• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebelum dilakukan penyebaran poster terlebih dahulu dilakukan identifikasi pusat perbelanjaan, rumah makan dan toko kimia yang ada di Kota Bogor. Hasil identifikasi berdasarkan data sekunder dari Deperindag Bogor dapat dilihat pada Lampiran 10. Penyebaran poster dilakukan di 5 lokasi supermarket yang ada di Bogor (PT Matahari, Plaza Ekalokasari, Yogyakarta Departement Store, Superindo, PT Hero Swalayan); 3 lokasi rumah makan francise (KFC, CFC, Hoka-Hoka Bento); dan 1 lokasi toko kimia (PT Bratachem). Lokasi pusat perbelanjaan, rumah makan dan toko kimia yang dipilih sebagai tempat penempelan poster serta alasan pihak manajemen dapat dilihat pada Lampiran 11.

Pada umumnya semua rumah makan dan supermarket menyambut baik kerjasama penempelan poster Pesan Keamanan Pangan dari Badan POM RI, karena pesan keamanan pangan yang disampaikan juga bermanfaat untuk memberikan informasi kepada pengunjung/pelanggan rumah makan dan atau supermarket demi kepuasan mereka, bahwa salah satu tujuan dari manajemen rumah makan ataupun supermarket adalah menjamin kepuasan pelanggan. Namun berhubung tidak adanya tempat atau ruang kosong pada rumah makan ataupun supermarket yang bersangkutan pihak manajemen belum bisa menempelkan poster Pesan Keamanan Pangan untuk bisa diakses responden secara langsung.

Dari beberapa pihak manajemen rumah makan yang ditemui meyatakan bahwa selama ini hanya poster promosi produk mereka sajalah yang mendapat prioritas utama untuk ditempel pada gerai promosi yang tersedia di setiap outlet rumah makan. Sedangkan menurut pihak manajemen supermarket Matahari Plaza Ekalokasari yang ditemui menyatakan bahwa kendala tempat pemasangan poster yang membuat mereka sampai saat ini menyatakan belum bisa menempel poster Pesan Keamanan Pangan pada tempat strategis yang bisa diakses pengunjungnya.

2. Hasil Pengujian Kuesioner

Pengujian kuesioner meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan kepada tigapuluh responden yang pernah melihat dan membaca poster Pesan Keamanan Pangan. Nilai korelasi (r) dihitung menggunakan metode one shot (pengukuran hanya sekali) (Pratisto, 2004). Pengujian kuesioner menghasilkan nilai r sebagai berikut, seperti dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner dengan Metode One Shot

No

pertanyaan R hitung R table Validitas*

6 0.4921 0.361 Valid 10 0.7000 0.361 Valid 11 0.3647 0.361 Valid 12 0.3970 0.361 Valid 13 0.5371 0.361 Valid 14 0.4554 0.361 Valid 15 0.7531 0.361 Valid 16 0.4346 0.361 Valid 17 0.3986 0.361 Valid 18 0.7822 0.361 Valid 20 0.4911 0.361 Valid

Dari hasil wawancara langsung dan perhitungan statistik untuk uji validitas menggunakan program SPSS versi 11 for windows, selanjutnya akan diketahui apakah ada kesesuaian antara jawaban responden dengan jawaban yang diharapkan. Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka r untuk α 0.05 (Pratisto, 2004).

Adapun nilai r untuk α 0.05 dapat dilihat pada Lampiran 12. Cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris N-2, dengan jumlah responden 30 orang maka derajat bebasnya adalah 30-2 = 28. untuk taraf signifikansi 0.05 maka nilai r adalah 0.361. Apabila didapat nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka kuesioner dianggap valid. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa semua nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (0.361) artinya pertanyaan diatas dinggap valid.

