BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Lampiran 1 Surat Penelitian
b. Setelah Siklus
Kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa setelah pembelajaran di siklus II selesai. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika setelah siklus II di setiap indikator adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Skor Rata-Rata Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa
No Nama No Soal Skor Kriteria
1 2 7 15
1 F P M 5 3 3 2 13 Cukup Kritis
2 A K L 4 4 4 4 16 Kritis
3 ADK 4 5 5 4 18 Sangat Kritis
4 APW 4 5 4 4 17 Kritis
5 AFA 4 5 5 2 16 Kritis
6 BRRF 4 5 4 2 15 Cukup Kritis
7 CV 4 5 4 4 17 Kritis
8 DPK 3 3 2 2 10 Sangat Tidak Kritis
9 EKN 4 5 3 4 16 Kritis
10 EDP 3 3 2 2 10 Sangat Tidak Kritis
11 FSA 4 5 5 3 17 Kritis
12 GO 4 2 2 2 10 Sangat Tidak Kritis
13 GFW 4 3 5 3 15 Cukup Kritis
14 GES 5 3 2 3 13 Cukup Kritis
15 GDS 5 5 5 4 19 Sangat Kritis
16 KJ 4 4 4 3 15 Cukup Kritis
17 MDA 5 4 4 3 16 Kritis
18 MPA 4 5 4 4 17 Kritis
19 NARW 5 5 4 4 18 Sangat Kritis
20 OBDN 4 2 2 2 10 Sangat Tidak Kritis
21 RRW 4 2 2 2 10 Sangat Tidak Kritis
22 VF 4 2 2 2 10 Sangat Tidak Kritis
23 PREM 4 3 3 4 14 Cukup Kritis
24 YAPN 3 3 2 2 10 Sangat Tidak Kritis
25 ADBA 4 4 3 4 15 Cukup Kritis
Rata-rata Skor Kelas 14,28 Cukup Kritis
Nilai Rata-rata Kelas 71,4 Cukup Kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 18
Persentase jumlah siswa minimal cukup
kritis 72%
Dari tabel 4.11 diatas berdasarkan kriteria tabel 3.11, dapat dilihat bahwa dari 25 siswa, 18 (72%) siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis setiap siswa pada indikator 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Skor Rata-Rata Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa
No Nama No Soal Skor Kriteria
5 6 10 11 12 13 16
1 F P M 2 2 3 2 3 2 2 16 Sangat Tidak Kritis
2 A K L 4 3 3 3 4 4 3 24 Cukup Kritis
3 ADK 3 2 3 2 3 3 2 18 Sangat Tidak Kritis
4 APW 4 4 4 3 4 2 3 24 Cukup Kritis
5 AFA 3 2 2 3 2 3 2 17 Sangat Tidak Kritis
6 BRRF 5 3 3 4 3 3 2 23 Cukup Kritis
7 CV 4 2 3 3 2 2 2 18 Sangat Tidak Kritis
8 DPK 4 2 3 4 3 4 3 23 Cukup Kritis
9 EKN 4 1 3 3 4 4 4 23 Cukup Kritis
10 EDP 3 2 3 2 3 2 3 18 Sangat Tidak Kritis
11 FSA 4 2 4 4 3 3 4 24 Cukup Kritis
12 GO 4 3 3 3 4 3 3 23 Cukup Kritis
13 GFW 3 2 3 2 2 3 3 18 Sangat Tidak Kritis
14 GES 3 4 3 2 3 4 4 23 Cukup Kritis
15 GDS 3 2 2 2 3 3 3 18 Sangat Tidak Kritis
16 KJ 4 2 2 3 3 2 2 18 Sangat Tidak Kritis
17 MDA 4 2 2 3 2 2 2 17 Sangat Tidak Kritis
18 MPA 4 3 4 3 4 3 3 24 Cukup Kritis
19 NARW 4 2 3 4 3 3 4 23 Cukup Kritis
20 OBDN 4 3 4 3 2 4 4 24 Cukup Kritis
21 RRW 3 2 2 3 2 2 3 17 Sangat Tidak Kritis
22 VF 3 3 2 2 3 2 3 18 Sangat Tidak Kritis
24 YAPN 4 4 2 3 2 4 4 23 Cukup Kritis
25 ADBA 2 2 3 2 2 2 4 17 Sangat Tidak Kritis
Jumlah Skor Kelas 508
Rata-rata Skor Kelas 20,32 Tidak Kritis
Nilai Rata-rata Kelas 58.05 Tidak Kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 12
Persentase jumlah siswa minimal cukup kritis 48%
