• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.7 Analisis Multivariat Pengaruh Karakteristik, Kebiasaan dan Konsumsi Pangan terhadap Kebugaran Atlet Sepakbola PSBL Langsa Pangan terhadap Kebugaran Atlet Sepakbola PSBL Langsa

2.5.2 Daya Tahan (Endurance)

Daya tahan otot perut pada atlet sepakbola PSBL Langsa yang baik sebesar 60,5%, daya tahan otot lengan dan bahu yang baik sebesar 44,7%, serta daya tahan

otot tungkai yang baik sebesar 63,2%. Namun persentase atlet dengan daya tahannya yang kurang masih tinggi, khususnya otot lengan dan bahu yaitu 18,4%.

Beberapa alasan yang dapat menjelaskan daya tahan atlet sepakbola PSBL Langsa yang rendah terkait dengan adanya atlet yang sering merokok (13,2%) dan sering minum alkohol (7,9%). Faktor ini menyebabkan daya tahan otot perut, lengan, bahu dan tungkai pada atlet tidak tahan dalam melaksanakan permainan sepakbola.

Efek kebiasaan merokok dan minum alkohol terhadap daya tahan otot atlet dapat dijelaskan bahwa daya tahan otot atlet sepakbola akan optimal apabila dalam tubuh atlet tidak ada zat yang menghambat sistem kerja otot, apabila atlet merokok atau minum alkohol maka dalam tubuhnya akan masuk zat seperti nikotin yang menghambat sistem kerja otot sehingga dalam melaksanakan permainan sepakbola akan mengalami kelelahan otot setelah beberapa menit menjalani latihan.

Sesuai pendapat Sajoto (1995) bahwa daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu. Daya tahan adalah kemampun untuk bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama, dan setelah berlatih dalam jangka waktu lama tidak mengalami kelelahan yang berlebihan (Garuda Mas, 2000). Permainan sepak bola merupakan salah satu permainan yang membutuhkan daya tahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Daya tahan penting dalam permainan sepak bola sebab dalam jangka waktu 90 menit bahkan lebih, seorang pemain melakukan kegiatan fisik yang terus menerus dengan berbagai bentuk gerakan seperti

berlari, melompat, meluncur (sliding), body charge dan sebagainya yang jelas memerlukan daya tahan yang tinggi.

2.5.3 Kecepatan (Speed)

Kecepatan atlet sepakbola PSBL Langsa sebagian besar pada kategori baik dan kurang, yaitu masing-masing sebesar 36,8%. Hal ini menggambarkan bahwa permasalahan kebugaran yang penting diperhatikan adalah kecepatan atlet dalam bermain sepakbola.

Beberapa alasan yang dapat menjelaskan kecepatan atlet sepakbola PSBL Langsa yang rendah terkait dengan program latihan fisik yang belum terarah untuk meningkatkan kecepatan gerakan maupun kecepatan lari serta faktor ketidaksesuaian indeks masa tubuh yaitu terdapat beberapa atlet yang gemuk atau kurus. Faktor kecepatan dalam permainan sepakbola menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Kecepatan atlet sepakbola PSBL Langsa rendah terjadi pada atlet yang gemuk karena tidak ada keseimbangan antara kemampuan yang dimiliki untuk berlari diakibatkan bobot tubuhnya yang terlalu besar sehingga tidak mampu melakukan reaksi atau gerakan yang cepat dalam permainan sepakbola. Sedangkan pada atlet yang kurus tidak mampu berlari dengan cepat karena tidak cukup energi dalam tubuh untuk digunakan menjadi tenaga dalam berlari.

Sesuai dengan pendapat Sajoto (1995) bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Oleh karena itu seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi dapat melakukan suatu gerakan yang singkat atau dalam waktu yang

pendek setelah menerima rangsang. Kecepatan disini dapat didefinisikan sebagai laju gerak berlaku untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh. Faktor yang memengaruhi kecepatan, antara lain adalah : kelenturan, tipe tubuh, usia, jenis kelamin.

Kecepatan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam bermain sepak bola. Pemain yang memiliki kecepatan akan dapat dengan cepat menggiring bola ke daerah lawan dan akan mempermudah pula dalam mencetak gol ke gawang lawan, selain itu kecepatan juga diperlukan dalam usaha pemain mengejar bola.

2.5.4 Kelincahan (Agility)

Kelincahan atlet sepakbola PSBL Langsa yang baik sebesar 60,5%, namun persentase atlet dengan kelincahan yang kurang masih tinggi yaitu 31,6%. Sesuai pendapat Sajoto (1995) bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu, seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik.

Persentase sebesar 31,6% atlet sepakbola PSBL Langsa yang kurang lincah dapat diakibatkan beberapa hal seperti program latihan yang kurang berkesinambungan, dimana latihan rutin hanya dilakukan apabila menjelang dilaksanakan kompetisi, sedangkan faktor lainnya adalah tidak sesuainya berat badan dengan tinggi badan atlet sehingga status gizinya tidak baik yang berdampak pada kondisi tidak bugar.

Atlet sepakbola PSBL Langsa yang kurang lincah terjadi pada atlet yang gemuk karena bobot tubuhnya yang terlalu besar sehingga tidak lincah melakukan suatu gerakan dalam teknik sepakbola dan kurang mampu melakukan pergantian gerakan ke gerakan lainnya, karena pengertian lincah dalam permainan sepakbola lebih ditekankan pada kemampuan melakukan perubahan gerakan (misalnya setelah berlari kemudian pada saat berlari si atlet menerima bola, setelah menerima bola dengan cepat melakukan tendangan). Hal yang sama juga terjadi pada atlet yang kurus tidak mampu melakukan pergantian gerakan dengan cepat (lincah) karena bobot tubuhnya terlalu kecil sehingga proses melakukan gerakan dalam permainan sepakbola terlihat lambat.

