• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 36 Luas lahan menurut penggunaan di Kepulauan Anambas

tahun 2003

(

ha

) No Kecamatan Sawah (ha) Perkebunan (ha) Pemukiman (ha) Lain-lain (ha) 1. Siantan 11 28.472 2.032 29.419 2. Palmatak 9 10.00 20 17.267 J u m l a h 20 29.472 2052 46.686

Sumber: BPS Kab. Natuna (2003)

Petumbuhan penduduk di Kepulauan Anambas memperlihatkan rata-rata di Kecamatan Siatan 1.58% dan di Kecamatan Palmatak 8.75%, sehingga kebutuhan akan pemukiman juga meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan pengunaan lahan pemukiman di kedua kecamatan merupakan prioritas utama, sehingga pengembangan untuk kawasan pemukiman kedepan harus mempertimbangkan

kesesuaian dan daya dukung lahan, sehingga dapat terlaksana sesuai kelayakan sebuah pemukiman yang sehat dan teratur. Tingkat perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk disetiap kecamatan di Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Tabel 37

Tabel 37 Perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk per-kecamatan di Kepulauan Anambas tahun 1996-2003

Tahun ( Jiwa) No Kecamatan 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Rata-rata Pertum- buhan 1. Siantan 22.260 22.428 22.479 22.699 21.698 21.699 21.922 12.896 1.58 % 2. Palmatak NA NA NA NA NA NA 10.206 11.185 8.75 %

Sumber: BPS Kab. Natuna (2003)

Pengembangan ruang pusat pemukiman sebaiknya harus bercirikan lokal dan tidak menghancurkan tatanan sosial yang sudah ada. Tatanan sosial yang dimaksud adalah; (1) adat istidat dan sosial budaya, nilai-nilai yang hidup dimasyarakat, (2) potensi sumberdaya manusia yang dimiliki, termasuk didalamnya individu yang mampu membuat perencanaan tata ruang detail. Selanjutnya didalam pengembangan kawasan pemukiman masalah kependudukan perlu diperhatikan. Baik dilihat dari subyek maupun obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan potensi penduduk merupakan ujung tombak untuk mempercepat peningkatan kearah kehidupan yang lebih baik. Sedangkan obyek pembangunan, kedudukan penduduk perlu mendapatkan tekanan, kerena pembangunan yang hanya bertujuan fisik saja, tanpa diiringi dengan mempersiapkan perangkat pendukungnya, akan menimbulkan kesenjangan.

Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan

Kegiatan budidaya perikanan di Kepulauan Anambas dilihat cukup berhasil, ini dilihat dari nilai ekonomi ikan hidup dikedua kecamatan sangat bagus, permintaan akan ikan hidup oleh negara-negara tetangga terlihat semakin tinggi, dapat dilihat dari masuknya kapal-kapal penampung ikan hidup, baik kapal lokal maupun kapal asing (dari Hongkong) yang datang ke Kepulauan Anambas. Budidaya laut yang dilakukan oleh nelayan di Kepulauan Anambas adalah

pembesaran ikan hidup yang umumnya dengan menggunakan keramba tancap (KJT) biasanya disebut kem, dapat dilihat pada Gambar 30 dan 31.

Kawasan budidaya laut banyak terdapat di kawasan teluk yang merupakan kawasan yang terlindung dari arus dan gelombang. Kawasan budidaya perikanan di Kecamatan Siantan lebih sedikit jika dibandingkan dengan Kecamatan Palmatak, hal ini dikarenakan wilayah perairan Palmatak lebih cenderung terlindung dan masih terdapat banyak terumbu karang dan perairannya tidak begitu dalam, namun sampai sejauh ini informasi mengenai budidaya perikanan yang telah dikembangkan di kedua kecamatan belum seakurat dimana dapat memprediksi pengembangan kemasa yang akan datang.

Sumber: Darwin (2005)

Gambar 30 Keramba jaring apung (KJA) dan ikan-ikan yang dibudidayakan Budidaya perikanan laut menjadi primadona nelayan setempat karena hasil panen yang bernilai tinggi, nilai ekonomis ikan hidup di wilayah Kepulauan Anambas cukup tinggi tergantung jenis ikan yang di perlihara, untuk ikan karang jenis kerapu sunu dan macan dengan harga Rp. 50.000/kg dan napoleon Rp. 500.000/kg. Kapal kapal penampung ikan dari Hongkong masuk ke Dusun Air sena, Desa Air asuk sebagai tempat pengusaha ikan kem terbesar di Kepulauan Anambas, omset nelayan penampung ikan di kem tersebut mencapai milyaran rupiah.

