• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Analisis atau Pemaduan

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 64-68)

2. Ancaman (Threat), meliputi :

5.11.2 Tahap Analisis atau Pemaduan

Setelah dilakukan analisa atau evaluasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal maka tahap selanjutnya adalah tahap pemaduan antara faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Tahap pemaduan dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT untuk mencari alternatif strategi terbaik yang dapat diimplementasikan untuk penguatan modal sosial masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat.

Matriks SWOT (Tabel 53) pada tahap analisis menghasilkan 9 alternatif strategi sebagai hasil pemaduan faktor-faktor berdasarkan kondisi internal dan eksternal. Alternatif strategi tersebut berupa pemaduan unsur kekuatan dan peluang, kelemahan dan peluang, kekuatan dan ancaman serta kelemahan dan ancaman (Rangkuti 2008). Strategi pada pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat tersebut adalah:

a. Strategi S-O (Strength-Opportunity atau Kekuatan-Peluang), yaitu strategi yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal. Alternative Strategi S – O adalah sebagai berikut:

a. Membangun hubungan baik antara pemerintah, LSM dan petani dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat.

b. Perluasan usaha melalui pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat melalui pemanfaatan lahan, peningkatan mutu bibit, pemeliharaan dan pemasarannya.

b. Strategi W - O (Weakness-Opportunity atau Kelemahan-Peluang), yaitu strategi yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh peluang eksternal bagi pengembangan yang telah dilakukan untuk mengatasi kelemahan internal yang ada. Alternatif Strategi W-O adalah sebagai berikut:

a. Pengaktifan dan penguatan lembaga non formal dalam ikut mendukung pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat .

b. Fasilitasi pemerintah terhadap pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat serta perdagangan kayu rakyat.

c. Peningkatan akses petani terhadap informasi, lembaga permodalan, dan penyuluhan serta pemasaran kayu rakyat.

c. Strategi S – T (Strength-Threat atau Kekuatan-Ancaman), yaitu strategi yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal bagi pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat. Alternatif strategi S-T adalah sebagai berikut: a. Peningkatan pengetahuan usaha pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan

kayu rakyat mencakup budidaya yang baik dan pola perdagangan kayu rakyat. b. Pemberdayaan petani dalam bidang iptek, kelembagaan, dan pemasaran sesuai

karekteristik sosial budaya setempat.

d. Strategi W – T (Weakness-Threat atau Kelemahan-Ancaman), yaitu strategi yang didasarkan untuk meminimalkan kelemahan internal untuk menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi W-T adalah sebagai berikut: a. Peningkatan kemandirian usaha pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan

kayu rakyat yang meliputi budidaya, pemeliharaan dan pemasaran.

b. Membuka kerjasama antar pemerintah, LSM pendamping dan investor dalam menangani perdagangan kayu yang bersertifikasi.

Tabel 53 Matriks SWOT Strategi Pengelolaan Hutan Rakyat dan Perdagangan Kayu Rakyat

Internal

Eksternal

Kekuatan (S)

1. Karakteristik individu yang cukup baik (usia produktif, tingkat kesehatan, penghasilan) 2. Kepercayaan petani yang cukup

tinggi pada tokoh masyarakat, agama dan aparat pemerintahan. 3. Tingkat partisipasi petani dalam

jaringan sosial yang cukup baik 4. Kepatuhan petani terhadap

norma-norma yang berlaku dalam petani tinggi

5. Tingkat proaktif petani yang cukup tinggi

6. Tingkat kepedulian petani yang cukup tinggi

7. Kebiasaan petani secara turun temurun

8. Salah satu penghasilan yang mudah diperoleh

9. Tidak membutuhkan budidaya yang intensif

10. Transportasi dan aksesbilitas yang cukup baik

Kelemahan (W)

1. Tingkat pendidikan petani yang rendah (formal maupun non formal) 2. Kelembagaan kelompok tani belum

berfungsi secara optimal

3. Keterbatasan informasi dan aksesnya 4. Minimnya pemahaman petani tentang

pengelolaan hutan rakyat

5. Belum adanya rencana yang bersifat strategis

6. Kurangnya tenaga kerja 7. Mayoritas petani subsisten 8. Proses pemanenan dilakukan

berdasarkan kebututuhan”tebang butuh”

9. Pengertian masyarakat tentang sertifikasi masih rendah

Peluang (O)

