• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

5. Tabel volume lokal model penduga volume jenis keruing

Diameter puluhan (x10cm) Diameter satuan (x1cm) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Volume (m3) 1 0,043 0,055 0,068 0,083 0,100 0,119 0,139 0,162 0,187 0,214 2 0,243 0,274 0,308 0,344 0,383 0,424 0,467 0,513 0,562 0,613 3 0,667 0,724 0,783 0,846 0,911 0,979 1,050 1,124 1,202 1,282 4 1,365 1,452 1,542 1,635 1,731 1,831 1,934 2,040 2,150 2,263 5 2,380 2,500 2,624 2,752 2,883 3,017 3,156 3,298 3,444 3,594 6 3,747 3,905 4,066 4,231 4,401 4,574 4,751 4,932 5,118 5,307 7 5,501 5,699 5,900 6,107 6,317 6,532 6,751 6,974 7,202 7,434 8 7,670 7,911 8,157 8,407 8,661 8,920 9,184 9,452 9,725 10,003 9 10,285 10,572 10,863 11,160 11,461 11,767 12,078 12,393 12,714 13,039 10 13,370 13,705 14,046 14,391 14,741 15,097 15,458 15,823 16,194 16,570 11 16,951 17,337 17,729 18,126 18,528 18,935 19,348 19,766 20,189 20,618 12 21,052 21,491 21,936 22,387 22,843 23,304 23,771 24,244 24,722 25,206

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam upaya mewujudkan keberadaan hutan yang lestari maka pengelolaan hutan perlu dilakukan dengan baik melalui perencanaan hutan yang cermat, rasional, dan terarah. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) dalam penyusunan RKUPHHK sepuluh tahunan. Tujuan utama suatu inventarisasi hutan adalah untuk menyajikan taksiran-taksiran kuantitas kayu di hutan menurut suatu urutan klasifikasi seperti spesies, ukuran, dan kualitas (Husch 1971). Untuk tujuan penaksiran atau pendugaan volume kayu agar kesalahan dapat diperkecil, salah satu caranya adalah dengan menggunakan tabel pembantu yang praktis, yang biasa disebut tabel volume. Tabel volume adalah sebuah tabel yang digunakan untuk menentukan volume pohon berdiri berdasarkan dimensi-dimensi penentu volume (biasanya diameter setinggi dada dan tinggi pohon), yang disusun dengan menggunakan analisis regresi.

Pentingnya mengukur volume pohon ini diusahakan dilakukan secara efektif dan efisien karena dalam pendugaan volume pohon sangat sulit terutama dalam hal pengukuran tinggi yang memerlukan banyak waktu, biaya dan tentu juga perlu ketelitian dalam pengukurannya. Selain itu, ketelitian dan ketepatan dalam pengukuran diusahakan mendapatkan kesalahan (error) yang sekecil mungkin untuk mendapatkan hasil analisis yang diinginkan. Karena hasil dari penyusunan tabel volume ini akan dimanfaatkan untuk berbagai tujuan salah satunya yaitu untuk memudahkan kegiatan inventarisasi hutan sebelum penebangan maupun IHMB untuk menduga volume dari suatu pohon berdiri dalam tegakan hutan yang diukur.

Dalam kegiatan inventarisasi hutan untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengukuran terhadap dimensi-dimensi pohon maupun tegakan, yang kadang-kadang sulit dan tidak praktis diukur secara langsung di lapangan. Oleh karena itu, ketersediaan alat bantu dalam inventarisasi hutan sangat diperlukan untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan selain alat-alat ukur dimensi pohon atau tegakan.

Salah satu keterangan penting yang diperlukan dalam penyusunan rencana pengusahaan hutan, terutama yang menyangkut jatah tebangan produksi adalah keterangan mengenai potensi massa tegakan. Keterangan tersebut diperoleh dari hasil inventarisasi hutan melalui perhitungan volume tiap pohon maupun pendugaan volume tegakan dalam contoh (sample) untuk memperoleh penyusunan persamaan tabel volume pohon.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Menyusun dan mendapatkan persamaan untuk menduga volume pohon yang dapat dimanfaatkan pada pohon yang masih berdiri untuk jenis keruing. 2. Mendapatkan gambaran tentang model penduga volume, ditinjau dari bias,

ketelitian dan ketepatan.

