• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III NOVASI DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

B. Syarat-Syarat Terjadinya Novasi

Dengan perkataan lain, dengan hanya menerima penawaran seorang debitur baru saja yang diajukan oleh debitur lama, novasi belum terjadi.

Ciri dari novasi subjektif pasif disini adalah bahwa penerimaan debitur baru, yang diikuti dengan pembebasan debitur lama, menimbulkan perikatan (baru) antara kreditur dengan debitur baru, yang sekaligus menghapuskan dan menggantikan perikatan (lama) antara kreditur dengan debitur lama.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pembaharuan utang atau novasi adalah suatu perjanjian yang menyebabkan hapusnya perikatan dan pada saat yang bersamaan timbul perikatan lainnya yang ditempatkan sebagai pengganti perikatan sebelumnya.

Karena novasi harus diperjanjikan, maka ketentuan yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata berlaku dalam hal ini. Pasal 1320 menyebutkan bahwa:

Untuk sahnya perjanjian-perjanjian, diperlukan empat syarat: 1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;

2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

39 Ibid.

3. suatu hal tertentu; 4. suatu sebab yang halal.

Ketentuan Pasal 1414 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa pembaharuan utang hanya dapat terlaksana antara orang-orang yang cakap untuk mengadakan perikatan-perikatan, pada dasarnya merupakan penegasan kembali akan berlakunya ketentuan Pasal 1320 angka 2 sebagaimana dikutip di atas.

Tentang kesepakatan antara mereka yang mengadakan pembaharuan utang, Pasal 1415 KUHPerdata menentukan bahwa “ Tiada pembaharuan utang yang dipersangkakan; kehendak seseorang untuk mengadakannya harus dengan tegas ternyata dari perbuatannya”.

Ini berarti suatu pembaharuan utang harus dengan tegas menyatakan bahwa utang lama atau perikatan lama yang ada diantara debitur dan kreditur menjadi hapus demi hukum, dan sebagai penggantinya dibuat dan berlakulah perikatan baru dengan segala ketentuan dan syarat-syaratnya yang baru, yang berlaku bagi debitur dan kreditur dalam perikatan yang baru tersebut. Dalam hal tidak terdapat kesepakatan atau tidak dapat dibuktikan bahwa telah terjadi penghapusan perikatan lama yang disertai dengan pembentukan perikatan baru, dengan segala konsekuensinya, maka tetap berlakulah ketentuan dalam perikatan yang lama. Ini berarti tidak terjadi pembaharuan utang (novasi).40

40

C. Novasi Sebagai Salah Satu Penyebab Hapusnya Perikatan

Bab IV Buku III KUHPerdata mengatur tentang berbagai cara hapus atau berakhirnya perikatan baik yang timbul dari perjanjian maupun dari undang-undang. Perikatan pada umumnya berakhir apabila tujuan perikatan tersebut telah tercapai. Masing-masing pihak telah saling memenuhi prestasi yang telah diperjanjikan sebagaimana yang mereka kehendaki dalam mengadakan perikatan tersebut. Mengenai hapusnya suatu perikatan dapat disebabkan karena peristiwa-peristiwa sebagai mana yang diatur pada Pasal 1381 KUHPerdata, antara lain: 1. Karena Adanya Pembayaran

Pembayaran dalam hal ini merupakan pembayaran dalam arti luas, yaitu setiap pelaksanaan dan pemenuhan perjanjian secara sukarela.

2. Karena Penawaran Pembayaran Tunai Diikuti Dengan Penyimpanan Atau Penitipan

Apabila penawaran pembayaran yang diikuti penitipan atau konsinyasi itu telah dilakukan sesuai dengan cara yang ditentukan oleh undang-undang dianggap telah melakukan pembayaran. Hal ini dilakukan apabila seorang kreditur tidak mau menerima pembayaran dari debitur sehingga debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai diikuti penitipan atau konsinyasi.

3. Novasi Atau Pembaharuan Utang

Cara ini merupakan suatu hal yang baik guna untuk menghapuskan perjanjian lama tetapi kemudian diadakan perjanjian baru.

