• Tidak ada hasil yang ditemukan

SYIAHISME DI MALAYSIA Rabitah Mohamad Ghazali

Dalam dokumen isi_syiah Revisi .pdf (Halaman 193-200)

Pengantar

S

tudi ini berkenaan dengan Syiah180 di Malaysia dan posisi mereka di dalam mayoritas Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah (Sunni) yang sangat besar dan cara-cara mereka bertindak untuk mendapat pengakuan di negeri itu. Dalam hal pandangan teologis, mereka sangat As’ari, yang dapat dianggap sebagai teologi Sunni arus utama. Teologinya dinamai sesuai dengan nama orang yang mendirikannya, yaitu Abu al-Hassan al-Asy’ari (874 Hijriyah-936 Masehi), seorang sarjana pendukung teologi Sunni abad ke-10.

Ash’ariyah dapat dilihat sebagai reaksi terhadap rasionalisme ekstrem teologi Mu’tazilah yang sangat berpengaruh pada abad pertengahan semasa periode klasik Islam. Menurut al-Asy’ari, akal manusia masih lebih rendah dibanding wahyu Ilahi karena dianggap tidak mampu membedakan baik dan buruk secara independen. Hanya Allah saja yang berhak memutuskan kebaikan atau keburukan suatu tindakan. Bagi manusia, satu-satunya cara untuk menerima informasi

180 Dalam artikel ini, saya hampir tidak menggunakan istilah Syiah dan ketika digunakan ia mengacu artinya yang umum yaitu ‘partisan’ Ali bin Abu Thalib. Saya menggunakan istilah Syiahisme untuk menandakan denominasi yang dilawankan dengan Sunnisme. Istilah Syiah digunakan baik untuk kata sifat dan kata benda. Sebagai kata benda, Syiah berarti seorang penganut Syiahisme.

otentik mengenai kebenaran-kebenaran religius adalah melalui wahyu. Mengenai sifat-sifat ilahiyah, Asy’arimengukuhkannya, meskipun menolak antropomorfi sme total. Pandangan ini bertentangan secara tajam dengan apa yang dianut oleh Mu’tazilah dan Syiah Itsna Asyariyah (Imam Dua Belas) yang memandang bahwa penyebutan ‘tangan Tuhan’ dan sifat-sifat fi sik lainnya yang terdapat di dalam Alquran sebagai ungkapan-ungkapan metaforis belaka. Di dalam sejarah teologis Islam, kaum Asy’ari berpendapat bahwa Alquran adalah fi rman Tuhan yang abadi, sehingga ia tidak diciptakan. Gagasan ini juga bertentangan dengan pandangan Mu’tazilah dan Syiah Itsna Asyariyah.181

Dalam soal hukum Islam dan ibadah, sebagian besar kaum Sunni di Asia Tenggara menganut madzhab Syafi ’i. Sekarang ini, selain Syafi ’i, hanya ada tiga tatacara hukum yang berlaku di kalangan Sunni. Madzhab Hanafi , biasanya dilihat sebagai tatacara hukum yang paling moderat di kalangan Sunni dan paling lazim di Asia Tengah, Turki, di wilayah Balkan dan India. Dulu ia adalah tata cara resmi di Kekaisaran Utsmani, Mughal India dan dinasti-dinasti Muslim lainnya yang berasal dari Turki. Madzhab Maliki, nyaris hanya berlaku secara ekslusif di Afrika bagian utara dan barat laut. Madzhab Hanbali, kebanyakan berlaku di semenanjung Arab. Dalam konteks Malaysia, ketaatan kepada Sunni perlu, dan ia dilindungi dan disebarkan melalui pengertian yang benar dan tepat agar dapat melenyapkan segala penyimpangan. Untuk menjamin stabilitas dan solidaritas spiritual komunitas Muslim di Malaysia, pengertian yang benar akan metode-metode Sunni sangat penting.

