cooperating, (e) trasfering. The result of the study showed that CTL could improve the learning outcome and critical thinking. The average score of students’ learning outcome was improving started from initiate condition as 66,09 became 69,96 in cycle I and increased more in cycle II as 88,69. The students’ achievement of class average score was also decreasing started from 71,43% in the initiate condition with 65 as the class average score to 58,62% in cycle I with 68 as the average score. In addition, in cycle II, it was also improved by reaching 93,1% with 75 as class average score. The students’ critical thinking skills also improved as seen in the value as 57,65 categorized as very uncritical became 73,41 categorized as critical enoughat the final condition with 1-100 value range.

Keywords: learning outcome, critical thinking ,contextual teaching and

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis telah menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada

materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang”. Tugas akhir skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis

mengalami banyak hambatan, cobaan, dan kesulitan, namun berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dengan caranya sendiri, penulis

mampu termotivasi untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., Kaprodi PGSD Universitas Sanata

Dharma

3. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., Wakaprodi PGSD

Universitas Sanata Dharma

4. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan perhatian, membimbing penulis dengan

(13)

5. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si, M.Pd., dosen pembimbing II yang selalu

memberikan masukan, membantu dan mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir bimbingan.

6. Ibu Kepala SD Negeri Jongkang, Suyitno, S.Pd, yang telah memberikan ijin penelitian, Bapak Komarudin, selaku wali kelas IIIA yang membantu

memberikan masukan selama penelitian serta seluruh karyawan, guru dan murid-murid tercinta SD Negeri Jongkang.

7. Seluruh staf dosen dan karyawan Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma,

yang telah mendidik dan membimbing selama penulis belajar di kampus PGSD Universitas Sanata Dharma.

8. Teman-teman di kantin realino yang selalu menjadi tempat pelepas dahaga dan tempat melepas cerita.

9. Bapak Suranta, Ibu Muji Sri Susmiyati dan kedua saudara perempuan yang

selalu memberikan motivasi dan doa untuk peneliti.

10. Teman-teman satu kelompok payung Ardian, Yashinta, Riza, Asti, Upik, Eva,

Tesa, Wulan, Ulil, Frengky, Ibnu, Husein, Janu dan Faisal yang berjuang bersama membantu dalam pelaksanaan ujian pendadaran, dari awal bimbingan hingga akhirnya perjuangan kita telah selesai.

11. Teman-teman angkatan 2012 PGSD yang selalu memberikan keceriaan dan tawa setiap harinya terlebih kelas C terima kasih atas kerja samanya selama

kuliah di sini.

(14)

penulis. Tidak ada kampus yang lebih baik selain kampus PGSD yang

memberikan banyak kisah di tiap sudut dan lorong yang ada.

Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam

penulisan tugas akhir skripsi ini oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun penulis di masa depan. Semoga penulisan tugas

akhir skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkepentingan.

Yogyakarta, 28 April 2016 Penulis,

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

(16)

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 10

1. Belajar ... 10

2. Hasil Belajar ... 12

3. Berpikir Kritis ... 12

4. Mata Pelajaran Matematika ... 14

5. Materi Pembelajaran ... 16

6. Model Pembelajaran Kontekstual ... 17

B. Penelitian yang Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24

B. Setting Penelitian ... 26

C. Persiapan ... 26

D. Kegiatan Setiap Siklus ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 38

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 57

(17)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 65

1. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual ... 65

2. Hasil Belajar ... 74

3. Berpikir Kritis ... 78

B. Pembahasan ... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Keterbatasan Penelitian ... 104

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data ... 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Berpikir Kritis ... 39

Tabel 3.3 Indikator Berpikir Kritis ... 40

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Evaluasi ... 42

Tabel 3.5 Tabel Pedoman Wawancara ... 43

Tabel 3.6 Pedoman Acuan Pembelajaran I ... 47

Tabel 3.7 Hasil Validasi Silabus ... 48

Tabel 3.8 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 50

Tabel 3.9 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa ... 53

Tabel 3.10 Hasil Validasi Bahan Ajar ... 55

Tabel 3.11 Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 56

Tabel 3.12 Kriteria Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 59

Tabel 3.13 Tabel Kriteria Observasi Berpikir Kritis Keseluruhan ... 59

Tabel 3.14 Kriteria PAP tipe 1 ... 60

Tabel 3.15 Rentang Skor Indikator 1 dan 6 ... 61

Tabel 3.16 Rentang Skor Indikator 2, 3, dan 5 ... 62

Tabel 3.17 Rentang Skor Indikator 4 ... 62

Tabel 3.18 Rentang Skor Untuk Seluruh Indikator ... 63

Tabel 3.19 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 63

(19)

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Matematika Kelas III Tahun Pelajaran 2013/ 2014.. 74

Tabel 4.2 Hasil Belajar Evaluasi Siklus I ... 75

Tabel 4.3 Hasil Belajar Evaluasi Siklus II ... 75

Tabel 4.4 Nilai Evaluasi Siklus Akhir ... 76

Tabel 4.5 Perbandingan Data Hasil Belajar ... 77

Tabel 4.6 Kondisi Awal Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis ... 79

