Hari V : Awal pertemuan
B.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian (B2)
Pada tahapan ini peneliti kembali memberikan intervensi kepada CA dan
proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 1 jam. Berikut rangkaian
pelaksanaan intervensi kepada CA:
Hari X : Awal pertemuan.
Pada saat awal memasuki ruangan, terapis mengajak anak untuk mengikuti
beberapa kegiatan, kemudian terapis mencontohkan perilaku menepuk tangan
sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, setelah itu terapis mencontohkan
perilaku menggenggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat
terapis memperagakan gerakan menggenggam tangan, CA melihat ke mainan
yang ada di sebelah kiri ruangan sehingga terapis harus mengulang instruksi. Pada
instruksi kedua anak melihat dan menirukan gerakan menggenggam tangan.
Setelah anak menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan
mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi diberikan dan saat materi diberikan CA
beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan
perilaku menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari kesepuluh
ini sikap menggenggam tangan anak sudah tepat dan anak sudah mampu
memahami instruksi genggam tangan dengan bantuan prompt verbal dan gesture.
Setelah materi selesai, terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh
menepuk tangan dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”.
Pertengahan pertemuan
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut CA tidak melihat kearah terapis dan hanya
menoleh ke arah kiri untuk mengambil mainan yang ada di dalam kotak. Terapis
lalu mengulang instruksi dan mengatakan “genggam tangan” sambil membantu
anak membuat sikap menggenggam tangan. Setelah anak menggenggam tangan,
terapis langsung memberikan reward dengan mengatakan “pintar, hebat”. Lalu
materi diberikan dan saat materi diberikan, CA beberapa kali menunjukkan
perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku menepuk tangan,
terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari kesepuluh anak sudah memahami instruksi
genggam tangan dengan bantuan prompt verbal dan gesture, juga anak sudah
mampu melakukan gerakan genggam tangan dengan tepat. Setelah materi selesai,
terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan
mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil memperagakan
gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan, terapis
memberikan reward.
Akhir pertemuan
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut CA tidak melihat kearah terapis tapi melihat ke
arah kiri ruangan. Terapis lalu mengulang instruksi dan mengatakan “genggam tangan” sambil membantu anak membuat sikap menggenggam tangan. Setelah
CA menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan
mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi pun diberikan dan saat materi diberikan
CA beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak
menunjukkan perilaku menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari kesepuluh anak sudah memahami instruksi genggam tangan dan anak sudah
mampu melakukan gerakan genggam tangan dengan tepat. Setelah materi selesai,
terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan
mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil memperagakan
gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan, terapis
memberikan reward.
Hari XI : Awal pertemuan.
Pada saat awal memasuki ruangan, terapis mengajak CA untuk mengikuti
beberapa kegiatan, kemuadian terapis mencontohkan perilaku menepuk tangan
sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, setelah itu terapis mencontohkan perilaku menggenggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. CA
melihat saat terapis memperagakan gerakan menggenggam tangan, tapi CA tetap
menggerak-gerakkan badan ke depan dan kebelakang dan langsung
memberikan reward dengan mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materipun diberikan. Saat materi diberikan, CA beberapa kali menunjukkan perilaku
menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku menepuk tangan, terapis
mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil membantu CA untuk
menggenggam tangan. Pada hari kesebelas ini sikap menggenggam tangan anak
sudah tepat dan anak sudah mampu memahami instruksi genggam tangan dengan
bantuan prompt verbal namun belum konsisten. Setelah materi selesai, terapis
kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan
mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”. Setelah CA menggenggam tangan, terapis memberikan reward.