Untuk uji reliabilitas dilakukan dua kali pengujian, dengan menggunakan Alpha Cronbach, SPSS 11 for Windows didapatkan nilai r sebesar 0.968 Nilai probabilitas Sig. (2-tailed) adalah 0.000 (< 0.05), hal ini berarti bahwa tingkat ketepatan dan korelasi antar pertanyaan dengan konsep cukup tinggi atau dapat dikatakan reliabel dan siap digunakan untuk pencarian data. Hasil keluaran program SPSS untuk uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 13. Selama penyebaran kuesioner juga dilakukan wawancara kepada responden tentang tata bahasa dan kalimat yang digunakan pada poster serta diidentifikasi sejauh mana tingkat pemahaman mereka. Hasil evaluasi responden terhadap poster Pesan Keamanan Pangan yang ditempel di beberapa tempat dapat dilihat pada Lampiran 14.

3. Profil Responden

Deskripsi profil responden yang meliputi jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat pengeluaran perbulan diuraikan berikut ini :

a. Jenis Kelamin dan Usia

Dari total 160 responden, 41% (66 orang) adalah laki-laki dan jumlah responden wanita 59% (94 orang). Berdasarkan usia, 56% (90 orang) responden adalah golongan usia 20-25 tahun, 18% (28 orang) responden berusia dibawah 20 tahun dan 18% (28 orang) responden dengan rentang usia 26-40 tahun, sisanya 8% (14 orang) responden berusia antara 41-50 tahun. Sebagian besar responden adalah wanita (59%) dengan rentang usia antara 20-25 tahun (18%).

b.Tingkat Pendidikan

Dari segi tingkat pendidikan, sebanyak 2.5% (4 orang) merupakan lulusan SD atau sederajat, 68.8% (110 orang) lulusan sekolah lanjutan atau sederajat, 22.5% (36 orang) lulusan sarjana-diploma dan sisanya sebanyak 6.3% (10 orang) berjenjang pendidikan pasca sarjana.

Pekerjaan Responden 114; 70% 12; 8% 6; 4% 4; 3% 3; 2% 2; 1% 4; 3% 15; 9% pelajar mahasisw a PNS Sw asta pedagang/ritel ibu rumah tangga kader posyandu lain-lain

c.Jenis Pekerjaan dan Tingkat Penghasilan

Responden yang disurvei sebanyak 70% (114 orang) adalah mahasiswa, 11% (15 orang) responden adalah pegawai swasta, 12.8% (12 orang) Pegawai Negeri Sipil (PNS), 2.1% (2 orang) adalah pelajar 3.2% (3 orang) kader posyandu, 4.3% (4 orang) ibu rumah tangga, 6.4%

(6 orang) pedagang/ritel, serta kategori lain-lain sebanyak 4.3% (4 orang). yang terdiri diantaranya profesi humas, resepsionist, satpam,

manager toko dan guru.

Berdasarkan tingkat pengeluaran perbulan, sebanyak 77.5% (124 orang) responden tergolong masyarakat kelas menengah kebawah (mempunyai tingkat pengeluaran perbulan kurang dari 1.5 juta). Sebanyak 16.3% (26 orang) responden tergolong masyarakat kelas menengah (mempunyai tingkat pengeluaran perbulan antara 1.5 – 3.5 juta 5.6% (9 orang) responden termasuk golongan masyarakat kelas menengah keatas (mempunyai tingkat pengeluaran perbulan (antara 3.5 - 5.5 juta) dan 1 orang responden tergolong masyarakat

golongan ekonomi tinggi dengan tingkat pengeluaran perbulan > 5.5 juta. Sebaran pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 1. Sebagian besar responden adalah mahasiswa dengan tingkat pengeluaran perbulan kurang dari 1,5 juta rupiah. Hal ini berkaitan karena lokasi sampling dilakukan di daerah lingkar kampus.

Keam anan Pangan m enurut responden 49; 33% 92; 61% 9; 6%

Tidak penting, karena sejauh ini masih sehat-sehat saja Penting, tapi masih ada hal yang lebih penting lagi Sangat penting karena menyangkut kualitas generasi N : 160

Gambar 1. Profil Pekerjaan Responden

4. Pendapat Responden tentang Badan POM RI dan Keamanan Pangan Dari 160 orang responden, 75% responden mengetahui tentang tugas Badan POM RI sebagai institusi yang juga berperan dalam mengkampanyekan keamanan pangan di Indonesia dan diantaranya 25% belum mengetahui. Sebanyak 79% responden mengetahui bahwa poster Pesan Keamanan Pangan yang ditempel di tempat-tempat tertentu sebagai sarana mengkampanyekan kesadaran akan keamanan pangan dikeluarkan oleh Badan POM RI sedang 21% responden yang lain tidak mengetahui bahwa institusi yang mengeluarkan poster adalah Badan POM RI.