Tabel 4.7 Kondisi Awal Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis ... 80

Tabel 4.8 Kondisi Awal Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis ... 81

Tabel 4.9 Kondisi Awal Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis ... 82

Tabel 4.10 Kondisi Awal Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis ... 83

Tabel 4.11 Kondisi Awal Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis ... 84

Tabel 4.12 Skor Kondisi Awal Keseluruhan Indikator Berpikir Kritis ... 85

Tabel 4.13 Skor Rata-Rata Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 86

Tabel 4.14 Kondisi Akhir Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis ... 87

Tabel 4.15 Kondisi Akhir Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis ... 88

Tabel 4.16 Kondisi Akhir Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis ... 89

Tabel 4.17 Kondisi Akhir Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis ... 90

Tabel 4.18 Kondisi Akhir Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis ... 91

Tabel 4.19 Kondisi Akhir Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis ... 92

Tabel 4.20 Skor Kondisi Akhir Keseluruhan Indikator Berpikir Kritis ... 93

Tabel 4.21 Skor Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Siklus II ... 94

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Keterkaitan Penelitian Relevan dengan Penelitian Peneliti ... 21

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 25

Gambar 4.1 Peningkatan Presentase Ketercapaian KKM ... 77

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 108

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 109

Lampiran 3 Silabus ... 110

Lampiran 4 RPP ... 117

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus I ... 172

Lampiran 6 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa... 178

Lampiran 7 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I ... 186

Lampiran 8 Soal Evaluasi Akhir ... 187

Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa... 194

Lampiran 10 Hasil Nilai Evaluasi Akhir ... 202

Lampiran 11 Daftar Nilai Ulangan Matematika TA 2014/2015 ... 203

Lampiran 12 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 204

Lampiran 13 Kisi-kisi Kuesioner Berpikir Kritis ... 213

Lampiran 14 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 214

Lampiran 15 Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 217

Lampiran 16 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 221

Lampiran 17 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 222

Lampiran 18 Pedoman Observasi ... 223

Lampiran 19 Hasil Observasi ... 224

Lampiran 20 Hasil Wawancara ... 225

Lampiran 21 Foto Kegiatan ... 227

(22)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha mendorong masyarakat untuk dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya agar memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, dan berakhlak mulia. Hal tersebut sesuai dengan isi Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas dalam pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dapat memberikan

manfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya melalui proses pembelajaran.

Upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan program pelaksanaan kurikulum di sekolah. Mulyasa (2007: 247) mengemukakan bahwa implementasi KTSP di sekolah,

mencakup kegiatan pengembangan strategi implementasi, pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Keempat kegiatan

implementasi KTSP tersebut sebaiknya dilaksanakan oleh sekolah, agar serangkaian organisasi maupun kegiatan yang ada di sekolah dapat terstruktur dan berjalan dengan baik. Sekolah Dasar adalah jenjang pendidikan yang

(23)

Dasar memberikan bekal ilmu-ilmu dasar seperti mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial,

dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang kelak digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dari kelima mata

pelajaran ke-SD-an salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting adalah mata pelajaran matematika.

. Kata matematika berasal dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedangkan dalam bahasa

belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu yang pasti, yang

kesemuannya berkaitan dengan penalaran. Matematika adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung

dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari Susanto

(2013: 185), sedangkan menurut Johnson dan Myklebust (dalam Sundayana, 2003: 252) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

kuantitatif dan keruangan. Dengan kata lain, matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.

Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menghadapkan anak pada realitas kehidupan sehari-hari yang memuat masalah matematis atau hitungan dengan demikian belajar

(24)

kehidupan sehari-hari sehingga anak tertarik untuk belajar dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Apalagi matematika adalah

salah satu mata pelajaran yang penting dan berguna bagi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SD Negeri Jongkang,

diperoleh informasi bahwa KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk pelajaran matematikan adalah 65. Menurut batas Kriteria Ketuntasan Minimal terdapat sebanyak 15 siswa yang sudah mencapai KKM dan 6 siswa yang

belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada 35% siswa yang belum mencapai KKM untuk materi perkalian dan pembagian. Guru

menyampaikan materi masih menggunakan metode ceramah serta pembelajaran masih berpusat pada guru. Pada akhirnya, guru belum maksimal mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak untuk

menyelesaikan soal cerita maupun soal matematika yang lainnya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pembelajaran yang seharusnya ideal

dilakukan oleh guru. Guru seharusnya dapat mengaitkan materi dengan kehidupan keseharian siswa agar siswa juga mudah menangkap penjelasan dari guru serta kemampuan berpikir siswa juga meningkat. Ennis (dalam

Fisher 2008), bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau

(25)

Peneliti akan menerapkan model pembelajaran kontekstual untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa. Sistem Kontekstual

(Contekstual Teaching and Learning) atau biasa disingkat CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna pada

materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan aspek-aspek dalam kehidupan kesehariannya (Johnson 2009: 67). Sedangkan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (dalam Taniredja dan Faridli, 2014: 49). Peneliti memilih model pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning)

dengan alasan sebagai sarana berlatih siswa dalam mengatasi masalah pada aspek kehidupan sehari-hari siswa sejak dini secara mendasar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merancang sebuah penelitian dalam rangka memberi solusi permasalahan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pendekatan kontekstual maka penulis tergerak

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan

(26)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pemahaman siswa tentang konsep perkalian dan pembagian masih rendah.

2. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal masih kurang. 3. Pembelajaran siswa berpusat pada guru.

4. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran kurang

menarik bagi siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan.

5. Tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk

memfokuskan suatu permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi perkalian dan pembagian menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IIIA SD Negeri

Jongkang tahun ajaran 2015/2016.

2. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran matematika khususnya

(27)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi perkalian dan pembagian siswa kelas IIIA SD Negeri Jongkang tahun ajaran 2015/2016?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian kelas IIIA SD

Negeri Jongkang?

3. Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi perkalian dan pembagian

kelas IIIA SD Negeri Jongkang?

E. Tujuan Penelitian

Bersadarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kontekstual untuk

meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa materi perkalian dan pembagian siswa kelas IIIA SD Negeri

Jongkang tahun ajaran 2015/2016.

2. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IIIA SD Negeri

(28)

3. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA SD Negeri

Jongkang.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung dan tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Model Contextual Teaching and learning dapat digunakan sebagai salah

satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk melakukan pembelajaran matematika yang lebih kreatif dan inovatif khususnya pada materi perkalian dan pembagian.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah pengalaman dan pengetahuan terutama dalam hal yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika serta usaha

pembuktian teori-teori yang telah didapatkan dapat dibuktikan pada saat melakukan praktik di lapagan.

b) Bagi siswa

Sebagai subyek penelitian, Siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis melalui penerapan model kontekstual dalam

(29)

c) Bagi Guru

Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas

untuk bahan pertimbangan memilih model pembelajaran dalam mengajar matematika, khususnya di SD Negeri Jongkang.

G. Definisi Operasional

Peneliti menyusun definisi operasional sebagai berikut:

1. Belajar adalah suatu aktifitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan terutama pada aspek kognitif yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. 3. Kemampuan berpikir kritis adalah suatu disiplin berpikir mandiri, masuk

akal dan reflektif, yang mencontohkan kesempurnaan berpikir, dengan terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi,

pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menghasilkan keputusan 4. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang angka, pengukuran,

pengolahan angka dan penyelesaian masalah.

5. Model pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertujuan membantu siswa memahami makna materi ajar dengan

(30)

6. Perkalian dan Pembagian adalah

a) Perkalian adalah proses aritmatika di mana satu bilangan

dilipatgandakan sesuai dengan bilangan pengalinya.

b) Pembagian adalah proses aritmatika dasar di mana satu bilangan

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini meliputi enam hal yaitu belajar, hasil belajar, berpikir kritis, mata pelajaran matematika, materi

pembelajaran, dan model pembelajaran kontekstual. 1. Belajar

a) Pengertian Belajar

Menurut Syah (dalam Jihad, 2012: 1) pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku individu yang relatif positif dan

mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sudjana (dalam Jihad 2012: 2) juga berpendapat bahwa

balajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang

belajar. Sedangkan menurut Daryanto (2012: 16) belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami suatu, indikator belajar ditujukan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

(32)

sebuah proses dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil akhir proses tersebut.

b) Ciri-ciri Belajar

Menurut Hamalik (dalam Jihad, 2008 : 3-4) ciri-ciri belajar adalah

sebagai berikut: (1) proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi dan melampaui, (2) melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada mata pelajaran tertentu, (3) bermakna bagi

kehidupan tertentu, (4) bersumber dari kehidupan dan tujuan yang mendorong motivasi secara keseimbangan, (5) dipengaruhi pembawaan

dan lingkungan, (6) dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual, (7) berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai peserta

didik, (8) proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status dan kemajuannya, (9) kesatuan fungsional dari berbagai prosedur, (10)

hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat didiskusikan secara terpisah, (11) di bawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa tekanan dan paksaan, (12) hasil-hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas dan keterampilan, (13) dilengkapi dengan

jalan serangkaian pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik, (14) lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan berbeda-beda, (15) bersifat kompleks

(33)

Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi dengan lingkungan sekitar yang menghasilkan

poin akhir yaitu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek kehidupan diantaranya pengertahuan, sikap, dan keterampilan.

2. Hasil Belajar

a) Pengertian Hasil Belajar

Purwanto (2009:54) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses

belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Winkel (dalam Purwanto 2009:45) yang menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan

manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Selain kedua pendapat ahli di atas, menurut Abdurrahman (dalam Jihad, 2008:14)

hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Dari pendapat yang diungkapkan para ahli sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku yang didapatkan setelah melakukan kegiatan belajar.

