• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUSUNAN ORGANISASI KELOMPOK KERJA

Dalam dokumen 259064795 Majalah Pum Edisi Juni (Halaman 58-62)

KOORDINATOR POKJA BID. STAB. PEM & POLDAGRI (EX-OFFICIO STAF AHLI GUB)

KOORDINATOR POKJA BID. PENATAAN WIL &

PEMB. DAERAH (EX-OFFICIO STAF AHLI GUB)

KOORDINATOR POKJA BID. PENGUATAN TATA

KELOLA PEM (EX-OFFICIO STAF AHLI GUB)

KOORDINATOR POKJA BID. PENGUATAN HUPUSDA DAN ANTAR DAERAH (EX-OFFICIO STAF AHLI GUB)

KOORDINATOR POKJA BID. KETENTRAMAN DAN PERLINDUNGAN MASY. (EX-OFFICIO STAF AHLI GUB) ANGGOTA (MAKS 5 ORG) ANGGOTA (MAKS 5 ORG) ANGGOTA (MAKS 5 ORG) ANGGOTA (MAKS 5 ORG) ANGGOTA (MAKS 5 ORG)

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM ttd

ttd

ZUDAN ARIF FAKRULLOH Pembina Tk.I (IV/b)

NIP. 19690824 199903 1 001

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

ttd GAMAWAN FAUZI PENATAUSAHAAN

EX-OFFICIO DILAKUKAN OLEH SKPD

YANG MEMBIDANGI PEMERINTAHAN SEKRETARIS GUBERNUR

(EX-OFFICIO SEKDA)

5 6

t

R

A

V

E

L

E

R

PEsonA PuLAu PEnyEngAt

A S A L M U A S A L

B

erkunjung ke Tanjung Pinang, belum

lengkap rasanya jika belum menyinggahi Pulau Penyengat, menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat setempat, nama pulau ini diambil dari nama hewan lebah atau penyengat. Alkisah, dahulu kala ada seorang saudagar yang hendak singgah di pulau ini untuk mengambil air. Maklum, pulau ini dikenal sebagai lumbung air tawar. Namun, begitu menginjakkan kaki di pulau ini, ia diserang ribuan lebah yang bersembunyi di pepohonan. Agaknya , dari sinilah nama”Penyengat” itu berasal. Pulau Penyengat dulu (sekitar tahun 1900) merupakan pusat pemerintahan. Selain istana sebagai tempat tinggal raja, pulau ini juga memiliki mahkamah, rumah sakit, dan sarana transportasi yang memadai. Konon, posisi pulau ini menjadi sangat penting ketika berkobar perang Riau pada akhir abad ke-18. Kala itu, Raja Haji Fisabilillah menjadikan Pulau Penyengat sebagai wilayah pertahanan utama.

Dipulau ini terdapat beberapa peninggalan   bangunan bersejarah kerajaan melayu Riau berada, serta beberapa makam dan yang terkenal adalah   makan pahlawan nasional dari  Raja Haji Fisabilillah  dan  Raja Ali Haji yang terkenal dengan Gurindam 12-nya, Pulau Penyengat merupakan sebuah tujuan obyek wisata yang sangat populer di kepulauan Riau, masyarakat perkotaan banyak menjadikan tempat ini sebagai lokasi ziarah selain sebagai tempat berwisata sejarah tentunya. 

M E N U J U P E N Y E N G A T

Untuk mencapai pulau penyengat dapat menggunakan pelabuhan dari pulau Batam dengan satu kali transit menuju Tanjungpinang, Batam merupakan basecamp anda sebelum mendarat ke  Bandara Hang Nadim, anda dapat menggunakan pelabuhan terdekat di Batam seperti  Dermaga Telaga Punggur  yang mempunyai pelayaran rutin dengan tujuan harian 5 8

untuk masyarakat menuju  Tanjungpinang,  kemudian dilanjutkan dengan jenis kapal berbeda perahu mesin tempel yang akan menuju dermaga Penyengat, Pulau Penyengat  sendiri termasuk dalam kawasan administratif kecamatan Tanjungpinang Barat.

Pulau ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Tak ada suasana gemerlap, atau gemuruh kendaraan roda empat. Jika anda kerap mengarungi dunia maya (internet), cobalah sekali-kali cari tahu tentang Pulau Penyengat mungkin lebih banyak diceritakan dalam bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia. Ini membuktikan pulau ini terkenal di Negara lain ketimbang di Negara kita sendiri, Padahal pulau ini masuk dalam wilayah Negara kita.

Pulau penyengat sejak lama menarik minat para turis asing, utamanya yang tengah berkunjung di Singapura, pulau mungil ini memang tak jauh dari Singapura. Dengan kapal feri, pulau penyengat biasa dicapai dalam waktu dua jam dari negeri singa. Karena itulah, banyak turis asing di Singapura yang menyempatkan diri untuk menyinggahi Pulau Penyengat. Di mata mereka, Pulau Penyengat memiliki pesona tersendiri.

