• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu."

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran

Problem Based Learning SD Kanisius Klepu

Oleh

Yashinta Puji Lestari (121134103) Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Kanisius Klepu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendiskripsikan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Klepu yang berjumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, lembar observasi dan soal uarian. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut: (1) Orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan siswa; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mngevaluasi proses pemecahan masalah; 2) Pembelajaran tipe PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kondisi awal 63,33 meningkat pada siklus I 74,09 dan pada siklus II sebesar sebesar 79,38. Pencapaian KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal 65, presentase siswa yang tuntas sebesar 50%, lalu pada siklus I menjadi 76%, dan meningkat menjadi 80% pada siklus II; 3) Peningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika dari kondisi awal sebesar 56,20 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 8% dan termasuk kriteria tidak kritis meningkat pada akhir siklus menjadi 65,28 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 48% dan termasuk kriteria cukup kritis.

Kata Kunci: penelitian tindakan kelas, hasil belajar, berpikir kritis, Problem Based

(2)

ABSTRACT

The improvement of learning outcome and critical thinking skill in Matematics for grade III in multiplication and division material through

problem based learning in Kanisius Klepu Elementary School

By: Matematics of grade III in Kanisius Klepu Elementary School.

This study employed Action Research with some steps including planning, implementation, observation, and reflection. The participants of this study were 25 students of third grade in Kanisius Klepu Elementarys School. The instruments utilized in this study were observation sheets, questionnaires sheets, and Math problems. The data was collected through conducting observation, distributing questionnaires and conducting tests.

The result of the study showed that:1) The PBL steps consisted of (1)

students’ problem orientation, (2) organizing students to study, (3) guiding students’ observation, (4) developing and presenting the learning outcome, (5)

analyzing and evaluating the process of problem solving. 2) PBL could improve initiated condition categorized as uncritical to 65,28 with a minimum percentage of students iscritical enugh 48% at the end of the cycle categorized as critical enough.

(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SD KANISIUS KLEPU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yashinta Puji Lestari NIM 121134103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SD KANISIUS KLEPU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yashinta Puji Lestari NIM 121134103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Sumber kekuatan dan harapanku

Ibu dan Bapak tercinta

Ibu Anastasia Boni dan Antonius Wagita

yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan yang tak berkesudahan

Kakak-kakakku Christina Reni Nuryanti-Fransiskus Arito dan Maria Susi Dwi Martanti-Rafael Agung Kurniawan serta keponakanku Michelina Velda Adeline

Kurniawan yang selalu memberikan semangat yang luar biasa. Keluarga Tonorejo dan Martowiharjo yang mendoakan selalu.

Teman dekat dan sahabat-sahabat yang selalu memberi penghiburan Ambar, Asti, Vega, Dewi Utari, Desti, Yosafat, Christo, Solihin, Dewi Septiani, Tyas, Vita dan

Kristin serta teman-teman kelas D 2012

Teman-teman payung, Ambar, Asti, Riza, Wulan, Upik, Eva, Tesa, Frengky, Ibnu, Husein, Ardian, Adit, Ulil, Faisal, Janu, serta semua pihak yang

mendukung.

(8)

MOTTO

If There Is A Will There Is A Way

You Will When You Believe

“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”

-Lukas 1:38-

“Karena Masa Depan Sungguh Ada, Dan Harapanmu Tidak Akan Hilang”

(9)

23:18-PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Februari 2016 Penulis

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yashinta Puji Lestari

Nomor Induk Mahasiswa : 121134103

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING SD KANISIUS KLEPU

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 19 Februari 2016 Yang menyatakan,

(11)

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran

Problem Based Learning SD Kanisius Klepu

Oleh

Yashinta Puji Lestari (121134103) Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Kanisius Klepu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendiskripsikan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Klepu yang berjumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, lembar observasi dan soal uarian. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut: (1) Orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan siswa; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mngevaluasi proses pemecahan masalah; 2) Pembelajaran tipe PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kondisi awal 63,33 meningkat pada siklus I 74,09 dan pada siklus II sebesar sebesar 79,38. Pencapaian KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal 65, presentase siswa yang tuntas sebesar 50%, lalu pada siklus I menjadi 76%, dan meningkat menjadi 80% pada siklus II; 3) Peningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika dari kondisi awal sebesar 56,20 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 8% dan termasuk kriteria tidak kritis meningkat pada akhir siklus menjadi 65,28 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 48% dan termasuk kriteria cukup kritis.

Kata Kunci: penelitian tindakan kelas, hasil belajar, berpikir kritis, Problem Based

(12)

ABSTRACT

The improvement of learning outcome and critical thinking skill in Matematics for grade III in multiplication and division material through

problem based learning in Kanisius Klepu Elementary School

By: Matematics of grade III in Kanisius Klepu Elementary School.

This study employed Action Research with some steps including planning, implementation, observation, and reflection. The participants of this study were 25 students of third grade in Kanisius Klepu Elementarys School. The instruments utilized in this study were observation sheets, questionnaires sheets, and Math problems. The data was collected through conducting observation, distributing questionnaires and conducting tests.

The result of the study showed that:1) The PBL steps consisted of (1)

students’ problem orientation, (2) organizing students to study, (3) guiding students’ observation, (4) developing and presenting the learning outcome, (5)

analyzing and evaluating the process of problem solving. 2) PBL could improve initiated condition categorized as uncritical to 65,28 with a minimum percentage of students iscritical enugh 48% at the end of the cycle categorized as critical enough.

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kesehatan pada peneliti, sehingga skripsi yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kepala Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. selaku Wakil Kepala Program

Studi PGSD.