3. Berpikir Kritis

Richard W. Paul (dalam Kasdin dan Febiana, 2012: 5) menjelaskan

(34)

dia kumpulkan atau yang dia ambil dari pengalaman, pengamatan, refleksi yang dilakukannya, penalaran atau komunikasi yang dilakukannya.

Selanjutnya Anggelo (dalam Achmad, 2007) juga menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang

tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Kedua pendapat tersebut terdapat kesamaan yang menekankan pada

sistematika berpikir, yaitu berproses.

Johnson (2007: 183) mengemukakan berpikir kritis merupakan

sebuah proses yang terarah untuk memperoleh kejelasan dan kebenaran yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan

penelitian ilmiah. Tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam untuk memperoleh kejelasan dan kebenaran.

Sedangkan menurut Ennis (dalam Wowo Sunaryo, 2011: 19) berpikir kritis merupakan berpikir wajar dan reflektif dan fokus dalam menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

berpikir kritis adalah kegiatan tingkat tinggi dengan mengenal dan memecahkan masalah yang kemudian dapat mengambil suatu keputusan,

(35)

a) Indikator Berpikir Kritis

Menurut Glaser (dalam Fisher, 2008 :7), ciri-ciri berpikir kritis

yaitu: (a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara untuk menyelesaikan masalah, (c) mengumpulkan dan menyusun informasi

yang diperlukan, (d) mengenal ide dan nilai yang tidak dinyatakan, (e) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, (f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan menilai pernyataan-pernyataan, (h) mengenal

sebab akibat suatu masalah, (i) menarik kesimpulan, (j) menguji kebenaran pendapat orang lain, (k) menyusun kembali pola-pola

keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan (l) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan 12 indikator

tersebut, peneliti memilih enam indikator yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: (a) menganalisis argument, (b) mampu

bertanya, (c) mampu menjawab pertanyaan, (d) memecahkan masalah, (e) membuat kesimpulan, dan (f) ketrampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan.

4. Mata Pelajaran Matematika

Menurut Johnson dan Myklebust (dalam Sundayana, 2003 : 252)

matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Dengan kata lain, matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk

(36)

Sedangkan menurut Schoenfeld (dalam Hendriana & Soemarmo, 2014 : 6) matematika adalah suatu disiplin ilmu yang hidup dan tumbuh di

mana kebenaran dicapai secara individu dan melalui masyarakat matematis. Selanjutnya ia menyarankan agar: a) pakar matematika

mengembangkan pemahaman matematik yang dalam melalui latihan magang dalam masyarakat terutama untuk mahasiswa pascasarjana dan professional muda, b) dalam standar pembelajaran untuk siswa menengah

ke bawah siswa tidak didorong untuk magang seperti itu, oleh karena itu hendaknya siswa didorong untuk doing dan knowing mathematics.

Mata pelajaran matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang memiliki tingkat kesukaran lebih tinggi dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Runtukahu dan

Kandou (2014: 17) yang mengatakan bahwa belajar Matematika lebih abstrak jika dibandingkan dengan bidang lainnya yang diajarkan pada

kelas-kelas yang sama di sekolah. Belajar matematika harus dengan pemahaman yang baik terhadap materi, sehingga peserta didik dapat memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

Kegiatan pembelajaran matematika dapat dilaksanakan dengan

(37)

memungkinkan manusia berpikir dan mengomunikasikan berbagai gagasan tentang elemen dan berbagai hubungan kuantitatif”. Pendapat lain

dikemukakan oleh Johnson dan Rising (dalam Runtukahu dan Kandou, 2014: 28) yang mengatakan bahwa matematika adalah bahasa simbol

tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah secara cermat, jelas, dan akurat. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan bahasa simbol yang digunakan untuk

berkomunikasi tentang berbagai gagasan yang berhubungan dengan kuantitatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan angka dan bilangan serta menggunakan simbol matematika untuk menyelesaikan

masalah sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran

1) Perkalian

Konsep perkalian adalah penjumlahan berulang. Contoh:

Toni, Andi dan Selvi mempunyai kelereng masing-masing sejumlah 4 butir. Total keseluruhan kelereng mereka jika dijumlahkan ada 12

butir. Kita dapat memperolehnya dengan cara menjumlahkan 4 + 4 + 4 =12. Penjumlahan itu disebut penjumlahan berulang. Penjumlahan bilangan 4 dilakukan 3 kali. Penjumlahan berulang dapat dinyatakan

(38)

2) Pembagian

Konsep pembagian adalah pengurangan berulang.

Contoh:

Pak Bora membeli 12 potong nugget yang akan dijadikan bekal untuk

3 orang anaknya. Pak Bora meletakkan 4 potong nugget pada setiap bekal anak-anaknya agar jumlah yang didapat sama sama banyak.