1.3 Manfaat Penelitian

Sebagai alat bantu kegiatan inventarisasi dan perencanaan hutan sebagai bentuk pengelolaan hutan yang baik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penentuan Volume Pohon

Volume pohon dapat diperkirakan dari hubungan nyata antara dimensi pohon dan volume pohon tertentu. Diameter, tinggi, dan faktor bentuk merupakan peubah tak bebas yang biasa digunakan untuk menentukan nilai-nilai dari peubah bebas volume pohon, hasil akhirnya digambarkan dalam suatu rumus atau bentuk tabel. Volume kayu atau pohon-pohon dalam tegakan hutan merupakan besaran yang praktis tidak dapat ditentukan secara langsung di lapangan, melainkan dilakukan melalui komponen-komponennya (peubah-peubah) yang menentukan besarnya volume kayu/pohon tersebut. (Husch et al. 2003).

Karena bentuk geometris batang tidak teratur, maka pendekatan rumus harus mengikuti kaidah bahwa untuk semua benda padat dihitung dari hasil perkalian antara luas bidang dasar rata-rata seksi dan panjang. Ada tiga rumus penting dalam menentukan volume pada daerah rata-rata pemotongan perseksi dalam cara yang beragam (Loetsch et al. 1973) :

Rumus Huber : V = x

l

Rumus Smallian : V = x

l

Rumus Newton : V = x

l

Dimana : V : Volume dolok (logs) atau batang pohon (m3)

gm : Luas bidang dasar bagian tengah batang (m2)

gl : Luas bidang dasar pangkal batang (m2)

gs : Luas bidang dasar ujung batang (m2)

l

: Panjang batang pohon (m)

Avery & Burkhart (1994), menyatakan bahwa rumus Smallian memerlukan pengukuran pada diameter kedua ujung batang, rumus ini paling mudah dan paling murah dalam penerapannya. Namun, rumus ini mempunyai ketepatan yang lebih kecil dibandingkan dengan rumus Huber dan rumus Newton. Rumus Newton memerlukan pengukuran kedua ujung batang dan tengah batang, sehingga

penggunaannya lebih terbatas dan kurang praktis. Namun sebenarnya rumus ini lebih teliti dibandingkan dengan rumus lainnya.

Volume pohon merupakan suatu besaran yang diperoleh dari perkalian antara luas bidang dasar dengan tinggi pohon. Volume pohon dapat juga dihitung dengan cara menjumlahkan volume tiap-tiap seksi yang ada pada pohon itu. Pohon dibagi kedalam seksi-seksi dengan menggunakan dendrometer atau mirror relascope dengan panjang seksi satu atau dua meter dan diameter tiap ujung seksi diukur besarnya (Loetsch et al. 1973).

2.2 Penyusunan Tabel Volume Pohon

Menurut Spurr (1952) penyusunan tabel volume pohon dimaksudkan untuk memperoleh taksiran volume pohon melalui pengukuran satu atau beberapa peubah penentu volume pohon serta untuk mempermudah kegiatan inventarisasi hutan dalam menduga potensi tegakan. Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi dalam penaksiran volume tegakan dengan tidak mengurangi ketelitian yang diharapkan, diusahakan dalam penyusunan tabel volume pohon memperkecil jumlah peubah bebas penentu volume pohon dan diberlakukan pada daerah setempat. Tabel yang dimaksud adalah tabel volume pohon local atau tarif volume.

Tabel volume pohon yang memberikan rata-rata volume pohon tunggal berdasarkan dimensi pohon tertentu, sudah digunakan sejak awal abad ke-19, yaitu baik untuk menduga volume batang atau volume pohon, menduga volume batang komersial (merchantable volume), maupun menduga volume berikut kulit maupun tanpa kulit. Tabel volume adalah sebuah daftar dari rata-rata volume dari pohon dengan satu atau lebih dimensi pohon. Volume pohon tersebut berlaku untuk semua pohon-pohon lain untuk diameter dan tinggi yang sama (Husch et al. 2003).