4. Drs. P. Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah membantu peneliti dengan baik. 7. A. Yance Eko Sutopo selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Klepu yang

telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

8. Yuliana Ika Ristanti, S.Pd. selaku guru kelas III SD SD Kanisius Klepu yang telah membantu dalam melakukan validasi dan membantu selama penelitian berlangsung di sekolah.

9. Seluruh siswa kelas III SD Kanisius Klepu yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

10.Kedua orang tuaku, Anastasia Boni dan Antonius Wagita yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan.

(14)

12.Teman dekat dan sahabat-sahabatku Ambar, Asti, Vega, Dewi Utari, Desti, Yosafat, Christo, Solihin, Dewi Septiani, Tyas, Vita, dan Kristin, serta semua teman-teman kelas D 2012 yang selalu memberikan semangat. 13.Teman-teman skripsi payung Ambar, Asti, Riza, Wulan, Upik, Eva, Tesa,

Frengky, Ibnu, Husein, Ardian, Adit, Ulil, Faisal dan Janu yang telah memberikan motivasi, inspirasi, ide dan dukungannya.

14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungan.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya peneliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 19 Februari 2016

Peneliti

Yashinta Puji Lestari

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G.Definisi Operasional ... 8

6. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 17

B. Penelitian Yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Wawancara ... 40

(16)

3. Kuesioner ... 41

4. Tes ... 41

5. Dokumen Foto ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 42

1. Lembar Wawancara ... 43

2. Lembar Kuesioner ... 44

3. Lembar Observasi ... 45

4. Soal Tes ... 46

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 47

H. Teknik Analisa Data ... 49

1. Kuesioner Berpikir Kritis ... 50

2. Observasi ... 55

3. Hasil Belajar ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Proses Penelitian ... 58

2. Penjelasan Proses Pembelajaran ... 59

3. Hasil Belajar ... 69

B. Keterbatasan Penelitian ... 97

C. Saran ... 98

DAFTAR REFERENSI ... 99

LAMPIRAN ... 100

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Yang Relevan ... 25

Gambar 3.1 Skema Penelitian Kemmis dan Mc Taggart ... 28

Gambar 4.1 Diagram Presentase Pencapain KKM ... 71

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Indikator Berpikir Kritis ... 44

Tabel 3.3 Indikator Berpikir Kritis ... 45

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 46

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 46

Tabel 3.6 Kriteria PAP I... 47

Tabel 3.7 Kriteria Kelayakan Instrumen ... 48

Tabel 3.8 Hasil Penghitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 48

Tabel 3.9 Hasil Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 48

Tabel 3.10 PAP I ... 49

Tabel 3.11 Rentang Skor Indikator 1 ... 50

Tabel 3.12 Rentang Skor Indikator 2 ... 51

Tabel 3.13 Rentang Skor Indikator 3 ... 52

Tabel 3.14 Rentang Skor Indikator 4 ... 53

Tabel 3.15 Keseluruhan Indikator ... 54

Tabel 3.16 Kriteria Observasi ... 54

Tabel 3.17 Rentang Observasi ... 55

Tabel 3.18 Indikator Keberhasilan ... 56

Tabel 3.19 Jadwal ... 58

Tabel 4.1 Nilai Kondisi Awal Siswa ... 70

Tabel 4.2 Nilai Evaluasi Siklus I ... 72

Tabel 4.3 Nilai Evaluasi Siklus II ... 73

(19)

Tabel 4.5 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 76

Tabel 4.6 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 78

Tabel 4.7 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 79

Tabel 4.8 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 80

Tabel 4.9 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 81

Tabel 4.10 Nilai Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 82

Tabel 4.11 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 83

Tabel 4.12 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 84

Tabel 4.13 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 85

Tabel 4.14 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 86

Tabel 4.15 Skor keseluruhan Indikator Kondisi Akhir ... 87

Tabel 4.16 Skor Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Siklus II ... 88

Tabel 4.17 Peningkatan Nilai Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis ... 89

Tabel 4.18 Hasil Observasi Berpikir Kritis ... 90

Tabel 4.19 Perbandingan Pencapaian Penelitian ... 92

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 101

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 102

Lampiran 3 Silabus ... 103

Lampiran 4 RPP ... 109

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 160

Lampiran 6 Hasil Nilai Evaluasi Siklus 1 ... 161

Lampiran 7 Soal Evaluasi Akhir ... 162

Lampiran 8 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 163

Lampiran 9 Hasil Nilai Evaluasi Akhir ... 167

Lampiran 10 Daftar Nilai Ulangan Matematika TA 2014/2015 ... 168

Lampiran 11 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 169

Lampiran 12 Kisi-kisi Kuesioner ... 178

Lampiran 13 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 179

Lampiran 14 Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 182

Lampiran 15 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 185

Lampiran 16 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 186

Lampiran 17 Pedoman Observasi ... 187

Lampiran 18 Hasil Wawancara ... 188

Lampiran 19 Foto Kegiatan ... 191

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika diajarkan untuk memenuhi segala bentuk

kebutuhan, misalnya kebutuhan industri, ilmu pengetahuan, perdagangan,

teknologi dan untuk hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari. Karena

pentingnya matematika bagi kehidupan manusia, matematika perlu diajarkan

di semua jenjang dan jenis sekolah (Runtukahu & Kandou, 2014: 15).

Tujuan diajarkannya pembelajaran matematika dasar lebih mengacu pada

fungsi matematika itu sendiri sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan

serta tujuan pendidikan nasional. (Runtukahu & Kandou, 2014: 16).