1. Dukungan kebijakan, dana dan infratruktur dari instansi terkait 2. Dukungan dari aparat pemerintah

lokal

3. Permintaan kayu semakin meningkat

4. Adanya alih fungsi lahan 5. Dukungan fasilitas dan

pendampingan dari LSM “PERSEPSI”

Strategi S-O

1. Membangun hubungan baik antara pemerintah, LSM dan petani dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat (S1, S2, S3, S4, S5,O1,O2,O5) 2. Perluasan usaha melalui

pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat melalui pemanfaatan lahan, peningkatan mutu bibit, pemeliharaan dan pemasarannya (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, O10,O3,O4,O5)

Strategi W-O

1. Mengaktifkan dan penguatan lembaga non formal dalam ikut mendukung pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat (W1,W2,W4, W5, O1,O2,O5) 2. Fasilitasi pemerintah terhadap

pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat serta perdagangan kayu rakyat (W1,W2,W3,W4,W5,W7W8,W9 ,O1,O2,O3,O5)

3. Peningkatan akses petani terhadap informasi, lembaga permodalan, dan penyuluhan serta pemasaran kayu rakyat (W1, W2, W3,W4,W6,W8,W9 O1,O2,O5)

Ancaman (T)

1. Program pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat yang dilaksanakan terbatas pada keproyekan

2. Kegiatan sosialisasi,

pendampingan dan penyuluhan tentang pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat belum maksimal

3. Kondisi lahan yang kritis “batu bertanah”

4. Ketergantungan yang besar terhadap pedagang/bakul 5. Adanya sumbangan yang

dibebankan dalam pemanenan kayu oleh tingkat desa 6. Adanya kebijakan

retribusi/sumbangan terhadap pengangkutan kayu

7. Belum adanya perbedaan harga kayu rakyat yang dihasilkan dari lahan yang tersertifikasi dengan yang belum tersertifikasi 8. Minimnya pasar yang membeli

kayu rakyat yang tersertifikasi

Strategi S-T

1. Peningkatan pengetahuan usaha pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat mencakup budidaya dan pemeliharaan yang baik dan pemasaran dengan melakukan penyuluhan, pelatihan dan pembinaan. (S1, S2, S3, S4, S5, S6,S7,S8,S9,T2,T4, T6, T7,T8) 2. Pemberdayaan petani dalam

bidang iptek, kelembagaan, dan pemasaran sesuai karekteristik sosial budaya setempat. (S1, S2, S3, S4, S5, S6,S7,S8,S9,T1, T2, T3,T5,T8)

Strategi W-T

1. Peningkatan kemandirian usaha pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat yang meliputi budidaya, pemeliharaan dan pemasaran (W1, W2,W3,

W4,W5,W7,W8,T4) 2. Membuka kerjasama antar

pemerintah, LSM Pendamping dan investor dalam menangani

perdagangan kayu yang bersertifikasi (W2,W3,W4,W5,W8,W9,T1,T2,T4, T7,T8)

Gambar 15 Posisi strategi penguatan modal sosial pada pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian

Posisi pada kuadran II menunjukkan pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian dapat bertahan dengan berbagai acaman yang berasal dari luar/eksternal. Pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian ini sama dengan posisi modal sosial masyarakat dalam pembagunan hutan rakyat di MDM Sub DAS Cisadane Hulu (Rinawati 2012) dan posisi pengembangan hutan rakyat pinus di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara (Sanudin 2009). Posisi ini mendukung strategi kompetitif (S – T) yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan internal (strength) pada komunitas untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal (threats). Strategi kompetitif yang dilakukan antara lain berupa integrasi horizontal serta melakukan pengembangan produk melalui diversifikasi baik produk ataupun pasar (David 2009). Strategi alternatif pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat yang memungkinkan untk diimplementasikan berdasarkan posisi pada kuadran II adalah:

-2 -1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 -2 -1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 Treaths (T) Strength (S) Opportunities (O) Weakness (W) Kuadran I Strategi Agresif Kuadran III Merubah Strategi Kuadran II Strategi Kompetitif Kuadran IV Strategi Bertahan

a. Peningkatan pengetahuan usaha pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat, mencakup budidaya yang baik dan pola perdagangan kayu rakyat dengan melakukan penyuluhan, pelatihan dan pembinaan.

b. Pemberdayaan petani dalam bidang iptek, kelembagaan, dan pemasaran sesuai karekteristik sosial budaya setempat.

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 64-68)

Dokumen terkait