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui pendapat responden tentang keamanan pangan secara umum. Sebanyak 61% responden menyatakan bahwa keamanan pangan sangat penting karena menyangkut kualitas generasi muda dan masa depan bangsa, 33% responden menyatakan penting, akan tetapi masih ada hal lain yang jauh lebih penting dari pada hanya mengurusi masalah keamanan pangan sedangkan 6% responden menyatakan keamanan pangan tidak penting. Pendapat responden tentang keamanan pangan dipengaruhi oleh faktor obyektif dan subyektivitas dirinya masing-masing.

Gambar 2. Keamanan Pangan Menurut Responden

Faktor obyektif menyatakan bahwa keamanan pangan sangat penting karena menyangkut kesehatan bangsa, kerugian negara, kualitas generasi muda, daya saing bangsa dan produktivitas organisasi. Faktor subyektif responden didukung oleh fakta bahwa walaupun mengkonsumsi pangan yang kurang aman akan tetapi masih tetap hidup sampai sekarang, masih lebih penting menyelesaikan masalah pengangguran, kemiskinan, konflik dan korupsi di Indonesia daripada Keamanan Pangan (Rimbaatmaja, 2004).

Diperlukan pengetahuan terhadap kondisi khalayak sasaran sebelum mendapatkan informasi tentang keamanan pangan, untuk menghindarinya tumpang tindih informasi bagi mereka yang telah benar-benar memahami pentingnya keamanan pangan dengan responden yang sama sekali belum sadar manfaat dan pentingnya keamanan pangan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memberikan pemahaman kepada khalayak sasaran tentang kesadaran keamanan pangan perlu memperhatikan kondisi karakteristik sasaran, dan strategi promosi yang dirancangpun dibedakan sesuai dengan kondisi dan sikap khalayak sasaran (Anonim1, 2002).

5. Pendapat Responden terhadap Poster Keamanan Pangan dan Kondisi Mereka Setelah Melihat Poster

Berdasarkan Gambar 3, dari 160 orang responden 52% menyatakan bahwa penempatan gambar pada poster menarik, 40% responden menyatakan cukup dan hanya 8% responden yang menyatakan bahwa penempatan gambar pada poster tidak menarik. Dari jawaban responden yang menyatakan tidak menarik memberikan alasan bahwa terlalu banyak gambar, seperti pada poster nomor 2 yang berjudul ”WASPADA!!!” Dan penuh dengan tulisan berisi pesan persuasif, contohnya ajakan untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

Penem patan Gam bar 13; 8% 83; 52% 64; 40% Menarik Biasa/ckp Tidak menarik Jenis Tulisan 79; 49% 13; 8% 68; 43% Menarik Biasa/ckp Tidak menarik

Gam bar Perum pam aan (illustrasi) 71; 44% 59; 37% 30; 19% Menarik Biasa/ckp Tidak menarik Masih pada Gambar 3, pendapat responden mengenai jenis tulisan yang ada pada poster, sebanyak 49% responden menyatakan menarik, 43% menyatakan tulisan pada poster biasa saja dan 8% responden menyatakan jenis tulisan pada poster tidak menarik. Tulisan pada poster hanya terdiri dari satu font saja dan semuanya seragam. Tulisan yang berseni dan berbentuk ”tulisan indah” akan lebih menarik perhatian khalayak, jenis, bentuk dan ukuran tulisan bisa dijadikan faktor daya tarik dalam suatu media poster untuk menarik perhatian orang yang mengamatinya (Soehout, 2003).