Sedangkan menurut Moeloek (1984) menggunakan istilah ketangkasan. Ketangkasan adalah kemampuan merubah secara tepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Kelincahan seseorang dipengaruhi oleh usia, tipe tubuh, jenis kelamin, berat badan, kelenturan. Dari kedua pendapat tersebut terdapat pengertian yang menitik beratkan pada kemampuan untuk merubah arah posisi tubuh tertentu. Kelincahan sering dapat kita amati dalam situasi permainan sepak bola, misalnya seorang pemain yang tergelincir dan jatuh di lapangan, namun masih dapat menguasai bola dan mengoperkan bola tersebut dengan tepat kepada temannya. Dan sebaliknya, seorang pemain yang kurang lincah mengalami situasi yang sama tidak saja tidak mampu menguasai bola, namun kemungkinan justru mengalami cedera karena jatuh.

2.5.5 Kelenturan (Fleksibility)

Kelenturan atlet sepakbola PSBL Langsa yang baik sebesar 52,6%, namun persentase atlet dengan kelenturannya yang kategori cukup masih tinggi yaitu 42,1%. Dengan demikian perlu peningkatan sistem latihan untuk meningkatkan kelenturan atlet sepakbola di PSBL Langsa.

Beberapa hal sebagai alasan yang dapat menjelaskan kurangnya kelenturan atlet sepakbola PSBL Langsa terkait dengan teknik latihan fisik untuk mendukung kelenturan tubuh belum dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, serta faktor konsumsi zat gizi (khususnya protein dan mineral) yang dapat mendukung kelenturan otot belum tercukupi dari konsumsi makanan atlet.

Rendahnya kelenturan beberapa atlet sepakbola PSBL Langsa kemungkinan karena dalam tubuh, khususnya pada sendi kaki, otot punggung dan tangan tidak cukup mengandung zat yang berfungsi melenturkan tubuh. Zat yang mendukung kelenturan pada sendi organ tubuh secara teoritis dalam ilmu gizi diperoleh dari konsumsi mineral dan protein. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu perhatian tentang konsumsi bahan makanan sumber mineral dan protein dalam menu makanan yang disajikan kepada atlet sepakbola Langsa.

Sesuai pendapat Sajoto (1995) bahwa daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan pengukuran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh permukaan tubuh. Kelenturan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian. Jadi meliputi hubungan antara tubuh

persendian umumnya tiap persendian mempunyai kemungkinan gerak tertentu sebagai akibat struktur anatominya.

Gerak yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari adalah fleksi batang tubuh tetapi kelenturan yang baik pada tempat tersebut belum tentu di tempat lain juga demikian (Moeloek, 1984). Dengan demikian kelenturan berarti bahwa tubuh dapat melakukan gerakan secara bebas. Tubuh yang baik harus memiliki kelenturan yang baik pula. Hal ini dapat dicapai dengan latihan jasmani terutama untuk penguluran dan kelenturan. Faktor yang memengaruhi kelenturan adalah usia dan aktifitas fisik pada usia lanjut kelenturan berkurang akibat menurunnya aktifitas otot sebagai akibat berkurang latihan (aktifitas fisik). Sepak bola memerlukan unsur

fleksibility, ini dimaksudkan agar pemain dapat mengolah bola, melakukan gerak tipu,

sliding tackle serta mengubah arah dalam berlari. 2.5.6 Daya Ledak Otot

Daya ledak otot atlet sepakbola PSBL Langsa yang baik sebesar 50,0%, namun persentase atlet dengan daya ledak otot kategori kurang masih tinggi yaitu 18,4%. Dengan demikian perlu peningkatan sistem latihan untuk meningkatkan daya ledak otot atlet sepakbola di PSBL Langsa.

Alasan yang dapat menjelaskan penyebab daya ledak otot atlet sepakbola PSBL Langsa yang rendah terkait pengaturan makanan yang kurang mengandung zat gizi sebesar 4.500 kkal sesuai kebutuhan atlet sepakbola serta program latihan yang kurang proporsional pada waktu sebelum, menjelang serta setelah pertandingan.

Sistem latihan yang proporsional yang terkait dengan daya ledak otot atlet berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan bahwa latihan secara intensif (secara teratur pada pagi-siang-sore) akan dilakukan pada saat menjelang ada pertandingan dalam bentuk turnamen ataupun kompetisi. Sedangkan apabila kompetisi atau turnamen sepakbola tidak ada yang diikuti, biasanya latihan dilakukan tidak teratur. Daya ledak otot beberapa atlet sepakbola PSBL Langsa yang rendah juga terjadi pada konsumsi energinya kurang dari 4.500 kkal, hal ini terjadi karena energi yang dikonsumsi dari makanan tidak cukup untuk digunakan sebagai tenaga melakukan latihan secara optimal.

Daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerjakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Sajoto, 1995). Daya ledak otot dipengaruhi oleh kekuatan otot, kecepatan kontraksi otot sehingga semua faktor yang memengaruhi kedua hal-hal tersebut akan memengaruhi daya otot. Jadi daya otot adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja fisik secara tiba-tiba. Dalam permainan sepak bola diperlukan gerakan yang dilakukan secara tiba-tiba misalnya gerakan yang dilakukan pada saat merebut bola. Pemakaian daya otot ini dilakukan dengan tenaga maksimal dalam waktu singkat dan pendek. Orang yang sering melakukan aktifitas fisik membuat daya ototnya menjadi baik. Daya otot dipengaruhi oleh kekuatan otot dan kecepatan kontraksi otot sehingga semua faktor yang memengaruhi kedua hal tersebut akan memengaruhi daya otot.

Dokumen terkait