12 - 4 - 4 - 4 = 0

Bentuk pengurangan di atas disebut pengurangan berulang.

Pengurangan dengan 4 dilakukan sebanyak 3 kali. Jadi, 12 : 4 = 3. Pembagian dapat dinyatakan sebagai pengurangan berulang.

6. Model Pembelajaran Konstekstual

a) Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

Model Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari Tanirejo (2014:49).

Contextual teaching and learning (CTL) atau disebut secara

lengkap dengan sistem kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para peserta didik melihat makna didalam

(39)

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa contextual teaching and learning adalah

pembelajaran yang dapat mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata yang erat kaitannya dengan lingkungan disekitar

siswa.

b) Komponen-komponen Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki lima strategi untuk mencapai

kompetensi siswa secara maksimal, yaitu relating, eksperiencing, applying, cooperting, dan transfering (dalam Hosnan, 2014:269).

Selain itu menurut Trianto (dalam Hosnan, 2014:270) dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen utama, yakni kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), inquiry

(Inquiry), masyarakat belajar (community learning), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic

asessment).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang

mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan sekitar siswa serta terdiri dari lima komponen pembangun yaitu

(40)

B. Penelitian yang Releven

Terdapat tiga hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini,

peneliti akan memaparkan beberapa penelitian yang relevan. Penelitian yang pertama dilakukan oleh Nurani, Sri, Imas (2010) dengan judul “Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Pada Materi Pokok Perkalian Melalui Pendekatan Pembelajaran Pemecahan Masalah di SD Negeri Winduasri Salem Brebes”. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil

belajar pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Winduasri Salem Brebes. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III yang berjumlah 24 siswa

terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata tes matematika siklus I sebesar 56,25 dengan ketuntasan belajar 64,17%. Dan pada siklus II rata-rata 71,60 dengan

ketuntasan belajar 83,33% dan mengalami peningkatan sebesar 15,41. Simpulan dalam penelitian ini adalah pembelajaran perkalian menggunakan

pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar matematia kelas III SD Negeri Winduasri tahun ajaran 2009/2010, aktivitas siswa dan performansi guru dalam pembelajaran materi pokok perkalian dalam bentuk

soal cerita. Disarankan agar dalam pembelajaran matematika tentang materi perkalian menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Penelitian kedua dilakukan oleh Nur Prafitriani (2014) dengan judul “Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA SD Negeri

(41)

pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kontekstual dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA

SD Negeri Margoyasan Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan model Kemmis dan Taggart. Subjek

penelitiannya adalah siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan yang berjumlah 17 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi,

pedoman wawancara, soal tes, dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil analisis prates sampai akhir siklus II rata-rata skor kemampuan berpikir kritis

yang dicapai siswa yaitu dari prates ke siklus I naik sebesar 17% dari 60% menjadi 77% dan pada siklus I ke siklus II naik 3% dari 77% menjadi 80%. Persentase ketuntasan siswa dalam kemampuan berpikir kritis telah

memenuhi 88% siswa memenuhi KKM dan rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis matematika pada kategori baik dengan persentase 80%

sehingga proses pembelajaran menggunakan model tersebut berhasil.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Siti Lailatus Saadah (2014) dengan judul “Meningkatan Motivasi Belajar Matematika dengan Pendekatan

Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Jatiroto 04 Tahun 2014”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri Jatiroto 04 pada pembelajaran matematika tentang operasi hitung perkalian dengan pendekatan kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa

(42)

penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dari ketiga hasil penelitian di atas, belum ada yang meneliti atau membahas mengenai penerapan model pembelajaran kontekstual dalam

pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA SD Negeri Jongkang pada materi perkalian dan pembagian. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

[image:42.595.85.523.234.691.2]

siswa kelas IIIA SD Negeri Jongkang pada materi perkalian dan pembagian. Literatur map dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini:

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IIIA PADA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SD NEGERI

JONGKANG TAHUN 2015/2016” “Peningkatan Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas III Pada Materi Pokok Perkalian

Melalui Pendekatan Pembelajaran Pemecahan Masalah Di

SD Negeri Winduasri Salem Brebes” (2010)

“Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada

siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan”.

(2014)

“Meningkatan Motivasi Belajar Matematika

dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar

(43)

C. Kerangka Berpikir

Matematika adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan

ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan

kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Oleh sebab itu, siswa harus dilatih dan dibiasakan berpikir kritis untuk memecahkan masalah. Melalui pembelajaran

matematika diharapkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalah yang berkaitan dengan matematika dapat berkembang sehingga

siswa dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu siswa harus dilatih untuk dihadapkan pada permasalahan kehidupan sehari-hari dan anak dilatih berpikir kritis dalam

menghadapi masalah-masalah yang ada dan dapat menyelesaikannya.

Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan permasalahan keseharian siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Dengan digunakannya model pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan dapat aktif menangkap materi dimulai dari permasalahan

(44)

Berpikir kritis adalah proses disiplin secara intelektual dimana seseorang secara aktif dan terampil memahami, mengaplikasikan, menganalisis,

mensintesakan dan mengevaluasi berbagai informasi yang dia kumpulkan atau yang dia ambil dari pengalaman, pengamatan, refleksi yang

dilakukannya, penalaran atau komunikasi yang dilakukannya.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual peneliti diharapkan mampu meningkatkan hasil

belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran matematika. Penelitian ini berfokus pada materi perkalian dan pembagian.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA SD Negeri

Jongkang tahun pelajaran 2015/2016, dilaksanakan dengan lima langkah yaitu relating, eksperiencing, applying, cooperting, dan transferring.

2) Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa pada materi perkalian dan pembagian kelas IIIA SD Negeri Jongkang tahun pelajaran 2015/2016.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini terdapat delapan pokok bahasan yang akan dibahas. Peneliti akan membahas mengenai jenis penelitian, setting penelitian, persiapan, kegiatan

setiap siklus, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui

model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang tahun 2015 merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). John Eliot (dalam Suwandi, 2011:10) mengemukakan PTK adalah suatu kajian tentang situasi sosial

dengan tujuan memperbaiki mutu tindakan dalam situasi sosial tersebut. Pendapat tersebut juga tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh

Kusumah, dkk (2009: 9) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan mutu pembelajaran yang berkualitas guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

(46)

seorang guru atau peneliti kepada suatu subyek dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu hasil belajar. Untuk memudahkan

proses penelitian, peneliti dapat menggunakan model penelitian tertentu sesuai kebutuhan.

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti adalah model Kemmis & Mc Taggart. Arikunto (2010: 17) mengemukakan bahwa model penelitian Kemmis & Mc Taggart terdiri dari beberapa siklus, masing-masing

siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Model penelitian Kemmis & Mc Taggart (dalam

Arikunto 2010: 17) dapat digambarkan melalui gambar siklus model PTK seperti di bawah ini.

[image:46.595.84.513.242.627.2]

Sumber: Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto 2010:17)

Gambar 3.1 Siklus Model PTK

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS I

Refleksi

Pengamatan

SIKLUS II Pelaksanaan

Perencanaan

Refleksi

(47)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Jongkang yang berlokasi di Jl. Palagan km 7,8 Ngaglik Sariharjo Sleman

Yogyakarta. 2. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IIIA SD Negeri

Jongkang yang berjumlah 29 siswa. Siswa laki-laki berjumlah 13 siswa dan siswa perempuan berjumlah 16 siswa. Pemilihan subjek penelitian ini

didasarkan karena sebagian hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika di kelas IIIA masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan terutama pada materi perkalian dan pembagian.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis matematika melalui penerapan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas IIIA SD Jongkang Tahun 2015

C. Persiapan

Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti terlebih dahulu

(48)

1. Peneliti melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan memohon izin melakukan penelitian dengan subjek penelitian kelas IIIA SD Negeri

Jongkang

2. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IIIA tentang gambaran

umum dan proses belajar siswa terutama pada mata pelajaran matematika 3. Peneliti mengidentifikasi masalah berdasarkan hasil wawancara,

4. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok pada

mata pelajaran matematika

5. Peneliti menyusun instrumen pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS,

Lembar evaluasi, dan lembar kuisioner,

6. Peneliti melakukan validasi instrumen pembelajaran kepada para ahli yaitu dua dosen matematika dan seorang kelas guna menyempurnakan perangkat

pembelajaran

7. Peneliti menyiapkan media dan sarana pendukung pembelajaran di kelas

8. Peneliti melakukan penelitian.

D. Kegiatan Setiap Siklus

Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus, yaitu sebanyak

empat kali pertemuan, dua kali pertemuan pada setiap siklusnya. Tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan pendekatan kontekstual

dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai jadwal matematika kelas IIIA SD Negeri Jongkang. Materi yang akan disampaikan adalah perkalian dan pembagian. Adapun tindakan yang akan

(49)

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan peneliti sebelum memberikan tindakan yaitu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus,

RPP, materi yang diajarkan, LKS dan soal evaluasi siklus I. selanjutnya peneliti juga mempersiapkan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I yaitu berupa kelereng dan piring kecil

sebagai wadah kelereng. b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk setiap pertemuannya. Adapun tahapan proses pembelajaran pada siklus I

adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 (2 JP)

a) Kegiatan awal

Kegiatan awal pada pertemuan pertama diawali dengan mengucap salam dan melakukan doa bersama, kemudian siswa diberikan apersepsi berupa menyanyikan lagu “satu ditambah

satu” untuk membangun semangat siswa memulai kegiatan

(50)

