• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PENGAWASAN SURAT

G. Cara Penghitungan PPh Orang Pribadi

I. Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Tagihan Pajak (STP), diterbitkan apabila PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, terdapat kekurangan pembayaran pajak, dan dikenakan denda jika Wajib Pajak terlambat dalam pembayaran pajaknya.

Definisi Surat Tagihan Pajak menurut Mardiasmo dalam buku yang berjudul

Perpajakan, menyatakan bahwa

“Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.”

Penerbitan surat tagihan pajak menurut Mardiasmo dalam buku yang berjudul Perpajakan, menyatakan bahwa penerbitan surat tagihan pajak adalah apabila :

1) PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar

2) Dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung

3) Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.

Fungsi surat tagihan pajak menurut Mardiasmo dalam buku yang berjudul

Perpajakan, menyatakan bahwa fungsi surat tagihan pajak adalah: 1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang SPT Wajib Pajak 2. Sarana mengenakan sanksi administasi berupa bunga atau denda 3. Alat untuk menagih Pajak

STP (Surat Tagihan Pajak) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa.

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI A. Penyampaian SPT Tahunan

Penyampaian SPT Tahunan dapat disampaikan di :

1. TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) yang ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau di Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP). 2. Pos.

3. Pojok Pajak, yang biasanya ditempatkan di mall. 4. Mobil Pajak.

5. Drop Box atau tempat lain yang dapat digunakan untuk menerima SPT/e-SPT. Drop box bisa ditempatkan di KPP, pusat perbelanjaan, pusat bisnis, pusat keramaian, dll.

6. Melalui aplikasi E-Filling, adalah suatu cara penyampaian SPT atau yang dilakukan secara on-line yang real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

Semua fasilitas yang disediakan ini diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak. Sehingga wajib pajak dapat dengan mudah dan dimana saja untuk menyampaikan SPT Tahunan nya.

B. Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Surat pemberitahuan yang telah disampaikan oleh wajib pajak diterima oleh sub seksi surat pemberitahuan pajak. Maka langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengawasan adalah sebagai berikut :

1. Pencatatan dimana surat pemberitahuan yang telah diterima, dicatat dalam buku penerimaan SPT Tahunan dan diurut sesuai dengan tanggal penerimaan.

2. Penelitian kembali, yaitu surat pemberitahuan yang masuk diteliti kembali

kelengkapan SPT yang telah disetor oleh wajib pajak.Penelitian kelengkapan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dilakukan oleh petugas penerima SPT yang meliputi :

a. Pengecekan kelengkapan SPT Tahunan PPh yang berupa pengisian semua unsur yang tercantum dalam SPT Induk dan semua lampirannya

b. Pengecekan adanya tandatangan wajib pajak pada SPT Induk atau tandatangan kuasa wajib pajak.

c. Pengecekan SPT Tahunan yang telah dilengkapi dengan lampiran khusus, serta keterangan dan/atau dokumen yang diisyaratkan.

Pada saat penilaian kelengkapan SPT Tahunan PPh orang pribadi sebagaimana dimaksud diatas, apabila ternyata SPT tidak lengkap diterima dibuatkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan, yang disampaikan secara langsung atau dikirmkan ke wajib pajak.

3. Pemeriksaan, adalah serangkaian kegiatan yang mencari, mengumpulkan dan mengelola data atau keterangan Iainnya dalam rangka pengawasan keputusan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun yang menjadi sasaran dari pemeriksaan adalah untuk mencari adanya : a. Interpretasi undang-undang yang tidak benar.

b. Kesalahan hitung.

c. Penggelapan secara khusus dari penghasilan.

d. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya, yang dilakukan oleh wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya.

4. Membuat daftar penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang terdiri dari jumlah SPT Tahunan disampaikan dan jumlah SPT Tahunan yang tidak disampaikan.

5. Mengirim Surat Teguran kepada wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

C. Bagian-Bagian Yang Terkait Dalam Pengawasan Penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan(PPh) Orang Pribadi.

Adapun bagian-bagian terkait dalam pengawasan penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi yaitu :

1. Bagian TPT (tempat pelayanan terpadu)

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

2. Bagian data dan informasi

Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelyanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Bagian pengawasan dan konsultasi

Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, serta melakukan evaluasi hasil banding.

4. Bagian penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, pengaihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Bagian pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

D.Hasil Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

Hasil Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi dapat berupa :

1. Surat permintaan kelengkapan kepada wajib pajak disertsi dengan pengambilan SPT yang tidak lengkap

2. Tanda terima SPT dalam hal SPT lengkap

3. Untuk menetapkan Surat Tagihan Pajak (STP) yang dikeluarkan apabila :

• Paiak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

• Dan hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.

• Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak.

4. Untuk menetapkan Surat Pemberitahuan, dimana surat ini dikeluarkan apabila dari hasil pemeriksaan yang dibayar oleh Wajib Pajak sama besarnya dengan pajak yang terutang.

5. Surat himbauan pembetulan SPT, dalam hal SPT yang semula Nihil atau Kurang Bayar, setelah diteliti ternyata terdapat salah tulis atau salah hitung, sehingga menghasilkan tambahan pajak yang masih harus dibayar. 6. Untuk menetapkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yaitu

surat keputusan yang menetukan jumlah kelebihan pembayaran jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak terutang atau tidak seharusnya terutang. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dikeluarkan apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

7. Untuk menerbitkan surat teguran dalam hal SPT tidak masuk atau terlambat disampaikan dan/atau pajak yang terutang terlambat atau kurang disetor.

E. Statistik Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Dalam laporan ini yang akan menjadi pembahasan terhadap pengawasan wajib pajak adalah data yang berasal dari Intern Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Binjai. Berikut ini penulis menyajikan laporan Penerimaan SPT Tahunan Orang Pribadi dari tahun pajak 2010 s.d tahun pajak 2013.

STATISTIK JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAPORKAN SPT TAHUNAN PPh TAHUN PAJAK 2010 S.D 2013 TABEL 4.1 Tahun Pajak WP Terdaftar WP Efektif WP Lapor Tepat Waktu WP Terlambat Lapor WP Tidak Lapor Persentase Kepatuhan (%) 2010 71.557 69.296 23.692 1061 44.543 34.18 % 2011 73.914 64.691 25.809 1079 37.803 39.89 % 2012 *) 76.509 64.691 23.775 864 40.052 36.75 %

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

Keterangan : Untuk SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2012 yang disampaikan di Tahun 2013, data diperoleh s.d. Bulan April 2013.

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa wajib pajak orang pribadi yang efektif tahun pajak 2010 yaitu sebesar 69.296 tetapi yang menyampaikan SPT Tahunan hanya sekitar 23.692 orang saja. Itu berarti ada 34.18% saja wajib pajak efektif yang sadar akan kewajiban pajaknya. Sedangkan di tahun pajak 2011 wajib pajak orang pribadi yang efektif yaitu sebesar 64.691 tetapi yang menyampaikan SPT

Tahunan hanya sekitar 25.809 orang saja. Itu berarti 39.89% saja wajib pajak efektif yang sadar akan kewajiban pajaknya.

Di tahun pajak 2012 wajib pajak orang pribadi yang efektif yaitu sebesar 64.691 tetapi yang menyampaikan SPT Tahunan hanya sekitar 23.775 orang saja. Itu berarti 36.75% saja wajib pajak efektif yang sadar akan kewajiban pajaknya.

Dengan kata lain tidak semua wajib pajak yang terdaftar dan wajib pajak efektif melaksanakan kewajibannya dalam menyampaikan SPT dari tahun pajak 2010 sampai dengan tahun pajak 2013, walaupun persentase kepatuhan setiap tahunnya meningkat. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran wajib pajak untuk menjalankan kewajibannya. Terdapat juga wajib pajak yang termasuk dalam kriteria wajib pajak yang tidak wajib menyampaikan SPT Tahunannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, meskipun wajib pajak tersebut sudah terdaftar sebagai wajib pajak di kantor pelayanan pajak. Ada pula sebagian wajib pajak yang terdaftar hanya ingin mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam kepentingan pribadinya dengan memperoleh NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) tanpa menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak. Kemudahan tersebut misalnya beban fiscal bagi wajib pajak yang ingin berpergian ke luar negeri, untuk meminjam uang di bank, kredit mobil, dan untuk mendapatkan pelayanan dari instansi terkait lainnya.

Maka dengan itu untuk dapat meningkatkan penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan aparat pajak (fiskus) melakukan Pengawasan dalam bentuk surat teguran. Aparat pajak (fiskus) tersebut mengrimkan surat teguran kepada wajib pajak yang tidak menyampaikan surat pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

setelah berakhirnya batas waktu penyampaian, walaupun dalam pelaksanaanya belum efektif.