Sumber: Darwin 2005

Gambar 31 Kem masyarakat (KJT) di Dusun Airsena, Desa Air asuk, Kecamatan Palmatak

Keuntungan lain dari budiaya perikanan terletak dari kondisi geografis Kepulauan Anambas yang merupakan kawasan Laut Cina Selatan yang berdekatan dengan Negara Singapura, dan Cina yang menjadi pasaran ikan hidup yang cukup tinggi. Hasil produksi perikanan tahun 2003-2004 dapat dilihat pada Tabel 38.

Tabel 38 Data dan produksi budidaya perikanan di Kepulauan Anambas menurut kecamatan, tahun 2004 Produksi (Ton) No Kecamatan Jumlah RTP Jumlah Karamba 2003 2004 1. Siantan 1.634 1.815 115,56 117,90 2. Palmatak - - - - Jumlah 1.634 1.815 115,56 117,90

Sumber: BPS Kab. Natuna (2004)

Kondisi topografi wilayah Kepualauan Anambas merupakan perairan terbuka menjadikan kawasan budidaya laut cukup sulit untuk kembangkan. Hasil analisis kesesuaian lahan memperlihatkan rendahnya persentase dimana hanya 1.72% dengan kategori sangat sesuai, dengan penerapan teknologi dimana menggunakan keramba tancap nelayan budidaya dapat mengembangkan budidaya laut dengan melihat jadwal musim.

Penjagaan mutu lingkungan juga harus dipertahankan volume dan kualitas air serta hama berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan usaha keramba. Dalam kegiatan budidaya perikanan, pengaruh utama yang perlu diperhatikan antara lain

adalah pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya lokasi budidaya termasuk aktivitas dilahan atas dan pengaruh kegiatan budidaya terhadap lingkungan.

Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata

Hampir disemua daerah Kepulauan Anambas mempunyai obyek wisata alam yang sangat menarik, terutama pada daerah pantainya dan terumbu karang di dua kecamatan, obyek wisata dengan pesona pantai yang menarik, berupa pemandangan yang indah serta pantai yang berpasir putih. Pantai-pantai tersebut adalah Pantai Terempa, Pantai Tanjung momong, Air terjun Temburun, Teluk Bayat, Pantai Semut, Pantai Mangkian, Pantai Selat, Pulau Penjalin Kecil, Pulau Tokong Belayar dan kawasan Oil Rig (Tabel 39.) Uraian mengenai kepariwisataan Kepulauan Anambas akan mencakup tinjauan tipologi, sebaran dan atraksi obyek wisata, kondisi visual obyek-obyek wisata serta aspek permintaan pariwisata.

Tipologi, Sebaran, dan Atraksi Obyek Wisata

Undang-Undang No. 09 Tahun 1990 tentang pariwisata dijelaskan bahwa atraksi wisata adalah segala perwujudan dan sajian alam dan/atau kebudayaan yang secara nyata dapat kunjungi, disaksikan, dan dinikmati di suatu kawasan wisata atau di daerah tujuan wisata. Pada dasarnya definisi tersebut terkait dengan potensi obyek wisata alam, budaya dan sejarah.

Daya tarik obyek wisata di Kepulauan Anambas terletak pada bentuk/pola yang heterogen sehingga dapat menjadi salah satu faktor penarik (pull factor) bagi kunjungan wisatawan. Pull factor adalah keunikan serta ciri khas setiap obyek yang dipadu oleh ekosistem, keanekaragaman flora dan fauna sebagai salah satu kesatuan bentang alam yang berwujud hutan, pertanian/perkebunan, lingkungan tata perkampungan/perdesaan, serta dikelilingi oleh sejumlah pulau-pulau kecil dengan karakteristik yang berbeda.