Pembelajaran matematika lebih dikhususkan pada operasi hitung bilangan

yang menghadirkan masalah matematika dan melatih siswa untuk berpikir

menghadapi realitas kehidupan nyata. Pengertian matematika sendiri

menurut Johnson dan Rising (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 28) adalah

pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif

berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan

berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

Selain itu matematika adalah bahasa symbol tentang baerbagai gagasan

dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas

(22)

Purnomo (2015: 5) menerangkan bahwa guru memiliki peran vital

dalam membangun pengetahuan baru dalam proses pembelajaran. Guru

harus kaya akan pengetahuan tentang isi yang akan diajarkan dan bagaimana

membelajarkannya. Menurut Kamli (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 16)

pembelajaran matematika dasar dimulai dari berbagai kegiatan fisik, seperti

menghitung dan mengelompokkan objek-objek.Sumber belajar bukan

kegiatan fisik yang dilakukan anak, melainkan penciptaan

hubungan-hubungan dan pola-pola dalam pemikiran anak.Dalam proses pembelajaran

matematika, siswa dihadapkan pada sebuah masalah-masalah yang

berhubungan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak

akan lebih mudah memahami pembelajaran yang disampaikan. Hal ini akan

berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.Hasil

belajar yang dicapai oleh siswa tentu saja melalui keterampilan-keterampilan

yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.Dalam hal ini keterampilan berpikir

yang dimaksud adalah keterampilan berpikir kritis.Berdasarkan hasil

wawancara yang sudah peneliti lakukan, kemampuan berpikir kritis siswa di

SD Kanisius Klepu belum begitu terlihat.Kebanyakan siswa hanya sekedar

menerima pembelajaran dari guru.Padahal untuk mendapatkan hasil yang

baik diperlukan keterampilan berpikir yang baik pula.Oleh sebab itu para

pendidik tertarik untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan ini. Norris

dan Ennis (dalam Fisher, 2008: 4) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah

pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan

apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Sedangkan menurut Paul, Fisher

(23)

mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – dimana si pemikir

meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil

struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan

standar-standar intelektual padanya

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas

III di SD Kanisius Klepu, diperoleh informasi tentang hasil belajar siswa

berdasarkan nilai ulangan harian pada materi perkalian dan

pembagian.KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran matematika di SD

Kanisius Klepu pada tahun ajaran 2014/2015 adalah 60. Siswa dikatakan

mencapai KKM jika nilai yang didapatkan mencapai 60 keatas. Hasil

ulangan harian yang telah dilakukan pada mata pelajaran matematika dengan

materi perkalian dan pembagian kelas III menunjukkan bahwa dari 24 siswa

ada 12 siswa (50%) yang sudah mencapai KKM, sedangkan 12 siswa (50%)

belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata adalah 63,3.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan khususnya pada pelajaran

matematika menunjukkan bahwa guru hanya sekedar menjelaskan materi

yang disampaikan kemudian memberikan tugas untuk dikerjakan serta

memberikan pekerjaan rumah setelah selesai pembelajaran. Proses

pembelajaran yang terjadi sekarang-sekarang ini terutama pembelajaran

pada mata pelajaran matematika cenderung kurang bervariasi sehingga

berpengaruh terhadap hasil belajar para siswa. Rendahnya hasil belajar

tersebut bisa dijadikan sebagai bukti bahwa para siswa masih merasa

kesulitan untuk menerima materi dalam pembelajaran matematika.Salah satu

(24)

diterapkan oleh guru belum tepat. Menurut Soesilowati (2001: 21) belajar

menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dan merupakan proses yang

cukup menyakitkan bagi kebanyakan anak karena kita tidak tahu proses

belajar yang benar, kita tidak pernah belajar, diajar atau mengajarkan cara

belajar yang benar dan gaya mengajar tidak sejalan dengan gaya belajar.

Dari masalah-masalah yang dipaparkan diatas, penulis menganggap

bahwa model pembelajaran yang inovatif sangat berperan penting dalam

proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu

indikator untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran adalah dengan

melihat hasil belajar siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa

didalam kelas.Hasil belajar siswa bukan hanya sekedar angka yang

dihadiahkan oleh guru untuk siswa atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar

merupakan ukuran kualitatif yang mewakili kemampuan yang dimiliki oleh

siswa. Siswa sering mengeluh ketidakpuasannya terhadap perolehan hasil

belajar. Beberapa merasa mampu, siap dalam ujian dan belajar

sungguh-sungguh dalam usahanya namun memperoleh hasil belajarnya rendah

(Purwanto, 2009).

Model pembelajaran sebagai pendukung proses pembelajaran sangat

perlu untuk diterapkan. Guru dituntut supaya lebih kreatif dan inovatif

dalam mengembangkan media-media atau model pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan siswa yang berhubungan denganrealita kehidupan untuk

dapat menemukan masalah, memaknai masalah dan dapat

menyelesaikannya. Salah satunya adalah dengan model pembelajaran

(25)

PBL merupakan metode instruksional yang menantang agar “belajar untuk

belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah

yang nyata. Barrows dan Kelson (dalam Amir, 2009: 21) memaparkan

bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang didalamnya dirancang

masalah-masalah yang menuntut para pemelajar untuk mendapatkan

pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan

masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan

berpartisipasi dalam tim. Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa PBL

bercirikan sebuah masalah.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, peneliti membuat penelitian

untuk meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis matematika agar siswa

dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diinginkandengan

menggunakan model pembelajaran tipe Problem Based Learning (PBL)

berjudul Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berfikir Kritis

Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui

Pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu untuk

membantu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

peserta didik pada mata pelajaran matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang muncul diatas, maka penulis

mengidentifikasi permasalahan yang ada:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian

(26)

2. Rendahnya kemampuan berpikir kritis pda materi perkalian dan

pembagain pada siswa kelas III SD Kanisius Klepu

3. Pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam

proses pembelajaran kurang menarik bagi siswa sehingga menyebabkan

hasil belajar siswa kurang memuaskan.

C. Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran Matematika

tentang materi Perkalian dan Pembagian di SD Kanisius Klepu.Objek yang

diteliti adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam

upayameningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis siswa kelas III pada

mata pelajaran Matematika materi perkalian dan pembagian di SD

Kanisius Klepu.

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning

(PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu?

3. Bagaimana penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning

(27)

pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius

Klepu?

E. Tujuan Penelitian

1. Menggambarkan dan mengetahui gambaran penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning(PBL) untuk meningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang materi perkalian

dan pembagain di SD Kanisius Klepu.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran matematika tentang materi perkalian dan pembagian di

SD Kanisius Klepu dengan menggunakan pembelajaran tipe Problem

Based Learnin (PBL)

3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi perkalian dan

pembagian di SD Kanisius Klepu dengan menggunakan pembelajaran

tipe Problem Based Learning (PBL).

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan motivasi pembelajaran inovatif pada mata pelajaran

matematika sekolah dasar yang sesuai dengan karakter siswa dan kondisi

sekolah.

(28)

a. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah untuk menambah

keterampilan guru dalam mengajar siswa-siswi dengan model

pembelajaran yang menarik dalam rangka meningkatkan hasil belajar

dan berpikir kritis siswa.

b. Bagi Siswa

Dengan penerapan pembelajaran inovatif, siswa bisa mendapatkan

pengalaman belajar yang bermakna sehingga dapat meningkatkan

pemahaman siswa tentang materi yang di sampaikan.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti sehingga

peneliti dapat memiliki pandangan yang luas tentang metode

mengajar dan model pembelajaran yang menarik.

G. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai

dengan tujuan pengajaran.Hasil belajar dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan soal evaluasi.

2. Berpikir Kritis

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, berpikir kritis adalah sebuah

(29)

terhadap suatu pengetahuan untuk menilai dan memecahkan suatu

masalah, mengambil sebuah keputusan dan menganalisis asumsi.

3. Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang dimulai

dengan pemberian masalah yang berkaitan dengan dunia nyata,

kemudian pemelajar atau peserta didik secara berkelompok aktif

merumuskan masalah dan mengidentifikasi perbedaan pengetahuan

mereka.Para peserta didik mempelajari dan mencari sendiri materi yang

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Belajar

Menurut Anton (dalam Mufarrokah, 2009: 12) belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Batasan ini sering terlihat

pada kenyataan disekolah-sekolah bahwa guru berusaha memberikan

ilmu sebanyak mungkin dan murid giat melakukannya. Menurut

Usman (dalam Mufarrokah, 2009: 12) belajar adalah perubahan

kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar menurut King Sley

(dalam Mufarrokah, 2009: 13) adalah proses perubahan tingkah laku

yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan. Sedangkan yang

dimaksud pengalaman dalam proses belajar tidak lain adalah interaksi

individu dengan lingkungannya.

Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Witherington (dalam Siregar & Nara, 2010: 4) menjelaskan pengertian

belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan,

(31)

Berdasarkan pendapat para ahli, belajar adalah proses perubahan

untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, merubah

perilaku melalui pengalaman dengan lingkungan dan latihan-latihan.

2. Hasil Belajar

Menurut Gagne (dalam Purwanto, 2009: 42) hasil belajar adalah

terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus

yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi

untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan

hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Menurut Majid

(2014: 27) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah melalui

proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai

dengan tujuan pengajaran (ends are being attained) (Purwanto, 2009:

45). Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan

dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Oleh karena itu, tes

hasil belajar sebagai untuk mengukur hasil belajar mengajar sesuai

dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang

berlaku (Purwanto, 2009: 45)

Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam aspek kognitif, Bloom

menyebutkan enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman,

pengertian, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi. Berdasarkan uraian

(32)

perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi

kognitif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi

dari yang paling sederhana sampai pada yan paling kompleks yang

bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian

dalam proses serta hasil belajar (Daryanto dan Rahardjo, 2012:27)

Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012), hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang ada dalam diri siswa sedangkan faktor

eksternal yaitu faktor yang ada di luar diri siswa. Yang tergolong

faktor internal adalah:

a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik yang bersifat bawaan

maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur

tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan.

Faktor psikologis ini meliputi:

1) Faktor intelektual yang terdiri atas:

a) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.

b) Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi.

2) Faktor non intelektual, merupakan komponen-komponen

kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi,

kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan

sebagainya.

c. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong faktor

(33)

1) Faktor sosial yang terdiri atas:

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,

iklim dan sebagainya.

4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Faktor-faktor diatas saling berhubungan dan saling berinteraksi

secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil

belajar yang dicapai seseorang.

Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar diatas, peneliti

menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perolehan hasil belajar

siswa yang terdiri dari tiga macam hasil belajar yaitu kognitif, afektif

dan psikomotorik yang dapat dipengaruhi dari faktor internal atau

eksternal sesuai dengan tujuan pengajaran yang dicapai.

3. Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis menurut Norris dan Ennis (dalam Fisher,

2008: 4) adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang

berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau

(34)

suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam

menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan

keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah. Sedangkan

menurut Glaser (dalam Fisher, 2008: 4) berpikir kritis dalam

matematika adalah kemampuan dan disposisi untuk melibatkan

pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi

kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan atau mengevaluasi

situasi matematis yang kurang dikenal dalam cara yang reflektif.

Johnson (2010: 183) mengemukakan bahwa berpikir kritis

merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan

dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil

keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan

penelitian ilmiah.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, berpikir kritis adalah

sebuah pemikiran atau kemampuan menalar yang terarah, jelas dan

reflektif terhadap suatu pengetahuan untuk menilai dan

memecahkan suatu masalah, mengambil sebuah keputusan serta

menganalisis asumsi.

b. Keterampilan dalam Berpikir Kritis

Beberapa keterampilan berpikir kritis yang sangat penting,

khususnya bagaimana: mengidentifikasi elemen-elemen dalam

kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan

kesimpulan-kesimpulan; mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi;

(35)

gagasan-gagasan; menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas,

klaim-klaim; mengevaluasi argumen-argumen yang beragam

jenisnya; menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan

penjelasan-penjelasan, menganalisis, mengevaluasi dan membuat

keputusan-keputusan; menarik inferensi-inferensi; menghasilkan

argumen-argumen (Fisher, 2008: 8)

c. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Glaser (dalam Fisher, 2009: 7) ciri-ciri berpikir

kritis yaitu: (a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara untuk

menyelesaikan masalah, (c) mengumpulkan dan menyusun

informasi yang diperlukan, (d) mengenal ide dan nilai yang tidak

dinyatakan, (e) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat,

(f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan menilai

pernyataan-pernyataan, (h) mengenal sebab akibat suatu masalah, (i) menarik

kesimpulan, (j) menguji kebenaran pendapat orang lain, dan (k)

membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas

tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil 4 indikator

kemampuan berpikir kritis menurut Glaser (dalam Fisher, 2009: 7)

seperti yang disebutkan diatas, yaitu mengenal masalah,

menemukan cara-cara untuk menyelesaikan masalah, menganalisis

data dan mengenal adanya hubungan yang logis antara

(36)

4. Matematika

Matematika menurut Nasution (dalam Agustin 2011: 47) yang

diuraikan bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani, mathein

atau manthenein yang berarti mempelajari. Menurut Agustin (2011:

46) pada hakikatnya, matematika tidak hanya sebatas persoalan hitung

menghitung. Cakupan matematika jauh lebih luas dari persepsi orang

kebanyakan.

Matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan

pembuktian logika, pengetahuan terstruktur yang terorganisasi memuat

sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang

tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya. Learner (dalam Abdurahman 2003: 252)

mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa

simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan

manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide

mengenai elemen dan kuantitas.

Berdasarkan paparan para ahli diatas, matematika adalah pola pikir

menggunakan logika yang memungkinkan manusia untuk berpikir

tentang teori atau sifat yang telah dibuktikan kebenarannya yang

berhubungan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

5. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran matematika yang digunakan dalam peneitian

(37)

a. Pengertian Perkalian

Perkalian merupakan penjumlahan berulang

b. Pengertian Pembagian

Pembagian merupakan pengurangan berulang

6. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) pertama kali digunakan di

perguruan tinggi dalam perkuliahan medis di Southern Illinois

University SSchool of Medicine. Barrows dan Kelson (dalam

Amir, 2009: 21) mendefinisikan PBL sebagai kurikulum dan

proses pembelajaran dimana dalam kurikulumnya dirancang

masalah-masalah yang menuntut pemelajar mendapatkan

pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam

memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta

memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran

yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu

permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi

penyelidikan, dan membuka dialog (Sani, 2014:127). Menurut

Wena (2009: 91), Problem Based Learning merupakan strategi

pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada

permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan

kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Boud,

(38)

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah

adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat

konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, melalui

stimulus dalam belajar.

Kesimpulan dari beberapa pengertian tentang Problem

Based Learning diatas adalah pembelajaran yang di dasarkan pada

masalah-masalah yang dihadapkan pada siswa, dimana siswa dapat

mengembangkan daya pikirnya untuk memecahkan permasalahan

tersebut secara mandiri.

Metode PBL ini kurang cocok diterapkan pada peserta

didik yang perlu bimbingan tutorial dan lebih cocok diterapkan

pada kelas yang kreatif dengan peserta didik yang berpotensi

akademik tinggi. Metode ini sangat potensial untuk

mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan

masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa (Sani, 2014:127).

Menurut Tan, 2003 (dalam Sani, 2014:129) tujuan belajar

dengan menggunakan metode PBL terkait dengan penguasaan

materi pengetahuan, ketrampilan menyelesaikan masalah, belajar

multidisiplin, dan ketrampilan hidup.

Resnick (dalam Sugiyanto, 2010:155) memberikan dasar

pemikiran yang kuat untuk PBL. Resnick mengatakan bahwa

bentuk pengajaran PBL ini sangat penting untuk memberikan

(39)

dan kegiatan mental yang lebih praktikal, yang terjadi diluar

sekolah.

Dari beberapa pengertian para ahli diatas, kesimpulan dari

pengertian PBL adalah proses pembelajaran yang dalam

penyampaiannya didasarkan pada masalah-masalah praktis untuk

mengarahkan siswa untuk berpikir bagaimana memcahkan masalah

tersebut secara mandiri, memiliki strategi belajar sendiri dan

memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.

b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Menurut Savoie dan Hughes (dalam Wena, 2009: 91), karakteristik

dari pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

1) Belajar di mulai dengan permasalahan.

2) Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia

nyata siswa.

3) Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan,

bukan di seputar disiplin ilmu.

4) Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk

dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka

sendiri.

5) Menggunakan kelompok kecil.

6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah

(40)

c. Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)

Di bawah ini adalah 7 langkah proses Problem Based Learning

menurut Amir (2009: 24):

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan

konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini

merupakan tahap untuk membuat setiap peserta memulai

dengan cara pandang yang sama atas istilah atau konsep yang

terdapat dalam masalah.

2) Merumuskan masalah

Fenomena yang ada di dalam masalah membutuhkan

penjelasan hubungan apa saja yang terjadi diantara fenomena

itu. Terkadang ada hubungan yang belum nyata anatara

fenomenanya dan harus diperjelas terlebih dahulu.

3) Menganalisis masalah

Anggota melakukan diskusi untuk membahas informasi factual

yang tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada pada

pikiran setiap anggota. Dalam tahap ini dilakukan

Brainstorming (mencurahkan gagasan). Anggota kelompok

mendapatkan kesempatan untuk melatih bagaimana

menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait

(41)

4) Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya

dengan dalam

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama

lain, dikelompokkan, mana yang bertentangan, dan sebagainya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok merumuskan tujuan pemebelajaran yang akan

dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Inilah yang

akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat laporan.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar

diskusi kelompok)

Tiap kelompok harus mencari informasi tambahan dan

menentukan sumber informasi. dalam tahapan ini, setiap

anggota harus bisa belajar sendiri dengan efektif agar

mendapatkan informasi yang relevan misalnya dengan

menentukan kata kunci, memperkirakan topik, penulis,

publikasi dari sumber pembelajaran. Para siswa harus

meringkas sumber pembelajaran dengan kalimat sendiri dan

harus mencantumkan sumbernya. Keaktifan setiap anggota

kelompok harus terbukti dengan laporan yang harus

disampaikan oleh setiap indivdu yang bertanggung jawab atas

(42)

7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan

membuat lapiran untuk dosen/kelas

Dari laporan individu yang dipresentasikan di hadapan anggota

kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi baru.

Anggota yang mendengarkan laporan harus kritis tentang

laporan tersebut. Pada langkah ini, kelompok sudah dapat

membuat sintesis dengan menggabungkan dan

mengkombinasikan hal-hal yang relevan.

Langkah-langkah kegiatan menggunakan pembelajaran tipe PBL

dalam penelitian ini menurut Arends (dalam Ngalimun, 2012: 96)

adalah sebagai berikut:

1) Langkah pertama: Orientasi siswa pada masalah

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas,

menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran.

2) Langkah kedua: Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Siswa menyelidiki masalah secara bersama-sama, oleh karena

itu siswa di bentuk kedalam kelompok-kelompok belajar. Guru

membantu siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan.

3) Langkah ketiga: Membantu penyelidikan siswa

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data-data sampai

siswa benar-benar memahami masalah tersebut. Setelah itu

(43)

mendorong semua ide siswa dan menerima semua ide-ide

tersebut.

4) Langkah keempat: Mengembangkan dan menyajikan hasil

karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan

hasil karya yang akan disajikan. Masing-masing kelompok

menyajikan hasil pemecahan masalah yang diperoleh ketika

diskusi.

5) Langkah kelima: Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Siswa diberi kesempatan untuk menganalisis dan mengevaluasi

proses berpikir mereka sendiri, juga untuk mengevaluasi

ketrampilan penyelidikan dan ketrampilan intelektual yang

mereka gunakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah PBL

menurut Arends (dalam Ngalimun, 2012: 96) seperti yang sudah

dipaparkan diatas.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang pertama adalah

penelitian dari Kartika (2015) tentang berpikir kritis. Penelitian ini

berjudul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar

Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

(44)

metode Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model

pembelajaran STAD pada siswa kelas IV SD Negeri Ngampel tahun

pelajaran 2014/2015, untuk mengetahui apakah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

meningkatkan prestasi belajar dalam mata palajaran IPS SD Negeri

Ngampel tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan di SD

Negeri Ngampel Purworejo. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini

menunjukan bahwa upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

prestasi belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, telah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: guru

menyampaikan materi pembelajaran, siswa belajar dalam kelompok, siswa

mengerjakan tes mandiri, guru memberikan penghargaan kelompok;

pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dari skor rata-rata kelas kondisi awal sebesar 38,13 (rendah)

meningkat menjadi 55,19 (sedang) pada siklus I, dan menjadi 68,57

(tinggi) pada siklus II; pembelajaran kooperatif model STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar dari kondisi awal prestasi belajar IPS siswa

yang tuntas KKM (65) yaitu 39% dengan nilai rata-rata 54,3 meningkat

menjadi 56,25% pada siklus I dengan nilai rata-rata 62,82 dan mencapai

81,25% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75,15.

Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian dari

(45)

Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kleas V. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika melalui

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek

penelitian ini berjumlah 28 orang. Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah tentang kemampuan pemecahan masalah matematika

dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke

siklus II sebesar 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran PBL dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran

Matematika.

Penelitian yang ketiga adalah penelitian dari Wulandari, Budi &

Suryandari (2013) dengan judul Penerapan Model Problem Based

Learning (PBL) Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mata

pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Mudal dengan menerapkan model

PBL. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Mudal

yang berjumlah 21 siswa. Berdasarkan hasil analisis data, skor perolehan

(46)

dari 18 pada siklus I, 22 pada siklus II dan 27 pada siklus III. Persentase

penggunaan ketrampilan proses IPA oleh siswa juga meningkat setiap

siklusnya, siswa yang sudah menguasai ketrampilan prosesnya 46,71%

pada siklus I, 76,19% pada siklus II dan 92,06% pada siklus III.