Juga pada Gambar 3, pendapat responden mengenai illustrasi (gambar perumpamaan) pada poster, 44% menyatakan menarik, 37% menyatakan cukup dan 19% menyatakan tidak menarik. Responden yang menyatakan gambar perumpamaan tidak menarik beralasan bahwa gambar terlalu kaku dan ilmiah. Seperti misalnya gambar pada poster nomor 6 yang berjudul ”Jangan Gunakan Bahan Tambahan yang Dilarang untuk Pangan” menggunakan illustrasi gelas piala yang hanya dikenal golongan tertentu. Perumpamaan bakteri digambarkan seperti pada contoh poster nomor 17 membuat orang tertarik membaca pesan yang disampaikan, sebelum membaca pesan yang disampaikan kebanyakan responden tidak mengetahui maksud dari gambar. Soenarjo (1983) dalam Restikawati (2004) menyatakan bahwa poster kadang dihiasi dengan gambar-gambar supaya menarik perhatian orang, sehingga pesan yang ditulis di dalam poster diketahui dan diperhatikan.

Gambar 3. Pendapat Responden tentang Penempatan Gambar, Jenis Tulisan dan Gambar Illustrasi Poster

Isi pesan poster dapat berupa pengumuman, perhatian atau anjuran kepada publik. Dapat dilihat pada Gambar 4, dari 160 responden sebanyak 56% menyatakan isi pesan poster menarik, 41% menyatakan biasa dan 3% menyatakan isi pesan poster kurang menarik. Tidak semua bahasa yang digunakan pada poster Pesan Keamanan Pangan bisa dipahami semua kalangan, karena tiap jenis poster mempunyai segmen sasaran khusus. Penempatan poster harus disesuaikan dengan pesan yang disampaikannya, misalnya poster nomor 1 yang berjudul Jangan Menjual Bahan Berbahaya Ini untuk Pangan, sebaiknya ditempatkan di toko bahan kimia yang menjual bahan kimia, karena penempatan poster ini pada supermarket dan warung makan tidak sesuai sasaran.

Masih berdasarkan Gambar 4, sebanyak 6% responden menyatakan tidak mengerti bahasa poster, 52% responden menyatakan bahasa poster mudah dimengerti dan 42% menyatakan cukup dalam arti tidak terlalu sulit. Penggunaan bahasa-bahasa ilmiah dan istilah asing seperti pada poster nomor 14 dan 19 istilah ”susu steril” dan ”susu pasteurisasi” tidak semua orang bisa mengartikannya.

Sedangkan tingkat pemahaman responden terhadap pesan, juga dapat dilihat pada Gambar 4, 70% responden menyatakan bisa memahami, 26% menyatakan cukup dan 4% responden tidak bisa memahami pesan yang disampaikan. Seperti pada contoh kasus poster nomor 15 terdapat tulisan ”Bakteri Salmonella enteritidis” hanya golongan masyarakat tertentu yang bisa memahami bahwa bakteri ini sangat berbahaya dan bisa menyebabkan

foodborne disease. Kata-kata ”panaskan sampai pada suhu 72oC” juga

tergolong rancu karena pada umumnya masyarakat tidak menggunakan termometer pengukur suhu pada waktu memasak, sehingga pesan yang disampaikan dengan bahasa ilmiah seperti diatas tidak bisa dipahami responden. Istilah-istilah lain yang hanya bisa dipahami golongan khalayak tertentu adalah HTST, susu pasteurisasi, kondisi steril, nama-nama bakteri patogen dan nama-nama kimia untuk bahan tambahan pangan.

