ABSTRAK
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran
Problem Based Learning SD Kanisius Klepu
Oleh
Yashinta Puji Lestari (121134103) Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Kanisius Klepu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendiskripsikan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Klepu yang berjumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, lembar observasi dan soal uarian. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut: (1) Orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan siswa; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mngevaluasi proses pemecahan masalah; 2) Pembelajaran tipe PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kondisi awal 63,33 meningkat pada siklus I 74,09 dan pada siklus II sebesar sebesar 79,38. Pencapaian KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal 65, presentase siswa yang tuntas sebesar 50%, lalu pada siklus I menjadi 76%, dan meningkat menjadi 80% pada siklus II; 3) Peningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika dari kondisi awal sebesar 56,20 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 8% dan termasuk kriteria tidak kritis meningkat pada akhir siklus menjadi 65,28 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 48% dan termasuk kriteria cukup kritis.
Kata Kunci: penelitian tindakan kelas, hasil belajar, berpikir kritis, Problem Based
ABSTRACT
The improvement of learning outcome and critical thinking skill in Matematics for grade III in multiplication and division material through
problem based learning in Kanisius Klepu Elementary School
By: Matematics of grade III in Kanisius Klepu Elementary School.
This study employed Action Research with some steps including planning, implementation, observation, and reflection. The participants of this study were 25 students of third grade in Kanisius Klepu Elementarys School. The instruments utilized in this study were observation sheets, questionnaires sheets, and Math problems. The data was collected through conducting observation, distributing questionnaires and conducting tests.
The result of the study showed that:1) The PBL steps consisted of (1)
students’ problem orientation, (2) organizing students to study, (3) guiding students’ observation, (4) developing and presenting the learning outcome, (5)
analyzing and evaluating the process of problem solving. 2) PBL could improve initiated condition categorized as uncritical to 65,28 with a minimum percentage of students iscritical enugh 48% at the end of the cycle categorized as critical enough.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN
PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SD KANISIUS KLEPU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yashinta Puji Lestari NIM 121134103
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN
PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SD KANISIUS KLEPU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yashinta Puji Lestari NIM 121134103
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Sumber kekuatan dan harapanku
Ibu dan Bapak tercinta
Ibu Anastasia Boni dan Antonius Wagita
yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan yang tak berkesudahan
Kakak-kakakku Christina Reni Nuryanti-Fransiskus Arito dan Maria Susi Dwi Martanti-Rafael Agung Kurniawan serta keponakanku Michelina Velda Adeline
Kurniawan yang selalu memberikan semangat yang luar biasa. Keluarga Tonorejo dan Martowiharjo yang mendoakan selalu.
Teman dekat dan sahabat-sahabat yang selalu memberi penghiburan Ambar, Asti, Vega, Dewi Utari, Desti, Yosafat, Christo, Solihin, Dewi Septiani, Tyas, Vita dan
Kristin serta teman-teman kelas D 2012
Teman-teman payung, Ambar, Asti, Riza, Wulan, Upik, Eva, Tesa, Frengky, Ibnu, Husein, Ardian, Adit, Ulil, Faisal, Janu, serta semua pihak yang
mendukung.
MOTTO
If There Is A Will There Is A Way
You Will When You Believe
“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”
-Lukas 1:38-
“Karena Masa Depan Sungguh Ada, Dan Harapanmu Tidak Akan Hilang”
23:18-PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Februari 2016 Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yashinta Puji Lestari
Nomor Induk Mahasiswa : 121134103
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN
PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING SD KANISIUS KLEPU
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 19 Februari 2016 Yang menyatakan,
ABSTRAK
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran
Problem Based Learning SD Kanisius Klepu
Oleh
Yashinta Puji Lestari (121134103) Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Kanisius Klepu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendiskripsikan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Klepu yang berjumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, lembar observasi dan soal uarian. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut: (1) Orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan siswa; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mngevaluasi proses pemecahan masalah; 2) Pembelajaran tipe PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kondisi awal 63,33 meningkat pada siklus I 74,09 dan pada siklus II sebesar sebesar 79,38. Pencapaian KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal 65, presentase siswa yang tuntas sebesar 50%, lalu pada siklus I menjadi 76%, dan meningkat menjadi 80% pada siklus II; 3) Peningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika dari kondisi awal sebesar 56,20 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 8% dan termasuk kriteria tidak kritis meningkat pada akhir siklus menjadi 65,28 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 48% dan termasuk kriteria cukup kritis.
Kata Kunci: penelitian tindakan kelas, hasil belajar, berpikir kritis, Problem Based
ABSTRACT
The improvement of learning outcome and critical thinking skill in Matematics for grade III in multiplication and division material through
problem based learning in Kanisius Klepu Elementary School
By: Matematics of grade III in Kanisius Klepu Elementary School.
This study employed Action Research with some steps including planning, implementation, observation, and reflection. The participants of this study were 25 students of third grade in Kanisius Klepu Elementarys School. The instruments utilized in this study were observation sheets, questionnaires sheets, and Math problems. The data was collected through conducting observation, distributing questionnaires and conducting tests.