Menurut Husch (1963) tabel volume merupakan pernyataan yang sistematis mengenai volume sebatang pohon menurut semua atau sebagian dimensi yang ditentukan dari diameter setinggi dada, tinggi dan bentuk pohon. Tabel volume akan memperbaiki hasil taksiran yang paling cermat, karena disusun dengan menggunakan data yang dikumpulkan secara ekstensif dan mencakup segala hal.

Loetsch et al. (1973), sebelum persamaan volume disusun untuk spesies tertentu atau kelompok spesies, persamaan dan tabel volume berasal dari pengumpulan data dalam wilayah yang kecil yang dipakai ke sebuah wilayah yang jauh diluar wilayah aslinya. Dalam penyusunan persamaan penduga volume mengikuti beberapa tahap sebagai berikut :

1. Pemilihan sampel yang cukup banyak jumlahnya dan representatif.

2. Pengukuran peubah bebas maupun peubah tak bebas untuk menyusun persamaan volume.

3. Menguji berbagai persamaan yang disusun dan memilih salah satu persamaan yang dianggap paling optimum.

Menurut Loetsch et al. (1973) tidak ada jawaban sederhana pada pertanyaan berapa banyak pohon contoh, berdiri atau rebah, yang akan diukur untuk memperoleh suatu persamaan volume. 50 sampai 100 pohon mungkin cukup untuk menyusun tabel volume lokal yang dapat dipakai untuk jenis tunggal.

Bustomi et al. (1998) menyatakan bahwa untuk menyusun model penduga volume diperlukan sejumlah pohon contoh dari jenis yang akan disusun modelnya, jumlah seluruh pohon contoh yang diambil untuk satu jenis atau kelompok jenis minimal 50 pohon.

Menurut panduan Cailliez (1980), jumlah batang yang dikehendaki oleh suatu jenis untuk membangun persamaan volume berkisar antara 50 sampai 100 pohon jika perhitungan berdasarkan hanya pada diameter, dan bertambah sampai 150 pohon jika mengikutsertakan kedua peubah tak bebas diameter dan tinggi.

Tabel volume pohon secara teoritis adalah yang paling baik untuk digunakan dalam inventarisasi potensi kayu dalam tegakan hutan, namun demikian pengukuran tinggi pohon yang diisyaratkan menyebabkan penggunaan tabel tersebut tidak praktis. Hal ini disebabkan pengukuran tinggi pohon adalah yang paling banyak memerlukan waktu dan karena itu juga dapat merupakan sumber kesalahan yang penting (Husch et al. 2003).

Tabel volume adalah suatu daftar yang menyediakan isi rata-rata dari pohon berdiri dari beragam ukuran dan jenis. Persamaan volume umumnya digunakan untuk memprediksi volume pohon lebih dari pada memperoleh nilai dari tabel. Akan tetapi, istilah tabel volume mempunyai ketahanan dalam pemakaian di

kehutanan sebagai sebuah istilah umum mengartikan daftar-daftar atau persamaan-persamaan yang menunjukkan isi atau volume dari pohon berdiri (Avery & Burkhart 1994).

Menurut Avery dan Burkhart (1994), tabel volume pohon yang bedasarkan pada satu peubah dari diameter setinggi dada (dbh) biasa sering disebut sebagai tabel volume lokal, sedangkan tabel volume yang menghendaki si pengguna juga memperoleh tinggi pohon dan kemungkinan juga bentuk atau taper disebut sebagai tabel volume standar. Selain itu Avery dan Burkhart (1994), menyatakan bahwa dalam konteks penentuan volume pohon, tabel tarif adalah kumpulan dari tabel volume lokal. Tabel tarif didasarkan pada asumsi bahwa volume memiliki hubungan linear pada diameter kuadrat atau wilayah basal.

Tabel volume lokal (local volume table) atau tarif volume merupakan tabel yang memberikan volume pohon dengan cukup mengetahui hanya satu peubah atau besaran saja yaitu diameter pohon setinggi dada (dbh) dengan tidak menyertai besaran tinggi pohon. Istilah local dipakai karena tabel tersebut secara umum memiliki daerah berlaku yang terbatas dimana hubungan tinggi dan diameter yang tersembunyi di dalam tabel adalah relevan. Meskipun tabel volume lokal mungkin disiapkan dari data mentah di lapangan. Tabel volume lokal secara umum berasal dari tabel volume standar (Husch et al. 2003).

