Sejahtera I Jumlah Keluarga
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
4.2.2 Sustainable Development Goals (SDGs)
Tujuan pembangunan dalam Millennium Development Goals (MDGs) sebagai nomenklatur tidak akan berhenti pada tahun 2015. Agenda ke depan untuk melanjutkan MDGs, dikembangkan suatu konsepsi dalam konteks kerangka/agenda pembangunan pasca 2015, yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs). Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015-MDGs. Terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak tahun 2000 mengenai isu deplation sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perubahan iklim semakin krusial, perlindungan sosial, food and energy security, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin.
Analisis Isu-Isu Strategis IV - 9
Proses penyusunan Rencana Agenda Pembangunan Global Paska 2015 sudah dimulai sejak tahun 2012. Indonesia terlibat melalui berbagai forum yang menjadi bagian penting dalam proses penyusunan Agenda Paska 2015, yaitu menjadi salah satu Co-Chair
dalam Penyusunan Konsep Kerjasama Global (Global Partnership) sebagai kerangka pelaksanaan Agenda Paska 2015. Indonesia juga menjadi salah satu dari tiga puluh negara yang menjadi anggota Open Working Group (OWG) on Sustainable Development Goals
(SDGs). Indonesia juga terlibat Forum Tenaga Ahli (Expert Forum) penyusunan Konsep Pembiayaan Pembangunan Berkelanjutan, yang menyusun langkah-langkah pembiayaan untuk pelaksanaan Agenda Pembangunan Paska 2015.
Di dalam OWG untuk Penyusunan Agenda Paska 2015, sebagai kelanjutan dari KTT Bumi di Rio +20 tahun 2012, disepakati prinsip penjabaran konkrit pelaksanaan SDGs untuk masukan Agenda Paska 2015, yaitu: (1) SDGs tidak melemahkan komitmen internasional terhadap pencapaian MDGs sampai tahun 2015, namun bahkan akan memperbarui komitmen dan melanjutkan komitmen MDGs yang masih belum selesai, dengan penyesuaian selaras dengan dinamika yang terjadi; (2) SDGs akan dilaksanakan berdasarkan Agenda 21, Johannesburg Plan of Implementation dan Rio Principles, serta mempertimbangkan perbedaan kondisi, kapasitas dan prioritas nasional; (3) SDGs akan difokuskan pada pencapaian tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu dimensi pembangunan manusia (human development), dimensi ekonomi (economic development) dan dimensi lingkungan (environtment development) secara berimbang dan terpadu; dan (4) SDGs akan menjadi bagian koheren dan terintegrasi dalam Agenda Pembangunan Paska- 2015.
Dalam kaitan dengan penyusunan Revisi RPJMD Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, maka perkembangan substansi dalam berbagai forum global tersebut akan diselaraskan dengan kepentingan pembangunan Kabupaten Aceh Tamiang dan akan menjadi dasar usulan Agenda Pembangunan Paska 2015. Beberapa fokus dalam SDGs yang akan memberi warna penting dalam Agenda Pembangunan Paska 2015 adalah bahwa: (i) pembangunan manusia seperti kemiskinan, kelaparan kekurangan gizi, pembangunan kesehatan, pendidikan dan kesetaraan gender yang sangat mewarnai MDGs akan tetap dilanjutkan. Selain itu, masalah gender dan anak-anak; (ii) pemenuhan akses masyarakat terhadap air dan sanitasi tetap menjadi isu penting, dan akses terhadap energi merupakan fokus baru yang ditambahkan; (iii) untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan merupakan isu baru yang akan difokuskan pada pertumbuhan ekonomi yang terjaga dan inklusif, serta industrialisasi yang berkelanjutan dan pembangunan hunian dan kota berkelanjutan yang secara keseluruhannya disertai dengan penerapan pola produksi dan konsumsi
IV - 10 Analisis Isu-Isu Strategis
berkelanjutan; (iv) pembangunan lingkungan yang tercermin pada fokus mitigasi kepada perubahan iklim, konservasi sumberdaya alam dan perlindungan ekosistem serta keanekaragaman hayati; dan terakhir adalah adanya rumusan cara pencapaian (means of implementation).
Hasil evaluasi pencapaian MDGs tahun 2013-2015 Kabupaten Aceh Tamiang diketahui bahwa ada beberapa target yang dapat dicapai, ada target-target yang belum dicapai namun telah berada dalam jalur yang semestinya (on track), namun masih banyak pula target yang tidak mungkin dicapai hingga akhir tahun 2015 sehingga memerlukan kerja keras kita bersama untuk dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Beberapa target yang dapat dicapai diantaranya prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi target MDGs sebesar 15,50 %, sedangkan kondisi di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2014 sebesar 5,33 %, prevalensi balita gizi buruk target MDGs sebesar 3,60 % sedangkan Kondisi Aceh Tamiang tahun 2014 sebesar 0,1 %, prevalensi balita gizi kurang target MDGs sebesar 11,90 %, sedangkan kondisi di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2014 sebesar 2,1 %. Demikian pula halnya dalam mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Kabupaten Aceh Tamiang telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal itu dapat dilihat dari proporsi perempuan yang duduk di legislatif sudah meningkat dari 13 % menjadi 33,3 %.
Beberapa target yang telah berada dalam jalur yang semestinya (on track) seperti Angka Partisipasi Murni (APM) pada tingkat dasar, Rasio Perempuan terhadap laki-laki ditingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi, Angka Kematian Ibu, Proporsi penduduk terinveksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan antiretrovial.
Sementara itu untuk persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan target MDGs adalah 7,55 %, kondisi di Kabupaten Aceh Tamiang sampai dengan tahun 2014 masih 14,58 %. Prevelensi HIV dan AIDS dari total populasi target MDGs menurun sedangkan kondisi di Aceh Tamiang meningkat, Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan target MDGs sebesar 68.87 %, kondisi Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2014, sebesar 34 %, Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perkotaan dan perdesaan target MDGs sebesar 62.41 %, kondisi Kabupaten Aceh Tamiang masih 41 %.
Menyadari berbagai persoalan besar yang dihadapi Pemerintah Aceh Tamiang, maka diperlukan adanya intervensi-intervensi yang sifatnya strategis dan presisi yang menyasar pada akar permasalahan dengan mengoptimalkan berbagai sumber daya yang kita miliki secara bersama-sama, saling bersinergi dan berkoordinasi yang pada akhirnya akan memperbaiki kinerja pembangunan Aceh Tamiang secara menyeluruh.
Analisis Isu-Isu Strategis IV - 11
4.2.3 Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Sesuai dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), diamanatkan bahwa SPM yang telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Sampai dengan pertengahan Tahun 2013, telah diterbitkan 15 (lima belas) SPM oleh kementerian/lembaga, yaitu SPM:
1. Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
2. Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota; 3. Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota;
4. Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota;
5. \Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota; 6. Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan; 7. Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera di Kab/Kota; 8. Bidang Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;
9. Bidang Pekerjaan Umum; 10.Bidang Ketenagakerjaan;
11.Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kab/Kota; 12.Bidang Komunikasi dan Informasi;
13.Bidang Kesenian;
14.Bidang Penanaman Modal; 15.Bidang Perhubungan Daerah.