Menurut Shahrestani, seorang sarjana terkemuka yang meneliti sekte-sekte dalam Islam, dalam karyanya berjudul Milal wa

Al-Nihal (Sekte-Sekte dan Kepercayaan-Kepercayaan), menilai kaum

Syiah adalah para pengikut Ali bin Abu Thalib dan percaya pada kedudukannya sebagai imam dan khalifah menurut ajaran-ajaran yang jelas dan surat wasiat Nabi Muhammad.182 Defi nisi ini sangat akurat karena Syiah sendiri percaya bahwa alasan untuk mengikuti Ali bin Abu Thalib karena dia dikehendaki oleh Nabi Muhammad dan bahwa keputusan untuk mengikuti siapa bukan keputusan pribadi mereka.

181 Azmil Zainal Abidin, “Asas Keintelektualan Tradisi Kalam Asha’irah: Suatu Analisi Metodologikal” dalam Jurnal Usuluddin (35), 2012: 1-24.

182 Shahristani, Muhammad ibn ‘Abd Karim (1414/1993), Al-Milal wa Al-Nihal, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, terbitan ketiga), Vol.1,hlm. 169.

Bedanya, setelah Nabi Muhammad wafat, Sunni mengikuti orang yang dipilih di Bani Saqifah dan percaya bahwa Nabi Muhammad menyerahkan kepada umat sendiri untuk memutuskan siapa yang akan diikuti. Meskipun dalam Firaq al-Shiah (Kelompok Syiah), Al- Hasan bin Musa al-Nawbakhti menulis bahwa Syiah adalah Partai-nya Ali. Mereka disebut Syiah Ali bin Abu Thalib semasa dan setelah wafatnya Nabi Muhammad, dan dikenal sebagai pengikut Ali dan orang yang percaya pada Ke-Imam-annya.183 Syaikh al-Mufi d mendefi niskan Syiah sebagai orang-orang yang mengikuti Imam Ali, dan percaya pada posisinya sebagai penerus langsung sang Nabi.184

Untuk maksud studi ini, Syiahisme dibatasi pada Itsna Asyariyah. Ini adalah suatu pemikiran Islam yang percaya pada Dua Belas Imamyang menggantikan Nabi Muhammad dan menganut praktek-praktek spesifi k sebagai konsekuensi sistem kepercayaan ini. Syiahisme adalah denominasi minoritas Islam dan terdiri dari sekitar 10 persen populasi Muslim dunia. Ia sering distigmatisasi kaum Sunni yang merupakan mayoritas. Sementara sebagian besar Syiah merupakan kelompok minoritas di negeri-negeri Muslim, tetapi mereka merupakan mayoritas di Iran (sekitar 90%), Irak (60%), dan Bahrain (60%). Syiah di Iran menjadi perhatian dunia karena Revolusi Islamnya pada 1978-1979 yang berlanjut dengan pendirian Republik Islam Iran. Setelah invasi Amerika ke Irak pada 2003, kaum Syiah memainkan peranan politis yang semakin penting di negeri itu. Suatu bentuk Syiahisme moderat, yang setia kepada Ayatullah Ali Sistani, telah membentuk suatu jaringan kerja yang sangat kuat yang diharapkan memperkuat masyarakat sipil di Irak bagian selatan.185

Berdirinya pemerintahan Islam di Iran di bawah kepemimpinan para ulama Syiah, khususnya Ayatullah Ruhollah Khomeini, membangkitkan minat lebih lanjut kepada iman Syiah. Revolusi Islam itu tidak hanya memainkan peran penting dalam kebangkitan kembali kesadaran dan pergerakan-pergerakan Islam di seluruh dunia dan berdampak sangat besar pada ekonomi dan politik dunia, tetapi juga memperbesar rasa ingin tahu tentang Syiah di kalangan publik umum, politisi dan media massa.

183 Al-Nawbakhti, al- Hasan ibn Musa (1404/1984), Firaq al-Shi’ah (Beirut: Dar al-Idwa’), hlm. 17.

184 Al-Mufi d, Shaykh Muhammad ibn Muhammad ibn Nu’man, Awail al-Maqalat ( Qum: Kungereh-e Shaykh e-Mufi d, 1413), hlm.36.