Pertengahan pertemuan
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut CA melihat kearah terapis namun anak tidak
menggenggam tangan sehingga terapis mengulang instruksi sambil membantu
anak membuat sikap menggenggam tangan. Setelah anak menggenggam tangan,
terapis langsung memberikan reward dengan mengatakan “pintar, hebat”. Lalu
materi pun diberikan dan saat materi diberikan CA beberapa kali menunjukkan
perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku menepuk tangan,
terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil membantu CA
untuk menggenggam tangan. Pada hari kesebelas anak sudah memahami instruksi
anak sudah mampu melakukan gerakan genggam tangan dengan tepat. Setelah
materi selesai, terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk
tangan dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil
memperagakan gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan,
terapis memberikan reward.
Akhir pertemuan
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut CA melihat kearah terapis dan membuat sikap
menggenggam tangan. Setelah anak menggenggam tangan, terapis langsung
memberikan reward dengan mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi diberikan
dan saat materi menjelaskan urutan gambar diberikan, CA beberapa kali
menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku
menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”
sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari kesebelas anak
sudah memahami instruksi genggam tangan (walau belum konsisten) dan anak
sudah mampu melakukan gerakan genggam tangan dengan tepat. Setelah materi
selesai, terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan
dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil memperagakan
gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan, terapis
Hari XII : Awal pertemuan.
Pada saat awal memasuki ruangan, terapis mengajak CA untuk mengikuti
beberapa kegiatan, akan tetapi saat di awal masuk CA terlihat kurang tenang
(sering menunjukkan perilaku menepuk tangan) dan mengeluarkan suara seperti
hendak menangis “hhuuuu...hhuuu....”. Saat anak menunjukkan perilaku menepuk tangan, terapis memberikan instruksi “tidak tepuk tangan, genggam tangan”
sambil memperagakan gerakan menggenggam tangan. Terapis membantu anak
agar menggenggam tangan dengan erat dan beberapa detik sampai anak terlihat
tenang. Setelah anak terlihat sedikit tenang, terapis langsung memberikan reward
dengan mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi diberikan dan saat materi
diberikan CA beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak
menunjukkan perilaku menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari
kedua belas ini sikap menggenggam tangan anak sudah tepat dan anak sudah
mampu memahami instruksi genggam tangan dengan bantuan prompt verbal
namun belum konsisten. Setelah materi selesai, terapis kembali memperagakan
bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan mengatakan “tidak tepuk tangan,
genggam tangan”. Setelah CA menggenggam tangan, terapis memberikan reward.
Pertengahan pertemuan.
Sebelum memasuki materi, CA menunjukkan perilaku menepuk tangan
sehingga terapis langsung memintanya untuk menggenggam tangan. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut, CA melihat kearah terapis tapi sambil
tangan sampai anak terlihat tenang. Setelah anak terlihat tenang, terapis langsung
memberikan reward dengan mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi diberikan
dan saat materi diberikan CA beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk
tangan. Saat anak menunjukkan perilaku menepuk tangan, terapis mengatakan
“tidak tepuk tangan, genggam tangan”. Pada hari kedua belas anak sudah
memahami instruksi genggam tangan dengan bantuan prompt verbal namun
belum konsisten sehingga terkadang masih harus dibantu dengan prompt gesture,
dan anak sudah mampu melakukan gerakan genggam tangan dengan tepat.
Setelah materi selesai, terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh
menepuk tangan dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”
sambil memperagakan gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam
tangan, terapis memberikan reward.
Akhir pertemuan.
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan
genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut CA tidak melihat kearah terapis tapi melihat ke
arah kiri ruangan. Terapis lalu mengulang instruksi dan mengatakan “genggam tangan” sambil membantu anak membuat sikap menggenggam tangan. Setelah
anak menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan
mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi diberikan dan saat materi diberikan, CA
beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan
tangan” sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari kedua belas anak sudah memahami instruksi genggam tangan dengan bantuan prompt verbal
(namun belum konsisten) dan anak sudah mampu melakukan gerakan genggam
tangan dengan tepat. Setelah materi selesai, terapis kembali memperagakan
bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil memperagakan gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan, terapis memberikan reward.
Hari XIII : Awal pertemuan.
