• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip- prinsip syariah Islam, yakni bank yang operasionalnya mengikuti ketentuan syariah khususnya menyangkut tata cara muamalah secara Islam. Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio (1999:1)

Sehingga dapat dikatakan bahwa bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi pembiayaan dan jasa-jasa dalam melakukan pinjaman maupun penghimpunan dana dengan cara lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang operasionalnya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah

lembaga keuangan yang operasionalnya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.

b. Tujuan Bank Syariah

Heri Sudarsono (2008:43) Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut :

1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.

2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.

3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.

4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah didalam mengentaskan

kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah seperti: program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.

5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha yang tidak sehat antara lembaga keuangan.

6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.

c. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Heri Sudarsono (2008:43) Fungsi dan peran bank syariah yang tercantum dalam pembukuan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organizing for Islamic Financial Institution), yaitu sebagai berikut :

1) Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. 3) Penyedia jasa keuangan dan lalu-lintas pembayaran, bank syariah

dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana mestinya.

4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas

keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

d. Sistem Bank Syariah

Bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, dan tekhnologi komputer. Namun ada juga perbedaan, berikut ini adalah perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional, sebagai berikut :

Tabel. 2.1

Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional

No. Perbedaan Perbankan Syariah Perbankan Konvensional

1. Falsafah Tidak berdasarkan atas bunga (riba), spekulasi (maysir) dan ketidakjelasan (gharar)

Berdasarkan bunga

2. Operasionalisasi - Dana masyarakat (DPK) berupa titipan (wadiah dan investasi (mudharabah) yang baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih dahulu.

- Penyaluran dana (financing) pada usaha yang halal dan menguntungkan

- Dana masyarakat (DPK) berupa titipan simpanan yang harus dibayar bunganya pada setiap saat jatuh tempo,

- Penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan, pada sisi pendanaan aspek halal dan haram tidak dipertimbangkan

3. Aspek Sosial Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam misi dan visi

Tidak diketahui secara tegas

3. Organisasi Harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS)

e. Keunggulan Bank Syariah

Sepintas tidak ada perbedaan antara menabung di bank konvensional dan bank syariah. Namun bila dicermati ada sejumlah keunggulan menabung di perbankan syariah. Keunggulan itu bersumber pada basis syariah yang mendasari operasinya. Antara lain adalah sebagai berikut: (www.erfins.wordpress.com)

1) Dalam konsep hubungan bank dan penabung. Di perbankan konvensional bank menjadi debitor dan penabung menjadi kreditor. Atas dasar simpan-pinjam bank membayar bunga kepada penabung dengan tingkat bunga yang sudah ditentukan, tak peduli berapa keuntungan yang diperoleh bank atau kerugian yang diderita bank. 2) Di perbankan syariah si penabung merupakan mitra bank sekaligus

investor bagi bank itu. Sebagai investor ia berhak menerima hasil investasi bank itu. Hasil yang diperoleh penabung naik dan turun secara proporsional, mengikuti perolehan banknya.

3) Muamalah berdasarkan konsep kemitraan dan kebersamaan dalam profit dan risk itu akan lebih mewujudkan ekonomi yang lebih adil dan transparan.

4) Keunggulan lainnya terletak pada bagaimana dana penabung dimanfaatkan. Di bank konvensional penabung tidak tahu dan tidak punya hak untuk tahu kemana dana bakal disalurkan.

5) Bank syariah menyeleksi proyek yang hendak didanai, bukan hanya melihat dari sisi kelayakan usaha tetapi juga pada halal atau

haram usaha itu. Semua nasabah baik deposan maupun debitor terhindar dari praktik moral hazard yang biasa bersumber dari sistem riba.

6) Keunggulan lain yang tak kalah menarik adalah perbankan syariah mampu memberikan early warning system atau peringatan dini bahaya.

7) Ketika perolehan bagi hasilnya terus merosot penabung bank syariah memperoleh isyarat bahwa sesuatu yang buruk terjadi pada banknya sehingga ia bisa mengantisipasi.

f. Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak- pihak yang merupakan defisit unit. Berikut ini produk-produk pembiayaan bank syariah : Abustan (2009)

1) Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

(a) Wadiah Yad Al-Amanah berprinsip harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi.

(b) Wadiah Yad Adh-Dhamanah, berprinsip bahwa pihak bank bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut seperti giro.

2) Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

(a) Al-Mudharabah, adalah akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola.

(b) Al-Musyarakah, adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. AI-musyarakah diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dahulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah.

3) Prinsip Jual-beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual- beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen. Bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).

(a) Bai’al-Murabahah

Pada dasarnya adalah transaksi jual-beli barang dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Untuk memenuhi kebutuhan barang oleh nasabahnya, bank membeli barang dari

supplier sesuai dengan spesifikasi barang yang dipesan atau dibutuhkan nasabah, kemudian bank menjual kembali barang tersebut kepada nasabah dengan memperoleh keuntungan (margin) yang disepakati. Nasabah sebagai pembeli dalam hal ini dapat memilih jenis transaksi tunai, cicilan, atau tangguhan. Umumnya, nasabah memilih metode pembayaran secara cicilan. Bai’al-Murabahah, merupakan kegiatan jual-beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. (b) Bai’as-Salam adalah pembelian suatu barang yang

penyerahannya (delivery) dilakukan kemudian hari sedangkan pembayarannya dilaksanakan dimuka secara tunai. Bai’as- salam dalam perbankan biasanya diaplikasikan pada pembiayaan berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau hasil pertanian atau industri lainnya. Barang yang dibeli harus diketahui secara jelas jenis, macam, ukuran, mutu, jumlah dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang. Harga jual yang disepakati harus dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.

(c) Bai’al-Istishna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang) tetapi pembayaran di muka atau secara berangsur-angsur. Bai’al-Istishna pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang dengan pembayaran dimuka, baik dilakukan dengan cara tunai, cicilan, atau ditangguhkan. Prinsip bai’al-istishna

ini menyerupai bai’as-salam, namun dalam istishna

pembayarannya dapat dilakukan dimuka, dicicil atau ditangguhkan. Sementara dalam bai’as-salam dilakukan secara tunai.

(d) Sharf (Jual-beli valuta asing), adalah pertukaran/jual-beli antara uang yang berbeda dengan penyerahan segera berdasarkan kesepakatan harga sesuai dengan harga pasar pada saat pertukaran. Sharf hanya bisa dilakukan untuk tujuan pelindung nilai (hedging) dan tidak untuk spekulatif.

4) Prinsip Sewa (Al-Ijarah) (a) Ijarah, sewa murni.

(b) Ijarah al muntahiya bit tamlik, adalah kegiatan penyewaan/ mengambil manfaat suatu barang dengan imbalan tertentu. Bila terdapat kesepakatan pengalihan kepemilikan pada akhir masa sewa.

5) Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

(a) Al-Wakalah, Amanat artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.

(b) Al-Kafalah, Garansi Bank merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggungjawab dari satu pihak kepada pihak lain seperti pembiayaan dengan jaminan seseorang. (c) Al-Hawalah, merupakan pengalihan hutang dari orang yang

berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya atau dengan kata lain pemindahan beban hutang dari satu pihak kepada pihak lain, dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau faktoring.

(d) Ar-Rahn, gadai merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan hutang atau gadai.

(e) Qard, adalah akad pinjam-meminjam (uang) antara satu pihak dengan pihak lainnya. Jika ada jaminan, maka ini menjadi

4. Pembiayaan Murabahah

Dokumen terkait