Tabel volume standar adalah suatu tabel yang memberikan nilai volume pohon apabila diketahui dua atau lebih komponen besaran dari pohon yang bersangkutan. Pada umumnya besaran yang digunakan adalah diameter setinggi dada, dan tinggi pohon, baik tinggi total pohon maupun tinggi bebas cabang. Tabel dari tipe ini mungkin disiapkan untuk spesies tunggal atau spesies kelompok, dan spesifik setempat. Pemakaian dari tabel volume standar ini bergantung pada bentuk dari pohon, dimana jika dipergunakan lebih baik daripada spesies atau lokalitas, untuk tiap kelas diameter dan tinggi (Husch et al. 2003).

Informasi yang dapat dipercaya pada volume pohon adalah penting untuk pengelolaan hutan yang lestari, volume pohon dapat diperkirakan dari peubah pohon yang dihubungkan dengan volume antara lain, diameter setinggi dada, tinggi pohon, dan faktor bentuk (Husch et al. 2003).

2.3 Persamaan Penduga Volume Pohon

Beberapa persamaan hubungan antar volume pohon dengan peubah-peubah penentunya yang biasa digunakan dalam penyusunan tabel volume pohon (Loetsch et al. 1973).

a. Satu peubah bebas, hanya diameter pohon :

V = b0 + b1d2 (Kopezky-Gehrhardt) V = b1d + b2d2 (Dissescu-Meyer) V = b0 + b1d + b2d2 (Hohenadl-Krenn)

V = b0db1 (Berkhout)

Log V = b0 + b1log d (Husch) b. Dua peubah bebas, diameter dan tinggi pohon : V = b0 (d2h)b1 (Spurr) V = b0 + b1d2 + b2d2h + b3h (Stoate) V = b1d2 + b2d2h + b3dh2 + b4h2 (Naslund)

V = b0 db1 hb2 (Schumacher-Hall) Dimana : V :Volume pohon (m3)

d : Diameter pohon setinggi dada (cm) h : Tinggi pohon total (m)

b0,b1... : Konstanta

2.4 Penelitian Persamaan Volume Pohon Jenis Keruing (Dipterocarpus sp.)

Beberapa penelitian pendugaan persamaan tabel volume pohon diantaranya penelitian penyusunan tabel volume lokal jenis-jenis komersial hutan alam di HPH-HA PT. Harjohn Timber, Kalimantan Barat, dan di HPH-HA PT. Austral Byna, Muara Teweh, Kalimantan Tengah serta tabel volume lokal jenis keruing di Pulau Laut, Kalimantan Selatan.

Berdasarkan Priyanto (1999) hasil penelitian yang diperoleh dalam penyusunan tabel volume lokal jenis komersil hutan alam terutama jenis keruing di HPH-HA PT. Harjohn Timber, Kalimantan Barat diperoleh model penduga volume pohon yang terbaik adalah V = 0,000417 D2,21, dan untuk penyusunan tabel volume jenis komersial khususnya jenis keruing di HPH-HA PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah diperoleh model penduga volume pohon yang terpilih yaitu V = 0,000147 D2,51 (Widodo 1998). Sedangkan menurut Prasetya (1991)

hasil penelitian mengenai tabel volume lokal jenis keruing di Pulau Laut, Kalimantan Selatan, diperoleh model persamaan terbaik dengan model persamaan V = 0,00014 D2,53.

Tujuan dari hasil penelitian yang diambil pada lokasi lain dengan jenis yang sama yaitu keruing dimaksudkan sebagai suatu perbandingan untuk melihat apakah hasil model persamaan penduga volume pada penelitian di Pulau Siberut, Sumatera Barat dapat digunakan sebagai acuan pada tempat lain. Hasil perbandingan dari data yang diperoleh digunakan untuk melihat kedekatan kurva yang dihasilkan pada masing-masing lokasi penelitian.