Pada saat awal memasuki ruangan, terapis mengajak CA untuk mengikuti
beberapa kegiatan, kemudian terapis mencontohkan perilaku menepuk tangan
sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, setelah itu terapis mencontohkan perilaku menggenggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Setelah
CA menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan
mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi diberikan dan saat materi diberikan, CA beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan
perilaku menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari ketigabelas
ini sikap menggenggam tangan anak sudah tepat dan anak sudah mampu
memahami instruksi genggam tangan dengan bantuan prompt verbal namun
belum konsisten. Setelah materi selesai, terapis kembali memperagakan bahwa
CA tidak boleh menepuk tangan dengan mengatakan “tidak tepuk tangan,
Pertengahan pertemuan.
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Setelah anak
menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan mengatakan
“pintar, hebat”. Lalu materi pun diberikan dan saat materi diberikan, CA beberapa
kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku
menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”
sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari ketigabelas anak
sudah memahami instruksi genggam tangan dengan bantuan prompt verbal
(belum konsisten), juga anak sudah mampu melakukan gerakan genggam tangan
dengan tepat. Setelah materi selesai, terapis kembali memperagakan bahwa CA
tidak boleh menepuk tangan dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil memperagakan gerakan tangan menggenggam. Setelah CA
menggenggam tangan, terapis memberikan reward.
Akhir pertemuan.
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan
genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Setelah CA
menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan mengatakan
“pintar, hebat”. Lalu materi pun diberikan dan saat materi diberikan CA beberapa
kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku
sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Setelah materi selesai, terapis
kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan
mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil memperagakan
gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan, terapis
memberikan reward.
Hari XIV : Awal pertemuan.
Pada saat awal memasuki ruangan, CA beberapa kali mengeluarkan suara
seperti menggumam sambil sesekali menepuk tangan. Saat CA menepuk tangan,
mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”. Anak menggenggam tangan
sebentar, tetapi kemudian kembali menepuk tangan lagi. Terapis lalu memegang
tangan anak dan meminta agar CA tetap menggenggam tangan, setelah anak
terlihat tenang maka terapis memberikan reward dengan mengatakan “pintar,
hebat”. Lalu materi pun diberikan dan saat materi diberikan CA beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku
menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”
sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari keempat belas ini
sikap menggenggam tangan anak sudah tepat dan anak sudah mampu memahami
instruksi genggam tangan dengan bantuan prompt verbal. Setelah materi selesai,
terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan
mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”. Setelah CA menggenggam
Pertengahan pertemuan.
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Setelah CA
menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan mengatakan
“pintar, hebat”. Lalu materi diberikan dan saat materi CA beberapa kali
menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku
menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”
sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Pada hari keempat belas anak
sudah memahami instruksi genggam tangan dengan bantuan prompt verbal, juga
anak sudah mampu melakukan gerakan genggam tangan dengan tepat. Setelah
materi selesai, terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk
tangan dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil
memperagakan gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan,
terapis memberikan reward.
Akhir pertemuan.
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut CA tidak melihat kearah terapis tapi melihat ke
arah kiri ruangan. Terapis lalu mengulang instruksi dan mengatakan “genggam
tangan” sambil membantu anak membuat sikap menggenggam tangan. Setelah
mengatakan “pintar, hebat” sambil meminta tos pada anak. Lalu materi mencocokkan huruf besar dan kecil pun diberikan. Saat materi diberikan, CA
beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan
perilaku menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam
tangan” sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Setelah materi
diberikan, terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan
dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil memperagakan
gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan, terapis
memberikan reward.
Hari XV : Awal pertemuan.