Apabila dalam perjanjian yang bersangkutan antara debitur dan kreditur saling mempunyai utang sehingga dapat dilakukan perjumpaan utang, bahkan menurut Pasal 1426 KUHPerdata perjumpaan utang terjadi demi hukum atau terjadi dengan sendirinya tanpa sepengetahuan debitur maupun kreditur, utang-utang saling menghapus namun hanya untuk suatu jumlah yang sama.

5. Percampuran Utang

Hal ini terjadi apabila kedudukan antara kreditur dan debitur berada pada satu orang, maka terjadilah percampuran kekayaan atau karena debitur menjadi ahli waris kreditur. Dalam Pasal 1437 KUHPerdata, disebutkan bahwa percampuran utang yang terjadi pada dirinya si berutang utama, berlaku juga untuk keuntungan para penanggung utangnya. Percampuran utang yang terjadi pada dirinya si penanggung utang, tak sekali-kali mengakibatkan hapusnya utang pokok. Percampuran utang yang terjadi pada dirinya salah satu dari orang-orang yang berutang secara tanggung menanggung, tidak berlaku untuk keuntungan teman-temannya berutang secara tanggung menanggung hingga melebihi dari baginya dalam utang yang ia sendiri menjadi orang berutang.

6. Pembebasan Utang

Pembebasan utang terjadi apabila seorang kreditur melepaskan haknya untuk menagih utangnya atas diri debitur, dan debitur menerima dengan baik atas pelepasan utang itu.

Pasal 1444 KUHPerdata menyebutkan bahwa jika barang tertentu yang menjadi bahan persetujuan, musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga sama sekali tak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di luar salahnya si berutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya.

8. Pembatalan Perjanjian

Dengan dibatalkannya suatu perjanjian, maka perjanjian itu menjadi hapus. Dengan sendirinya tidak berlaku lagi terhadap para pihak yang membuat perjanjian itu.

9. Berlakunya Syarat Batal

Berdasarkan ketentuan Pasal 1265 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu syarat batal adalah syarat yang apabila dipenuhi, menghentikan perikatan, dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan.

10. Daluarsa atau lewatnya waktu (verjaring).

Dalam Pasal 1946 KUHPerdata ditentukan bahwa daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari sesuatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang.

Berdasarkan Pasal 1381 KUHPerdata tersebut dapat diketahui bahwa pembaharuan utang (novasi) adalah salah satu penyebab hapusnya perikatan. Novasi disini adalah dibuatnya suatu perikatan utang yang baru karena terjadinya perubahan objek perikatan, penggantian debitur, ataupun terjadinya penggantian

kreditur, dimana perikatan utang baru tersebut untuk atau sebagai penggantian perikatan utang lama. Sehingga dengan demikian yang hapus/berakhir adalah perikatan utang lama.

D. Akibat Hukum Terjadinya Novasi

Pembaharuan utang atau novasi adalah salah satu sebab hapusnya perikatan, oleh karena itu akibat hukum terjadinya novasi sudah jelas yaitu perikatan yang lama menjadi hapus dan digantikan dengan perikatan baru.

Adapun konsekuensi yuridis lain dari terjadinya novasi , yaitu :

1. Semua hah-hak istimewa dan hipotik yang melekat pada perikatan lama tidaklah demi hukum turut beralih kepada perikatan baru. Walau demikian Pasal 1421 KUHPerdata memungkinkan diperjanjikannya hak-hak istimewa dan hipotik tersebut dalam perikatan yang baru. Tetapi kalau tidak ada diperjanjikan maka sepanjang hak istimewa dan hipotik dalam novasi subjektif, tidak sendirinya beralih kepada perikatan baru. Adapun ketentuan Pasal 1421 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut:

“ Hak-hak istimewa dan hipotik-hipotik yang melekat pada piutang lama, tidak berpindah pada piutang baru yang menggantikannya, kecuali kalau itu secara tegas dipertahankan oleh si berpiutang”.