F. Prosedur pengawasan penerbitan surat teguran kepada Wajib Pajak yang belum menyampaikan surat pemberitahuan (SPT)

penerbitan Surat Teguran dilakukan pada Seksi Penagihan, dengan prosedur sebagai berikut:

1. Pelaksana pada Seksi Penagihan meneliti Surat Ketetapan Pajak (SKP)/Surat Tagihan Pajak (STP)/ Surat Tagihan Bea (STB) yang harus diterbitkan Surat Teguran dalam Sistem Administrasi Perpajakan dan meminta persetujuan Kepala Seksi dan kemudian diteruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak melalui Sistem Informasi DJP;

2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memeriksa usulan penerbitan Surat Teguran dan memberikan persetujuan penerbitan melalui Sistem Informasi DJP;

3. Pelaksana melihat Sistem Informasi DJP dan memeriksa persetujuan penerbitanSurat Teguran dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak, mencetak Surat Teguran dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan;

4. Kepala Seksi Penagihan meneliti, memaraf Surat Teguran, dan menugaskan kepada Pelaksana untuk menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak;

5. Kepala kantor Pelayanan Pajak meneliti, menandatangani Surat Teguran, dan meneruskan kepada pelaksana untuk disampaikan kepada Wajib Pajak;

6. Pelaksana meneliti Surat Teguran yang telah ditandatangani Kepala KantorPelayanan Pajak, menatausahakan, dan menyampaikannya kepada Wajib Pajak melalui Subbag Umum.

KPP membuat daftar pengawasan Wajib Pajak Orang Pribadi yang akan menjadi dasar untuk pembuatan Surat Teguran bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban PPh nya secara benar. Pada Laporan ini penulis, menghubungkan antara dua variabel yang ditetapkan yaitu bahwa apabila pengawasan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak orang pribadi semakin efektif maka tingkat kepatuhan pembayaran PPh juga akan semakin meningkat setiap tahunnya.

G.Surat Teguran yang Diterbitkan

Tabel 4.2

Tahun Jumlah WP tidak lapor SPT Tahunan PPh OP

Jumlah wajib pajak yang harus ditegur

Jumlah Surat Teguran yang diterbitkan 2012 37.803 Not Available (N.A) 2389 2013 40.052 Not Available (N.A) 1339

Dari Tabel di atas dapat diketahui jumlah wajib pajak yang harus ditegur dari tahun 2012 s.d 2013 yaitu not available (tidak tersedia), dan aparat pajak (fiskus) hanya mengirim surat teguran sebanyak 2389 di tahun 2012 dan 1339 di tahun 2013. Surat teguran tersebut hanya sebagian kecil saja yang dikirim kepada wajib pajak terdaftar yaitu yang tidak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang pribadi.Kesimpulannya : dari data tersebut di atas diketahui bahwa pengiriman surat teguran kepada wajib pajak belum efektif. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, yaitu :

1. Volume kerja yang melimpah di seksi pelayanan, maka ada yang diprioritaskan. Maksudnya adalah ada hal yang didahulukan untuk dapat dilaksanakan oleh petugas pajak. Misalnya saja dalam penerimaan dan pengelolaan SPT Tahunan. 2. Tenaga kerja yang kurang, sehingga dilakukan sistem kerja prioritas. Seperti pada

angka (1) di atas.

3. Jumlah wajib pajak yang terlalu banyak.

4. Pengiriman surat teguran yang banyak tidak sampai kepada wajib pajak.

5. Dari wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, terdapat wajib pajak yang memiliki penghasilan tertentu dan di kecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (Nomor 183/PMK.03/2007).

H. Upaya-Upaya yang dilakukan oleh Pihak KPP (fiskus) untuk dapat meningkatkan pelaksanaan pengawasan penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

1. SPT KPP diteliti di depan

Terhadap SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak secara langsung ke unit- unit penerimaan yang dikelola oleh KPP dimana Wajib Pajak tersebut terdaftar, dilakukan penelitian kelengkapan terlebih dahulu sebelum diberikan Tanda Terima. Untuk SPT yang lengkap akan diberikan Tanda Terima (TT), sedangkan untuk yang tidak lengkap akan dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi. Hal ini bertujuan agar kesalahan dan atau ketidaklengkapan dalam proses penerimaan SPT dapat segera diketahui dan Wajib Pajak juga dapat dengan segera memperbaiki dan atau melengkapinya, sehingga lebih memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak. Proses selanjutnya pun (back office) bagi kedua belah pihak, baik petugas maupun Wajib Pajak menjadi lebih cepat dan efisien.