Fatwa Mengenai Syiah

Komite Fatwa dari Dewan Nasional Urusan Agama Islam Malaysia pernah bersidang pada 5 Mei 1996 dan mendiskusikan Syiah di Malaysia. Komite Fatwa ini memutuskan:

• Menyetujui bahwa keputusan Diskusi Komite Fatwa yang dilaksanakan pada 24-25 September 1984 [Paper Bills. 2/8/84, Item 4.2 (2)] mengenai Syiahisme yang menyatakan sebagai berikut: “Setelah mendikusikan makalah ini dan mempertimbangkan hal yang telah diputuskan Komite bahwa sekte Syiah al-Zaidiyah dan Ja’fariyahsaja yang diterima untuk dilaksanakan di Malaysia” kini dicabut.

• Menetapkan bahwa umat Muslim di Malaysia hanya boleh mengikuti ajaran- Islam yang didasari pada apa yang dianut para anggota Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah perihal iman, syariah dan moral.

• Mendukung dan menerima amandemen yang diusulkan kepada Konstitusi Federal dan Konstitusi Negara-Negara (Bagian) untuk segera menetapkan bahwa agama Federasi dan Negara-Negara harus didasarkan pada Islam yang dianut oleh para anggota Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah perihal iman, syariah, dan moral.

• Menetapkan amandemen untuk semua Hukum Negara-Negara dan Hukum Islam agar selaras dengan defi nisi hukum shariah sebagai berikut: “Hukum Islam atau Hukum-hukum Islam berarti hukum yang didasarkan pada hukum Islam yang dianut para kaum Sunni perihal iman, syariah dan akhlak”.

• Menyatakan bahwa ajaran-ajaran selain yang dianut para anggota Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah bertentangan dengan hukum Islam dan hukum-hukum Islam. Oleh karena itu, penyebaran ajaran-ajaran selain yang dianut anggota Ahl

as-Sunnah wa al-Jama’ah dilarang.

• Menetapkan bahwa semua umat Muslim di negeri ini agar tunduk kepada hukum-hukum Islam berdasarkan ketatatan hanya kepada ajaran-ajaran para anggota Ahl as-Sunnah wa

al-Jama’ah.

• Menetapkan bahwa publikasi, penyiaran dan penyebaran segala buku, selebaran, fi lm, video, dan hal lain yang berkaitan dengan

ajaran-ajaran Islam yang bertentangan dengan yang dianut oleh para anggota Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah, dilarang.186

Syiah di Malaysia

Dalam perjalanan waktu, jumlah penganut Syiahisme di Malaysia dan jumlah lembaga dakwah, pendidikan dan penerbitan Syiah terus bertambah. Misalnya mulai 1980-an sampai sekarang, koran lokal melaporkan beberapa pengikut Syiah yang telah ditahan. Pada Oktober 1983, Utusan Melayu melaporkan bahwa sekelompok orang Malaysia mengkhotbahkan dan menyebarkan secara aktif ajaran Syiahisme dari rumah ke rumah. Koran juga melaporkan sekitar 200 Syiah Imamiyah bertebaran di Petaling Jaya, sebagian dikirim ke Pakistan dan Iran untuk mendalami Syiahisme. Mereka juga benar-benar mempunyai sekolah sendiri di Melaka yang dikelola para cendekiawan Malaysia. Sementara itu pada tahun yang sama, koran-koran lokal menyatakan sekelompok sarjana Malaysia mengikuti seminar Internasional mengenai haji yang diselenggarakan di Dhakka Bangladesh, disponsori oleh asosiasi Iran. Rangkaian seminar berikutnya dilaksanakan pada 1984 di Kelantan. Menurut koran itu, kegiatan itu dihadiri oleh 300 peserta dengan latar belakang yang berbeda-beda. Seminar itu mendiskusikan haji menurut Imam Khomeini. Serambi gedung seminar dipenuhi dengan gambar-gambar sang Imam.187