2. Debitur lama yang telah dibebaskan kewajibannya oleh kreditur dengan adanya penunjukan atau pendelegasian kepada debitur baru, maka kreditur tidak dapat lagi meminta pembayaran kepada debitur lama sekalipun debitur baru jatuh pailit kecuali pada waktu terjadinya novasi, hal ini telah

diperjanjikan secara tegas bahwa kreditur dapat lagi menuntut pembayaran dari debitur lama atau dalam keadaan debitur baru pada saat pemindahan/

delegatie sudah dalam keadaan pailit atau dalam keadaan kekayaannya merosot secara terus menerus dan kreditur tidak mengetahuinya.41

3. Pada novasi subjektif aktif, tangkisan-tangkisan yang semula dapat dimajukan oleh debitur kepada kreditur lama, sekarang tidak dapat dimajukan kepada kreditur baru. Hal ini diatur pada Pasal 1419 KUHPerdata. Dalam ketentuan Pasal 1419 KUHPerdata dikatakan bahwa:

“ Debitur yang secara pemindahan, telah mengikatkan dirinya kepada seorang kreditur baru, dan dengan demikian telah dibebaskan terhadap kreditur lama, tak dapat terhadap kreditur baru memajukan tangkisan-tangkisan yang sebenarnya dapat ia majukan terhadap kreditur lama, meskipun ini tidak diketahuinya sewaktu membuat perikatan baru, namun itu dengan tidak mengurangi, dalam hal yang terakhir tadi, hak untuk menuntut si kreditur lama “.

Rumusan tersebut di atas menyatakan bahwa pada hakekatnya dengan dilakukannya novasi, yang membebaskan debitur dari perikatannya dengan kereditur lama, debitur juga setuju untuk melepaskan tangkisan-tangkisan yang semula dapat dikemukakan olehnya kepada kreditur lama dengan segala konsekuensinya. Kreditur baru dengan perikatan baru tidaklah boleh dirugikan untuk terikat kepada ketentuan dan persyaratan pada perikatan lama yang sudah dihapuskan. Walau demikian dalam hal kreditur lama ternyata tidak telah beritikad baik, maka debitur tetap berhak untuk mengajukan tuntutan atas kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat pembaharuan utang tersebut.42

41

J. Satrio, Op.cit, hal 127

42

4. Novasi antara kreditur dengan salah seorang debitur tanggung menanggung membebaskan semua debitur yang lain. Ketentuan demikian itu logis karena dalam novasi, perikatan lama hapus, dan oleh karenanya para debitur atau orang-orang yang turut berutang yang terikat pada perikatan lama dibebaskan dari perikatannya.

Atas dasar alasan yang sama, maka novasi terhadap debitur membebaskan para penanggung utang. Dalam hal ini berlaku prinsip, bahwa kalau perikatan pokoknya hapus, maka semua accessoir turut hapus.

E. Perbedaan Antara Novasi, Subrogasi, dan Cessie

Pada novasi, subrogasi dan cessie terjadi pergantian subjek kreditur oleh pihak lain. Dipandang dari pergantian kreditur lama dengan kreditur baru tersebut, maka novasi, subrogasi, dan cessie merupakan perikatan yang diatur dalam Buku III KUHPerdata. Namun cessie juga dapat dipandang dari sudut yang berlainan, yaitu sebagai cara memperoleh hak milik yang diatur dalam Buku II KUHPerdata. Novasi, subrogasi dan cessie mempunyai persamaan dan tentunya perbedaan-perbedaan. Sebelum menjelaskan tentang perbedaan antara novasi, subrogasi, dan cessie, berikut akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai subrogasi dan cessie. 1. Subrogasi

Subrogasi atau penggantian hak-hak kreditor kepada seorang pihak ketiga terjadi karena pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada kreditur (si berpiutang) baik secara langsung maupun secara tidak langsung yaitu melalui

debitur (si berutang) yang meminjam uang dari pihak ketiga. Adapun mengenai subrogasi, Pasal 1400 KUHPerdata merumuskan sebagai berikut:

“Subrogasi atau penggantian hak-hak si berpiutang oleh seorang pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang itu, terjadi baik dengan persetujuan maupun demi undang-undang”.

Berdasarkan rumusan yang diberikan dalam ketentuan Pasal 1400 tersebut, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata secara tegas mengakui penggantian kreditur oleh pihak ketiga, demi hukum, sebagai akibat dilakukannya pembayaran oleh pihak ketiga tersebut. Penggantian ini dapat terjadi karena memang diperjanjikan oleh para pihak, ataupun karena diperintahkan oleh undang-undang.43

1. apabila kreditur, dengan menerima pembayaran itu dari seorang pihak ketiga, menetapkan bahwa orang ini akan menggantikannya dalam menggunakan hak-haknya, gugatan-gugatannya, hak-hak istimewa dan

Oleh karena itu, dalam KUHPerdata dikenal dua macam subrogasi, yaitu subrogasi berdasarkan perjanjian dan subrogasi berdasarkan undang-undang.