The result of the study showed that:1) The PBL steps consisted of (1)
students’ problem orientation, (2) organizing students to study, (3) guiding students’ observation, (4) developing and presenting the learning outcome, (5)
analyzing and evaluating the process of problem solving. 2) PBL could improve initiated condition categorized as uncritical to 65,28 with a minimum percentage of students iscritical enugh 48% at the end of the cycle categorized as critical enough.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kesehatan pada peneliti, sehingga skripsi yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kepala Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. selaku Wakil Kepala Program
Studi PGSD.
4. Drs. P. Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah membantu peneliti dengan baik. 7. A. Yance Eko Sutopo selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Klepu yang
telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.
8. Yuliana Ika Ristanti, S.Pd. selaku guru kelas III SD SD Kanisius Klepu yang telah membantu dalam melakukan validasi dan membantu selama penelitian berlangsung di sekolah.
9. Seluruh siswa kelas III SD Kanisius Klepu yang telah membantu selama penelitian berlangsung.
10.Kedua orang tuaku, Anastasia Boni dan Antonius Wagita yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan.
12.Teman dekat dan sahabat-sahabatku Ambar, Asti, Vega, Dewi Utari, Desti, Yosafat, Christo, Solihin, Dewi Septiani, Tyas, Vita, dan Kristin, serta semua teman-teman kelas D 2012 yang selalu memberikan semangat. 13.Teman-teman skripsi payung Ambar, Asti, Riza, Wulan, Upik, Eva, Tesa,
Frengky, Ibnu, Husein, Ardian, Adit, Ulil, Faisal dan Janu yang telah memberikan motivasi, inspirasi, ide dan dukungannya.
14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungan.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya peneliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 19 Februari 2016
Peneliti
Yashinta Puji Lestari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G.Definisi Operasional ... 8
6. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 17
B. Penelitian Yang Relevan ... 23
C. Kerangka Berpikir ... 28
D. Hipotesis Tindakan ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Setting Penelitian ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 40
1. Wawancara ... 40
3. Kuesioner ... 41
4. Tes ... 41
5. Dokumen Foto ... 42
F. Instrumen Penelitian ... 42
1. Lembar Wawancara ... 43
2. Lembar Kuesioner ... 44
3. Lembar Observasi ... 45
4. Soal Tes ... 46
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 47
H. Teknik Analisa Data ... 49
1. Kuesioner Berpikir Kritis ... 50
2. Observasi ... 55
3. Hasil Belajar ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Hasil Penelitian ... 58
1. Proses Penelitian ... 58
2. Penjelasan Proses Pembelajaran ... 59
3. Hasil Belajar ... 69
B. Keterbatasan Penelitian ... 97
C. Saran ... 98
DAFTAR REFERENSI ... 99
LAMPIRAN ... 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Penelitian Yang Relevan ... 25
Gambar 3.1 Skema Penelitian Kemmis dan Mc Taggart ... 28
Gambar 4.1 Diagram Presentase Pencapain KKM ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Indikator Berpikir Kritis ... 44
Tabel 3.3 Indikator Berpikir Kritis ... 45
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 46
Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 46
Tabel 3.6 Kriteria PAP I... 47
Tabel 3.7 Kriteria Kelayakan Instrumen ... 48
Tabel 3.8 Hasil Penghitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 48
Tabel 3.9 Hasil Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 48
Tabel 3.10 PAP I ... 49
Tabel 3.11 Rentang Skor Indikator 1 ... 50
Tabel 3.12 Rentang Skor Indikator 2 ... 51
Tabel 3.13 Rentang Skor Indikator 3 ... 52
Tabel 3.14 Rentang Skor Indikator 4 ... 53
Tabel 3.15 Keseluruhan Indikator ... 54
Tabel 3.16 Kriteria Observasi ... 54
Tabel 3.17 Rentang Observasi ... 55
Tabel 3.18 Indikator Keberhasilan ... 56
Tabel 3.19 Jadwal ... 58
Tabel 4.1 Nilai Kondisi Awal Siswa ... 70
Tabel 4.2 Nilai Evaluasi Siklus I ... 72
Tabel 4.3 Nilai Evaluasi Siklus II ... 73
Tabel 4.5 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 76
Tabel 4.6 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 78
Tabel 4.7 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 79
Tabel 4.8 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 80
Tabel 4.9 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 81
Tabel 4.10 Nilai Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 82
Tabel 4.11 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 83
Tabel 4.12 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 84
Tabel 4.13 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 85
Tabel 4.14 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 86
Tabel 4.15 Skor keseluruhan Indikator Kondisi Akhir ... 87
Tabel 4.16 Skor Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Siklus II ... 88
Tabel 4.17 Peningkatan Nilai Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis ... 89
Tabel 4.18 Hasil Observasi Berpikir Kritis ... 90
Tabel 4.19 Perbandingan Pencapaian Penelitian ... 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian ... 101
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 102
Lampiran 3 Silabus ... 103
Lampiran 4 RPP ... 109
Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 160
Lampiran 6 Hasil Nilai Evaluasi Siklus 1 ... 161
Lampiran 7 Soal Evaluasi Akhir ... 162
Lampiran 8 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 163
Lampiran 9 Hasil Nilai Evaluasi Akhir ... 167
Lampiran 10 Daftar Nilai Ulangan Matematika TA 2014/2015 ... 168
Lampiran 11 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 169
Lampiran 12 Kisi-kisi Kuesioner ... 178
Lampiran 13 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 179
Lampiran 14 Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 182
Lampiran 15 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 185
Lampiran 16 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 186
Lampiran 17 Pedoman Observasi ... 187
Lampiran 18 Hasil Wawancara ... 188
Lampiran 19 Foto Kegiatan ... 191
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika diajarkan untuk memenuhi segala bentuk
kebutuhan, misalnya kebutuhan industri, ilmu pengetahuan, perdagangan,
teknologi dan untuk hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari. Karena
pentingnya matematika bagi kehidupan manusia, matematika perlu diajarkan
di semua jenjang dan jenis sekolah (Runtukahu & Kandou, 2014: 15).
