• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saya menyatakan bahwa Disertasi dengan judul “Pendekatan Sistem dalam Pendugaan Nilai Ekonomi Total Ekosistem Hutan” adalah karya saya, dengan arahan dari komisi pembimbing. Karya ilmiah ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi lain. Sumber informasi atau pernyataan yang dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Disertasi.

Bogor, Maret 2008

Bahruni NIM 995174

ABSTRACT

BAHRUNI. A System Approach to Estimate Total Economic Value of Forest

Ecosystem: Case Study on the Logged of Production Natural Forest.

Supervised by PROF. ENDANG SUHENDANG as chairman of the advisory committee, PROF. DUDUNG DARUSMAN and PROF. HADI S. ALIKODRA as members of the advisory committee.

Sustainable forest management needs the economic and ecological balance. The change of forest management with the strong sustainability paradigm should be supported by moral awareness which is predominated from the beginning by anthropocentric ethics and then shift to biocentric and ecocentric.

Total economic value (TEV) of forest ecosystem comes from various forest products such as timber, non timber forest products, and ecological function. TEV is based upon human preference and there are use value, option value and existence value. This research has following objectives : (1) to answer the question on how to measure the dynamics of total economic value of forest ecosystem, and (2) how to harmonize various values of stakeholders in forest management. The forest ecosystem values could be estimated using a system approach which is based on ecological and economic linkages. This system concerns on dependency nature of forest products and differences of stakeholders interest. System is constructed to evaluate impact of cutting intensity to TEV dynamics, which is consist of subsystem of forest stand, timber and non timber forest products, ecological function, TEV and it’s distribution among stakeholders.

Simulation result of harvesting intensity by 0%, 50%, 76% and 100% show that the relationship between use value of timber product and other values (use value of non timber forest products, erosion control and water regulatory functions, option and existence values of biodiversity) is trade off and non linier. Each component of TEV is influenced by forest stand condition, as the result of harvesting intensity. A harmonize stakeholders’ interest is measured by total economic value distribution and sustainability of forest resources. Result of simulation shows the harmonize will be achieved at 50% until 76% of harvesting intensity. To allow implementation of multiple use management, forest policy change is needed such as institutional setting, forestry planning system and facilitating of NTFP market.

RINGKASAN

BAHRUNI. Pendekatan Sistem dalam Pendugaan Nilai Ekonomi Total

Ekosistem Hutan: Studi Kasus Hutan Alam Produksi Bekas Tebangan.

Dibimbing oleh PROF. ENDANG SUHENDANG sebagai ketua komisi pembimbing, PROF. DUDUNG DARUSMAN dan PROF. HADI S. ALIKODRA masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing.

Anomali pengelolaan hutan saat ini antara lain eksternalitas negatif berupa penurunan fungsi ekologis dan kerusakan habitat yang mengancam kelestarian ekosistem hutan tersebut. Oleh karena itu perlu perubahan pengelolaan hutan dengan paradigma kelestarian kuat. Perubahan ini memerlukan kesadaran moral yang semula didominasi oleh etika antroposentrisme harus bergeser kepada biosentrisme dan ekosentrisme (kesadaran ekologisme) dan pengembangan pengetahuan ekologis dan ekonomi ekosistem hutan. Salah satu informasi penting yang diperlukan dalam pengelolaan hutan adalah pengetahuan “Nilai Ekonomi Total” (NET) sebagai sarana pengambilan keputusan pengelolaan. Namun demikian saat ini ada gap informasi mengenai bagaimana pola hubungan antara kondisi ekosistem dengan NET. Oleh karena itu diperlukan pendugaan NET yang didasarkan atas dinamika ekosistem hutan melalui pendekatan sistem.

Tujuan umum penelitian adalah mendapatkan model pendugaan NET ekosistem hutan alam dengan pendekatan sistem, yang menjadi media proses pembelajaran terhadap berbagai bentuk interaksi diantara komponen-komponen yang diteliti. Tujuan khusus adalah 1) Mendapatkan pengetahuan dinamika NET pada berbagai intensitas penebangan tegakan; 2) Mendapatkan pengetahuan bagaimana harmonisasi kepentingan stakeholders di dalam pengelolaan hutan berdasarkan konsep NET. Manfaat penelitian 1) Pada aspek ilmu pengetahuan akan berkontribusi pada pengembangan metodologi penilaian ekosistem hutan; 2) Pada aspek pengelolaan hutan akan berkontribusi pada penguatan sistem pengelolaan ekosistem hutan berbasis ekosistem dengan dukungan kesadaran etika biosentrisme dan ekosentrisme. Hipotesis penelitian adalah (a) pendugaan NET dengan pendekatan sistem mampu menggambarkan interaksi berbagai hasil hutan yang saling meniadakan dan dinamikanya menurut jangka waktu setelah penebangan, (b) pendugaan NET dengan pendekatan sistem dapat mengarahkan keputusan tujuan pengelolaan hutan alam dengan harmonisasi kepentingan stakeholders.