Kedekatan atau kerapatan kurva menunjukkan bahwa antara model penduga yang satu dengan yang lain menggambarkan hasil pendugaan volume yang hampir sama, semakin dekat atau semakin rapat kurva yang dihasilkan pada penelitian di lokasi lain dengan hasil penelitian di Pulau Siberut maka akan semakin baik hasil perbandingannya. Perbandingan kurva model penduga volume yang dihasilkan pada masing-masing lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

Berikut beberapa model persamaan penduga volume pohon yang telah terpilih dari masing penelitian yang mendukung berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), jumlah pohon contoh yang dihasilkan, serta masing-masing lokasi penelitiannya, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Beberapa persamaan penduga volume pohon jenis keruing (Dipterocarpus sp.) Persamaan Penduga Volume R2 (%) Jumlah

Pohon Contoh Model Validasi

Lokasi Penelitian (IUPHHK- HA) V = 0,000417 D2,21 (Priyanto 1999) 98,00 81 - - PT. Harjohn Timber, Kalimantan Barat V = 0,000147 D2,51 (Widodo 1998) 99,70 50 - - PT. Austral Byna, Kalimatan Tengah V = 0,000140 D2,53 (Prasetya 1991) 98,30 127 - - Pulau Laut, Kalimantan Selatan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di petak 209 dan 238 pada RKT 2009 di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai September 2009.

Gambar 1 Lokasi penelitian di Pulau Siberut.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : peta RKT, peta pohon, dan model pohon contoh yang akan diambil. Sedangkan alat yang digunakan antara lain :

1. Phiband meter dan caliper untuk mengukur diameter pohon. 2. Clinometer untuk mengukur tinggi pohon.

3. Galah dengan panjang 5.5 meter untuk membantu pengukuran tinggi pohon. 4. Pita meter untuk mengukur panjang pohon rebah dan panjang perseksi. 5. MS Excel 2007 untuk mengolah data hasil pengukuran.

6. Paket statistika Minitab 14 untuk menganalisis data hasil pengukuran. 7. Alat- alat bantu lainnya seperti PC (personal computer), tally sheet,alat tulis

3.3 Bagan Alir Penelitian

Berikut adalah bagan alir penelitian yang menggambarkan pemilihan model persamaan penduga volume batang dari hasil proses analisis persamaan regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil.

Gambar 2 Bagan alir kerangka penelitian.

Pola Sebaran Data (Scatter Plot) Penyusunan Persamaan Model Pemilihan Model Terbaik Pengujian Regresi : Koefisien Determinasi (R2) Simpangan baku (s) Uji F dan Uji t

Validasi Model

Pengujian Validasi : Simpangan Agregat (SA) Simpangan Rata-rata (SR)

Root Mean Square Error (RMSE) Bias (B)

Uji Khi-Kuadrat (χ2) Pengukuran dan Pengumpulan Data Tidak Persamaan Model yang digunakan Ya Model Persaman yang Terpilih

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Penyusunan tabel volume pohon, didasarkan pada data pohon contoh atau pohon model yang dipilih secara purposive dengan ketentuan mewakili sebaran jenis yang diinginkan, kelas diameter, dan tempat tumbuh. Pohon contoh adalah pohon yang pertumbuhannya baik dan sehat. Pengukuran dan pengambilan pohon contoh di lapangan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan penebangan pada petak 238 dan 207. Untuk pengambilan pohon contoh dengan diameter antara 10 sampai 50 cm dilakukan pada saat pembuatan jalan sarad. Untuk pohon contoh dengan diameter 50 cm ke atas diambil pada saat dilakukan penebangan. Sebelum dibuat jalan sarad dan dilakukan penebangan, pohon contoh yang masih berdiri diukur terlebih dahulu untuk pengukuran diameter setinggi dada, tinggi pohon, dan diameter tajuk.

Pengumpulan data di lapangan hanya mengambil jenis pohon dari kelompok jenis keruing sebanyak 55 pohon contoh, masing-masing 45 pohon untuk kegiatan penyusunan model dan 10 pohon untuk pengujian validasi pohon contoh. Sebelumnya dalam penentuan volume pohon perlu diketahui parameter- parameter apa saja yang akan diukur. Penentuan volume pohon dilakukan dengan pengukuran parameter-parameter pada pohon berdiri dan pohon rebah. Untuk pengukuran parameter tersebut dilakukan pengukuran sebagai berikut.

1. Pengukuran pada pohon berdiri

a. Pengukuran diameter setinggi dada, dilakukan dengan menggunakan pita diameter (phiband) diukur setingi dada manusia normal sekitar 1,3 m. Sedangkan untuk pohon berbanir diukur 20 cm di atas banir.

b. Pengukuran tinggi bebas cabang dan tinggi total, dilakukan dengan menggunakan clinometer. Untuk tinggi bebas cabang diukur dari tinggi diameter setinggi dada sampai batas percabangan pertama, sedangkan untuk tinggi total diukur dari tinggi diameter setinggi dada sampai tinggi total pohon.

Untuk pengukuran tinggi pohon dengan clinometer dan tongkat bantu sepanjang 5,5 m, dihitung dengan menggunakan rumus (Dephut 2007):

Tinggi bebas cabang (Tbc) = Tinggi total (Tt) =

Keterangan : ht : Pembacaan clinometer pada tinggi total (%).

hbc : Pembacaan clinometer pada tinggi bebas cabang (%). hp : Pembacaan clinometer pada ujung tongkat (%).

hb : Pembacaan clinometer pada ketinggian 1,5 m dari atas tanah (%).

Gambar 3 Pengukuran tinggi pohon dengan clinometer.

c. Pengukuran diameter tajuk, diameter tajuk adalah ukuran dimensi penampang melintang lingkaran tajuk sepanjang garis yang melalui titik pusat lingkaran dan titik ujungnya pada garis lingkaran tajuk. Diameter tajuk diukur menggunakan meteran dengan cara mengukur proyeksi vertikal panjang garis yang melalui pangkal pohon dan dua titik pada proyeksi garis lingkaran tajuknya.

2. Pengukuran pada pohon rebah

Pengukuran dilakukan pada pohon yang sudah dipotong bagian pangkal dan ujungnya (merchantable log). Pengukuran dilakukan perseksi, baik itu diameter dan panjangnya. Panjang perseksi diukur tiap dua meter dengan menggunakan meteran, setelah itu dilakukan pengukuran diameter perseksi pada bagian pangkal dan ujung setelah pengukuran panjang perseksi. Pengukuran diameter perseksi dilakukan dengan menggunakan kaliper. Untuk menentukan volume perseksi pada pohon rebah biasa ditentukan dengan menggunakan rumus Smallian.

Kemudian menentukan volume pohon aktual dengan cara menjumlahkan volume seluruh seksi pada setiap pohon dengan menggunakan rumus :

Va = V1 + V2 + V3+…+Vi

ht

hbc

hp

Dimana : Va : Volume aktual pohon (m3)

Vi : Volume seksi ke-I dari satu pohon (m3)

Volume aktual merupakan volume hasil pengukuran langsung berupa batang pohon pada objek di lapangan. Penelitian ini merupakan pengukuran volume batang pohon disertai dengan tebal kulitnya pada bagian batang pohon yang akan dimanfaatkan (merchantable log).

3.5 Analisis Data Penyusunan Persamaan Penduga Volume Pohon

Untuk membantu dalam pemilihan dan penyusunan model persamaan maka data pohon contoh dilakukan pengujian secara empirik yang ditampilkan dalam bentuk scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran data tersebut akan dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya sehingga dapat membantu dalam pemilihan model pendekatannya.

Karakteristik paling nyata untuk diukur yang berkaitan dengan volume pohon adalah diameter setinggi dada (diameter at breast height). Oleh karena itu semua persamaan volume akan mempunyai diameter setinggi dada serta peubah lainnya dan yang umum ditambahkan sebagai peubah penentu volume pohon adalah jenis peubah tinggi pohon, baik tinggi total, tinggi bebas cabang ataupun tinggi yang lain yang dianggap mempunyai peranan dalam tujuan untuk pendugaan potensi tegakan.

Tabel volume lokal (tariff) maupun tabel volume standar dapat disusun dengan menggunakan analisis regresi linier dengan pengujian signifikasi regresinya menggunakan analisis ragam (analysis of variance). Untuk penyusunan model penduga volume pohon dapat dianalisis dengan regresi linier sederhana (simple linear regression) maupun dengan regresi linier berganda (multiple linear regression) tergantung dari banyaknya peubah bebas yang digunakan.

Penyusunan model persamaan regresi yang dibuat sebanyak tiga model masing-masing untuk penyusunan tabel volume lokal dan tabel volume standar. Untuk penyusunan tabel volume lokal (tariff) menggunakan persamaan model (Loetsch et al. 1973) :

V = b0db1 (Berkhout)

V = b0 + b1d2 (Kopezky-Gehrhardt) V = b0 + b1d + b2d2 (Hohenadl-Krenn)

Sedangkan untuk penyusunan tabel volume standar menggunakan persamaan model (Loetsch et al. 1973) :

V = b0 (d2h)b1 (Spurr)

V = b0 db1 hb2 (Schumacher-Hall) V = b0 + b1d2 + b2d2h + b3h (Stoate)

Dimana : V : Volume total pohon (m3) d : Diameter pohon (cm) h : Tinggi pohon (m) b0,b1… : Konstanta

Model-model persamaan penduga volume tersebut dianalisis dengan cara membandingkan dari beberapa kriteria yang ada, yaitu berdasarkan nilai koefisien determinasi (R²), nilai simpangan baku (s), dan hasil uji signifikasi dengan uji F dan uji t dari setiap model penduga volume yang disusun.

Dalam pemilihan model penduga, uji keberartian model diperlukan untuk mengetahui konsistensi dari sebuah model sehingga hasil dugaannya dapat dipercaya. Setelah dilakukan pengujian keberartian model, dilakukan pemilihan model persamaan penduga volume pohon terbaik berdasarkan hasil peringkat yang diberikan untuk masing-masing model persamaan. Pemilihan model persamaan penduga volume pohon terbaik merupakan suatu tahap untuk mendapatkan salah satu model persamaan penduga volume yang terbaik dari persamaan model lainnya, yaitu dengan membandingkan kriteria–kriteria pengujian.

Untuk dapat menghasilkan model persamaan regresi penduga volume pohon yang baik, maka salah satunya perlu dihitung nilai dari koefisien regresinya. Menghitung koefisien regresi dari model regresi dapat diperoleh melalui perhitungan koefisien determinasi (R2), ditentukan dengan rumus (Draper & Smith 1981).

R2 =

Nilai koefisien regresi determinasi (R2) menunjukkan tingkat ketelitian dan keeratan hubungan antar peubah bebas dengan peubah tak bebasnya, pengujian yang dilakukan menurut kriteria ini akan lebih dapat menambah keyakinan penerimaan model. Nilai R2 yang tinggi menyatakan bahwa proporsi besar dari

keragaman dapat dijelaskan dan juga mengindikasikan bahwa peubah tersebut memiliki hubungan yang kuat (Grafen & Hails 2002).

Selain mendapatkan perhitungan koefisien regresi, perhitungan simpangan baku menunjukkan bahwa semakin kecil nilainya maka semakin baik, artinya nilai dugaannya akan semakin teliti. Untuk mengetahui nilai simpangan baku (s) ditentukan dengan rumus (Weisberg 1985).

s = = =

Dimana : s : Akar kuadrat rataan sisa S2 : Kuadarat rataan sisa SYY : Jumlah kuadrat total yi : Volume pohon contoh ke i n : Jumlah pohon contoh

Berikutnya untuk menentukan suatu model persamaan yang baik perlu dilakukan analisis keragaman, yaitu suatu metode untuk menguraikan keragaman total data menjadi komponen-komponen yang mengukur berbagai sumber keragaman (sembiring 1995).

Tabel 2 Analisis keragaman pengujian regresi (analysis of variance) Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F-Hitung F-Tabel Regresi Sisaan dbr = p dbs = n –p’ JKR=b. JHKxy JKS=JKT- JKR KTR = JKR/dbr KTS = JKS/dbs KTR/KTS

Dokumen terkait