Tujuan diajarkannya pembelajaran matematika dasar lebih mengacu pada
fungsi matematika itu sendiri sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan
serta tujuan pendidikan nasional. (Runtukahu & Kandou, 2014: 16).
Pembelajaran matematika lebih dikhususkan pada operasi hitung bilangan
yang menghadirkan masalah matematika dan melatih siswa untuk berpikir
menghadapi realitas kehidupan nyata. Pengertian matematika sendiri
menurut Johnson dan Rising (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 28) adalah
pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif
berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan
berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Selain itu matematika adalah bahasa symbol tentang baerbagai gagasan
dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas
Purnomo (2015: 5) menerangkan bahwa guru memiliki peran vital
dalam membangun pengetahuan baru dalam proses pembelajaran. Guru
harus kaya akan pengetahuan tentang isi yang akan diajarkan dan bagaimana
membelajarkannya. Menurut Kamli (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 16)
pembelajaran matematika dasar dimulai dari berbagai kegiatan fisik, seperti
menghitung dan mengelompokkan objek-objek.Sumber belajar bukan
kegiatan fisik yang dilakukan anak, melainkan penciptaan
hubungan-hubungan dan pola-pola dalam pemikiran anak.Dalam proses pembelajaran
matematika, siswa dihadapkan pada sebuah masalah-masalah yang
berhubungan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak
akan lebih mudah memahami pembelajaran yang disampaikan. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.Hasil
belajar yang dicapai oleh siswa tentu saja melalui keterampilan-keterampilan
yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.Dalam hal ini keterampilan berpikir
yang dimaksud adalah keterampilan berpikir kritis.Berdasarkan hasil
wawancara yang sudah peneliti lakukan, kemampuan berpikir kritis siswa di
SD Kanisius Klepu belum begitu terlihat.Kebanyakan siswa hanya sekedar
menerima pembelajaran dari guru.Padahal untuk mendapatkan hasil yang
baik diperlukan keterampilan berpikir yang baik pula.Oleh sebab itu para
pendidik tertarik untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan ini. Norris
dan Ennis (dalam Fisher, 2008: 4) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah
pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan
apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Sedangkan menurut Paul, Fisher
mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – dimana si pemikir
meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil
struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan
standar-standar intelektual padanya
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas
III di SD Kanisius Klepu, diperoleh informasi tentang hasil belajar siswa
berdasarkan nilai ulangan harian pada materi perkalian dan
pembagian.KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran matematika di SD
Kanisius Klepu pada tahun ajaran 2014/2015 adalah 60. Siswa dikatakan
mencapai KKM jika nilai yang didapatkan mencapai 60 keatas. Hasil
ulangan harian yang telah dilakukan pada mata pelajaran matematika dengan
materi perkalian dan pembagian kelas III menunjukkan bahwa dari 24 siswa
ada 12 siswa (50%) yang sudah mencapai KKM, sedangkan 12 siswa (50%)
belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata adalah 63,3.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan khususnya pada pelajaran
matematika menunjukkan bahwa guru hanya sekedar menjelaskan materi
yang disampaikan kemudian memberikan tugas untuk dikerjakan serta
memberikan pekerjaan rumah setelah selesai pembelajaran. Proses
pembelajaran yang terjadi sekarang-sekarang ini terutama pembelajaran
pada mata pelajaran matematika cenderung kurang bervariasi sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar para siswa. Rendahnya hasil belajar
tersebut bisa dijadikan sebagai bukti bahwa para siswa masih merasa
kesulitan untuk menerima materi dalam pembelajaran matematika.Salah satu
diterapkan oleh guru belum tepat. Menurut Soesilowati (2001: 21) belajar
menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dan merupakan proses yang
cukup menyakitkan bagi kebanyakan anak karena kita tidak tahu proses
belajar yang benar, kita tidak pernah belajar, diajar atau mengajarkan cara
belajar yang benar dan gaya mengajar tidak sejalan dengan gaya belajar.
Dari masalah-masalah yang dipaparkan diatas, penulis menganggap
bahwa model pembelajaran yang inovatif sangat berperan penting dalam
proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu
indikator untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran adalah dengan
melihat hasil belajar siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
didalam kelas.Hasil belajar siswa bukan hanya sekedar angka yang
dihadiahkan oleh guru untuk siswa atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar
merupakan ukuran kualitatif yang mewakili kemampuan yang dimiliki oleh
siswa. Siswa sering mengeluh ketidakpuasannya terhadap perolehan hasil
belajar. Beberapa merasa mampu, siap dalam ujian dan belajar
sungguh-sungguh dalam usahanya namun memperoleh hasil belajarnya rendah
(Purwanto, 2009).