2) Kegiatan Inti

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai operasi

hitung perkalian sederhana. Siswa belajar menghitung perkalian sederhana dengan menggunakan media kelereng yang dibimbing

oleh guru (menemukan). Siswa dibagi dalam kelompok secara acak sesuai jumlah siswa yang hadir (community learning). Guru membimbing siswa mengaitkan pembelajaran dengan persoalan

sehari-hari siswa (memanfaatkan keterkaitan). Siswa belajar menghitung perkalian sederhana dengan menggunakan media

kelereng yang dibimbing oleh guru (menemukan). Siswa berdiskusi untuk memecahkan tabel perkalian rumpang bersama kelompoknya (inquiry). Setelah siswa mengetahui cara

melakukan operasi hitung perkalian, maka siswa diharuskan mengerjakan soal mengenai materi yang sudah dipelajari secara

berkelompok (konstruktivisme). 3) Kegiatan penutup

Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat

dengan cara memberikan penguatan kepada siswa. Siswa bersama dengan guru menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran

(51)

memberikan tugas rumah kepada siswa (individu). Pertemuan diakhiri dengan melakukan doa bersama-sama.

2) Pertemuan 2 (2 JP)

a) Kegiatan awal

Pada awal pembelajaran, guru melakukan presensi dan kontrak belajar bersama dengan siswa. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Setelah menyanyikan lagu, guru

mengajukan pertanyaan pertanyaan kepada siswa tentang

perkalian sebelum masuk ke dalam materi.

b) Kegiatan Inti

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai

operasi hitung pembagian sederhana. Siswa belajar menghitung pembagian sederhana dengan menggunakan media kelereng yang

dibimbing oleh guru (menemukan). Siswa dibagi dalam kelompok secara acak sesuai jumlah siswa yang hadir (community

learning). Siswa mengaitkan persoalan sehari-hari dengan pembelajaran (memanfaatkan keterkaitan). Setelah siswa mengetahui cara melakukan operasi hitung pembagian, maka

(52)

c) Kegiatan penutup

Guru dan siswa melakukan tanya jawab seputar materi

pembagian (questioning). Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I (authentic assessment). Sebelum pembelajaran usai, guru dan

siswa melakukan refleksi mengenai pembelajaran hari ini (reflection).

c. Observasi

Obsevasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I. Peneliti melakukan observasi tentang kemampuan

berpikir kritis siswa dengan mengisi lembar observasi kemamampuan berpikir kritis pada kuesioner yang telah diberikan dengan bantuan teman sejawat.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan pasca tindakan siklus I. Refleksi bertujuan

untuk memberikan penilaian dan mengetahui kekurangan yang terjadi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi pada siklus I digunakan peneliti sebagai pertimbangan merencanakan

kegiatan pembelajaran pada siklus II agar hasil yang didapat peneliti dapat meningkat.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus II peneliti membuat perencanaan pembelajaran

(53)

penyempurnaan perencanaan dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I dengan cara mengkaji ulang RPP yang akan

digunakan pada siklus II. Sebagai sarana penunjang, peneliti mempersiapkan LKS, materi ajar dan media yang digunakan pada saat

melakukan pelaksanaan tindakan. b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan dalam 2 kali

pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk setiap pertemuannya. Adapun tahapan proses pembelajaran pada siklus II

adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 (2 JP)

a) Kegiatan Awal

Pada awal pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia raya” kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Satu ditambah

satu”. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Guru juga melakukan

presensi dan kontrak belajar bersama siswa.

b) Kegiatan Inti

Sebelum masuk ke dalam materi, Guru mengulang kembali materi perkalian secara singkat tentang untuk menyegarkan ingatan siswa. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok oleh

(54)

pembelajaran berupa kelereng untuk setiap kelompok. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang cara memecahkan

masalah sehari-hari mengenai perkalian melalui soal cerita dengan menggunakan bantuan media berupa kelereng. Siswa

dibagikan latihan soal cerita mengenai perkalian (konstruktivisme). Siswa mencari tahu jawaban perkalian dengan menggunakan kelereng yang telah dibagikan oleh guru

(menemukan). Perwakilan setiap kelompok maju ke depan untuk menuliskan hasil diskusinya.

c) Kegiatan Penutup

Guru memberikan refleksi pada siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan (reflection). Siswa melakukan

kegiatan mencongak soal perkalian secara lisan, yang dapat menjawab soal dengan cepat dan tepat dapat meninggalkan kelas

terlebih dahulu. 2) Pertemuan 2 (2 JP)

a) Kegiatan Awal

Pada awal pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara bertanya kepada siswa mengenai materi

perkalian dan pembagian yang telah dipejajarinya. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Guru juga melakukan presensi dan

(55)

b) Kegiatan Inti

Siswa kembali masuk dalam kelompok yang telah dibagi

pada pertemuan sebelumnya (masyarakat belajar). Guru menjelaskan kepada siswa tentang persoalan keseharian siswa

yang dapat diselesaikan dengan operasi hitung pembagian. Setiap kelompok dibagikan media kelereng dan soal cerita pembagian

(kontruktivisme). Perwakilan setiap kelompok maju ke depan

untuk menuliskan pekerjaan hasil diskusinya.

c) Kegiatan Penutup

Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II yang telah dibagikan guru (authentic assessment). Setelah selesai mengerjakan evaluasi siklus II, siswa mengerjakan soal evaluasi

akhir. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan (reflection).

c. Observasi

Pada tahap observasi ini peneliti melakukan pengamatan yang berfokus pada hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian.