2. Penyampaian SPT tidak dalam amplop

Kecuali untuk penyampaian SPT melalui pos atau jasa pengiriman/ekspedisi, SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak secara langsung (baik KPP dimana Wajib Pajak terdaftar maupun KPP lain), diterima dalam kondisi terbuka (tidak dalam amplop atau kemasan lain). Apabila SPT oleh Wajib Pajak disampaikan secara tertutup, baik berupa amplop atau kemasan lainnya, petugas harus melakukan pembukaan. Diharapkan dengan ketentuan ini, kondisi-kondisi yang terjadi pada

masa lalu seperti SPT dalam amplop yang isinya bukan SPT dan kesalahan pengisian seperti NPWP Wajib Pajak tertulis NPWP pemberi kerja atau ketidaklengkapan lampiran/dokumen SPT dapat terdeteksi secara lebih mudah dan cepat.

3. Penambahan kriteria SPT yang harus disampaikan langsung ke TPT KPP tempat Wajib Pajak terdaftar

Selain SPT Lebih Bayar, SPT Pembetulan dan SPT Lewat Waktu, untuk tahun 2013, ditetapkan 1 (satu) kriteria tambahan yaitu SPT yang disampaikan dalam bentuk e-SPT. Mengingat penelitian SPT untuk KPP WP terdaftar memerlukan viewing untuk meneliti kelengkapan dan kesesuaian SPT yang disampaikan dan hal tersebut untuk saat ini hanya dimungkinkan untuk dilakukan dengan dukungan infrastruktur TIK yang memadai di TPT KPP dimana Wajib Pajak terdaftar.

4. Penambahan kriteria SPT yang dilakukan pemberitahuan sebagai SPT yang dianggap tidak disampaikan

Selain terhadap SPT yang tidak ditandatangani dan dilengkapi keterangan/dokumen yang dipersyaratkan, untuk penerimaan SPT Tahunan 2013, ditambahkan 2 (dua) kriteria yaitu SPT Lebih Bayar yang disampaikan setelah 3 tahun dan telah ditegur tertulis, dan SPT yang disampaikan setelah dilakukan pemeriksaan atau diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

5. Penambahan informasi Tahun Pajak dan Status SPT pada Tanda Terima (TT) bagian yang diberikan kepada Wajib Pajak

Hal ini dilakukan untuk menjaga integritas dan kesesuaian informasi Tahun Pajak dan Status SPT pada TT yang diberikan kepada Wajib Pajak dan SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak, sejak awal proses penerimaan.

Upaya-upaya Pengawasan Lainnya

Selain itu, dalam rangka mendukung suksesnya pengawasan dan penerimaan dan SPT Tahunan 2013 ini, upaya-upaya tertentu juga patut mendapat perhatian khusus oleh para penyelenggara unit-unit penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan KPP di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Se Indonesia. Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatian dalam penyempurnaan dari sisi internal administrasi perpajakan yaitu :

1. Penguatan pengendalian internal(internal control) dan peningkatan disiplin administrasi (perekaman)

dalam rangka peningkatan kualitas tata kelola administrasi dan internal control, pengelolaan arus data dan dokumen dimulai dari Berita Acara (BA) serah terima pertanggung jawaban penerimaan SPT dan penggunaan Tanda Terima, termasuk di dalamnya Tanda Terima itu sendiri dan fisik SPT, dari mulai tahap awal distribusi hingga tahap-tahap berikutnya terekam secara aplikasi sehingga senantiasa dapat dilakukan pemantauan dan penelusuran secara sistem.

2. Pengelolaan SPT Kolektif

Dalam rangka pengelolaan risiko (risk mitigation), terhadap kondisi yang berulang kali terjadi dimana Wajib Pajak melakukan penyampaian SPT secara kolektif menjelang saat batas akhir penyampaian SPT (change taxpayers’ behavior), kepada unit-unit kerja KPP (difasilitasi oleh para AR), agar segera melakukan himbauan kepada Wajib Pajak melalui para pemberi kerja untuk antara lain:

• memberikan bukti potong 1721 A1 dan A2 kepada para pegawainya lebih awal.

• menyampaikan SPT Tahunan dengan segera tanpa menunggu batas akhir waktu penyampaian SPT Tahunan.

• menyampaikan SPT secara elektronik dengan memanfaatkan fasilitas e- filing yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

• memfasilitasi penyampaikan SPT para pegawainya secara kolektif sebelum tanggal 10 Maret , baik dengan pembukaan drop box di lokasi pemberi kerja maupun penyediaan loket khusus di KPP.