Isi Pesan 4; 3% 90; 56% 66; 41% Menarik Biasa/ckp Tidak menarik

Tingkat Pem aham an

41; 26% 7; 4% 112; 70% Bisa memahami Cukup Tidak mengerti

Kem udahan m em aham i susunan kalim at dan tata

bahasa poster 10; 6% 67; 42% 82; 52% Mudah Sedang Tidak Menurut Soehoet (2003) bahwa hal-hal yang perlu diperhatiakn dalam pembuatan poster adalah : (1) bahasa yang mudah dipahami semua lapisan masyarakat; (2) bahasa yang singkat, padat dan tepat untuk mewujudkan motif komunikasi; (3) dapat disertai dengan gambar dan lambang yang serasi; (4) ditulis, dilukis atau dicetak dengan huruf dan gambar yang jelas kelihatan dari jauh dan (5) menggunakan warna yang sesuai dengan isi pesan yang menarik perhatian. Menurut Jefkins, (1997) bahwa keunggulan media poster adalah : (1) dari segi ukuran dan dominasi cukup besar dan menarik perhatian; (2) corak warna-warna tertentu memudahkan untuk diingat; (3) pesan singkat yang ditulis dalam huruf besar dan mencolok sehingga menimbulkan kesan jangka pendek pada khalayak; (4) penempatan yang strategis dan bisa diakses banyak orang sehingga sedikit lebih ekonomis. Sedangkan kelemahan media poster adalah ketidakmampuannya memuat banyak pesan, rentan terhadap vandalisme atau cuaca, hanya dilihat sambil lalu dan membutuhkan waktu cukup lama untuk merancang, mencetak dan menyebarkannya.

Gambar 4. Pendapat Responden tentang Isi Pesan, Tingkat Pemahaman dan Kemudahan Memahami Susunan Kalimat/Tata Bahasa Poster.

Dapat dilihat dari Gambar 5, setelah melihat poster pesan keamanan pangan dari 160 responden, sebanyak 9% menyatakan baru menyadari ada poster keamanan pangan, 29% responden baru mengetahui bahwa poster tersebut dikeluarkan oleh Badan POM RI, 16% responden mulai tertarik untuk

membaca isi pesan pada poster, 18% tahu dan memahami pesan yang disampaikan dan 28% responden menyatakan yakin bahwa pesan yang disampaikan media poster tersebut benar adanya.

Usaha mengubah perilaku khalayak terhadap suatu pesan yang disampaikan melalui tahapan kesiapan responden, tahapan kesiapan responden dalam menerima suatu pesan menurut Kotler (1997) digolongkan dalam enam kategori kondisi yaitu : (1) kesadaran ; (2) pengetahuan/pemahaman; (3) menyukai; (4) pemilihan; (5) keyakinan pada pilihan dan (6) tindakan. Sebagian besar responden baru mengetahu jika poster pesan keamanan pangan tersebut dikeluarkan oleh Badan POM RI dan yakin bahwa pesan yang disampaikan adalah benar. Mengkampanyekan suatu istilah agar masyarakat mengerti atau membangun kesadaran akan pangan aman bukanlah hal yang mudah, karena kondisi masyarakat Indonesia yang berpendapat yang penting perut kenyang, untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja banyak yang tidak mampu, alasan kedua adalah karena keamanan pangan merupakan istilah yang tidak berwujud (Herlina, 2004).

Setelah mengetahui pesan keamanan pangan yang disampaikan poster, dari 160 responden sebanyak 6% tidak merubah tindakan mereka dan masih tetap pada kondisi semula, 56% meyakini bahwa keamanan pangan penting akan tetapi belum dapat menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan beberapa faktor, dan hanya 38% yang melakukan tindakan sesuai dengan apa yang tertulis pada poster. Analisis ketepatan media mencakup aspek daya tarik media, pemahaman terhadap gambar, penerimaan istilah atau kata yang menyinggung serta keterlibatan perasaan yang dialami setelah melihat atau membaca media. Efektivitas pesan atau materi dapat meliputi kelima hal berikut : menarik atau tidaknya pesan, kemudahan dimengerti, penerimaan responden, mengajak ikut serta dan bersifat membujuk (Anonim1, 2002).

Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab responden belum dapat mengikuti pesan keamanan pangan antara lain disebabkan karena kondisi yang tidak memungkinkan seperti kondisi lokasi berjualan, kendala keterbatasan keuangan, keterbatasan waktu atau terburu-buru dan faktor kemalasan karena

Kondisi responden setelah melihat Poster 14; 9% 45; 28% 28; 18% 47; 29% 26; 16%

Menyadari ada poster Pesan Keamanan Pangan Mengetahui Poster tersebut dikeluarkan oleh Badan POM RI Tertarik untuk membaca Tahu dan memahami maksudnya Meyakini bahwa yang tertulis benar

Faktor yang mempengaruhi responden 51; 34% 70; 47% 6; 4% 23; 15% Keuangan terbatas Terburu-buru (keterbatasan waktu)