Seperti yang ditunjukkan di atas, adanya individu-individu yang berpengaruh di dalam komunitas Syiah di Malaysia, meskipun jumlahnya kecil, menciptakan peluang untuk menyebarkan ajaran-ajaran Syiahisme. Pada 1992, diajukan sebuah proposal oleh komunitas Syiah di Malaysia yang mencoba mendaftarkan organisasi mereka, Darul Husna, di bawah Registry of Societies of Malaysia. Karena perkara itu menyangkut praktek dan kepercayaan yang berbeda dengan yang dianut mayoritas kaum Muslim di Malaysia, Divisi Fatwa diminta untuk memutuskan. Komite telah merundingkan perkara ini berdasarkan maksud-maksud yang dinyatakan komunitas tersebut. Menurut proposal itu, Darul Husna mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:188

186 Portal Rasmi Fatwa Malaysia, http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-kebangsaan/syiah-di-malaysia(diakses pada 1 Februari 2013).

187 Utusan Malaysia and Berita Harian.

188 Portal Rasmi Fatwa Malaysia, http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-kebangsaan/darul-husna (diakses pada 1 Februari 2013).

1. Memperkenalkan dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang dikisahkan melalui Ahl al-Bayt Nabi.

2. Memberikan bantuan material dan moral kepada para anggota dan semua umat Muslim.

3. Mendorong dan mengajar orang untuk hidup sesuai dengan prinsip berdampingan dengan damai dan prinsip keimaman. 4. Memperluas pengetahuan mengenai Islam menurut Syiah dan

melenyapkan kebingungan mengenai Syiah dan meningkatkan perbedaan di antara madzhab-madzhab di Malaysia.

5. Membangun dan mengembangkan masjid.

6. Mengadakan sidang dan mengorganisasikan agama dan adat-istiadat Islam khususnya perkawinan.

7. Melaksanakan kajian-kajian Islam menurut keimaman.

8. Membayar atau membantu membayar biaya kematian orang Muslim.

9. Menerima sumbangan untuk penyebaran Syiah. 10. Menerbitkan selebaran dan buletin sumbangan.

Komite Konsultatif Hukum Islam (Fatwa) mendiskusikan proposal di atas dengan sangat hati-hati sesuai dengan hukum Islam, dan hasilnya adalah sebagai berikut: Setelah didiskusikan tampaklah bahwa proposal itu bertentangan dengan mayoritas kebijakan dan tujuan Departmen dan Undang-Undang Departemen Agama Islam Selangor, yang meliputi:mengadopsi seorang anggota Syiah di kalangan populasi; Dalam maksud kedua (3) menentang Undang-Undang Administrasi Islam Selangor 1989 perundang-undangan Seksi 56 hingga 65; Dalam maksud kedua (4) bertentangan dengan Hukum Keluarga Islam 1984 mengenai perkawinan. Dalam maksud kedua (5) bertentangan dengan pendidikan Agama Islam Selangor yang sekarang ini didasarkan pada Syafi ’i, tetapi mereka hendak menyerap pelajaran dari pengertian Syiah Imamiyah. Berdasarkan alasan-alasan yang telah disebutkan di atas pertemuan itu memutuskan untuk menolak pendaftaran Darul Husna.

Meskipun proposal Darul Husna ditolak, Syiah masih sangat berpengaruh di kalangan komunitas Muslim Malaysia. Pada 2010, Departemen Islam Selangor (JAIS) menemukan dan menahan 200

pengikut Syiah di Taman Sri Gombak, Batu Caves, selama hari perayaan Ashura pada 16 December 2010. Laporan ini menggemparkan umat Muslim di Malaysia dan diliput oleh koran-koran lokal.

Tanggapan JAKIM

Sejumlah tindakan telah diambil oleh pemerintah Malaysia, khususnya Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM). Pada 2004, JAKIM mengadakan pertemuan tahunan antara lain mendikusikan posisi Syiahisme. Pertemuan itu menghasilkan rekomendasi yang berbunyi: Syiahisme sebagai aliran yang ada di dunia Islam mempunyai perbedaan prinsipil dari madzhab Sunni yang dianut oleh umat Muslim Malaysia. Perbedaan-perbedaan itu antara lain:

• Syiahisme menolak hadist yang tidak dituturkan oleh Ahl al-Bayt sementara Sunni tidak membedakannya asalkan memenuhi persyaratan atau sesuai dengan ilmu- hadist.

