• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

D. Syarat dan Rukun Shalat

L Syarat wajib shalat, ada tiga yaitu : a. Islam

b. Baligh c. Berakal8

2. Syarat sebelum shalat, ada lima yaitu : a. Suci anggota badan dari hadast dan najis b. Menutup aurat

c. Berdiri pada tempat suci d. Mengetahui waktu shalat e. Menghadap kiblat9

3. Rukun shalat, ada delapan belas yaitu : a. Niat

b. Berdiri bagi yang kuasa c. Takbirotul ihrom

d. Membaca surat Al Fatikhah e. Rukuk

f. Tumakninah dalam rukuk g. F tidal

h. Tumakninah dalam i’tidal i. Sujud

j. Tumakninah dalam sujud

8 Abu Syuja’, Op. Cit, him 12 9 Ibid, him 13

k. Duduk antara dua sujud

l. Tumakninah dalam duduk antara dua sujud m. Duduk akhir

n. Membaca tasyahud akhir

o. Membaca shalawat nabi pada sujud akhir p. Mengucap salam yang pertama

q. Niat keluar dari shalat r. Menertibkan rukun 10 E. Pembelajaran yang Efektif

1. Pengertian Pembiasaan

Secara etimologi, pembiasaan berasal dari kata “ biasa “ Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ,’’biasa” adalah 1) Lazim atau umum, 2) Seperti sedia kala, 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari - hari. Dengan adanya prefiks “pe”dan sufiks “an” menunjukkan arti proses, sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa.

Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikanlslam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membicarakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan peserta didik yang berusia kecil, karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan

10

kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan - kebiasaan yang mereka lakukan sehari - hari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan, merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai - nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.

2. Landasan Teori Metode Pembiasaan

Dalam teoti perkembangan anak didik, dikenal dengan teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dan dengan mengembangkan potensi dasar yang ada pada dirinya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu potensi dapat harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Salah satu cara akan dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai - nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu, pendekatan pembiasaan juga diniali sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif.

Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak diiringi dengan contoh tindakan yang baik dari si pendidik.

3. Syarat - syarat Pendekatan Metode Pembiasaan

Di tinjau dari segi ilmu psikologi kebiasaan seseorang erat kaitannya dengan figur yang menjadi panutan dalam perilakunya. Seorang anak terbiasa

shalat karena orang tua menjadi figurnya selalu mengajak dan memberi contoh kepada anak tersebut tentang shalat. Demikian pula kebiasaan - kebiasaan lainnya.

Oleh karena itu, apa syarat - syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan pendekatan pembiasaan dalam pendidikan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini akan dijelaskan, yaitu antara lain:

a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuknya.

b. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara kontiniu, teratur, dan terprogam. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen, dan konsisten. Oleh karena itu, faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.

c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.

d. Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat makanistik, hendaknya secara berangsur - angsur dirobah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.

4. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembiasaan

Sebagaimana pendekatan- pendekatan yang lainnya di dalam proses pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan : yaitu kelebihan dan kekurangan. Sebab tidak satupun dari hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan,

a. Kelebihan

Kelebihan pendekatan ini antara lain adalah :

1) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.

2) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah.

3) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.

b. Kekurangan

Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang benar - benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan di dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Oleh karena itu, pendidik yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik pilihan yang mampu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan, sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai tetapi tidak mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap anak didik.

Setiap penyajian secara lisan, baik yang formal dan berlangsung selama 45 menit maupun yang informal hanya memakan waktu 5 menit dapat disebut ceramah. Karenanya Al- Abrasyi menyebut metode ini dengan Al-Thariqah Al-Ikhbariyyah (Metode penyampaian informasi).

Ceramah sebagai metode mengajar sudah lama digunakan para pengajar, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi. Ini tidak berarti bahwa ceramah merupakan metode yang usang, dalam arti tidak dapat digunakan lagi. Ceramah tidak dapat dinilai baik atau buruk.

Memang ceramah mengandung beberapa kelemahan, antara lain yang mencolok adalah tidak dapat memberi kesempatan kepada pelajar untuk menunjukkan perilaku yang relevan selain mencatat, karena berupa komunikasi satu arah. Dengan demikian, pelajar merupakan pihak yang pasif. Mekipun demikian, ceramah masih bermanfaat untuk menyajikan ide kepada pelajar. Dengan ceramah, suatu topik yang sederhana dapat dibuat menarik. F. Bermain Peran

Metode bermain peran {The Role Playing Medel). Model ini memberikan kesempatan siswa - siswi untuk praktek menempatkan diri mereka di dalam peran - peran dan situasi - situasi yang akan meningkatkan kesadaran mereka terhadap nilai - nilai dan keyakinan - keyakinan mereka sendiri dan orang lain.

Langkah- langkah pokok dalam bermain peran : 1. Memilih situasi bermain peran

3. Memilih peserta / pemain peran 4. Mempersiapkan penonton

5. Memainkan peran (melaksanakan kegiatan bermain peran) 6. Mendiskusikan dan mengevaluasi kegiatan bermain peran

Yang harus dilakukan guru adalah

a. Menyajikan atau membantu siswa memilih situasi bermain peran yang tepat.

b. Membangun suasana yang mendukung, yang mendorong sisa untuk bertindak “ seolah - olah “ tanpa perasaan malu.

c. Mengelola situasi bermain peran dengan cara yang sebaik - baiknya untuk mendorong timbulnya spontanitas dan belajar.

d. Mengajarkan ketrampilan mengobservasi dan mendengarkan secara efektif dan kemudian menafsirkan dengan tepat apa yang mereka lihat dan dengarkan.

Dokumen terkait