Dari tabel 4.12 diatas, berdasarkan kriteria tabel 3.12 dapat dilihat bahwa dari 25 siswa, 12 (48%) siswa yang memiliki kemampuan cukup kritis. Kemampuan berpikir kritis setiap siswa pada indikator 3 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13 Skor Rata-Rata Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa
No Nama No Soal Skor Kriteria
3 4 8 9 19 20
1 F P M 2 3 3 2 2 3 15 Sangat Tidak Kritis
2 A K L 5 3 5 3 2 4 22 Cukup Kritis
3 ADK 2 4 5 3 2 4 20 Cukup Kritis
4 APW 5 5 4 3 2 3 22 Cukup Kritis
5 AFA 3 3 3 3 2 2 16 Sangat Tidak Kritis
6 BRRF 2 2 3 3 2 2 14 Sangat Tidak Kritis
7 CV 4 4 5 3 3 2 21 Cukup Kriti
8 DPK 3 4 4 3 3 3 20 Cukup Kritis
9 EKN 2 4 5 2 1 1 15 Sangat Tidak Kritis
10 EDP 2 3 2 3 2 2 14 Sangat Tidak Kritis
11 FSA 5 4 4 5 2 3 23 Cukup Kritis
12 GO 2 3 3 3 2 3 16 Sangat Tidak Kritis
13 GFW 3 4 5 5 3 5 25 Kritis
14 GES 5 2 5 2 3 3 20 Cukup Kritis
15 GDS 4 4 5 4 2 2 21 Cukup Kritis
16 KJ 5 3 5 3 3 4 23 Cukup Kritis
17 MDA 4 3 3 3 2 1 16 Sangat Tidak Kritis
18 MPA 5 3 5 3 5 2 23 Cukup Kritis
19 NARW 4 4 5 3 2 4 22 Cukup Kritis
20 OBDN 3 4 2 3 2 2 16 Sangat Tidak Kritis
22 VF 3 3 2 3 3 2 16 Sangat Tidak Kritis
23 PREM 3 4 4 3 3 4 21 Cukup Kritis
24 YAPN 4 3 3 4 3 3 20 Cukup Kritis
25 ADBA 4 3 4 3 3 3 20 Cukup Kritis
Jumlah Skor Kelas 477
Rata-rata Skor Kelas 19,08 Tidak Kritis
Nilai Rata-rata Kelas 63,60 Tidak Kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 15
Persentase jumlah siswa minimal cukup kritis 60%
Dari tabel 4.13 diatas, berdasarkan kriteria tabel 3.13 dapat dilihat bahwa dari 25 siswa, 15 (60%) siswa yang memiliki kemampuan berpikir cukup kritis.
Kemampuan berpikir kritis setiap siswa pada indikator 4 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14 Skor Rata-Rata Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa
No Nama No Soal Skor Kriteria
14 17 18
1 F P M 1 2 3 6 Sangat Tidak Kritis
2 A K L 3 3 4 10 Cukup Kritis
3 ADK 3 3 4 10 Cukup Kritis
4 APW 2 3 2 7 Sangat Tidak Kritis
5 AFA 2 2 2 6 Sangat Tidak Kritis
6 BRRF 2 2 2 6 Sangat Tidak Kritis
7 CV 4 3 3 10 Cukup Kritis
8 DPK 2 2 2 6 Sangat Tidak Kritis
9 EKN 3 1 3 7 Sangat Tidak Kritis
10 EDP 2 2 2 6 Sangat Tidak Kritis
11 FSA 1 2 3 6 Sangat Tidak Kritis
12 GO 3 3 2 8 Tidak Kritis
13 GFW 3 3 4 10 Cukup Kritis
14 GES 4 3 4 11 Cukup Kritis
15 GDS 2 2 2 6 Sangat Tidak Kritis
16 KJ 5 5 4 14 Sangat Kritis
18 MPA 3 3 4 10 Cukup Kritis
19 NARW 3 2 4 9 Tidak Kritis
20 OBDN 3 2 2 7 Sangat Tidak Kritis
21 RRW 2 2 3 7 Sangat Tidak Kritis
22 VF 3 3 4 10 Cukup Kritis
23 PREM 3 2 2 7 Sangat Tidak Kritis
24 YAPN 4 3 4 11 Cukup Kritis
25 ADBA 3 3 4 10 Cukup Kritis
Jumlah Skor Kelas 211
Rata-rata Skor Kelas 8,44 Tidak Kritis
Nilai Rata-rata Kelas 42,2 Sangat Tidak Kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup
kritis 11
Persentase jumlah siswa minimal
cukup kritis 44%
Dari tabel 4.14 diatas, berdasarkan kriteria tabel 3.14 dapat dilihat bahwa dari 25 siswa, 11 (44%) siswa yang memiliki kemampuan berpikir cukup kritis.