Merepotkan (faktor kemalasan) Kondisi yang tidak memungkinkan

Tindakan responden setelah melihat poster

90; 56% 61; 38%

9; 6%

Tetap seperti sedia kala, pesan yang disampaikan tidak berpengaruh Meyakini bahwa pesan itu benar tapi belum bisa melaksanakan Melakukan tindakan seperti yang tertulis pada poster alasan repot. Sebanyak 47% responden menyatakan alasan tidak bisa melaksanakan pesan keamanan pangan adalah karena faktor kondisi tempat yang tidak memungkinkan, 34% responden menyatakan faktor kemalasan, 15% responden menyatakan karena adanya keterbatasan waktu dan hanya 4% yang menjawab karena terbatasnya kondisi keuangan.

Sebagain besar responden adalah mahasiswa yang tinggal di lingkar kampus IPB dengan kondisi sanitasi warung makan yang kurang bersih (Perdani, 2001), sehingga alasan kondisi tempat yang tidak memungkinkan bisa diterima. Persepsi individual yang dapat menghambat seseorang melakukan perilaku yang diharapkan antara lain : (1) kognitif (kepercayaan, keyakinan dan pendapat pribadi); (2) emosianal (kemampuan pribadi dan respon emosional); (3) interaksi sosial (pengaruh sosial, anjuran kepada teman).

Gambar 5. Kondisi Responden Setelah Melihat Poster, Tindakan yang Dilakukan dan Faktor yang Mempengaruhinya

Sebanyak 91% responden menyatakan akan menyampaikan pesan keamanan pangan yang dibacanya dari poster kepada orang lain, hanya 9% yang menyatakan tidak. Mengingat sebagain besar responden adalah mahasiswa yang tergolong dalam usia produktif dengan tingkat frekuensi interaksi dengan masyarakat tinggi. Pesan keamanan pangan merupakan peran persuasif karena itu sebaiknya disampaikan dengan memaparkan keuntungan

yang diperoleh jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian khalayak akan tergugah untuk menyadari pentingnya keamanan pangan.

6. Media Promosi yang Sering Diakses, Cara Promosi yang Diinginkan dan saran Untuk Poster Keamanan Pangan Selanjutnya

Faktor yang juga mempengaruhi efektifitas komunikasi adalah unsur kepercayaan khalayak terhadap sumber, pesan yang sama kemudian disampaikan dengan metode dan sumber yang berbeda belum tentu menghasilkan efek yang sama. Setiap sumber mempunyai daya tarik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan khalayak tertentu mempunyai sumber pesan yang diposisikan sebagai favoritnya. Begitu fanatiknya khalayak terhadap sumber pesan tertentu, terkadang mengakibatkan khalayak hanya melihat siapa yang menyampaikan dan kurang mempedulikan bagaimana isi pesan itu sendiri.

Bentuk program promosi yang diselenggarakan Badan POM RI telah dirancang dengan satu strategi kampanye kesadaran keamanan pangan, dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu : penguasaan pasar, mengubah pemikiran dan kegiatan komunikasi interpersonal. Masing-masing dari tiga pendekatan ini mempunyai kegiatan yang berbeda karena tujuan jangka pendek yang akan dicapainya berbeda, walaupun secara keseluruhan mengacu pada satu tujuan jangka panjang yang sama. Kegiatan promosi dilakukan secara terbuka maupun terselubung, sifat promosi terbuka biasanya menekankan pada tercapainya tujuan jangka pendek, menekankan pada persuasi, iming-iming atau bujukan yang diolah lebih ke aspek emosi dibandingkan aspek rasio; sifat promosi terselubung lebih menekankan pada tercapainya tujuan jangka panjang, biasanya mengandung tema. Media yang digunakan dan kegiatan yang dilakukan oleh Badan POM RI untuk kegiatan promosi keamanan pangan yang disusun dalam suatu strategi kampanye kesadaran, mempunyai tema/jargon kampanye ”Keamanan Pangan Kunci Hidup Sehat dan Sejahtera” dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bentuk Program Promosi yang Diselenggarakan Badan POM RI

A Radio Siaran di radio tanya jawab tentang keamanan pangan rutin setiap minggu. Saat ini dilakukan siaran secara rutin tiap hari Selasa pukul 09.30 – 11.00 di D’Radio 103.4 FM Jakarta

B Televisi Tanyangan talk show di Metro TV, TV 7 dan liputan tentang Keamanan Pangan secara insidental di beberapa stasiun Televisi.

