• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel Indeks Vigor pada berbagai perlakuan Perlaku

Dalam dokumen LAPORAN RESMI PRAKTIKUM (Halaman 56-67)

PENGARUH CEKAMAN AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI I. TUJUAN

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengamatan

3. Tabel Indeks Vigor pada berbagai perlakuan Perlaku

an 1 2 3 Hari ke-4 5 6 7 0 MPa 0,67 1,83 4,50 6,00 1,17 2,83 1,33 -0,6 MPa 0,83 1,33 8,00 7,33 1,67 1,67 0,83 -1,2 MPa 0,83 3,50 5,33 5,67 1,83 1,33 1,67 -1,8 MPa 0,83 1,83 4,67 7,50 2,17 1,50 1,17

2. Tabel Gaya Berkecambah hari ke-7 pada berbagai perlakuan Perlaku an Hari Ke-7 0 MPa 77,33% -0,6 MPa 80,67% -1,2 MPa 80,67% -1,8 MPa 78,67%

3. Tabel Indeks Vigor pada berbagai perlakuan Perlaku an Hari ke-1 2 3 4 5 6 7 0 MPa 0,67 0,92 1,52 1,5 0,23 0,47 0,19 -0,6 MPa 0,83 0,67 2,72 1,93 0,33 0,27 0,12 -1,2 MPa 0,83 1,75 1,77 1,46 0,37 0,22 0,24 -1,8 MPa 0,83 0,92 1,56 1,83 0,43 0,25 0,17 B.Pembahasan

Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji . Dalam tahap

ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Pada

perkecambahan terjadi proses

infiltrasi dan imbibisi. Infiltrasi air adalah peristiwa masuknya air menembus kulit biji hingga masuk kedalam biji dilanjutkan dengan imbibisi melalui sel-sel aleuron yaitu air yang masuk ke dalam biji diserap oleh zarah-zarah koloid sehingga terjadi pembengkakan. Proses penyerapan air atau imbibisi berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Kulit biji yang tidak dapat menahan desakan dari dalam akan pecah sehingga calon akar dan calon batang yang terdapat pada ujung benih/biji akan keluar. Akar yang tumbuh memanjangakan diikuti oleh pertumbuhan batang.

Perkecambahan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan meliputi :

1. Air

Air salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Fungsi air pada perkecambahan biji antara lain: Air yang diserap oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma hingga kulit biji pecah atau robek. Air juga berfungsi sebagai fasilitas masuknya oksigen kedalam biji melalui dinding sel yang di-imbibisi oleh air sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara difusi. Selain itu, air juga berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan sejumlah proses fisiologis dalam embrio seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan.

Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air, dan energi. Pada umumnya, proses perkecambahan dapat terhambat bila penggunaan oksigen terbatas.

3. Cahaya

Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Benih yang dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah.

4. Temperatur/suhu

Temperatur pada proses perkecambahan biji berkaitan dengan kegiatan di dalam biji. Benih akan berkecambah pada temperatur benih itu telah menyesuaikan dengan iklim di tempat benih tersebut dihasilkan. Semakin tinggi temperatur, kegiatan di dalam biji akan mening kat pula. Pada

temperatur yang rendah perkecambahan berlangsung lambat. 5. Khemikalia

Khemikalia juga turutan di dalam mempengaruhi proses

perkecambahan biji.

Khemikalia dengan konsentrasi rendah akan memacu perkecambahan, sedangkan khemikalia dengan konsentrasi tinggi akan menghambat perkecambahan.

Dalam praktikum ini akan diketahui pegaruh cekaman air terhadap perkecambahan. Untuk itu diperlukan suatu khemikalia yang dapat menciptakan kondisi cekaman. Dalam praktikum ini digunakan senyawa polietilen glikol (PEG). Secara kimiawi, PEG merupakan sekelompok polimer sintetik yang larut air dan

memiliki kesamaan struktur kimia berupa adanya gugus hidroksil primer pada ujung rantai polieter yang mengandung oksietilen (-CH2-CH2-O-). Rumus struktur senyawa Polyethylen Glikol (PEG) yaitu,

Senyawa polietilena glikol (PEG) dapat menurunkan potensial osmotik larutan melalui aktivitas matriks sub unit etilena oksida yang mampu mengikat molekul air dengan ikatan hidrogen sehingga biji yang dilapisi oleh larutan ini tidak dapat menyerap air dari lingkungan. Artinya, PEG memiliki pengaruh negatif terhadap perkecambahan biji karena untuk berkecambah biji memerlukan air. Jadi apabila cekaman air tinggi, maka metabolisme menjadi terganggu dan biji tidak berkecambah (Wells, 1984).