Model pembelajaran sebagai pendukung proses pembelajaran sangat
perlu untuk diterapkan. Guru dituntut supaya lebih kreatif dan inovatif
dalam mengembangkan media-media atau model pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa yang berhubungan denganrealita kehidupan untuk
dapat menemukan masalah, memaknai masalah dan dapat
menyelesaikannya. Salah satunya adalah dengan model pembelajaran
PBL merupakan metode instruksional yang menantang agar “belajar untuk
belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah
yang nyata. Barrows dan Kelson (dalam Amir, 2009: 21) memaparkan
bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang didalamnya dirancang
masalah-masalah yang menuntut para pemelajar untuk mendapatkan
pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan
masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim. Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa PBL
bercirikan sebuah masalah.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, peneliti membuat penelitian
untuk meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis matematika agar siswa
dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diinginkandengan
menggunakan model pembelajaran tipe Problem Based Learning (PBL)
berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berfikir Kritis
Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui
Pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu” untuk
membantu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
peserta didik pada mata pelajaran matematika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang muncul diatas, maka penulis
mengidentifikasi permasalahan yang ada:
1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian
2. Rendahnya kemampuan berpikir kritis pda materi perkalian dan
pembagain pada siswa kelas III SD Kanisius Klepu
3. Pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran kurang menarik bagi siswa sehingga menyebabkan
hasil belajar siswa kurang memuaskan.
C. Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran Matematika
tentang materi Perkalian dan Pembagian di SD Kanisius Klepu.Objek yang
diteliti adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam
upayameningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis siswa kelas III pada
mata pelajaran Matematika materi perkalian dan pembagian di SD
Kanisius Klepu.
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning
(PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu?
3. Bagaimana penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning
pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius
Klepu?
E. Tujuan Penelitian
1. Menggambarkan dan mengetahui gambaran penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning(PBL) untuk meningkatan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang materi perkalian
dan pembagain di SD Kanisius Klepu.
2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika tentang materi perkalian dan pembagian di
SD Kanisius Klepu dengan menggunakan pembelajaran tipe Problem
Based Learnin (PBL)
3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi perkalian dan
pembagian di SD Kanisius Klepu dengan menggunakan pembelajaran
tipe Problem Based Learning (PBL).
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan motivasi pembelajaran inovatif pada mata pelajaran
matematika sekolah dasar yang sesuai dengan karakter siswa dan kondisi
sekolah.
a. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah untuk menambah
keterampilan guru dalam mengajar siswa-siswi dengan model
pembelajaran yang menarik dalam rangka meningkatkan hasil belajar
dan berpikir kritis siswa.
b. Bagi Siswa
Dengan penerapan pembelajaran inovatif, siswa bisa mendapatkan
pengalaman belajar yang bermakna sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa tentang materi yang di sampaikan.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti sehingga
peneliti dapat memiliki pandangan yang luas tentang metode
mengajar dan model pembelajaran yang menarik.
G. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai
dengan tujuan pengajaran.Hasil belajar dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan soal evaluasi.
2. Berpikir Kritis
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, berpikir kritis adalah sebuah
terhadap suatu pengetahuan untuk menilai dan memecahkan suatu
masalah, mengambil sebuah keputusan dan menganalisis asumsi.
3. Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang dimulai
dengan pemberian masalah yang berkaitan dengan dunia nyata,
kemudian pemelajar atau peserta didik secara berkelompok aktif
merumuskan masalah dan mengidentifikasi perbedaan pengetahuan
mereka.Para peserta didik mempelajari dan mencari sendiri materi yang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Belajar
Menurut Anton (dalam Mufarrokah, 2009: 12) belajar adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Batasan ini sering terlihat
pada kenyataan disekolah-sekolah bahwa guru berusaha memberikan
ilmu sebanyak mungkin dan murid giat melakukannya. Menurut
Usman (dalam Mufarrokah, 2009: 12) belajar adalah perubahan
kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar menurut King Sley
(dalam Mufarrokah, 2009: 13) adalah proses perubahan tingkah laku
yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan. Sedangkan yang
dimaksud pengalaman dalam proses belajar tidak lain adalah interaksi
individu dengan lingkungannya.
Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Witherington (dalam Siregar & Nara, 2010: 4) menjelaskan pengertian
belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan,
Berdasarkan pendapat para ahli, belajar adalah proses perubahan
untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, merubah
perilaku melalui pengalaman dengan lingkungan dan latihan-latihan.
2. Hasil Belajar
Menurut Gagne (dalam Purwanto, 2009: 42) hasil belajar adalah
terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus
yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi
untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan
hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Menurut Majid
(2014: 27) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah melalui
proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai
dengan tujuan pengajaran (ends are being attained) (Purwanto, 2009:
45). Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan
dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Oleh karena itu, tes
hasil belajar sebagai untuk mengukur hasil belajar mengajar sesuai
dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang
berlaku (Purwanto, 2009: 45)
Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam aspek kognitif, Bloom
menyebutkan enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman,
pengertian, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi. Berdasarkan uraian
perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi
kognitif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi
dari yang paling sederhana sampai pada yan paling kompleks yang
bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian
dalam proses serta hasil belajar (Daryanto dan Rahardjo, 2012:27)
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012), hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang ada dalam diri siswa sedangkan faktor
eksternal yaitu faktor yang ada di luar diri siswa. Yang tergolong
faktor internal adalah:
a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur
tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan.
