BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Studi Lapangan
4.11. Tahap Operate
Dalam tahap ini, pengujian termasuk dalam lingkup tahap ini. Hal ini
karena sistem yang sudah dibangun akan di uji untuk menjamin apakah sistem
yang dibangun dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan. Pengujian
menggunakan perangkat lunak Siege. Berikut adalah pengujian yang dilakukan dalam penelitian.
a. Pengujian Pembagian Beban
Pada pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah director telah
melakukan pembagian beban secara baik. Penulis menggunakan tcpdump
untuk melakukan capture paket yang lewat dari pengguna ke director.
Dengan menggunakan penjadwalan weighted round robin, bobot untuk
real server 1 (RS1) adalah 100 sedangkan untuk real server 2 (RS2)
69 dan 100 dari RS2 dan dapat dilihat dari tabel virtual service pada gambar
4.7.
Gambar 4.7 Hasil pembagian beban dari tabel virtual service.
Gambar 4.8 Hasil capture melalui tcpdump
Dari gambar 4.8 dapat dilketahui bahwa request dari alamat ip
PersDocsisJkt17-179.link.net.id yang ke director diarahkan ke salah satu
real server yaitu Real Server 2 dengan hostname-nya adalah ubuntudua.
Dan juga diarahkan ke salah satu server kembali yaitu Real Server 1
dengan hostname-nya adalah ubuntusatu. Sehingga terlihat beban
request yang menuju server dibagi ke masing-masing real server yang
70 b. Pengujian Replikasi
Pengujian replikasi dilakukan pada kedua server. Keterangan pada
gambar 4.8 akan berada di gambar 4.10. Sama halnya dengan keterangan
gambar 4.9 yang akan berada di gambar 4.11. hal ini menandakan proses
replikasi telah berjalan dikedua mesin server karena status pada
masing-masing real server adalah waiting for master to send event. Selanjutnya
pada gambar 4.12 dan gambar 4.13 menunjukan data yang ditulis
melalui server 1 akan tereplikasi di server 2, begitu pula sebaliknya.
Gambar 4.8 Keterangan pada master pada server 1.
71 Gambar 4.10 Status slave pada server 1.
72 Gambar 4.12 Hasil tes replikasi pada server 1
73 c. Pengujian Throughput
Dalam pengujian ini dilakukan pengukuran throughput pada server
tunggal maupun server LVS. Throughput digunakan untuk mengetahui
kemampuan web server dalam memberikan layanan secara benar
terhadap request yang datang secara bersamaan. Pengujian ini
menggunakan simulasi 50 (lima puluh) user dengan koneksi bersamaan
yang mengirimkan 500 (lima ratus) hingga 2500 (dua ribu lima ratus)
request. Dalam melakukan pengujian penulis menggunakan perangkat
lunak siege.
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa pada server tunggal memiliki nilai rata-rata
throughput sebesar 0.1 Mbps atau 10 Kbps baik menggunakan provider
smart maupun indosatm2. Sedangkan untuk server LVS pada tabel 4.6
memiliki nilai rata-rata throughput sebesar 0.2 Mbps atau 20 Kbps. Hasil
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.16 yang menunjukan grafik
perbandingan.
SMART
74 1500 request 2000 request 2500 request INDOSATM2 500 request 1000 request 1500 request 2000 request 2500 request
Gambar 4.14 Hasil perbandingan server tunggal mengunakan 2 provider
75 Tabel 4.5 Hasil perbandingan server tunggal mengunakan 2 provider
yang berbeda.