Pada subrogasi berdasarkan perjanjian dibedakan antara yang inisiatifnya datang dari kreditur dan yang datang dari debitur. Penggantian hak-hak kreditur kepada pihak ketiga karena perjanjian yang inisiatifnya datang dari kreditur diatur dalam Pasal 1401 ayat (1) dan yang inisiatifnya datang dari debitur pada Pasal 1401 ayat (2).

Pasal 1401 KUHPerdata menyebutkan bahwa: Penggantian ini terjadi dengan persetujuan:

43

hipotek-hipoteknya yang dipunyainya terhadap debitur; Subrogasi ini harus dinyatakan dengan tegas dan dilakukan tepat pada waktu pembayaran.

2. Apabila debitur meminjam sejumlah uang untuk melunasi utangnya, dan menetapkan bahwa orang yang meminjamkan uang itu akan menggantikan hak-hak kreditur, agar subrogasi ini sah, baik perjanjian pinjam uang maupun tanda pelunasan harus dibuat dengan akta otentik, dan dalam perjanjian surat pinjam uang tersebut harus diterangkan bahwa uang itu dipinjam guna melunasi utang tersebut; sedangkan selanjutnya surat tanda pelunasannya harus menerangkan bahwa pembayaran dilakukan dengan uang yang dipinjamkan oleh kreditur baru. Subrogasi ini dilaksanakan tanpa bantuan kreditur.

Subrogasi sebagai akibat daripada suatu pembayaran oleh pihak ketiga atas hutang debitur tidak menghapuskan perikatan, dan hanya menggantikan kreditur lama dengan kreditur baru, maka segala hak-hak istimewa, hak-hak jaminan kebendaan serta hak-hak ikutan lainnya, yang melekat pada perikatan pokok turut beralih kepada kerditur baru dengan segala konsekuensi hukumnya.44 2. Cessie

Cessie merupakan suatu bentuk levering (penyerahan) kebendaan dalam bentuk piutang atas nama dan benda tak bertubuh lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 613 ayat (1) dan (2) KUHPerdata, yang menyatakan bahwa penyerahan piutang-piutang atas nama dan kebendaan-kebendaan tidak bertubuh

44

lainnya, dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan-kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain. Penyerahan ini tidak ada akibatnya bagi yang berutang sebelum penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau disetujuinya secara tertulis atau diakuinya.

Penyerahan piutang atas nama kepada pihak ketiga baik dengan cara membuat akta otentik ataupun di bawah tangan, berarti dalam hal ini terjadi penggantian kreditur berdasarkan kesepakatan para pihak sendiri. Artinya ada kreditur baru yang menjadi pemilik (baru) atas piutang tersebut, ada kreditur lama yang mengoper piutang tersebut kepada kreditur baru.

Dalam pengoperan piutang atas nama tersebut, perikatan yang melahirkan piutang tersebut tetap, yang diganti hanyalah subjek krediturnya saja. Konsekuensinya adalah bahwa semua perjanjian ikutan/ accessoirnya yang melekat pada perikatan pokok tersebut tetap tidak berubah. Piutang tersebut bagi cessionaris (kreditur baru) tetap sama seperti pada waktu masih berada dalam tangan cedent (kreditur lama). Artinya piutang dan segala perjanjian accessoir

yang mengikuti perikatan piutang tersebut tetap utuh dan berpindah kepada cessionaris.45

Sebagai suatu bentuk levering, cessie merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata yang menyatakan bahwa hak milik atas suatu barang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluwarsa, karena pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan dengan penunjukan atau penyerahan

45

berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, yang dilakukan oleh orang yang berhak untuk berbuat bebas terhadap barang itu.