Faktor psikologis ini meliputi:
1) Faktor intelektual yang terdiri atas:
a) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
b) Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
2) Faktor non intelektual, merupakan komponen-komponen
kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi,
kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan
sebagainya.
c. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong faktor
1) Faktor sosial yang terdiri atas:
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim dan sebagainya.
4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor diatas saling berhubungan dan saling berinteraksi
secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil
belajar yang dicapai seseorang.
Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar diatas, peneliti
menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perolehan hasil belajar
siswa yang terdiri dari tiga macam hasil belajar yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik yang dapat dipengaruhi dari faktor internal atau
eksternal sesuai dengan tujuan pengajaran yang dicapai.
3. Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis menurut Norris dan Ennis (dalam Fisher,
2008: 4) adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau
suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam
menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan
keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah. Sedangkan
menurut Glaser (dalam Fisher, 2008: 4) berpikir kritis dalam
matematika adalah kemampuan dan disposisi untuk melibatkan
pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi
kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan atau mengevaluasi
situasi matematis yang kurang dikenal dalam cara yang reflektif.
Johnson (2010: 183) mengemukakan bahwa berpikir kritis
merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan
penelitian ilmiah.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, berpikir kritis adalah
sebuah pemikiran atau kemampuan menalar yang terarah, jelas dan
reflektif terhadap suatu pengetahuan untuk menilai dan
memecahkan suatu masalah, mengambil sebuah keputusan serta
menganalisis asumsi.
b. Keterampilan dalam Berpikir Kritis
Beberapa keterampilan berpikir kritis yang sangat penting,
khususnya bagaimana: mengidentifikasi elemen-elemen dalam
kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan
kesimpulan-kesimpulan; mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi;
gagasan-gagasan; menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas,
klaim-klaim; mengevaluasi argumen-argumen yang beragam
jenisnya; menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan
penjelasan-penjelasan, menganalisis, mengevaluasi dan membuat
keputusan-keputusan; menarik inferensi-inferensi; menghasilkan
argumen-argumen (Fisher, 2008: 8)
c. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Glaser (dalam Fisher, 2009: 7) ciri-ciri berpikir
kritis yaitu: (a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara untuk
menyelesaikan masalah, (c) mengumpulkan dan menyusun
informasi yang diperlukan, (d) mengenal ide dan nilai yang tidak
dinyatakan, (e) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat,
(f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan menilai
pernyataan-pernyataan, (h) mengenal sebab akibat suatu masalah, (i) menarik
kesimpulan, (j) menguji kebenaran pendapat orang lain, dan (k)
membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas
tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil 4 indikator
kemampuan berpikir kritis menurut Glaser (dalam Fisher, 2009: 7)
seperti yang disebutkan diatas, yaitu mengenal masalah,
menemukan cara-cara untuk menyelesaikan masalah, menganalisis
data dan mengenal adanya hubungan yang logis antara
4. Matematika
Matematika menurut Nasution (dalam Agustin 2011: 47) yang
diuraikan bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani, mathein
atau manthenein yang berarti mempelajari. Menurut Agustin (2011:
46) pada hakikatnya, matematika tidak hanya sebatas persoalan hitung
menghitung. Cakupan matematika jauh lebih luas dari persepsi orang
kebanyakan.
Matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan
pembuktian logika, pengetahuan terstruktur yang terorganisasi memuat
sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang
tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya. Learner (dalam Abdurahman 2003: 252)
mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa
simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan
manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas.
Berdasarkan paparan para ahli diatas, matematika adalah pola pikir
menggunakan logika yang memungkinkan manusia untuk berpikir
tentang teori atau sifat yang telah dibuktikan kebenarannya yang
berhubungan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran matematika yang digunakan dalam peneitian
a. Pengertian Perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang
b. Pengertian Pembagian
Pembagian merupakan pengurangan berulang
6. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) pertama kali digunakan di
perguruan tinggi dalam perkuliahan medis di Southern Illinois
University SSchool of Medicine. Barrows dan Kelson (dalam
Amir, 2009: 21) mendefinisikan PBL sebagai kurikulum dan
proses pembelajaran dimana dalam kurikulumnya dirancang
masalah-masalah yang menuntut pemelajar mendapatkan
pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta
memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran
yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu
permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi
penyelidikan, dan membuka dialog (Sani, 2014:127). Menurut
Wena (2009: 91), Problem Based Learning merupakan strategi
pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada
permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan
kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Boud,
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat
konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, melalui
stimulus dalam belajar.
Kesimpulan dari beberapa pengertian tentang Problem
Based Learning diatas adalah pembelajaran yang di dasarkan pada
masalah-masalah yang dihadapkan pada siswa, dimana siswa dapat
mengembangkan daya pikirnya untuk memecahkan permasalahan
tersebut secara mandiri.
Metode PBL ini kurang cocok diterapkan pada peserta
didik yang perlu bimbingan tutorial dan lebih cocok diterapkan
pada kelas yang kreatif dengan peserta didik yang berpotensi
akademik tinggi. Metode ini sangat potensial untuk
mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan
masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa (Sani, 2014:127).