Smart Jumlah
Request Waktu Ketersediaan
Waktu
Respon Throughput 500 103.15 Detik 100% 1.03 Detik 10 KB/Detik 1000 189.32 Detik 100% 0.95 Detik 10 KB/Detik 1500 283.15 Detik 100% 0.94 Detik 10 KB/Detik 2000 380.62 Detik 100% 0.95 Detik 10 KB/Detik 2500 509.17 Detik 100% 1.02 Detik 10 KB/Detik Rata-Rata 0.978 Detik 10 KB/Detik
Indosatm2 Jumlah
Request Waktu Ketersediaan
Waktu
Respon Throughput 500 99.70 Detik 100% 1.00 Detik 10 KB/Detik 1000 192.04 Detik 100% 0.96 Detik 10 KB/Detik 1500 271.59 Detik 100% 0.90 Detik 10 KB/Detik 2000 388.86 Detik 100% 0.97 Detik 10 KB/Detik 2500 513.61 Detik 100% 1.03 Detik 10 KB/Detik Rata-Rata 0.972 Detik 10 KB/Detik
SMART
76 1500 request 2000 request 2500 request INDOSATM2 500 request 1000 request 1500 request 2000 request 2500 request
Gambar 4.15 Hasil perbandingan server LVS mengunakan 2 provider yang berbeda.
77 Tabel 4.6 Hasil perbandingan server LVS mengunakan 2 provider yang
berbeda.
Smart Jumlah
Request Waktu Ketersediaan
Waktu
Respon Throughput 500 55.72 Detik 100% 0.55 Detik 20 KB/Detik 1000 111.84 Detik 100% 0.56 Detik 20 KB/Detik 1500 167.15 Detik 100% 0.56 Detik 20 KB/Detik 2000 222.77 Detik 100% 0.56 Detik 20 KB/Detik 2500 278.36 Detik 100% 0.56 Detik 20 KB/Detik
Rata-Rata 0.558 Detik 20 KB/Detik Indosatm2
Jumlah
Request Waktu Ketersediaan
Waktu
Respon Throughput 500 57.04 Detik 100% 0.57 Detik 20 KB/Detik 1000 113.21 Detik 100% 0.56 Detik 20 KB/Detik 1500 169.82 Detik 100% 0.56 Detik 20 KB/Detik 2000 226.74 Detik 100% 0.56 Detik 20 KB/Detik 2500 282.86 Detik 100% 0.57 Detik 20 KB/Detik Rata-Rata 0.564 Detik 20 KB/Detik
78 Gambar 4.16 Perbandingan Throughput pada server tunggal dan server
LVS
d. Pengujian Waktu Respon
Pengujian dilakukan untuk mengetahui waktu respon terhadap request
yang datang. Dalam melakukan pengujian penulis menggunakan
perangkat lunak siege. Hasil pengujian yang ditunjukan tabel 4.5 dapat
diketahui bahwa ketika menggunakan simulasi 50 (lima puluh) user
dengan koneksi bersamaan yang mengirimkan 500 (lima ratus) hingga
2500 (dua ribu lima ratus) request, maka waktu respon sistem dengan
server tunggal membutuhkan waktu rata-rata 0.978 detik menggunakan provider smart dan untuk provider indosatm2 dibutuhkan waktu 0.972 detik untuk menyelesaikan permintaan yang datang. Sedangkan server
79 LVS memiliki waktu respon yang lebih singkat dibandingkan dengan
server tunggal yaitu rata-rata adalah 0.558 detik untuk provider smart dan 0.564 untuk provider indosatm2. Hal itu ditunjukan pada tabel 4.6. Dalam melayani request yang datang, server LVS dipengaruhi oleh
keberadaan load balancer dan dua buah real server di dalamnya.
Director memiliki algoritma penjadwalan sehingga dapat meneruskan
request yang datang kepada real server sesuai dengan kondisi real server
di dalamnya sehingga kerja sistem tidak berat dan request yang datang
bisa dengan cepat untuk dilayani.
Gambar 4.17 Perbandingan waktu respon server tunggal terhadap server
80 4.12. Tahap Optimize
Pada tahap terakhir dari PPDIOO ini, pemeliharaan meliputi perawatan
serta aktifitas pemeliharaan terhadap sistem yang telah dibangun. Dalam tahap
pemeliharaan ini terdapat beberapa proses diantaranya proses pengelolaan dan
proses perawatan yang dilakukan untuk bertujuan melakukan penyesuaian dari
perangkat keras baik dari mesin director dan real server agar dapat
beradaptasi dengan perkembangan kebutuhan sistem jaringan komputer,
seperti penambahan RAM, peningkatan kapasitas dari media penyimpanan
81
BAB V