Skor yang diperoleh untuk keseluruhan indikator pada kondisi akhir siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Akhir
Nama Siswa Indikator Jumlah Keterangan
1 2 3 4
F P M 13 16 15 6 52 Sangat Tidak Kritis
A K L 16 24 22 10 72 Cukup Kritis
ADK 18 18 20 10 66 Cukup Kritis
APW 17 24 22 7 75 Cukup Kritis
AFA 16 17 16 6 65 Cukup Kritis
BRRF 15 23 14 6 60 Tidak Kritis
CV 17 18 21 10 66 Cukup Kritis
DPK 10 23 20 6 59 Tidak Kritis
EKN 16 23 15 7 63 Tidak Kritis
EDP 10 18 14 6 58 Tidak Kritis
FSA 17 24 23 6 70 Cukup Kritis
GO 10 23 16 8 60 Tidak Kritis
GFW 15 18 25 10 78 Cukup Kritis
GES 13 23 20 11 67 Cukup Kritis
GDS 19 18 21 6 64 Tidak Kritis
KJ 15 18 23 14 70 Cukup Kritis
MDA 16 17 16 11 60 Tidak Kritis
MPA 17 24 23 10 78 Cukup Kritis
RRW 10 17 16 7 61 Tidak Kritis
VF 10 18 16 10 64 Tidak Kritis
PREM 14 17 21 7 59 Tidak Kritis
YAPN 10 23 20 11 64 Tidak Kritis
ADBA 15 17 20 10 72 Cukup Kritis
Jumlah Skor Kelas 1632
Rata-rata Skor Kelas 65,28 Cukup Kritis
Nilai Rata-rata Kelas 65,28 Cukup kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 12
Persentase jumlah siswa minimal cukup
kritis 48%
Berdasarkan tabel 4.15 dengan dasar kriteria tabel 3.15 telah diperoleh jumlah siswa yang termasuk dalam kriteria cukup kritis sebanyak 12 siswa dengan presentase 48%. Hasil perhitungan kemampuan berpikir kritis siswa akhir siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.16 Skor Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Siklus II
No Indikator Berpikir Kritis Skor Rata-rata
yang Dicapai Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Presentase 1 Mengenal masalah 14,28 71,4 72% 2 Menemukan cara-cara
yang dapat dipakai untuk
menangani masalah- masalah itu 20,32 58,05 48% 3 Menganalisis data 19,08 63,6 60% 4 Mengenal adanya
hubungan yang logis
antara masalah-masalah
8,44 56,26 44%
Keseluruhan 65,28 65,28 48%
Berdasarkan tabel 4.16, data kondisi awal kemampuan berpikir kritis untuk indikator mengenal masalah dilihat dari nilai adalah sebesar 71,40 dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis 72%, indikator menemukan cara – cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah - masalah sebesar 58,05 dengan presentase siswa
63,60 dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis 60% dan indikator mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah- masalah sebesar 56,26 dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis 44%.
Peningkatan skor rata-rata kemampuan berpikir kritis per indator dari kondisi awal dan setelah siklus II disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.17 Peningkatan Nilai Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis
No Indikator Berpikir Kritis Kondisi Awal Akhir Siklus
1 Mengenal masalah 63 71,4
2 Menemukan cara-cara yang dapat dipakai
untuk menangani masalah 55,08 58,05
3 Menganalisis data 56,26 63,6
4 Mengenal adanya hubungan yang logis
antara masalah-masalah 49,6 56,26
Keseluruhan 56,2 65,28
Berdasarkan tabel 4.17, hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti menyajikan kedalam bentuk diagram seperti
Gambar 4.4 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan hasil yang diperoleh kemampuan berpikir kritis, dilihat dari nilai kondisi awal di tiap-tiap indikator meningkat dari kondisi awal sampai dengan kondisi akhir.