Menurut Tan, 2003 (dalam Sani, 2014:129) tujuan belajar
dengan menggunakan metode PBL terkait dengan penguasaan
materi pengetahuan, ketrampilan menyelesaikan masalah, belajar
multidisiplin, dan ketrampilan hidup.
Resnick (dalam Sugiyanto, 2010:155) memberikan dasar
pemikiran yang kuat untuk PBL. Resnick mengatakan bahwa
bentuk pengajaran PBL ini sangat penting untuk memberikan
dan kegiatan mental yang lebih praktikal, yang terjadi diluar
sekolah.
Dari beberapa pengertian para ahli diatas, kesimpulan dari
pengertian PBL adalah proses pembelajaran yang dalam
penyampaiannya didasarkan pada masalah-masalah praktis untuk
mengarahkan siswa untuk berpikir bagaimana memcahkan masalah
tersebut secara mandiri, memiliki strategi belajar sendiri dan
memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Menurut Savoie dan Hughes (dalam Wena, 2009: 91), karakteristik
dari pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
1) Belajar di mulai dengan permasalahan.
2) Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia
nyata siswa.
3) Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan,
bukan di seputar disiplin ilmu.
4) Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka
sendiri.
5) Menggunakan kelompok kecil.
6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah
c. Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)
Di bawah ini adalah 7 langkah proses Problem Based Learning
menurut Amir (2009: 24):
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan
konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini
merupakan tahap untuk membuat setiap peserta memulai
dengan cara pandang yang sama atas istilah atau konsep yang
terdapat dalam masalah.
2) Merumuskan masalah
Fenomena yang ada di dalam masalah membutuhkan
penjelasan hubungan apa saja yang terjadi diantara fenomena
itu. Terkadang ada hubungan yang belum nyata anatara
fenomenanya dan harus diperjelas terlebih dahulu.
3) Menganalisis masalah
Anggota melakukan diskusi untuk membahas informasi factual
yang tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada pada
pikiran setiap anggota. Dalam tahap ini dilakukan
Brainstorming (mencurahkan gagasan). Anggota kelompok
mendapatkan kesempatan untuk melatih bagaimana
menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait
4) Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya
dengan dalam
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama
lain, dikelompokkan, mana yang bertentangan, dan sebagainya.
5) Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok merumuskan tujuan pemebelajaran yang akan
dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Inilah yang
akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat laporan.
6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar
diskusi kelompok)
Tiap kelompok harus mencari informasi tambahan dan
menentukan sumber informasi. dalam tahapan ini, setiap
anggota harus bisa belajar sendiri dengan efektif agar
mendapatkan informasi yang relevan misalnya dengan
menentukan kata kunci, memperkirakan topik, penulis,
publikasi dari sumber pembelajaran. Para siswa harus
meringkas sumber pembelajaran dengan kalimat sendiri dan
harus mencantumkan sumbernya. Keaktifan setiap anggota
kelompok harus terbukti dengan laporan yang harus
disampaikan oleh setiap indivdu yang bertanggung jawab atas
7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan
membuat lapiran untuk dosen/kelas
Dari laporan individu yang dipresentasikan di hadapan anggota
kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi baru.
Anggota yang mendengarkan laporan harus kritis tentang
laporan tersebut. Pada langkah ini, kelompok sudah dapat
membuat sintesis dengan menggabungkan dan
mengkombinasikan hal-hal yang relevan.
Langkah-langkah kegiatan menggunakan pembelajaran tipe PBL
dalam penelitian ini menurut Arends (dalam Ngalimun, 2012: 96)
adalah sebagai berikut:
1) Langkah pertama: Orientasi siswa pada masalah
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas,
menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran.
2) Langkah kedua: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Siswa menyelidiki masalah secara bersama-sama, oleh karena
itu siswa di bentuk kedalam kelompok-kelompok belajar. Guru
membantu siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan.
3) Langkah ketiga: Membantu penyelidikan siswa
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data-data sampai
siswa benar-benar memahami masalah tersebut. Setelah itu
mendorong semua ide siswa dan menerima semua ide-ide
tersebut.
4) Langkah keempat: Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
hasil karya yang akan disajikan. Masing-masing kelompok
menyajikan hasil pemecahan masalah yang diperoleh ketika
diskusi.
5) Langkah kelima: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Siswa diberi kesempatan untuk menganalisis dan mengevaluasi
proses berpikir mereka sendiri, juga untuk mengevaluasi
ketrampilan penyelidikan dan ketrampilan intelektual yang
mereka gunakan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah PBL
menurut Arends (dalam Ngalimun, 2012: 96) seperti yang sudah
dipaparkan diatas.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang pertama adalah
penelitian dari Kartika (2015) tentang berpikir kritis. Penelitian ini
berjudul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar
Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
metode Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model
pembelajaran STAD pada siswa kelas IV SD Negeri Ngampel tahun
pelajaran 2014/2015, untuk mengetahui apakah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
meningkatkan prestasi belajar dalam mata palajaran IPS SD Negeri
Ngampel tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan di SD
Negeri Ngampel Purworejo. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini
menunjukan bahwa upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
prestasi belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, telah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: guru
menyampaikan materi pembelajaran, siswa belajar dalam kelompok, siswa
mengerjakan tes mandiri, guru memberikan penghargaan kelompok;
pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dari skor rata-rata kelas kondisi awal sebesar 38,13 (rendah)
meningkat menjadi 55,19 (sedang) pada siklus I, dan menjadi 68,57
(tinggi) pada siklus II; pembelajaran kooperatif model STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar dari kondisi awal prestasi belajar IPS siswa
yang tuntas KKM (65) yaitu 39% dengan nilai rata-rata 54,3 meningkat
menjadi 56,25% pada siklus I dengan nilai rata-rata 62,82 dan mencapai
81,25% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75,15.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian dari
Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kleas V. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika melalui
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek
penelitian ini berjumlah 28 orang. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah tentang kemampuan pemecahan masalah matematika
dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke
siklus II sebesar 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran
Matematika.