Secara umum, obyek-obyek wisata di Kepulauan Anambas dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) tipologi yaitu:

1. Wisata Alam

Obyek wisata alam terdiri dan wisata pantai/bahari, gunung/pegunungan termasuk air terjun dan gua-gua, serta cagar alam, 2. Wisata Budaya

Obyek wisata budaya terdiri dan obyek peninggalan sejarah, dan pementasan kesenian tradisional,

3. Wisata Sejarah

Objek peninggalan penjajahan Belanda dan Jepang

Berdasarkan rencana induk pariwisata pengembangan daerah (RIPPDA) kabupaten Kepulauan Riau 1989/1999. objek wisata di Kepulauan Anambas termasuk ke dalam wilayah pengembangan pariwisata (WPP) I mempunyai 20 objek wisata potensial terdiri dari Kecamatan Jemaja, Kecamatan Palmatak dan Kecamatan Siantan dengan pusat pengembangan di Jemaja. Pemanfaatan pariwisata di Kepulauan Anambas belum dilakukan secara optimal, ini terlihat dari tingkat wisatawan yang berkunjung kesana, terlebih lagi saran dan prasarana yang menunjang seperti penginapan, trasportasi, data informasi yang masih minim. Hasil kesesuaian lahan juga mengambarkan rendanya persentase kategori

sangat sesuai (0,23%), namun dengan pemanfaatan yang optimal dan didukung dengan sarana prasarana dan informasi pariwisata dapat menjadi andalan bagi pendapatan daerah dan masyarakat setempat.

Tabel 39 Sebaran, tipologi, jenis dan atraksi obyek wisata di Kepulauan Anambas Tahun 2005

No Sebaran/ Kecamatan Tipologi Obyek

Wisata Jenis Wisata Atraksi Wisata

Pantai :

ƒ Tarempa ƒ Rekreasi Pantai ƒ Berenang

ƒ Tanjung Momon ƒ Keindahan Alam Pantai ƒ Rekreasi Pantai ƒ Teluk Bayat ƒ Keindahan Alam Pantai

ƒ Diving, Taman Laut ƒ Langok

ƒ Semut

ƒ Keindahan Alam Pantai ƒ TamanLaut (Marine Park) ƒ Diving fhising

ƒ Pelestarian Burung Layang-layang

ƒ Penjalin kecil ƒ Pulau bawah

ƒ Keindahan dasar laut ƒ Fising dan diving ƒ Pantai dan PulauSelat ƒ Keindahan Alam Pantai

ƒ Hiking, Swimming ƒ Taman Laut ƒKarang Egeria ƒ Terumbu Karang

ƒ Diving ƒKawasan PulauTelibang ƒ Terumbu Karang

ƒ Diving

ƒPulau Durai ƒ Cagar alam konservasi satwa laut (kura-kura) ƒ Fising

ƒ Divimg

ƒPulau Tokang Berlayar ƒ Keindahan Alam Pantai ƒ Taman Laut (Marline park) ƒ Diving, Fising

ƒ Pelestarian burung Layang- layang

a.Alam

ƒ Pulau Pahat ƒ Kawasan Hutan Lindung ƒ Konservasi Kura- Kura Peninggalan Sejarah :

ƒ Meriam Benteng Keramat ƒ Makam Nahkoda alang

ƒ Peninggalan Sejarah ƒ Zarah/tempat pemujaan b. Budaya Kesenian ƒ Gendang ƒ Joged Selatan ƒ Zapin Marak Siantan ƒ Hadrah

ƒ Event Budaya

Ziarah ƒ Makam Nahkoda alang

(matak)

ƒ Makam Sahid Yahya

ƒ Ziarah

Olah raga dan Rekreasi ƒ Air terjun Temurun

ƒ Panorama air terjun ƒ Panorama Pantai ƒ Hutan Wisata ƒ Outbond/Penjelajahan ƒ Oil Rig ƒ Keindahan Taman Laut

ƒ Diving dan Fising 1 Siantan dan Palmatak

c.Minat Khusus

Belanja

ƒ Handicraf Air Asuk ƒ Handicraf Air Sena

ƒ Wisata Belanja

Sumber: Dinas pariwisata dan survei lapangan Tahun 2005 diacu dalam Bappeda Natuna dan Lemtek UI, (2006) dan foto hasil survei lapangan (2006)

Arahan Pengembangan Kawasan Perikanan Tangkap

Sektor perikanan tangkap di Kepulauan Anambas masih menggunakan teknologi penangkapan ikan secara tradisional, ini merupakan suatu kemunduran mengingat sebagian besar wilayah Kepulauan Anambas adalah lautan, baik yang merupakan laut dangkal maupun perairan lepas pantai yang sangat kaya akan sumberdaya perikanan. Berdasarkan data perikanan pada tahun 2004 tercatat volume produksi sebesar 405,12 ton, tingkat produksi perikanan ini masih dapat ditingkatkan dengan penerapan teknologi yang tepat.