W I S A T A P E N Y E N G A T

Pulau Penyengat memiliki sejumlah bangunan bersejarah yang terawat baik. Salah satunya adalah mesjid pulau penyengat. Bisa dibilang inilah landmark pulau penyengat. Keistimewaan mesjid ini berbeda dengan bangunan masa kini, masjid ini dibangun dengan menggunakan campuran putih telur untuk memperkuat dinding kubah, menara, dan bagian lainnya. Konon, dibutuhkan telur berkapal – kapal untuk mendirikan mesjid ini. Sedangkan kuning

telurnya dipakai untuk mewarnai dinding dan kubah mesjid. Mesjid yang berdiri pada 1 syawal 1249 hijriah atau pada tahun 1832 masehi ini didirikan oleh yang Dipertuanmuda VII, Raja Abdul Rahman. Mesjid ini memiliki 17 buah kubah sesuai dengan jumlah rakaat shalat wajib dalam satu hari. Dari Dermaga Panjang dan Pelabuhan Sri Bintan Pura, Kota Tanjung Pinang, bangunan Masjid Raya Sultan Riau yang berwarna kuning cerah terlihat mencolok di antara bangunan- bangunan lainnya di pulau Penyengat

Pada umumnya penduduk pulau penyengat bekerja sebagai nelayan. Merka merupakan keturunan etnis melayu dan sehari – hari berbicara dalam bahasa melayu atau bahasa melayu riau. Mereka juga fasih membaca huruf arab gundul bahkan penunjuk jalan di pulau inipun menggunakan dua bahasa, yakni bahasa indonesiadan bahasa arab gundul.

Di pulau ini nyaris tidak ada kriminalitas. Tata karma pergaulan antara pemuda dan pemudi masih dijaga ketat. Merupakan hal terlarang bagi seorang pemuda jika berada di rumah seorang gadis hingga menjelang magrib. warga pulau ini masih menjunjung tinggi nilai agama dan kesopanan.

Jangan sekali-kali membayangkan bisa naik mobil di sini, sebab memang tak ada kendaraan bermotor dengan roda lebih dari tiga di pulau ini. Tak heran jalan- jalan di pulau penyengat umumnya sempit hanya bisa dilewati satu becak motor dan satu sepeda motor.

5 9

Azmi, salah seorang pengemudi becak motor, bercerita tarif becak motor berlaku setara bagi wisatawan asing maupun domestic. Harganya juga resmi. Pada hari-hari ketika banyak wisatawan banyak berkunjung, becak motor yang seluruhnya berjumlah 23 unit menjadi rebutan wisatawan yang ingin berkeliling pulau. Bahkan keluarga sultan Selangor setiap tahun selalu berkunjung ke pulau penyengat dan menyewa jasa becak motor untuk menyusuri pulau.

Selain mesjid pulau penyengat, ada beberapa tempat lain yang selalu dikunjungi para wisatawan yakni makam-makam Raja Riau beserta keluarganya. salah satunya adalah kompleks makam Raja  Hamidah (Engku Puteri) pemegang Religa Kerajaan (alat-alat kebesaran kerajaan). Raja Hamidah adalah permaisuri Sultan Mahmud Syah III (1760-1812). Sultan Mahmud Syah III adalah keturunan Sultan Riau IV dengan gelarnya Raja Haji Fisabilillah yang merupakan pahlawan nasional dalam membela tanah melayu dalam peperangan melawan Belanda. Pulau ini milik Raja Hamidah yang diberikan oleh Sultan Mahmud Syah III sebagai mahar atau mas kawin.

Di Kompleks Makam Raja Hamidah terdapat makam Raja Ali Haji (1808-1873), seorang pahlawan nasional dalam bidang sastra dan bahasa Indonesia, pujangga terkenal dengan hasil karyanya Gurindam Dua Belas, 12 pasal syair melayu yang berisikan nasihat-nasihat. Selain itu ada makam Raja Ahmad seorang penasehat kerajaan. Raja Haji Abdullah yang Dipertuan Muda Riau-Lingga IX (1855-1858) serta Permaisurinya Tengku Aisyah.

Tak jauh dari Kompleks Makam Raja Hamidah terdapat pula Kompleks Makam Raja Jafar yang Dipertuan Muda Riau-Lingga VI (1806-1831) dan Raja Ali yang Dipertuan Muda Riau-Lingga VIII (1844-1855) anak dari Raja Jafar beserta keturunannya. Hampir seluruh keturunan Raja Riau-Lingga dimakamkan di Pulau Penyengat.

Satu lagi peninggalan sejarah yang dapat Anda kunjungi adalah Balai Adat Melayu Indera Perkasa. Balai Adat adalah tempat penyimpanan perkakas-perkakas Raja dan Tuan Putri. Terdapat pelaminan pengantin di dalam Balai Adat ini. Selain itu di bawah bangunan Balai Adat Melayu Indera Perkasa terdapat sumur yang konon merupakan sumber mata air pertama di Pulau Penyengat.

(Kunjungan tim redaksi dan berbagai sumber)

6 0

MEDIA PUM TRAVELLER & SURAT PEMBACA

SURAT PEMBACA

Dalam dokumen 259064795 Majalah Pum Edisi Juni (Halaman 58-62)

Dokumen terkait