C Poster Setiap tahun dikeluarkan 10 judul poster Pesan Keamanan Pangan yang didistribusikan melalui Balai POM di seluruh Indonesia dan bekerjasama dalam Jejaring Promosi Keamanan Pangan untuk

pendistribusiannya.

D Majalah Majalah-majalah tertentu sering memuat berita tentang keamanan pangan baik yang bersifat tetap maupun insidental.

Tabel 6. Bentuk Program Promosi yang Diselenggarakan Badan POM (Lanjutan)

Kode Media Jenis Program Promosi

E Buletin Buletin Keamanan Pangan rutin diterbitkan setiap enam bulan sekali sejak tahun 2002, saat ini telah diterbitkan sebanyak 6 edisi buletin Keamanan pangan.

F Leafleat/sele baran

Leafleat secara rutin dibuat setiap tahun sebanyak 10 judul dan disebarkan pada acara pameran.

G Compact

Disk

Terkoordinasi dalam kegiatan Participatory Multi Level

Food Safety Campaign kampanye tentang Keamanan

Pangan yang dirancang dengan melalui penggalangan partisipasi setiap orang, instansi, industri, asosiasi dan

stakeholder lainnya untuk bersama mendiseminasikan

pesan keamanan pangan dari Badan POM RI H Internet Badan POM RI mempunyai situs resmi

http: // www. Badan POM.go.id yang memberikan berita dan informasi terkini tentang program-program Badan POM RI untuk mewujutkan kesadaran akan keamanan pangan di Indonesia.

I Pameran Pameran secara rutin dilaksanakan, membuka stand pada saat pameran dan memberikan informasi.

J Pemberian penghargaan

Penganugerahan Piagam Bintang 1, 2, 3 Keamanan Pangan kepada Industri Rumah Tangga Pangan. Sumber : Laporan Tahunan Direktorat SPKP Tahun 2004

Deskrispsi kegiatan yang dilaksanakan Direktorat SPKP untuk kegiatan mempromosikan Keamanan Pangan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15. Kategori media promosi radio, majalah dan leafleat atau selebaran masih jarang diakses responden dan lebih banyak responden

Intensitas akses responden terhadap media promosi yang dikeluarkan Badan POM RI

35 48,7 63,7 21,25 8,75 30 2,5 23,75 8,75 3,13 38,12 33,8 43,75 50,63 15,63 33,75 39,37 13,13 2,5 19,37 81,87 42,5 57,5 38,7 44,38 45 46,87 26,3 35 46,25 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 A B C D E F G H I J

Jenis media promosi

Fr e k ue ns i ( % )

Sering Jarang Tidak pernah

menyatakan tidak pernah untuk program promosi yang disebarluaskan melalui media Buletin Keamanan Pangan, Compact disk (CD), internet, pameran dan perlombaan. Responden menyatakan sering untuk kategori media promosi poster dikarenakan penelitian survei kali ini memang telah dikhususkan pada efektivitas market share media promosi poster, jadi pada saat dilaksanakan survei poster telah terlebih dahulu di sebarkan di lokasi.

Sebanyak 61% responden memilih cara promosi yang paling baik adalah dengan pemberitahuan lewat media massa baik cetak maupun visual. Sebanyak 32% responden memilih mengenalkan secara langsung produk yang tergolong bahaya dan aman pada acara-acara arisan, seminar dan sebagainya, sisanya sebanyak 7% responden menyatakan pemberian hadiah cukup efektif untuk mempromosikan keamanan pangan, misalnya adanya penghargaan kepada toko atau warung yang turut mendukung program kampanye keamanan pangan dan sebagainya.

Keterangan : A s/d J merupakan kode media promosi yang dilakukan oleh Badan POM RI seperti dapat dilihat pada Tabel 6.

Dokumen terkait