Stock assessment atau pendugaan stock ikan di Kepulauan Anambas telah dilakukan oleh Suhendar, 2000 diacu dalam Bappeda Natuna dan Lemtek UI (2005), dengan menggunakan metode aplikasi echo sounder, echo integrator

terhadap ikan pelagis. Hasil pendugaan menunjukkan adanya stock untuk berbagai jenis ikan pelagis. Analisis hasil penggunaan metode pendugaan stock tersebut, maka dapat diketahui identifikasi ikan dalam jumlah rata-ratanya pada Tabel 40. Tabel 40 Dugaan potensi sumbedaya ikan di Kepulauan Anambas

No Potensi (Ton/Mil²) MSY*) (Ton/Mil²)

1. < 5.46 2.18

2. 5.46 – 16.38 2.18 – 6.55

3. 16.38 – 32.76 6.55 – 6.10

4. > 32.76 > 13.10

Sumber : Bappeda Natuna dan Lemtek UI (2005)

*) Dihitung dengan menggunakan Rumus : Py = 0,5 Mbo

(1) (0 – 10) x 0.546 ton/mil² atau <5.46 ton/mil² (2) (10 – 30) x 0.546 ton/mil² atau 5.46 – 16.38 ton/mil² (3) (30 – 60) x 0.546 ton/mil² atau 16.38 – 32.76 ton/mil² (4) > 60 x 0.546 ton/mil² atau > 32.76 ton/mil²

Pengelolaan perikanan di Kepulauan Anambas umumnya masih menggunakan teknologi yang sifatnya tradisional, dengan pola pengelolaan seperti ini, dimana volume tangkap relatif kecil, areal penangkapan terbatas serta waktu jelajah yang digunakan relatif singkat, sehingga perolehan hasil produksi menjadi tidak maksimal. Meskipun secara ril, nilai potensi deposit sumberdaya perikanan di Kepulauan Anambas kecil, tetapi berdasarkan dari beberapa hasil studi mendeskripsikan, bahwa sesungguhnya volume produksi dapat diperoleh dengan

angka yang lebih besar, apabila pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan secara efektif. Bahkan diproyeksikan, volume produksi dapat mencapai beberapa kali lipat dari volume produksi perikanan tangkap seperti yang tertera pada Tabel 41.

Tabel 41 Volume produksi perikanan menurut kecamatan, tahun 2003 – 2004 (Ton) Volume Produksi No. Kecamatan 2003 2004 1. Siantan 17.492,5 20.579,4 2. Palmatak - -

Sumber: Natuna dalam Angka (2004)

Sedangkan menurut Azis, (2000) diacu dalam Bappeda Natuna dan Lemtek UI (2005), maka sumberdaya perikanan di perairan laut Cina Selatan, yang sebagian besar wilayahnya meliputi perairan Kepulauan Anambas, disajikan pada Tabel 42.

Tabel 42 Potensi sumberdaya ikan di perairan Laut Cina Selatan

No Kelompok Sumberdaya Potensi (000 Ton)

1. Ikan Pelagis Besar *

2. Ikan Pelagis Kecil 506.00

3. Ikan Demersal 655.65

4. Ikan Karang Konsumsi 21.57

5. Udang Paneid 11.20

6. Lobster 0.40

7. Cumi – Cumi 2.70

Keterangan : * = data tidak tersedia

Sumber : Pemetaan potensi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dalam mengantisipasi kegiatan penambangan pasir laut yang dilakukan oleh Sub Pokja 1 TP4L /Program Zonasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan, dengan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