Penelitian yang ketiga adalah penelitian dari Wulandari, Budi &
Suryandari (2013) dengan judul Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mata
pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Mudal dengan menerapkan model
PBL. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Mudal
yang berjumlah 21 siswa. Berdasarkan hasil analisis data, skor perolehan
dari 18 pada siklus I, 22 pada siklus II dan 27 pada siklus III. Persentase
penggunaan ketrampilan proses IPA oleh siswa juga meningkat setiap
siklusnya, siswa yang sudah menguasai ketrampilan prosesnya 46,71%
pada siklus I, 76,19% pada siklus II dan 92,06% pada siklus III.
Dari ketiga penelitian tersebut, penelitian pertama mengatakan
bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Penelitian kedua
menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
pada mata pelajaran Matematika. Dan penelitian yang terakhir mengatakan
bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan proses dan hasil belajar
IPA siswa kelas V SD Negeri Mudal. Berkaitan dengan hal ini, peneliti
membuat penelitian dengan kebaruan menggunakan pembelajaran tipe
Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis matematika pada materi perkalian dan
Gambar 2.1 Keterkaitan Penelitian yang Relevan dengan Penelitian Peneliti
Penelitian ini memperkuat penelitian yang relevan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) memberikan pengaruh terhadap hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa. peneliti meneliti tentang peningkatan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III pada materi perkalian dan
pembagian dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
Problem Based Learning di SD Kanisius Klepu.
Kartika (2015)
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN TIPE PROBLEM
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika perlu diajarkan di semua jenjang dan jenis
sekolah karena matematika diajarkan untuk memenuhi segala bentuk
kebutuhan, misalnya kebutuhan industri, ilmu pengetahuan, perdagangan,
teknologi dan untuk hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari, dengan
kata lain, matematika adalah pembelajaran yang menghadapkan kita pada
masalah-masalah dalam kegiatan sehari-hari. Guru memiliki peran vital
dalam membangun pengetahuan baru dalam proses pembelajaran. Guru
harus kaya akan pengetahuan tentang isi yang akan diajarkan dan
bagaimana membelajarkannya. Dalam hal ini pembelajaran lebih
ditekankan berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Siswa
dihadapkan pada masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang
matematis. Dengan dihadapkan pada masalah, siswa bisa lebih berpikir
kritis untuk menghadapi dan memecahkan masalah tersebut sehingga
kemampuan berpikir kritis dan perolehan hasil belajar siswa meningkat
lebih baik untuk menyelesaikan masalah.
Berpikir kritis merupakan sebuah pemikiran atau kemampuan menalar
yang reflektif terhadap suatu pengetahuan untuk menilai dan memecahkan
suatu masalah. Metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika ini adalah dengan
menggunakan model pembelajaran inovatif tipe Problem Based Learning
atau pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran Problem Based
Learning merupakan pembelajaran berbasis masalah dimana
Maka peneliti menggunakan model pembelajaran PBL ini agar siswa
bisa menjadi lebih aktif, dan materi mudah dipahami oleh siswa sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
matematika pada materi perkalian dan pembagian.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori-teori yang mendukung kerangka berpikir yang
ditulis oleh peneliti, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning
(PBL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis siswa kelas III pada mata pelajaran Matematika materi
perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu.
2. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian dan
pembagian Di SD Kanisius Klepu tahun ajaran 2015/2016.
3. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi
perkalian dan pembagian Di SD Kanisius Klepu tahun ajaran
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau
di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2007; 16).
Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research)
memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu
pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar, artinya
pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini (guru) mencoba dengan sadar
mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna
yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi
dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur
tingkat keberhasilannya (Kunandar, 2008; 41).
Penelitian ini menggunakan model PTK milik Stephen Kemmis dan Mc
Gambar 3.1 Skema Penelitian
(adaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart dalam (Suyadi, 2012: 19)
Peneliti mengadaptasi model penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart ini,
namun karena adanya keterbatasan dalam hal waktu dan perijinan peneliti
menggunakan model penelitian ini hanya sampai siklus 2.
Penjelasan dari setiap tahapan tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas
adalah sebagai berikut:
1. Tahap I: Perencanaan
Langkah pertama adalah membuat perencanaan secara matang. Dalam
perencanaan ini terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah,
merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Masing-masing kegiatan
2. Tindakan 1. Perencanaan
SIKLUS I
4. Refleksi
3. Observasi 1. Perencanaan
2.Tindakan 4.Refleksi SIKLUS II
tersebut terdapat sub-sub kegiatan yang akan menunjang perencanaan
yang lebih sempurna.