Pengambilan data hasil belajar siswa dilakukan melalui soal evaluasi yang diberikan kepada setiap siswa pada akhir siklus. Peneliti juga

(56)

d. Refleksi

Pada tahap ini Peneliti melakukan refleksi mengenai pengalaman

kegiatan yang telah dilakukan selama pembelajaran pada siklus II. Peneliti juga membandingkan hasil evaluasi dan observasi kemampuan

berpikir kritis siswa setiap siklusnya untuk dapat menentukan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya. Kekurangan maupun kelebihan yang terdapat pada proses penelitian akan dijadikan masukan

untuk meningkatkan kualitas guru pada masa mendatang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan dua teknik, yaitu menggunakan teknik tes dan non

tes. Teknik tes dilakukan dengan memberikan soal evaluasi kepada siswa, sedangkan non tes dilakukan dengan menggunakan wawancara, kuesioner,

dan observasi. 1. Tes

Dwitagama & Kusumah (2009:78) mengemukakan bahwa tes

merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes adalah seperangkat rangsangan (stumuli) yang diberikan kepada seseorang guna

mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Jenis tes dalam penelitian adalah tes prestasi belajar, dan tes kecerdasan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes bertujuan untuk mengukur

(57)

ini diberikan kepada siswa kelas IIIA SD Negeri Jongkang untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

siswa, materi pokok perkalian dan pembagian pada siklus 1 dan siklus 2. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian yang

berjumlah 5 soal disetiap siklus ditambah 5 soal gabungan siklus 1 dan siklus 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan data kuantitatif.

2. Non Tes a) Wawancara

Wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengutarakan pertanyaan yang sesuai dengan bidang penelitian kepada narasumber. Nawawi (2005: 111)

menyatakan bahwa wawancara atau interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan

dan dijawab secara lisan pula yang bertujuan untuk menghimpun data sosial, terutama dalam mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi dan cita-cita seseorang. Dari pendapat ahli di atas

dapat disimpulan bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan dan

mendapatkan jawabannya secara lisan pula.

Wawancara yang dilakukan peneliti ditujukan kepada guru kelas IIIA SD Negeri Jongkang yang berperan sebagai narasumber. Tujuan

(58)

permasalahan pada mata pelajaran matematika yang berkaitan dengan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.

b) Kuesioner

Zainal Arifin (2011: 228) mengemukakan bahwa angket atau

kuesioner adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas. Kuesioner dalam penelitian ini

berupa pertanyaan-pertanyaan berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis yang diberikan kepada siswa, antara lain: menganalisis

argumen, mampu bertanya, mampu menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, membuat kesimpulan, keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. Kuisioner dilakukan

di akhir siklus sehingga dapat digunakan untuk mengukur berpikir kritis.

c) Observasi

Dwitagama & Kusumah (2009: 78) mengemukakan bahwa observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam

penelitian di mana peniliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperkuat

peningkatan kuesioner berpikir kritis yang dibagikan kepada siswa. Peneliti melakukan observasi di setiap pertemuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis matematika siswa pada saat

(59)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpulan data

dalam suatu penelitian, sehingga skala pengukuran instrumen dapat menentukan satuan yang diperoleh, sekaligus jenis data atau tingkatan data

yang dikemukakan oleh Siregar (2010: 138). Penelitian memiliki dua variabel, yaitu hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah

soal tes, sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa adalah kuesioner. Wawancara juga digunakan oleh

[image:59.595.86.515.203.650.2]

peniliti untuk memperoleh informasi awal mengenai permasalahan yang ada dalam subyek penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data

No Variabel Indikator Jenis

Penilaian Instrumen <

Gambar

gambar 2.2 di bawah ini:
Gambar 3.1 Siklus Model PTK
Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Berpikir Kritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Paul (1990) menyatakan mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis pelajar terhadap materi pelajaran, penggunaan bahasa, menggunakan struktur logika berpikir logis, menguji

Hasil penelitian ini adalah: meningkatkan minat belajar siswa pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian, yaitu dengan metode dictate proses pembelajaran akan

“ Untuk meningkatkan minat belajar matematika pada materi perkalian dan pembagian melalui metode dictate (DMP) pada siswa kelas III SDN.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis antara siswa yang belajar melalui model

Hasil analisis data 8 aspek motivasi belajar dan 6 aspek kemampuan berpikir kritis menunjukan bahwa upaya penerapan model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan

Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model AIR pada Materi Hidrolisis Garam Di Kelas XI IPA 2 SMA PGRI 6 BANJARMASIN.. Evaluasi

Dari beberapa permasalahan tersebut akhirnya berdampak pada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang masih rendah, oleh sebab itu diperlukan model pembelajaran yang tepat dan