• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.5. Kegiatan Operasi PT Chevron Pacific Indonesia

2.5.3. Kegiatan Produks

2.5.3.4. Gas Plant System

Gas Plant adalah fasilitas produksi yang digunakan untuk memisahkan gas dari uap air sehingga menghasilkan gas yang kering (dry gas) dan mempunyai tekanan yang tinggi untuk dikirim ke fasilitas berikutnya (customer). Penggunaan utama gas alam adalah sebagai bahan bakar seperti bahan bakar pembangkit listrik. Faktor-faktor seperti spesific gravity (SG), gross heating value (GHV) sangat menentukan nilai jual dari gas alam tersebut. Nilai SG dan GHV sendiri juga bergantung pada sumbernya (well) Semakin tinggi nilai GHV, maka nilai jual dari gas jual dari gas alam tersebut akan semakin tinggi. Sementara harga specific gravity (SG) berbanding lurus dengan nilai gross heating value (GHV), dimana semakin besar SG nya, mutu gas alam tersebut juga akan semakin baik, begitu pula sebaliknya.

Minyak dan gas dari beberapa sumber juga mengandung hidrogen sulfida (H2S). Dalam standar kesehatan konsentrasi maksimum yang diizinkan dari

hidrogen sulfida di atmosfer adalah 0,01 mg/L. Produk pembakaran dari hidogen sulfida yang sangat berbahaya adalah belerang dioksida (SO3), dengan konsentrasi

yang diizinkan dalam udara adalah 0,02 mg/L. Hidrogen sulfida dalam gas dan dapat menyebabkan korosi pada peralatan, terutama jika gas tersebut juga mengandung oksigen, karbon dioksida. Gas domestik seharusnya tidak lebih dari 2 gram hidrogen sulfida per 100 m3 gas pada suhu dan tekanan normal. Gas alam dengan kandungan hidrogen sulfida dalam jumlah yang signifikan dinamakan

sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas" yang berarti gas asam. Gas jenis ini selain menyebabkan ledakan juga dapat menyebabkan tercekiknya

pernafasan bahkan bisa menyebabkan kematian, karena dapat mengurangi kandungan oksigen di udara dalam jumlah-jumlah tertentu. Gas alam yang telah diproses dan siap untuk dipasarkan disebut sweet gas yang berarti gas bersih yang bebas dari gas asam, yang bersifat tidak berasa dan tidak berbau.

Dalam proses pencairan gas alam, natural gas atau associated gas yang diproduksi mengandung H2O, H2S, dan CO2, sebagai impurities dalam pemrosesan gas. Maka kandungan impurities tersebut harus dihilangkan atau minimal dikurangi prosentase kandungannya, sehingga dehydration menjadi tahap awal proses pengolahan gas.

Proses dehydration secara umum bertujuan:

1. Mencegah terjadinya free-water yang dapat membentuk hidrat pada bagian pendinginan.

2. Mencegah terjadinya korosi, akibat asam yang terbentuk dari free-water dan H2S.

3. Mencapai suatu kualitas gas yang diinginkan kandungan air pada suatu gas tergantung dari temperatur, tekanan, komposisi gas, salinitas. Hidrat berfasa solid terbentuk dari proses pengkristalan terhadap hidrokarbon ringan yang mengandung air (free-water). Hidrat ini dapat menutupi filter, menyumbat tube, dan mengakibatkan jatuh tekanan (pressure drop).

Variabel-variabel kecepatan pembentukan hidrat:

1. Tekanan. Makin tinggi tekanan makin cepat terbentuk hidrat.

3. Derajat agitasi. Adanya proses pengadukan mempercepat pembentukan hidrat.

4. Adanya tempat untuk terbentuknya kristal (misalnya elbow, bekas las, dll). Adanya tonjolan akan memicu terbentuknya hidrat pertama kali. Hidrat pada mulanya terbentuk ditempat yang tidak halus, misalnya pada bekas las pipa, kemudian hidrat makin menumpuk di tempat tersebut dan akhirnya dapat menyumbat pipa. Pembentukan hidrat dapat dicegah dengan cara mengurangi kandungan uap air dalam unit dehidrator atau menginjeksikan glikol atau methanol untuk mengikat air pada aliran gas.