Dari ketiga penelitian tersebut, penelitian pertama mengatakan

bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Penelitian kedua

menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

pada mata pelajaran Matematika. Dan penelitian yang terakhir mengatakan

bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan proses dan hasil belajar

IPA siswa kelas V SD Negeri Mudal. Berkaitan dengan hal ini, peneliti

membuat penelitian dengan kebaruan menggunakan pembelajaran tipe

Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis matematika pada materi perkalian dan

(47)

Gambar 2.1 Keterkaitan Penelitian yang Relevan dengan Penelitian Peneliti

Penelitian ini memperkuat penelitian yang relevan bahwa model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) memberikan pengaruh terhadap hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis siswa. peneliti meneliti tentang peningkatan hasil

belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III pada materi perkalian dan

pembagian dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran

Problem Based Learning di SD Kanisius Klepu.

Kartika (2015)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN TIPE PROBLEM

(48)

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika perlu diajarkan di semua jenjang dan jenis

sekolah karena matematika diajarkan untuk memenuhi segala bentuk

kebutuhan, misalnya kebutuhan industri, ilmu pengetahuan, perdagangan,

teknologi dan untuk hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari, dengan

kata lain, matematika adalah pembelajaran yang menghadapkan kita pada

masalah-masalah dalam kegiatan sehari-hari. Guru memiliki peran vital

dalam membangun pengetahuan baru dalam proses pembelajaran. Guru

harus kaya akan pengetahuan tentang isi yang akan diajarkan dan

bagaimana membelajarkannya. Dalam hal ini pembelajaran lebih

ditekankan berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Siswa

dihadapkan pada masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang

matematis. Dengan dihadapkan pada masalah, siswa bisa lebih berpikir

kritis untuk menghadapi dan memecahkan masalah tersebut sehingga

kemampuan berpikir kritis dan perolehan hasil belajar siswa meningkat

lebih baik untuk menyelesaikan masalah.

Berpikir kritis merupakan sebuah pemikiran atau kemampuan menalar

yang reflektif terhadap suatu pengetahuan untuk menilai dan memecahkan

suatu masalah. Metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan

hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika ini adalah dengan

menggunakan model pembelajaran inovatif tipe Problem Based Learning

atau pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran Problem Based

Learning merupakan pembelajaran berbasis masalah dimana

(49)

Maka peneliti menggunakan model pembelajaran PBL ini agar siswa

bisa menjadi lebih aktif, dan materi mudah dipahami oleh siswa sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

matematika pada materi perkalian dan pembagian.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori yang mendukung kerangka berpikir yang

ditulis oleh peneliti, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning

(PBL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan

berpikir kritis siswa kelas III pada mata pelajaran Matematika materi

perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu.

2. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian dan

pembagian Di SD Kanisius Klepu tahun ajaran 2015/2016.

3. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi

perkalian dan pembagian Di SD Kanisius Klepu tahun ajaran

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian

Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau

di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2007; 16).

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research)

memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu

pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar, artinya

pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini (guru) mencoba dengan sadar

mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan

masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna

yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi

dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur

tingkat keberhasilannya (Kunandar, 2008; 41).

Penelitian ini menggunakan model PTK milik Stephen Kemmis dan Mc

(51)

Gambar 3.1 Skema Penelitian

(adaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart dalam (Suyadi, 2012: 19)

Peneliti mengadaptasi model penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart ini,

namun karena adanya keterbatasan dalam hal waktu dan perijinan peneliti

menggunakan model penelitian ini hanya sampai siklus 2.

Penjelasan dari setiap tahapan tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas

adalah sebagai berikut:

1. Tahap I: Perencanaan

Langkah pertama adalah membuat perencanaan secara matang. Dalam

perencanaan ini terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah,

merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Masing-masing kegiatan

2. Tindakan 1. Perencanaan

SIKLUS I

4. Refleksi

3. Observasi 1. Perencanaan

2.Tindakan 4.Refleksi SIKLUS II

(52)

tersebut terdapat sub-sub kegiatan yang akan menunjang perencanaan

yang lebih sempurna.

2. Tahap II: Tindakan

Langkah kedua adalah pelaksanaan. Yang dimaksud pelaksanaan dalam

tahap ini adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap

pertama yaitu bertindak di kelas. Tindakan yang dilakukan harus sesuai

dengan rencana namun terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan

mempengaruhi ketika refleksi pada tahp empat sehingga hasilnya dapat

disesuaikan dengan maksud awal.

3. Tahap III: Observasi

Langkah ketiga yaitu pengamatan. Pengamatan atau observasi ini adalah

alat untuk melihat seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

Pada tahap ini peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan,

cara mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan datanya yang

dapat berupa angket, wawancara, observasi, dan lain-lain.

4. Tahap IV: Refleksi

Langkah yang terakhir adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk

mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi ini baru bisa

dilakukan jika pelaksanaan tindakan sudah selesai dilakukan. refleksi akan

lebih efektif bila anatar guru yang melakukan tindakan berhadapan

langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator (kepala sekolah).

Jika PTK dilakukan sendirian, refleksi yang paling efektif adalah berdialog

dengan diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus

(53)

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Klepu yang terletak di Klepu,

Sendangmulyo, Minggir, Sleman.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para siswa-siswi kelas III di SD

Kanisius Klepu yang berjumlah 25 anak pada tahun pelajaran 2015/2016.

3. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan

berpikir kritis matematika dengan penggunaan tipe pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika tentang materi

perkalian dan pembagian kelas III di SD Kanisius Klepu.

C. Persiapan

Persiapan dalam penelitian ini meliputi:

1. Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Klepu

2. Melakukan wawancara dengan guru kelas III untuk mengetahui

permasalahan yang terjadi pada siswa

3. Melakukan observasi pembelajaran siswa di kelas III guna memperoleh

gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta karakteristik siswa.

4. Peneliti menyebarkan kuesioner untuk mengetahui kondisi awal

(54)

5. Meminta dokumen nilai siswa dari guru kelas III dari tahun ajaran

sebelumnya.

6. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ada di kelas III tentang

perkalian dan pembagian.

7. Merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.

8. Menyusun rencana penelitian

9. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS,

Soal Evaluasi Siklus I dan II, kunci jawaban dan instrument penelitian.

10.Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari validasi perangkat

pembelajaran dua dosen ahli dan guru kelas.

D. Rencana Tindakan

Rencana tindakan dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan sebelum

penelitian dan rencana setiap siklus. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi

tiga tahap yaitu:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran seperti silabus, RPP, materi yang akan diajarkan, LKS,

media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan soal evaluasi

siklus I.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dilakukan dalam 2 pertemuan

(55)

jam pelajaran berlangsung selama 35 menit. Tahapan proses

pelaksanaan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan I

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal, guru memulai kegiatan pembelajaran

dengan mengucapkan salam dan presensi, kemudian guru

membagikan kuesioner mengenai kemampuan berpikir kritis

siswa. Setelah itu guru melakukan kegiatan apersepsi dengan

tujuan untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa

dalam mengikuti pembelajaran di kelas serta menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b) Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti ini, guru melakukan demonstrasi

penggunaan media berupa beberapa gambar benda-benda yang

ditempel di atas kertas karton untuk menjelaskan konsep

perkalian sebagai penjumlahan berulang. Hal ini dilakukan

untuk mengarahkan siswa pada sebuah masalah. Kemudian

beberapa siswa diminta maju kedepan untuk berpartisipasi

dalam penggunaan media. Setelah itu, untuk

mengorganisasikan siswa untuk belajar, siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok untuk mengerjakan LKS. Beberapa

perwakilan siswa di setiap kelompok maju kedepan kelas untuk

menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis.

(56)

Dalam kegiatan penutup atau akhir, guru bersama dengan

siswa melakukan tanya jawab kemudian membuat kesimpulan

tentang materi pembelajaran yang sudah dipelajari. Kemudian

guru meminta siswa untuk membuat refleksi pembelajaran

untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2) Pertemuan II

a) Kegiatan Awal

Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya

jawab kepada siswa tentang materi sebelumnya.

b) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan tentang sifat operasi hitung perkalian

yaitu sifat penyebaran dan tentang cara mengalikan bilangan

satu angka dengan bilangan dua angka dengan membacakan

sebuah soal cerita untuk memberikan stimulus siswa

menemukan masalah. Kemudian untuk mengarahkan siswa

untuk belajar, siswa mengerjakan LKS yang dibagikan oleh

guru.

c) Kegiatan Akhir

Untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah,

sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, siswa diminta untuk

(57)

siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang sudah

dipelajari.

c. Observasi

Observasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung pada

siklus I. Peneliti mengobservasi tentang kemampuan berpikir kritis

sesuai dengan pedoman observasi kemampuan berpikir kritis yang

sudah dibuat. Pelaksanaan proses pembelajaran ini sudah sesuai

dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran PBL.

d. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi setelah melakukan tindakan pada siklus I.

Refleksi ini bertujuan untuk memberikan penilaian dan mengetahui

kekurangan maupun kelebihan yang terjadi ketika kegiatan

pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi pada siklus ini akan

digunakan sebagai pertimbangan untuk merencakan pembelajaran pada

siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP,

materi yang akan diajarkan, LKS, media yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran dan soal evaluasi siklus I.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilakukan dalam 2 pertemuan.

Gambar

Gambar 2.1 Keterkaitan Penelitian yang Relevan dengan Penelitian Peneliti
Gambar 3.1 Skema Penelitian
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
Tabel  3.2. Kisi-Kisi Indikator Berpikir Kritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian tentang efektivitas terapi kombinasi jus bayam dan tomat terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia, diketahui

Dengan demikian, kondisi seseorang dapat dilihat secara komprehensif (Suharmiati, 2003). Pada bulan April tanggal 15 dan 21 serta pada bulan Mei tanggal 21 penulis melakukan

Penulis melakukan analisa produk yang lebih banyak diproduksi dalam perusahaan tersebut dengan menggunakan klasifikasi ABC, kemudian melakukan peramalan terhadap data hisotri

bahwa dalam rangka penyediaan, pencairan, penyaluran, dan pertanggungjawaban dana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 pada Otoritas Jasa Keuangan, sesuai

Pada tingkat bunga keseimbangan, jumlah uang riil yang diminta sama dengan

Pada akhir PLPG dilakukan uji kompetensi yang meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian praktik). Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di masa produksi kopra yang begitu massif, kelapa menjadi komoditi yang disembah bagi masyarakat Selayar dan memiliki makna

Angket tersebut dapat disimpulkan bahwa para peserta dapat memperoleh manfaat dari program pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas media pembelajaran, mengetahui cara