Jenis alat tangkap nelayan lokal tergambar pola penangkapan dengan menggunakan peralatan tangkap tradisional, dengan demikian hasil yang diperoleh akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan nelayan-nelayan dari luar yang telah menggunakan peralatan yang lebih modern. Implikasi positif dari alat tangkap ini adalah terjaminnya keberlanjutan ekosistem perikanan yang ada. Namun perlu perhatian yang lebih besar dari pemerintah setempat untuk mengatur

regulasi daerah tangkapan karena nelayan-nelayan dari luar daerah akan cenderung melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumberdaya perikanan yang ada, jenis alat tangkap di Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43 Jumlah alat penangkap ikan di Kepulauan Anambas menurut kecamatan,

tahun 2004 No Kecamatan Pancing Ulur Pancing Tonda Bagan Jaring

Pantai Kelong Rawai Bubu

1. Siantan 1.056 526 5 76 35 452 1.957

2. Palmatak 1.067 31 13 25 57 43 355

Sumber: BPS Kab. Natuna (2004)

Tabel 44 dan Gambar 32, berikutnya menjelaskan bahwa armada laut (armada semut) nelayan lokal masih relatif sederhana. Dengan demikian optimalisasi dari peralatan dan zona penangkapan ikan sangat berpengaruh pada hasil perikanan tagkap daerah ini.

Tabel 44 Armada kapal/perahu penangkap ikan yang beroperasi menurut kecamatan tahun 2004

No. Kecamatan Perahu Tanpa Motor (PTM) Perahu Bermotor Diesel Perahu Tempel Jumlah 1 Siantan 421 1.429 43 1.893 2 Palmatak 44 225 - 249

Sumber: Natuna dalam Angka (2004)

Arahan Pengembangan Kawasan Konservasi/Lindung Pemantapan Kawasan Konservasi/Lindung

Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan untuk fungsi utamanya melindungi kelestarian lingkungan hidup dan sumberdaya buatan, nilai sejarah dan budaya bangsa guna kepentingan kegiatan pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan ini harus dilindungi dari kegiatan produksi dan kegiatan manusia lainnya yang dapat merusak fungsi lindung.

Kawasan lindung tersebut dapat dibedakan ke dalam 4 (empat) kawasan, yaitu:

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya, meliputi kawasan hutan lindung, kawasan konservasi laut dan kawasan resapan air, 2. Kawasan perlindungan setempat, mencakup sempadan pantai, sempadan

sungai, kawasan sekitar waduk atau danau dan kawasan sekitar mata air, 3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, meliputi kawasan suaka alam, taman

nasional, taman wisata dan cagar budaya,

4. Kawasan rawan bencana, kawasan yang diidentifikasikan sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti banjir dan lainnya,

Untuk pemantapan kawasan lindung dalam rencana, maka dilakukan langkah-langkah tindak lanjut sesuai dengan jenis kawasan lindung berikut pemantapannya. Penetapan kawasan lindung berdasarkan kriteria-kriteria yang tertera dalam Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan kawasan lindung. Penetapan tersebut disertai beberapa tindak lanjut yang berkaitan dengan adanya penggunaan dan pemanfaatan pada kawasan lindung tersebut pada saat ini. Untuk itu terdapat 3 (tiga) pilihan langkah penanganannya, yaitu:

1. Membiarkan kegiatan budidaya tersebut pada kawasan lindung, selama kegiatan fungsi tersebut tidak mengubah fungsi lindung dari kawasan lindung tertentu,

2. Membatasi perkembangan kegiatan budidaya dalam areal tertentu di dalam kawasan lindung,

3. Mengeluarkan kegiatan budidaya tersebut, apabila terdapat indikasi adanya kemungkinan merusak fungsi lindung kawasan,

Penetapan kawasan konservasi saat ini di Kepulauan Anambas sebagian besar belum tampak, namun dibeberapa tempat kawasan konservasi telah terbentuk, hal ini dapat dilihat dari keinginan masyarakat untuk menjaga kelestarian ekosistem yang merupakan tempat bergantung hidup para nelayan guna memenuhi kebutuhannya. Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukan Kepulauan Anambas masih merupakan wilayah yang belum mengalami kerusakan lingkungan yang berarti, di Pulau Mubur misalnya terdapat kawasan penangkaran penyu yang merupakan langkah maju dari masyarakat yang ingin menjaga kelestarian satwa yang dilindungi. Sebagai salah satu contoh kongkrit dengan dibuatnya suatu peraturan pemerintah (Perdes) setempat yang melindungi kawasan dan segala isinya dari perusakan dan kepunahannya dengan menetapkan zona-zona perlindungan.