Gaya berkecambah dan indeks vigor penting untuk diketahui karena dengan cara ini, potensi biji untuk berkecambah dapat dilihat sehingga dapat dipilih biji mana yang berkualitas. Untuk itu, dalam praktikum ini dihitung gaya berkecambah dan indeks vigor benih agar dapat diketahui tingkat perkecambahan biji bila dalam keadaan kekeringan.

Gaya berkecambah merupakan jumlah biji yang berkecambah dari sejumlah biji yang diuji. Gaya berkecambah merupakan salah satu tolok ukur untuk mengetahui apakah biji masih mampu berkecambah atau tidak sehingga gaya berkecambah dapat menunjukkan kualitas seluruh biji yang dikecambahkan. Dari histogam gaya berkecambah di atas, pada hari ke-7 dapat diketahui bahwa gaya berkecambah tertinggi diperoleh dari biji yang diberi perlakuan PEG -1,2 Mpa dan -0,6 MPa, yaitu 80,67% dan yang terendah pada perlakuan PEG 0 Mpa, yaitu 77,33%.

Berdasarkan teori, semakin rendah konsentrasi PEG gaya berkecambah semakin berkurang. Hal ini dikarenakan semakin besar daya serap PEG terhadap air sehingga air menjadi tidak tersedia bagi biji. Perbedaan antara percobaan dengan teori ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain banyaknya PEG yang ditambahkan dalam media tanam berbeda-beda pada setiap perlakuan setiap harinya. Faktor genetik juga turut berpengaruh besar terhadap fase perkecambahan.

Indeks vigor mencerminkan hari biji yang berkecambah paling banyak dan menunjukkan waktu yang paling utama dalam keserempakan perkecambahan biji. Grafik indeks vigor di atas menunjukkan bahwa jumlah biji yang berkecambah setiap harinya berbeda. Untuk perlakuan PEG 0 MPa, indeks vigor paling tinggi terjadi pada hari ketiga sebesar dan terus menurun hingga hari ketujuh. Begitu pula dengan perlakuan PEG -0,6 MPa dan -1,2 MPa. Namun, berbeda dengan perlakuan -1,8 MPa yang mencapai kecepatan berkecambah tertinggi pada hari keempat. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor genetik dari biji yang digunakan dan penambahan PEG pada masing-masing perlakuan serta faktor-faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi perkecambahan.

V.KESIMPULAN

1. Gaya berkecambah benih padi rata-rata 80% dan dapat berkecambah pada kondisi tercekam sehingga benih yang digunakan cukup baik.

2. Perkecambahan biji dapat dipengaruhi oleh adanya faktor luar, yaitu suhu, air, oksigen, khemikalia dan cahaya.

3. Keadaan cekaman air mengakibatkan perkecambahan biji terhambat.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Islami, T. Dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.

Jajarmi, V. 2009. Effect of water stress on germination indices in seven wheat cultivar.World Academy of Science, Engineering, and Technology 49 : 105—106.

Megatrusydi, M. R., C. W. Noraliza, A. Azrina, and A. Zulkhairi. 2011. Nutritional changes in germinated legumes and rice varieties. International Food Research Journal 18 : 705—713.

Saragih, R. V. 2010. Benih Menurut Undang-undang. <http:// ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/index.php?

option=com_content&view=article&id=76:benih-menurut-undang-undang>. Diakses tanggal 12 Mei 2012.

Soetisna, U., S. Rahmawati, dan E. S. Mulyaningsih. 1994. Pengaruh suhu keberadaan kulit buah terhadao perkecambahan benih sungkai (Peronema canescens Jack.). Buletin Penelitian Kehutanan 10 : 211—218.

Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. Universitas Brawijaya, Malang. Wells, A. F. 1984. Structural Inorganic Chemistry, 5th ed. Oxford University Press, Oxford.

LAMPIRAN

1. Perhitungan gaya berkecambah benih pada hari ketujuh a. Perlakuan PEG 0 MPa

b. Perlakuan PEG -0,6 MPa

c. Perlakuan PEG -1,2 MPa

d. Perlakuan PEG -1,8 MPa

2. Perhitungan indeks vigor pada berbagai perlakuan a. Perlakuan PEG 0 MPa

Hari ke-1 Hari ke-2 = 0,92 = 1,52 = 1,5 = 0,47 = 0,19

b. Perlakuan PEG -0,6 MPa Hari ke-1 = 0,83 Hari ke-2 = 0,67 = 2,72 = 1,93 = 0,33 = 0,27 = 0,12

c. Perlakuan PEG -1,2 MPa Hari ke-1 Hari ke-2 = 1,75 = 1,77 = 1,46 = 0,22

d. Perlakuan PEG -1,8 MPa Hari ke-1 = 0,83 Hari ke-2 = 0,92 = 1,56 1,83 0,43 = 0,25 = 0,17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGONOMI

ACARA V

PEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT

Dalam dokumen LAPORAN RESMI PRAKTIKUM (Halaman 56-67)

Dokumen terkait