Penelitian dilakukan di hutan alam produksi areal PT SBK Kalimantan Tengah. Unit penilaian adalah kesatuan ekosistem hutan alam tipe hutan hujan tropis dataran rendah dan bukit berupa asosiasi yang didominasi oleh famili dipterocarpaceae dengan komponen vegetasi, satwaliar, fungsi hidrologis dan masyarakat. Penelitian dilakukan dengan model ekologis dan ekonomi, untuk mengetahui pengaruh intensitas penebangan terhadap perkembangan komponen ekosistem, NET dan dampaknya terhadap kepentingan stakeholders. Variabel pada model ekologis meliputi variabel-variabel pertumbuhan tegakan dan keanekaragaman jenis tegakan dan satwaliar, populasi satwaliar, tata air dan erosi, sedangkan pada model ekonomi meliputi pemanfataan hasil hutan, kesediaan membayar (harga), biaya, serta suku bunga. Konstruksi model menggunakan bantuan Program Stella-8, meliputi subsistem tegakan, subsistem tumbuhan dan satwaliar, subsistem hasil kayu dan non kayu, subsistem fungsi tata air dan pengendalian erosi, subsistem NET ekosistem hutan dan distribusinya pada stakeholders.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perkembangan tegakan setelah penebangan terhadap dinamika potensi hasil hutan non kayu dari tumbuhan dan satwaliar, fungsi hidrologis (pengendalian erosi dan hasil air) dan keanekaragaman hayati, dapat dijelaskan secara baik oleh variabel jangka waktu setelah penebangan. Model dinamika tumbuhan penghasil kayu dan non kayu adalah linier, model dinamika satwaliar spesifik untuk setiap jenis yaitu rusa, kancil dan babi bentuk kuadratik, kijang bentuk polinomial dan aneka burung dengan bentuk sigmoid. Model perkembangan erosi dan kualitas air dengan bentuk eksponensial negatif, sedangkan dinamika keanekaragaman hayati berbentuk polinomial. Hasil simulasi dengan intensitas penebangan 0%, 50%, 76% dan 100% menunjukkan NET1 (nilai guna kayu dan non kayu) maksimum dicapai pada intensitas penebangan 100% dengan nilai kiwari selama siklus 35 tahun sebesar Rp 3.619.000/ha. Hal sebaliknya terjadi pada NET3 (nilai kayu, non kayu, fungsi hidrologis, pilihan dan keberadaan keanekaragaman hayati) maksimum pada kondisi tanpa penebangan, dengan nilai kiwari Rp 3.860.000/ha.

Hasil analisis distribusi NET bagi stakeholders menunjukkan adanya konvergensi manfaat yang diperoleh stakeholders (pemerintah, pengelola dan masyarakat lokal) pada intensitas penebangan sedang (intensitas penebangan antara 50% dan 76%). Jika alternatif keputusan bergerak dari tanpa penebangan menuju penebangan dengan intensitas yang semakin tinggi, maka hasil analisis distribusi NET1 menunjukkan masyarakat lokal yang berisiko tinggi mengalami penurunan kesejahteraan cukup besar (dari 90% menjadi 10% NET1). Sedangkan,

pemerintah dan pengelola hutan cenderung semakin naik kesejahteraannya (better off), pemerintah bergerak dari 10% menjadi 33% dan pengelola dari 0% menjadi 56%. Pada analisis distribusi NET3 yang mengandung komponen-komponen NET yang lebih lengkap, menunjukkan fenomena yang berbeda, kebalikan dari distribusi NET1. Pemerintah beresiko mengalami worse off yang sangat tinggi (dari 19% menjadi -7%), masyarakat lokal juga cenderung turun tetapi tidak sebesar pemerintah (dari 81% menjadi 30%). Sedangkan, pengelola hutan selalu akan lebih baik, dari pilihan tanpa penebangan menjadi dengan penebangan, yaitu memperoleh nilai manfaat kayu dari 0% menjadi 77% NET3.

Penelitian ini membuktikan bahwa: 1) Sifat hubungan antara nilai guna hasil hutan kayu dengan komponen-komponen NET lainnya bersifat trade off, sedangkan sifat hubungan di antara komponen NET selain nilai guna kayu tersebut saling sinergis; dan besar nilai setiap komponen NET dipengaruhi oleh intensitas penebangan tegakan. Pada alternatif tanpa penebangan menuju alternatif intensitas penebangan yang semakin tinggi, maka nilai guna kayu bergerak kearah positif (semakin besar), sedangkan nilai guna non kayu, nilai guna tidak langsung fungsi hidrologis, nilai pilihan dan keberadaan keanekaragaman hayati ke arah negatif (semakin kecil). Pola perubahan nilai setiap komponen NET dengan arah pergerakannya menurut intensitas penebangan tidak linier. 2) NET3 (nilai kayu, non kayu, fungsi hidrologis, keanekaragaman hayati) maksimum pada alternatif tanpa penebangan (intensitas 0%) dan sekaligus memenuhi kriteria kelestarian. 3) Keputusan tujuan pengelolaan hutan alam produksi harus memperhatikan perspektif stakeholders. Berbagai pilihan pengelolaan yang mewakili kepentingan stakeholders dapat diharmoniskan melalui dialog stakeholders, dengan pengaturan tingkat pemanfaatan setiap jenis hasil hutan, yang didukung dengan pemenuhan kriteria kelestarian sumberdaya dan hasil hutan. Hasil simulasi pada penelitian ini menunjukkan intensitas penebangan sedang dengan kisaran antara 50-76% memberikan indikasi konvergensi manfaat ekosistem hutan diantara stakeholders.

Implikasi kebijakan dari hasil penelitian adalah perubahan sistem pengelolaan hutan alam dengan tujuan yang beragam (multiple-use), kelembagaan pengelolaan kearah manajemen kolaboratif (adaptif).

Kata-kata kunci : nilai ekonomi total, stakeholders, kelestarian sumberdaya dan hasil hutan, kebijakan kehutanan

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

PENDEKATAN SISTEM DALAM

PENDUGAAN NILAI EKONOMI TOTAL