Motivasi ini dilihat juga oleh pihak swasta yaitu perusahaan migas yang berada di Kepulauan Anambas yang tergabung dalam Konsorsium Natuna Barat (West Natuna Consortium/WNC), beberapa program ComDev yang menekankan kepada wujud konservasi berupa pendidikan lingkungan seperti pelatihan trasplantasi karang dan bantuan alat tangkap yang ramah lingkungan. Dapat dilihat pada Gambar 33 dan Tabel 45.

Gambar 33 Transplantasi karang, penangkaran penyu dan kawasan konservasi laut Tanjung momong di Kepulauan Anambas.

Tabel 45 Kegiatan program ComDev, Konsorsium Natuna Barat di Kepulauan Anambas.

No Program Tahun Pelaksana Keterangan

1. Pelatihan Tenaga Administrasi Pemerintahan

2005 Primier Oil Untuk dua

Kecamatan

2. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir 2005 WNC Untuk dua

Kecamatan 3. Bantuan Buku Pelajaran SD dan

SLTP di Kepulauan Anambas

2005 Primier Oil Untuk dua

Kecamatan

4. Pelatihan Menjahit 2004 Conoco Phillips Kecamatan Siantan

5. Bantuan Pembangunan Gedung SLTP di Desa Nyamuk

2003 Star Energy Desa Nyamuk

6. Bantuan Gedung Serbaguna 2003 Conoco Phillips Kecamatan Siantan

7. Bantuan Gedung Puskesmas Pembantu

2003 Primier Oil Kecamatan Palmatak

8. Beasiswa Pendidikan Tiap Tahun Conoco Phillips Untuk dua

Kecamatan

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang kajian pemanfaatan ruang pesisir dan lautan Kepulauan Anambas di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan di Kepulauan Anambas saat ini, ke arah pemanfaatan sumberdaya laut, dimana hasil kesesuaian lahan memperlihatkan bahwa wilayah Kecamatan Palmatak dan Kecamatan Siantan di Kepulauan Anambas memungkinkan untuk peruntukan kawasan konservasi pantai, pemukiman, budidaya perikanan (keramba), perikanan tangkap dan kawasan pariwisata,

2. Berdasarkan hasil analisis karakteristik tipologi desa pesisir di Kepulauan Anambas didapatkan tiga bentuk karakteristi desa sesuai dengan potensi yang ada antara lain; wilayah tipologi I dimana wilayah dengan kepadatan tinggi dan ekonomi yang baik, namun minim sarana infrastruktur.Tipologi II dimana wilayah dengan sarana infrastruktur yang baik, pemukiman yang rendah dan minim keluarga nelayan dan Tipologi III dimana wilayah dengan kepadatan pemukiman tinggi yang didominasi nelayan prasejahtera,

3. Hasil analisis persepsi stakeholder mengambarkan keinginan dan peran

stakeholder (masyarakat, pemerintah dan swasta) dalam arahan pengembangan pemanfaatan ruang pesisir dan lautan di Kepulauan Anambas cenderung memilih pemukiman sebagai prioritas pertama, kedua budidaya perikanan, ketiga pariwisata, keempat perikanan tangkap dan kelima konservasi pantai.

Saran

1. Perlu adanya rencana tata ruang pesisir dan lautan di Kepulauan Anambas sehingga pembangunan dan pengembangan pemanfaatan ruang pesisir di

Kepulauan Anambas dapat lebih terarah dan berhasil guna, sehingga meminimalisasi konflik yang muncul,

2. Mengingat beban intensitas pembangunan masih terkonsentrasi pada pusat ibukota kecamatan, sudah saatnya pihak pemerintah dan swasta memperhatikan pemerataan pembangunan disetiap wilayah, melihat Kepulauan Anambas terdiri dari pulau-pulau kecil yang cukup berjauhan, sehingga untuk mencapai ibukota kecamatan memerlukan cukup waktu dan biaya,

3. Untuk melengkapi hasil analisis kesesuaian lahan ini, maka disarankan untuk melanjutkan pada analisis daya dukung lingkungan bagi berbagai kegiatan pembangunan di Kepulauan Anambas.

Dokumen terkait