Ada beberapa teknik dehidrasi antara lain :

1. Absorbsi, menggunakan liquid dessicant, seperti glycol.

2. Adsorpsi, menggunakan solid dessicant, seperti alumina dessicant.

Pemilihan proses dehidrasi adalah berdasarkan dew point yang diharapkan dari proses tersebut dan nilai ekonomis.

Dew point dari glycol dehydration tergantung laju sirkulasi TEG dan jumlah tahap kesetimbangan. Pada umumnya glycol dehydration dapat mencapai

dew point ±70°F. Glycol yang keluar dari proses dehydration (rich glycol) perlu di regenerasi agar glycol tersebut dapat digunakan kembali (lean glycol). Proses regenerasi glycol dilakukan dengan pemanasan sehingga air yang diikat glycol

menguap. Melalui regenerasi, dapat diperoleh glycol dengan kemurnian mencapai 98%. Design yang ekonomis adalah 2,5 gal TEG/lb H2O.

Untuk Solid Desiccant Dehydration, dehidrasi tipe ini membutuhkan minimum 2 tower, yang digunakan untuk proses adsorpsi dan proses regenerasi. Proses regenerasi terjadi sebelum dessicant jenuh oleh air.

Terdapat 3 jenis solid dessicant yang sering dipakai, yaitu: 1. Silica Gel, dapat mencapai dew point - 70°F s.d. -80°F.

2. Allumina Desiccant, digunakan untuk proses dehidrasi gas mencapai dew point 1000°F. Biasanya digunakan pada plant pengolahan LPG seperti di LEX Plant.

3. Molecular Sieve, merupakan dessicant dengan kemampuan menyerap air terbesar, dew point yang dicapai lebih kecil dari –260°F, lebih mahal dari tipe yang lain. Molecular sieve biasa digunakan pada plant pengolahan LNG.

Proses dehidrasi di LEX Plant dilakukan di dalam unit dehydrator yang terdiri dari 3 buah tower. Feed Gas Dehydrator V-41 A/B/C merupakan unit untuk menghilangkan kandungan uap air dari feed gas menggunakan media penyerap (adsorbent) alumina desiccant. Dehydrator ini berjalan dengan tiga siklus operasi yaitu Lead, Guard, dan Regeneration yang diatur dengan Program

Cycle Controller (PCC) yang menggerakkan posisi buka tutup 34 valve yang mengatur aliran feed gas maupun regeneration gas. Sepuluh valve berkorelasi langsung dengan operasi masing-masing tower V-41 A/B/C, 3 valve (KV 25,26,27) untuk mengendalikan aliran dari regeneration gas pada siklus pemanasan maupun pendinginan dan valve terakhir (KV 84) mengatur aliran Hot Oil menuju Regeneration Gas Heater E-41. Sistem dehidrator ini terdiri dari :

1. Feed Gas Dehydrator (V-41 A/B/C), merupakan tempat terjadinya proses penyerapan moisture yang ada dalam gas umpan. Pada unit ini terdapat alumina desiccant sebagai media penyerap air (adsorbent). Sistem ini dilengkapi dengan 34 valve untuk mengatur siklus operasi dari tower

tersebut yang diatur dengan Program Cycle Controller (PCC) yang dapat dioperasikan secara otomatis maupun semi otomatis.

2. Regeneration Gas Heater (E-41), suatu unit Heat Exchanger shell and tube

yang digunakan untuk memanaskan regeneration gas (C1) pada saat proses regeneras alumina desiccant. Media pemanas yang digunakan adalah hot oil. 3. Regeneration Gas Cooler (E-42), merupakan unit Air Cooled Heat Exchanger untuk mendinginkan regeneration gas yang telah digunakan untuk proses regenerasi alumina desiccant setelah keluar dari dehydrator dan sebelum masuk Regeneration Gas KOD (V-42).

4. Regeneration Gas Inlet Cooler (E-43), merupakan unit Heat Exchanger tipe

shell and tube untuk mendinginkan regeneration gas yang digunakan untuk proses pendinginan (cooling) pada saat regenerasi aluminadesiccant. Media pendingin yang digunakan adalah Propane Refrigerant.

5. Regeneration Gas Knock Out Drum (V-42), merupakan unit untuk memisahkan regeneration gas (C1) dengan uap air dan hidrokarbon yang terikut pada saat proses regenerasialuminadesiccant.

Dokumen terkait