5. Hasil Observasi Berpikir Kritis
Pengamatan atau observasi berpikir kritis dilaksanakan pada 4 kali pertemuan di setiap siklusnya selama proses pembelajaran. Dari pengamatan yang sudah dilakukan dalam 4 kali pertemuan, didapatkan hasil observasi berpikir kritis sebagai berikut:
Tabel 4.18 Hasil Observasi Berpkir Kritis
Indikator
Siklus I Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria
1 40 STK 51 CK 51 CK 59 CK
2 43 TK 51 CK 51 CK 55 CK
3 39 STK 48 TK 58 CK 60 K
4 41 TK 53 CK 51 CK 59 CK
Tabel 4.18 diatas menunjukkan hasil observasi berpikir kritis di setiap siklus yang terdiri dari 4 pertemuan. Tabel tersebut menjelaskan skor yang diperoleh siswa pada setiap indikatornya beserta kriteria yang didapat yaitu Sangat Kritis (SK), Kritis (K), Cukup Kritis (CK), Tidak Kritis (TK), dan Sangat Tidak Kritis (STK).
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada
materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) siswa kelas III SD Kanisius Klepu tahun pelajaran 2015/2016.
1. Penerapan Problem Based Learning (PBL)
Penelitian tentang penerapan PBL pada materi perkalian dan pembagian yang telah dilaksanakan di kelas III SD Kanisius Klepu tahun pelajaran 2015/2016 ini meliputi 7 langkah (Amir, 2009:24) yaitu membentuk kelompok kecil yaitu; mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, merumuskan masalah, menganalisis masalah, menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam, memformulasikan tujuan pembelajaran, mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok) dan , mensintesa (menggabungkan dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dosen/kelas).
2. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa kelas III SD Kanisius Klepu berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan khususnya pada materi perkalian dan pembagian. Data hasil belajar siswa diperoleh dari jumlah rata-rata hasil evaluasi yang dilakukan disetiap akhir siklus I dan II. Hal ini sejalan dengan pendapat Majid (2014) bahwa hasil belajar dalam pengertian luas, salah satunya mencakup bidang kognitif. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, Budi & Suryandari (2013) karena memiliki variable yang sama yaitu hasil belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II maka didapatkan hasil bahwa adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Kanisius Klepu tahun pelajaran 2015/2016 ketika mengikuti pembelajaran matematika materi perkalian dan pembagian.
Kemampuan berpikir kritis ini sejalan dengan pendapat Glazer (2001), berpikir kritis dalam matematika adalah kemampuan dan disposisi untuk melibatkan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan atau mengevaluasi situasi matematis yang kurang dikenal dalam cara yang reflektif. Di harapkan dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Begitu pula dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Kartika (2015) dengan variable yang sama dengan penelitian ini yaitu tentang berpikir kritis matematika.
Setelah dipaparkan hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar menggunakan diagram, agar dapat mengetahui pencapaian dalam penelitian ini, peneliti menjabarkannya dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.19 Perbandingan Pencapaian Penelitian
Peubah Indikator Kondisi
Awal
Siklus I Siklus II
Target Capaian Target Capaian
Hasil Belajar Nilai rata-rata siswa 63,3 65 74,09 70 79,38
Persentase siswa yang mencapai KKM 50% 70% 76% 80% 80% Kemampuan Berpikir Kritis
Kondisi Awal Kondisi Akhir
Nilai kemampuan
berpikir kritis 56,2 65,28
kritis
Berdasarkan hasil pengamatan, nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari perolehan saat kondisi awal adalah 63,3 meningkat pada siklus I sebesar 74,09 dengan target pencapaian 65 dan pada siklus II sebesar 79,38 dengan target pencapaian sebesar 70. Selain itu persentase perolehan KKM juga mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang ditentukan, hal ini dapat dilihat pada pemerolehan kondisi awal siswa yang mencapai KKM sebesar 50%, meningkat pada siklus I sebesar 76% dengan target pencapaian 70% dan siklus II sebesar 80% dengan target pencapaian 80%.
Sedangkan hasil pengamatan, untuk kemampuan berpikir kritis siswa kuesioner diberikan sebelum proses pembelajaran siklus I dan diakhir siklus II. Perolehan nilai kemampuan berpikir kritis pada kondisi awal sebesar 2,81 kemudian meningkat menjadi 3,11.
Dengan demikian, penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis tentang penerapan PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa materi perkalian dan pembagian siswa kelas III SD Kanisius Klepu tahun pelajaran 2015/2016.