Untuk penyampaian SPT Tahunan kolektif yang dilakukan setelah lewat tanggal 10 Maret akan dilayani seperti penyampaian SPT Tahunan non-kolektif yang berarti tidak ada loket khusus yang disediakan. Apabila pemberian tanda terima atas penyampaian SPT Tahunan secara kolektif tidak dapat dilakukan pada hari itu, maka kepada Wajib Pajak diberikan tanda bukti penitipan sementara SPT Tahunan dan sisa tanda terima harus diberikan selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya dengan menggunakan tanggal penerimaan SPT pada hari sebelumnya.

3. Kesiapan infrastruktur

terutama dari sisi ketersediaan sarana TIK berupa sistem, aplikasi dan jaringan yang handal dan selesai tepat waktu, juga sangat diharapkan bisa menjadi faktor penentu suksesnya pelaksanaan proses pengawasan dan penerimaan SPT Tahunan yang sarat penggunaan teknologi ini.

4. Peningkatan kuantitas dan kualitas peneliti

untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan penelitian kelengkapan SPT di titik-titik penerimaan SPT, khususnya untuk SPT Wajib Pajak orang pribadi yang disampaikan ke KPP dimana WP terdaftar, perlu dilakukan persiapan dari sisi kualitas dan kuantitas para peneliti yang disesuaikan dengan kondisi volume dan komposisi penerimaan SPT dari masing-masing unit kerja vertikal.

5. Penyuluhan yang efektif dan intensif

tetap menjadi agenda utama dan menjadi penentu kesuksesan pelaksanaan pengawasan dan penerimaan SPT Tahuan, baik yang dilakukan melalui penyuluhan langsung (tatap muka), maupun penyuluhan secara tidak langsung memanfaatkan media-media elektronik yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti melalui situs resmiCall Center DJP (Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan), yang sangat efektif dan efisien memberikan informasi, bimbingan dan edukasi kepada khalayak secara luas dan cepat.

6. Data registrasi Wajib Pajak (NPWP) juga secara paralel perlu terus dirapikan dan ditingkatkan validitasnya

masalah yang sering ditemukan pada saat proses penerimaan SPT Tahunan yaitu, seperti NPWP tidak dikenal (invalid), untuk itulah data registrasi wajib pajak (NPWP) juga secara paralel perlu terus dirapikan dan ditingkatkan validitasnya agar dapat diminimalisir dampaknya dan segera dapat ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Dalam rangka meningkatkan pelayanan perpajakan kepada semua wajib pajak, Kantor Pelayanan Pajak dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak memfasilitasi penyampaian SPT Tahunan yaitu dengan menyediakan banyak tempat dan cara dalam penyampaian SPT tahunan. Sehingga wajib pajak dapat dengan mudah dimana saja dan kapan saja dalam menyampaikan SPT Tahunan nya.

2. langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka Pengawasan Penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah sebagai berikut : a. Pencatatan

b. Penelitian kembali c. Pemeriksaan

d. Membuat Daftar Penyampaian e. Mengirim Surat Teguran

3. Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak melibatkan beberapa seksi antara lain :

a. Seksi Pelayanan

b. Seksi Pusat Data dan Informasi c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

d. Seksi Penagihan

e. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

4. Hasil Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi pada akhirnya menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Himbauan, dan Surat Teguran kepada wajib pajak yang tidak menjalankan kewajibanya sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

5. Pengawasan Penerimaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Binjai masih tergolong belum efektif. Hal ini dapat dilihat dari statistik tabel 4.l bahwa tidak semua wajib pajak yang terdaftar melaksanakan kewajiban dalam menyampaikan SPT Tahunan nya dari tahun pajak 2010 s.d. 2013, walaupun presentasi kepatuhan setiap tahunnya meningkat. Dari tabel 4.2 Surat teguran hanya sebagian kecil saja yang dikirim kepada wajib pajak terdaftar yang tidak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang pribadi.

B. SARAN

1. Tindakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam Pengawasan Penerimaan SPT Tahunan PPh orang Pribadi sudah sesuai dengan prosedur, tetapi diharapkan untuk lebih diefektifkan lagi pelaksanaanya dengan menambahkan team pelaksana pengawasan mengingat jumlah wajib pajak di KPP Pratama Binjai cukup banyak. 2. Disarankan kepada semua pihak di KPP Pratama Binjai untuk lebih meningkatkan pelayanan bagi wajib pajak terutama dalam memberikan informasi dan penyuluhan, sehingga wajib pajak semakin mengerti dan sadar akan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan.

3. Berdasarkan statistik data wajib pajak yang terdaftar jauh lebih besar

Dokumen terkait