• Syiahisme memandang bahwa para Imam tidak bisa salah, sementara kaum Sunni memandang mereka sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

• Syiahisme tidak mengakui ijma’ tanpa adanya para imam sementara kaum Sunni mengakuinya tanpa mewajibkan partisipasi para imam.

• Syiahisme memandang bahwa pendirian kepemimpinan atau pemerintahan Islam sebagai pilar agama, sementara kaum Sunni memandangnya sebagai kesejahteraan publik di mana imam bertindak untuk menjamin dan melindungi dakwah dan kepentingan umat.

• Syiahisme pada umumnya tidak mengakui khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan, sementara kaum Sunni mengakui keempat Khalifah yang masuk sebagai Khulafa

ar-Rasyidin ( Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,)

dan Ali bin Abu Thalib .189

Mempertimbangkan perbedaan di antara Syiahisme dan Ahl

as-Sunnah wa al-Jama’ah sebagaimana disebutkan di atas, khususnya

mengenai perbedaan dalam hal kedudukan imam, JAKIM menyerukan kepada umat Muslim Malaysia agar meningkatkan kewaspadaan akan

189 Mohd Fauzi Hamat & Mohd Sobri Ellias, Perbezaan Fahaman Syiah Imamiyah dan Ahli

kemungkinan datangnya aliran-aliran yang didasarkan pada ajaran-ajaran Syiahisme.

Lebih lanjut pada 2012, Kementerian Urusan Dalam Negeri (Malaysia) melarang tiga buku yang dapat menjadi ancaman bagi semua Muslim Malaysia. Ketiga buku-buku itu adalah Pengantar

Ilmu-Ilmu Islam oleh Murtadha Mutahhari, Dialog Sunni dan Syiah

oleh Syarafuddin al-Musawi dan Tafsir Surah al-Fatihah oleh Jalaludin Rakhmat. Semua buku itu berasal dari Indonesia dan mempunyai ajaran Syiahisme. Karya-kraya Syiah terlarang dari Indonesia termasuk

Tafsir al- Mizan: Mengupas Ayat-Ayat Roh dalam Alquran karya Tabataba’i, Wanita Dimata dan Hati Rasulullah karya Syariati dan Akhirnya Kutemui Kebenaran karya Muhammad Ali Tijani. Lagipula Jabatan Agama Islam

Melaka (JAIM) telah menyerbu sebuah rumah di Taman Paya Dalam yang merupakan pusat organisasi Syiah. Komite menemukan beberapa selebaran dan 35,000 buku Syiahisme yang pada waktu itu dilarang oleh pemerintah.

Perlu dicatat bahwa hasil langsung dampak buku ini membuat Mufti Johor, mengeluarkan fatwa yang menyatakan buku itu terlarang karena bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam yang sejati. Meskipun sudah dilarang di Malaysia, beberapa dari buku itu masih dibaca dan disalurkan secara luas di kalangan Muslim di Malaysia. Menurut Mufti, Syiahisme dan aliran-aliran lain yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Alquran dan hadist Nabi, dan juga semua kegiatan mereka dalam segala bentuk, baik ritual, percetakan maupun publikasi, dilarang karena dalam jangka panjang dikhawatirkan mengakibatkan konfi k di kalangan umat Muslim di Malaysia yang menganut ajaran

Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah.190 Kesimpulan

Kesimpulan, kaum Syiah sebagai kelompok yang terstigmatisasi, telah melakukan berbagai strategi termasuk dakwah, pendidikan, publikasi, dan bahkan aspek-aspek kehidupan religius untuk mendapat pengakuan, posisi yang sah dan menjalankan kekuasaan di masyarakat. Di sepanjang sejarahnya mereka telah berjuang untuk mendapat pengakuan.[]

190 http://islam.gov.my/e-fatwa/mufti/ftwa-warta-view.asp?keyID=327 (diakses pada 1 February 2013).

Dalam dokumen isi_syiah Revisi .pdf (Halaman 193-200)