4. Hasil Observasi
Peningkatan kemampuan berpikir kritis berdarakan hasil observasi yang sudah dilakukan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.20 Rata-rata Hasil Observasi Berpikir Kritis Skor Rata-rata setiap indikator
46 47 44 47 55 53 59 55
TK TK TK TK CK CK CK CK
Rata-rata siklus I Rata-rata siklus II
46 56
TK CK
Dari tabel 4.20 tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I sebesar 46 sehingga termasuk dalam kriteria Tidak Kritis (TK). Sedangkan pada siklus II, rata-rata yang dicapai sebesar 56 sehingga termasuk dalam kriteria Cukup Kritis (CK). Dari data tersebut terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari hasil observasi mengalami peningkatan dari kondisi awal sampai kondisi akhir.
BAB V PENUTUP
Dalam bab V ini, peneliti membahas kesimpulan, keterbatasan dan saran pada penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam peneltian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Upaya peningkatan hasil belajar dan berpikir kritis siswa kelas III pada mata pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu tahun pelajaran 2015/2016 telah dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: guru menyampaikan materi pembalajaran dengan media, siswa belajar dalam kelompok, siswa mengerjakan lembar kerja siswa dan soal evaluasi mandiri dan guru melakukan refleksi pembelajaran.
2. Penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini terlihat dari meningkatnya rata-rata nilai pada kondisi awal yaitu 72,90 meningkat menjadi 74,09 pada siklus I kemudian meningkat lagi apada siklus II yaitu 79,38. Selain dilihat dari rata-rata nilai, dapat dilihat juga dari presentase ketuntasan hasil belajar sebesar 71 % pada kondisi awal, lalu meningkat menjadi 76% pada siklus I dan sebesar 80% pada siklus terakhir yaitu siklus II.
3. Penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari nilai kondisi awal siswa pada kemampuan berpikir kritis yaitu sebesar 2,81 meningkat menjadi 3,11 pada akhir siklus.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan penelitian, antara lain:
1. Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga peneliti tidak dapat mengontrol jawaban dari responden yaitu siswa, apakah jawaban yang mereka berikan benar-benar sesuai dengan yang dialami saat pembelajaran atau hanya sekedar mengisi kuesioner yang diberikan.
2. Kurang maksimal saat menggali pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan yaitu perkalian dan pembagian karena terbatasnya alokasi waktu selama kegiatan pembelajaran.
3. Kemampuan berpikir kritis yang diperoleh sebagian besar menunjukan hasil yang cukup kritis. Hanya sedikit yang menunjukkan hasil dengan keterangan kritis atau sangat kritis.
C. Saran
Dalam rangka memberikan pemikiran untuk meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis matematika pada siswa, maka peneliti menyampaikan saran- saran sebagai berikut:
1. Selain menggunakan kuesioner sebagai instrumen kemempuan berpikir kritis siswa, dapat pula dengan melakukan wawancara dengan guru mengenai berpikir kritis siswa. Tidak hanya menggali tentang masalah yang terjadi di kelas namun juga menggali tentang bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa selama pembelajaran untuk memperkuat instrumen kuesioner.
2. Mempertimbangkan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan lebih mendalam. 3. Dalam penetapan rentang skor, seharusnya tidak menggunakan rentang
angka. Sehingga hasil penghitungan akan menunjukkan kriteria atau keterangan yang lebih jelas, apakah kritis atau tidak kritis.
DAFTAR REFERENSI
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Amir, Taufik. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana
Arends, Richard I. 2013. Belajar untuk Mengajar. Jakarta: Salemba Humanika Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Daryanto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah
Beserta Contoh-contohnya. Yogyakarta: Gava Media
Daryanto dan Raharjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media
Dumgair. (2007). Penerapan Model Problem Basd Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN Madyopuro 3 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Diunduh pada 3 Februari 2016,
dari http://karya-ilmiah.um.ac.id
Fajariyah, Triratnawati. Cerdas Berhitung Matematika Untuk SD/MI Kelas 3. 2008. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga
Gd. Gunantar, Md. Suarjana, Pt. Nanci Riastini. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Diunduh pada 3 Februari
2016, dari http://ejournal.undiksha.ac.id
Kartika, D.L. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi
Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Achievement Division Kelas IV SDN Ngampel Purworejo. Skripsi.
Yogyakarta
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Majid, A. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Masidjo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius
Mufarrokah, A. 2009. Strategi Belajar dan Mengajar. Yogyakarta: Teras
Purnomo, Y.W. 2015. Pembelajaran Matematika Untuk PGSD. Jakarta: Erlangga Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Runtukahu, J.T dan Kandou S. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Siregar dan Nara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pressindo
Sukmadinata, N.S. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya
Supratiknya, A. 2012. Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suyadi. 2012. Buku Panduan Guru Profesional Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dan Penelitian. Yogyakarta: Andi
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara