“ jika mereka berhentiMaka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali
B. Surat At-Taubah ayat 122
3. Tafsir Ayat
Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari „Ikrimah dikemukakan, ketika turun ayat, Illa tanfiru yu’adzdzibkum ‘adzaban alima….(Jika kamu tidak berangkat, untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih..) (Q.S At-Taubah : 39), ada beberapa orang yang jauh dari kota yang tidak ikut berperang karena mengajar kaumnya. Berkatalah kaum munafik: “celakalah orang-orang yang ada dikampung itu karena ada orang-orang yang meninggalkan diri yang tidak turut berjihad bersama Rasulullah SAW”. Maka turunlah ayat ini (Q.S at-Taubah : 122) yang membenarkan orang-orang yang meninggalkan diri (tidak ikut berperang) untuk memperdalam ilmu dan menyebarkan kepada kaumnya.
80
Shihab, op cit., h. 750
81
at-Thabari, op, cit., h.382
82
Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari „Abdullh bin „Ubaid bin „umar dikemukakan bahwa kaum Mukminin, karena kesungguhannya ingin berjihad, apabila diseru oleh Rasulullah SAW untuk berangkat ke medan perang, mereka serta merta berangkat meninggalkan Nabi SAW beserta orang-orang yang lemah. Ayat ini QS at-Taubah:122 turun sebagai larangan kepada kaum Mukminin serta merta berangakat seluruhnya, tapi harus ada yang menetap untuk memperdalam pengetahuan agama.83
Anjuran yang demikian gentar, pahala yang demikian besar bagi yang berjihad serta kecaman yang sebelumnya ditujukan kepada yang enggan menjadikan kaum beriman berduyun-duyun dan dengan penuh semangat maju ke medan perang. Ini tidak pada tempatnya, karena ada arena perjuangan yang lain yang harus dipukul.84
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Menurut Al-Maraghi tidak patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan
fardhu ‘ain, yang wajib dilakukan setiap orang.85
Sebagian berpendapat bahwa maksudnya adalah orang-orang Arab kampung yang diutus Rasulullah SAW untuk mengajar orang-orang tentang Islam.Ketika turun ayat ini mereka pun meninggalkan pelosok perkampungan dan mendatangi Rasulullah karena takut termasuk orang yang tidak ikut berperang bersama beliau, sebagaimana dalam ayat ini.Allah lalu menurunkan ayat tersebut dan tidak menginginkan kepergian mereka dari perkampungan menuju Madinah.
83
K.H.Q Shaleh, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV diponegoro,2002), Cet ke-10 h.58
84
M. Quraish Shihab, op, cit., h. 749 85
Sebagian berpendapat bahwa maknanya adalah, orang-orang mukmin hendaklah tidak berangkat semua untuk memerangi musuh dan meninggalkan Nabi SAW sendirian.
Menurut Al-Qurthubi, “sepatutnya orang-orang mukmin itu” maksudnya adalah perintah jihad bukanlah fardhu ain, melainkan fardhu kifayah, karena jika setiap orang pergi berjihad, maka tidak akan ada lagi generasi muda. Oleh karena itu sebaiknya ada satu kelompok pergi berjihad dan kelompok lain menetap untuk mendalami ilmu agama serta menjaga kaum wanita.86
Adapula ulama yang menyebutkan riwayat yang menyatakan bahwa ketika Rasul saw tiba kembali di Madinah, beliau mengutus pasukan yang terdiri dari beberapa orang ke beberapa daerah. Banyak sekali yang ingin ikut dalam pasukan kecil itu, sehingga jika diturutkan, maka tidak akan tinggal di Madinah bersama Rasul kecuali beberapa gelintir orang. Ayat ini menuntun kamu muslimin untuk berbagi tugas, yang selama ini dianjurkan agar bergegas menuju medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-tugas yang lain. Yakni di antara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama, sehingga mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka sendiri dan untuk orang lain dan juga untuk memberi peringatan pada kaum mereka.87
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
Ayat di atas adalah perintah untuk menuntut ilmu, karena makna ayat tersebut adalah, tidaklah patut semua mukmin keluar untuk berjihad, sedangkan
86
Al Qurthubi, op, cit., h.731
87
Nabi SAW berada di Madinah tidak ikut berperang. Apabila kelompok yang berjihad kembali dari medan jihad, maka kabarilah mereka apa yang telah dipelajari dan ajarilah pula mereka. Ayat ini mengandung kewajiban untuk mendalami kitab (Al-Qur‟an) dan Sunnah.
Al-Maragi berpendapat bahwa sebaiknya segolongan saja atau sekelompok kecil saja yang berangkat ke medan perang, dengan maksud supaya orang-orang mukmin seluruhnya dapat mendalami agama mereka88. Artinya agar tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kedzhaliman.
Ayat di atas menggaris bawahi motivasi memperdalam pengetahuan bagi mereka yang dianjurkan untuk memperdalam pengetahuan agama, sedang motivasi utama mereka yang berperang bukanlah memperdalam ilmu pengetahuan. Peringatan yang didapatkan oleh mereka yang berperang adalah hasil dari memperdalam pengetahuan, karena mereka yang berperang pastilah sedemikian sibuk menyusun startegi dan menangkal serangan, mempertahankan diri sehingga tidak mungkin ia dapat memperdalam pengetahuan agama.89
Hukum menuntut ilmu terbagi dua, yaitu: 1. Fardhu ain, seperti shalat, zakat, dan puasa. Menurut Qurthubi, dalilnya adalah hadist berikut
“Sesungguhnya menuntut ilmu adalah sesuatu yang diwajibkan” (H.R
Muslim)
88
Al Maragi, op, cit., h. 86
89
2. Fardhu kifayah, seperti memperoleh hak-hak, menegakkan (hukum) hudud, dan melerai dia orang yang bertengkar. Hal-hal demikian tidak harus dipelajari oleh setiap individu, karena hanya akan mengurangi hal-hal yang lebih penting dalam hidupnya. Oleh karena itu, perlu pembagian dalam menangani hal-hal tersebut sesuai dengan kemampuan yang diberikan.
Menuntut ilmu memiliki keutamaan yang mulia. Sabda Nabi SAW yang menyebutkan bahwa para malaikat akan menaungi penuntut ilmu dengan sayapnya memiliki dua pengertian yaitu:
1. Malaikat merahmatinya, sebagaimana Allah mewasiatkan kepada anak-anak untuk berbuat baik kepada orang tua mereka. Maksudnya adalah untuk bersikap tawadhu (rendah hati) kepada mereka.
2. Malaikat membentangkan sayapnya, seperti yang disebutkan dalam riwayat, bahwa para malaikat membentangkan sayapnya. Atau apabila para malikat melihat orang menuntut ilmu karena mengharap ridha Allah, maka malaikat akan mengembangkan sayapnya untuk melindunginya dari segala kesusahan yang dia hadapi selama menuntut ilmu. Oleh karena itu, dengan naungan para malaikat, maka jarak yang jauh terasa dekat. Dan dia tidak akan terkena musibah dalam perjalanan, seperti sakitm kekurangan harta, dan tersesat dijalan90
“dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”
Tugas utama bagi kelompok yang memperdalam pengetahuan agama adalah untuk memberikan ilmu yang mereka dapatkan kepada kelompok lain yang
90
ikut ke medan perang, agar mereka bisa menjaga dirinya, dari kebodohan dan ketidak tahuan mengenai agama mereka.
Makna bagian ayat diatas menggaris bawahi pentingnya memperdalam ilmu dan menyebarluaskan informasi yang benar, ia tidak kurang penting dari upaya mempertahankan wilayah, bahkan pertahanan wilayah berkaitan erat dengan kemampuan informasi serta kehandalan ilmu pengetahuan atau sumber daya manusia91.
Ayat 122 dari surat at-Taubah adalah tuntunan yang jelas sekali tentang pembagian perkerjaan di dalam melaksanan seruan perang. Alangkah baiknya keluar dari tiap-tiap golongan itu, yaitu golongan kaum beriman yang besar bilangannya.Dari golongan besar itu ada satu kelompok, yang tidak terlepas dari ikatan golongan besar itu, dalam rangka berperang.Tugas mereka adalah memperdalam pengertian, penyelidikan dalam soal-soal keagamaan.92
Mereka yang beruntung , memperoleh kesempatan untuk mendalami agama, mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dan tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Allah, membela agama dan ajaran-Nya. Bahkan, mereka menjadi lebih utama dari pejuang pada situasi lain ketika mempertahankan agama menjadi wajib bagi setiap orang.93.
Di dalam Islam tidak ada kependetaan, yang ada di dalam Islam ialah orang yang memiliki pengetahuan dalam agama.Mereka menjaga hukum agar tegak.Khalifah sendiri datang bertanya kepada mereka dia yang ahli agama.Ajaran Islam itu mengutamakan akhlak bersamaan dengan ilmu.Bagi seorang ulama Islam, ilmu bukan semata-mata berdiri sendiri, tetapi juga bersandingan dengan agama.94
91
Shihab, op, cit., h.751
92
Al Qurthubi, op, cit., h.739
93
Ahmad Al-Mustafa Al Maragi, Tafsir Al-Maragi, ( Semarang : PT Karya Toha Putra, 1987) Juz 1 h. 86-87
94
C. Konsep Pendidikan Jihaddalam SuratAl-Baqarah ayat 190-193 dan Surat At-Taubah ayat 122
Musuh Islam telah berhasil memutar balikkan dokumen umat Islam, melalui tipu daya mereka.Pemikiran ini Nampak sebagai konsep yang matang dan meyakinkan, namun pada dasarnya tersembunyi dibalik itu, satu kepentingan menjerumuskan umat pada daerah perpecahan Intern.Fitnah dan fatwa-fatwa yang tidak bertanggung jawab bermunculan untuk memecah persatuan ummat.Umat Islam saling berhadapan menghunuskan pedangnnya masing-masing.Kondisi ini ditambah lagi dengan kenaifan pribadi-pribadi yang berniat untuk mensiasati agama untuk kepentingan pribadi, terutama yang berkenaan dengan kekuasaan, ketenaran dan materi.95
Ayat 122 surat at-Taubah secara tegas menunjukkan bahwa kewajiban memperdalam ilmu agama adalah bagi seluruh ummat Islam. Pada zaman nabi masih hidup keadaan selalu dalam keadaan perang. Oleh karena itu, diperlukan kader-kader yang siap untuk terjun ke medan perang. Saat ini kitapun harus tetap waspada terhadap musuh-musuh Islam yang akan menyerang.
Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu pengetahuan baik laki-laki maupun perempuan. Waktunya sangat panjang, yaitu dari buaian ibu sampai liang lahat. Tempatnya bisa dimana saja, disekolah, majelis, perpustakaan, masjid dan lain sebagainya.96
Orang yang menuntut ilmu lalu mengamalkannya akan memperoleh derajat yang mulia di sisi Allah SWT. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur‟an :
95Mishbah Yazdi, op, cit., h.122.
96
………niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.97(Q.S al-Mujadilah:11)
Orang Islam yang sudah berhasil memperdalam ilmu agama dengan susah payah, mereka yang belajar di perguruan tinggi baik dalam negri ataupun luar negri seperti, Mesir, Arab Saudi, Amerika, Inggris dan sebagainya dan mendapatkan gelar akademik mereka tidak boleh berdiam diri. Ilmunya tidak boleh digunakan untuk dirinya sendiri tetapi harus ia sebar luaskan kepada orang lain. Maka jika mereka telah kembali ke kampung halaman wajib mengajarkan ilmunya kepada masyarakat, menasehati dan member peringatan kepada mereka agar masyarakat memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.
Ajaran Islam adalah ajaran yang membutuhkan pengetahuan.Hampir semua aspek ajaran Islam hanya dapat dijalankan dengan dasar pengetahuan.Islam menempatkan pendidikan atau ilmu pengetahuan ditempat yang paling tinggi.Pendidikan sejatinya menjadi tanggung jawab bersama semua pihak mulai dari keluarga sebagai sekolah pertama, masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan serta Negara.Mendidik berarti membangun karakter untuk mempersiapkan kader ummat yang unggul lahir batin yang memiliki pengetahuan, keterampilan nilai-nilai luhur jihad.Pendidikan juga sejatinya bersifat berkelanjutan (life long education), sehingga sangatlah penting bagi untuk memberikan pengetahuan yang pasti kepada generasi ummat mengenai jihad yang benar.
Ajaran Islam tidak saja menegakkan sendi kemerdekaan belajar, lebih dari pada itu Islam mewajibkan semua orang Islam untuk memerdekakan akal dari pada khurafat dan prasangka serta mengajak manusia untuk menolak segala yang tak dapat diterima akal.98Disinilah diperlukannya pendidikan atau pengetahuan mengenai jihad yang benar terhadap masyarakat agar manusia dapat mengetahui hal-hal yang dapat diterima akal ataupun hal-hal yang bersifat radikal yang dapat
97
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung : CV Diponegoro)
98
Rusjdi Ali Muhammad SH, Hak Asasi Manusia dalam Prespektif Syari’at Islam, (Banda Aceh : ar-raniry press 2004) hal 99
mempengaruhi akal manusia.Karenanya seruan-seruan Islam senantiasa bersendikan akal.Al-Qur‟an mengemukakan Islam pada masyarakat dengan jalan menggunakan akal dan pikiran.Islam menyuruh manusia berpikir tentang kejadian langit dan bumi serta kejadian diri manusia sendiri.
Pendidikan mengenai jihad terhadap masyarakat sejatinya adalah untuk menambah pemikiran dan wawasan mereka terhadap pengertian jihad yang benar. Dengan kata lain mempersiapkan akal ummat untuk berjihad fii sabillah dengan sebenar-benar jihad. Pemikiran jihad harus tetap hidup dan ada di benak umat baik kalangan khusus ataupun awam, baik yang berada diperkotaan ataupun diperkampungan.
Cara yang dapat digunakan untuk memberikan pendidikan jihad ini adalah dengan menyebutkan ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadist-hadist yang memerintahkan berjihad di jalan Allah, mendorong dan menjelaskan keutamaan jihad, larangan mengabaikan atau menyepelekan jihad, memberikan tafsir yang jelas mengenai ayat-ayat tersebut.
Bab jihad harus diajarkan sebagai unsur utama dalam pendidikan dan syariat Islam. Nash-nash tentang jihad diajarkan dalam bab Tafsir Al-Qur‟an, seperti itu juga dengan hadist tentang jihad. Perlu juga diajarkan tentang sejarah Nabi, sahabat dan Khulafaur Rasyidin dan generasi selanjutnya dengan menejelaskan sebab-sebab peperangan serta hasil-hasil yang dicapai.99
Jihad dan hukum-hukum pentingnya diajarkan dalam bab-bab fikih, dijelaskan pula hubungan antara kaum muslimin dengan negara dan bangsa-bangsa lain, jihad dengan harta dan jiwa, tingkatan-tingkatan jihad mulai dari perang melawan keinginan jiwa hingga memerangi kezaliman, kerusakan dan berbagai kemungkaran di tengah-tengah masyarakat dengan kekuatan, lisan dan
99
hati sebatas kemampuan, setelah itu jihad melawan orang-orang kafir dan kaum munafik dengan kekuatan lisan.100
Perlu dijelaskan, kaum muslim bersikap damai terhadap siapapun yang bersikap damai, dan melancarkan perang melawan siapapun yang melancarkan perang. Islam hanya memerangi pihak-pihak yang memerangi, berlaku semena-mena, memfitnah agama, melanggar perjanjian ataupun memerangi penguasa-penguasa zhalim di bumi. Sementara bagi yang bersikap damai dan menahan tangan untuk meyerang, Allah swt sama sekali tidak memberikan jalan bagi kaum muslimin untuk menyerang mereka.
Perlu dijelaskan, tentang tujuan-tujuan jihad dalam Islam.Jihad tidak bermaksud memaksa manusia agar masuk Islam.Karena Islam tidak mengakui keabsahan iman karena paksaan.Iman harus murni berdasarkan pilihan bebas dan penerimaan sepenuh hati.
Allah memang mendesak umat Islam untuk menyokong perjuangan Rasulullah SAW dalam membela Islam melalui perang fisik.Namun, itu tidak menjadi fokus perhatian. Melalui ayat 122 surat At-Taubah ini, Allah menekankan pentingnya sebagian umat Islam belajar agama agar menjadi pembimbing bagi kaumnya. Musuh yang berupa kebodohan nyatanya tidak lebih kecil dampak buruknya dari musuh nyata. Membangun keunggulan dalam pendidikan di masyarakat muslim merupakan suatu keharusan. Dengan demikian, yang harus dilakukan umat Islam ke depan adalah menghimpun dan menyatukan pikiran untuk melaksanakan jihad yang benar. Bagaimanapun juga, kebodohan adalah saudara kembar keterbelakangan, dan dua-duanya adalah ironi umat ini yang harus dienyahkan.101
Yang diperjuangkan adalah agama, oleh karena itu perlu disiapkan generasi yang berkualitas. Dalam tatanan hidup, jihad harus dikembangkan pada tujuan pengingkatan kualitas kehidupan manusia dan kemanusiaan, konsep
100
Qardhawi, op, cit., h.341
101
Tafsir Al-Qur‟an Tematik,( Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan
pendidikan jihad harus dikembalikan pada jalur yang benar, yaitu Fii Sabilillah. Jihad harus mampu menjadi motivasi, atau pemacu untuk berbuat kebaikan untuk mencari ridha Allah swt.102
Diperlukan generasi yang siap sedia untuk membela agama-Nya. Itulah inti kewajiban dari kelompok yang memperdalam faham agama, yaitu agar dengan pengetahuan mereka tentang agama lebih dalam, mereka dapat memberikan peringatan dan ancaman bagi kaum mereka sendiri apabila mereka kembali pulang dari berperang.103
1. Jihadbertujuan untuk Mengegakkan Kalimat Kebenaran, Keadilan