2. Tahap II: Tindakan
Langkah kedua adalah pelaksanaan. Yang dimaksud pelaksanaan dalam
tahap ini adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap
pertama yaitu bertindak di kelas. Tindakan yang dilakukan harus sesuai
dengan rencana namun terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan
mempengaruhi ketika refleksi pada tahp empat sehingga hasilnya dapat
disesuaikan dengan maksud awal.
3. Tahap III: Observasi
Langkah ketiga yaitu pengamatan. Pengamatan atau observasi ini adalah
alat untuk melihat seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
Pada tahap ini peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan,
cara mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan datanya yang
dapat berupa angket, wawancara, observasi, dan lain-lain.
4. Tahap IV: Refleksi
Langkah yang terakhir adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi ini baru bisa
dilakukan jika pelaksanaan tindakan sudah selesai dilakukan. refleksi akan
lebih efektif bila anatar guru yang melakukan tindakan berhadapan
langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator (kepala sekolah).
Jika PTK dilakukan sendirian, refleksi yang paling efektif adalah berdialog
dengan diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Klepu yang terletak di Klepu,
Sendangmulyo, Minggir, Sleman.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah para siswa-siswi kelas III di SD
Kanisius Klepu yang berjumlah 25 anak pada tahun pelajaran 2015/2016.
3. Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis matematika dengan penggunaan tipe pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika tentang materi
perkalian dan pembagian kelas III di SD Kanisius Klepu.
C. Persiapan
Persiapan dalam penelitian ini meliputi:
1. Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Klepu
2. Melakukan wawancara dengan guru kelas III untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi pada siswa
3. Melakukan observasi pembelajaran siswa di kelas III guna memperoleh
gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta karakteristik siswa.
4. Peneliti menyebarkan kuesioner untuk mengetahui kondisi awal
5. Meminta dokumen nilai siswa dari guru kelas III dari tahun ajaran
sebelumnya.
6. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ada di kelas III tentang
perkalian dan pembagian.
7. Merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.
8. Menyusun rencana penelitian
9. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS,
Soal Evaluasi Siklus I dan II, kunci jawaban dan instrument penelitian.
10.Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari validasi perangkat
pembelajaran dua dosen ahli dan guru kelas.
D. Rencana Tindakan
Rencana tindakan dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan sebelum
penelitian dan rencana setiap siklus. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi
tiga tahap yaitu:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran seperti silabus, RPP, materi yang akan diajarkan, LKS,
media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan soal evaluasi
siklus I.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dilakukan dalam 2 pertemuan
jam pelajaran berlangsung selama 35 menit. Tahapan proses
pelaksanaan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan I
a) Kegiatan awal
Pada kegiatan awal, guru memulai kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan salam dan presensi, kemudian guru
membagikan kuesioner mengenai kemampuan berpikir kritis
siswa. Setelah itu guru melakukan kegiatan apersepsi dengan
tujuan untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran di kelas serta menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b) Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini, guru melakukan demonstrasi
penggunaan media berupa beberapa gambar benda-benda yang
ditempel di atas kertas karton untuk menjelaskan konsep
perkalian sebagai penjumlahan berulang. Hal ini dilakukan
untuk mengarahkan siswa pada sebuah masalah. Kemudian
beberapa siswa diminta maju kedepan untuk berpartisipasi
dalam penggunaan media. Setelah itu, untuk
mengorganisasikan siswa untuk belajar, siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok untuk mengerjakan LKS. Beberapa
perwakilan siswa di setiap kelompok maju kedepan kelas untuk
menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis.
Dalam kegiatan penutup atau akhir, guru bersama dengan
siswa melakukan tanya jawab kemudian membuat kesimpulan
tentang materi pembelajaran yang sudah dipelajari. Kemudian
guru meminta siswa untuk membuat refleksi pembelajaran
untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2) Pertemuan II
a) Kegiatan Awal
Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya
jawab kepada siswa tentang materi sebelumnya.
b) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan tentang sifat operasi hitung perkalian
yaitu sifat penyebaran dan tentang cara mengalikan bilangan
satu angka dengan bilangan dua angka dengan membacakan
sebuah soal cerita untuk memberikan stimulus siswa
menemukan masalah. Kemudian untuk mengarahkan siswa
untuk belajar, siswa mengerjakan LKS yang dibagikan oleh
guru.
c) Kegiatan Akhir
Untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah,
sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, siswa diminta untuk
siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang sudah
dipelajari.
c. Observasi
Observasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung pada
siklus I. Peneliti mengobservasi tentang kemampuan berpikir kritis
sesuai dengan pedoman observasi kemampuan berpikir kritis yang
sudah dibuat. Pelaksanaan proses pembelajaran ini sudah sesuai
dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran PBL.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi setelah melakukan tindakan pada siklus I.
Refleksi ini bertujuan untuk memberikan penilaian dan mengetahui
kekurangan maupun kelebihan yang terjadi ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi pada siklus ini akan
digunakan sebagai pertimbangan untuk merencakan pembelajaran pada
siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP,
materi yang akan diajarkan, LKS, media yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dan soal evaluasi siklus I.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilakukan dalam 2 pertemuan.