Jadi berdasarkan ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut dapat diketahui bahwa sebelum suatu cessie dapat dilaksanakan, haruslah terlebih dahulu ada suatu peristiwa perdata yang memberikan dasar bagi penyerahan tersebut. Peristiwa perdata yang menjadi alas hukum cessie antara lain dapat berupa perjanjian antara para pihak berkaitan yang disebut perjanjian obligatoir. Cessie atau penyerahan disebut perjanjian zakelijk (perjanjian kebendaan).

3. Perbedaan Antara Novasi, Subrogasi, dan Cessie

Berdasarkan uraian di atas mengenai novasi, subrogasi, dan cessie dapat diketahui bahwa novasi, subrogasi, dan cessie berbeda antara satu sama lain. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:46

a. Untuk cessie disyaratkan adanya suatu akta, baik otentik maupun di bawah tangan, sedang untuk novasi dan subrogasi tidak mutlak harus menggunakan akta, kecuali bagi subrogasi yang lahir dari perjanjian dimana debitur menerima uang dari pihak ketiga untuk membayar utang-utangnya kepada kreditur, harus menggunakan akta otentik.

b. Jika subrogasi dapat terjadi demi hukum dengan dipenuhinya kewajiban debitur oleh pihak ketiga yang melakukan pemenuhan tersebut, cessie mengharuskan adanya suatu peristiwa perdata (hubungan hukum obligatoir) yang menjadi dasar bagi terjadinya penyerahan menurut Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata; novasi sendiri, dalam hal novasi terhadap

46

perjanjian untuk mengalihkan hak milik, yang dalam hal ini meliputi jual beli, tukar menukar atau hibah piutang atas nama, merupakan peristiwa perdata yang dimaksudkan dalam Pasal 584 KUHPerdata, yang memerlukan cessie sebagai kelanjutan dari novasi itu sendiri.

c. Cessie adalah bentuk penyerahan piutang atas nama, yang berkaitan hanya dengan perikatan untuk menyerahkan sesuatu, sedangkan novasi dan subrogasi berhubungan dengan semua bentuk perikatan, baik perikatan untuk menyerahkan sesuatu, perikatan untuk berbuat sesuatu atau perikatan untuk tidak berbuat sesuatu.

d. Novasi merupakan salah satu sebab hapusnya perikatan menurut Pasal 1381 KUHPerdata sehingga novasi sama sekali menghapuskan perikatan yang lama dan menggantinya dengan perikatan baru, subrogasi dan cessie tidak menghapuskan perikatan lamanya, cessie hanya mengalihkan kepemilikan dari piutang tersebut, yang memberikan hak untuk menuntut pemenuhan prestasi berupa pembayaran piutang yang dialihkan tersebut. e. Pada cessie dan subrogasi ada terjadi pergantian kreditur dan perikatan

lamanya tetap (dengan debitur yang tidak berubah), sedangkan novasi dapat terjadi dengan penggantian kreditur (novasi subjektif aktif), debitur (novasi subjektif pasif), maupun tanpa penggantian kreditur dan debitur (novasi objektif) selama dan sepanjang perikatan lama dihapuskan.

f. Dalam novasi, karena perikatan pokoknya hapus maka perjanjian accessoirnya turut dihapus kecuali jika para pihak secara tegas menyatakan

sebaliknya, sedangkan dalam cessie, perjanjian accessoirnya tidak hapus hanya beralih kepada pihak ketiga sebagai kreditur baru.

g. Novasi atau pembaharuan utang selalu berbentuk perjanjian. Novasi tidak pernah lahir karena undang-undang sebagaimana halnya subrogasi yang menurut ketentuan Pasal 1402 KUHPerdata dapat lahir karena undang-undang.

BAB IV

NOVASI PADA PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA DI BANK X

A. Penyebab Terjadinya Novasi Terhadap Debitur Pada Perjanjian Kredit Modal Kerja Di Bank X

Beberapa peristiwa yang menyebabkan terjadinya novasi terhadap debitur (novasi subjektif pasif) dalam KMK di Bank X, berdasarkan hasil wawancara dengan Penyelia Administrasi Kredit Bank X, yaitu:

1. Debitur Meninggal Dunia

Meninggalnya debitur tidak mengakibatkan seluruh kewajiban dan hak debitur (pewaris) kepada bank menjadi berakhir. Pada Pasal 1381 KUHPerdata yang mengatur tentang sebab-sebab hapusnya perikatan, tidak ada disebutkan bahwa dengan meninggalnya debitur maka perikatan menjadi hapus.

Pasal 833 KUHPerdata menetapkan bahwa sekalian ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak, dan segala piutang si yang meninggal.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa secara hukum, ahli waris berhak atas segala harta peninggalan berupa segala barang, segala hak dan segala piutang si pewaris, dimana harta peninggalan tersebut wajib digunakan terlebih dahulu untuk melunasi utang si pewaris.

Pasal 1318 KUHPerdata menyebutkan bahwa jika seorang minta diperjanjikannya sesuatu hal, maka dianggap bahwa hal itu adalah untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang –orang yang memperoleh hak dari padanya, kecuali

dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat persetujuan, bahwa tidak sedemikian maksudnya.

Dalam hal debitur (si berutang) meninggal dunia, maka berdasarkan ketentuan Pasal 833 dan 1318 KUHPerdata tersebut, segala hak dan kewajibannya termasuk utangnya kepada bank, akan beralih kepada ahli warisnya, kecuali bila ahli waris secara tegas menolak pewarisan tersebut. Meninggalnya debitur tidak mengakibatkan seluruh kewajiban dan hak debitur (pewaris) kepada bank menjadi berakhir. Perjanjian kredit yang telah dibuat oleh debitur (pewaris) dengan bank tetap berlaku dan beralih menjadi kewajiban ahli waris untuk melunasinya.

Sehubungan dengan utang debitur yang meninggal dunia (pewaris), secara yuridis dimungkinkan penyelesaian dengan cara sebagai berikut:

a. Ahli waris melunasi seluruh utang pewaris;

b. Ahli waris meneruskan perjanjian kredit (PK) pewaris dengan bank; atau

c. Ahli waris membuat perjanjian kredit baru (novasi).47 Ad.a. Ahli waris melunasi sekaligus seluruh utang pewaris

Apabila ahli waris telah melunasi seluruh utang pewaris secara sekaligus, maka hubungan hukum antara bank dengan pewaris menjadi berakhir. Perjanjian kredit serta seluruh perjanjian accessoirnya menjadi tidak berlaku lagi, dengan melalui prosedur pelunasan utang sesuai kebijakan bank. Namun apabila ahli waris bermaksud untuk tetap mempunyai hubungan hukum (kredit) dengan bank, maka ahli waris melunasi terlebih

47

Wawancara dengan Suhaeli Anggrata, Penyelia Administrasi Kredit Bank X, tanggal 13 Maret 2012.

dahulu utang pewaris kepada bank, kemudian dibuatkan perjanjian kredit baru, dimana pihak yang berutang adalah ahli waris tersebut, sebagai konsekuensinya, perjanjian accessoirnya juga harus diperbaharui. Prosedur yang harus ditempuh bank adalah sebagaimana proses pemberian fasilitas kredit kepada debitur baru. Cara ini juga dapat dilakukan apabila kredit kepada pewaris telah jatuh tempo.

Ad.b. Ahli waris meneruskan perjanjian kredit pewaris dengan bank

Dibuatkan surat pernyataan dari seluruh ahli waris yang menyatakan bahwa yang bersangkutan adalah ahli waris yang sah dari pewaris yang dinyatakan dengan surat penetapan waris, dan ahli waris bersedia meneruskan kredit yang telah ada sebelumnya. Dalam hal ini, perjanjian kredit yang ada serta perjanjian accessoirnya tetap berlaku.

Ad.c. Ahli waris membuat perjanjian kredit baru (novasi)

Pasal 1416 KUHPerdata menetapkan bahwa novasi dapat dilakukan tanpa bantuan orang berutang yang lama. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pengalihan kredit dari pewaris kepada ahli warisnya dapat dilakukan dengan cara novasi.

Dalam Pasal 1318 KUHPerdata disebutkan jika seorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap bahwa itu adalah untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian, bahwa tidak sedemikianlah maksudnya. Yang artinya adalah bila ternyata si debitur meninggal dunia padahal perjanjiannya belum

berakhir maka ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya secara otomatis berkewajiban untuk meneruskan perjanjian tersebut, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat

Dokumen terkait