Pada saat awal memasuki ruangan, terapis mengajak CA untuk mengikuti
beberapa kegiatan, kemudian memberikan materi. Sebelum memberikan materi
awal, terapis mencontohkan perilaku menepuk tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, setelah itu terapis mencontohkan perilaku menggenggam tangan
sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis memperagakan gerakan
menggenggam tangan, CA melihat ke mainan yang ada di sebelah kiri ruangan
sehingga terapis harus mengulang instruksi. Pada instruksi kedua anak melihat
dan langsung menirukan gerakan menggenggam tangan. Setelah anak
menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan mengatakan
“pintar, hebat”. Lalu materi pun diberikan, saat materi diberikan, CA
menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku
mampu menggenggam tangan. Pada hari kelima belas ini sikap menggenggam
tangan anak sudah tepat dan anak sudah mampu memahami instruksi genggam
tangan dengan bantuan prompt verbal namun belum konsisten. Setelah materi
selesai, terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan
dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan”. Setelah CA
menggenggam tangan, terapis memberikan reward.
Pertengahan pertemuan
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut CA melihat kearah terapis dan langsung
menggenggam tangan, setelah anak menggenggam tangan, terapis langsung
memberikan reward dengan mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi diberikan,
saat materi diberikan CA beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk tangan.
Saat anak menunjukkan perilaku menepuk tangan, terapis mengatakan “genggam tangan”. Pada hari kelima belas anak sudah memahami instruksi genggam tangan
dengan bantuan prompt verbal, juga anak sudah mampu melakukan gerakan
genggam tangan dengan tepat. Setelah materi selesai, terapis kembali
memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan mengatakan
“tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil memperagakan gerakan tangan
Akhir pertemuan.
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut CA tidak melihat kearah terapis tapi melihat ke
arah kiri ruangan. Terapis lalu mengulang instruksi dan mengatakan “genggam tangan” sambil membantu CA membuat sikap menggenggam tangan. Setelah
anak menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan
mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi diberikan dan saat materi diberikan CA menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak menunjukkan perilaku
menepuk tangan, terapis mengatakan “genggam tangan” sambil membantu CA
untuk menggenggam tangan. Pada hari kesepuluh anak sudah memahami
instruksi genggam tangan dan anak sudah mampu melakukan gerakan genggam
tangan dengan tepat. Setelah materi selesai, terapis kembali memperagakan
bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan mengatakan “genggam tangan”
sambil memperagakan gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam
tangan, terapis memberikan reward.
Hari XVI : Awal pertemuan.
Pada saat awal memasuki ruangan, terapis mengajak anak untuk mengikuti
beberapa kegiatan, kemudian memberikan materi. Terapis lalu mencontohkan
perilaku menepuk tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, setelah itu
“genggam tangan”. Saat CA mengikuti perilaku menggenggam tangan, terapis
langsung memberikan reward dengan mengatakan “pintar, hebat”. Lalu materi
pun diberikan dan saat materi CA menunjukkan perilaku menepuk tangan tapi
pada beberapa kondisi anak mampu secara spontan menggenggam tangan tanpa
diberi instruksi genggam tangan. Setelah materi selesai, terapis kembali
memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan dengan mengatakan
“tidak tepuk tangan, genggam tangan”. Saat CA menggenggam tangan, terapis memberikan reward.
Pertengahan pertemuan.
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Setelah CA
menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan mengatakan
“pintar, hebat”. Lalu materi diberikan dan saat materi diberikan CA beberapa kali
menunjukkan perilaku menepuk tangan dan terlihat satu kali anak mampu
menggenggam tangan secara spontan walau tanpa diberi instruksi genggam
tangan oleh terapis. Saat anak menunjukkan perilaku menggenggam tangan,
terapis memberi reward dengan mengatakan “pintar, hebat”. Setelah materi
selesai, terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk tangan
dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil memperagakan
gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan, terapis
Akhir pertemuan.
Sebelum memasuki materi, terapis memberikan contoh perilaku menepuk
tangan sambil mengatakan “tidak tepuk tangan”, lalu dilanjutkan memperagakan genggam tangan sambil mengatakan “genggam tangan”. Saat terapis
memperagakan gerakan tersebut CA tidak melihat kearah terapis tapi melihat ke
arah kiri ruangan. Walau tidak melihat saat terapis memberikan instruksi
“genggam tangan” namun anak secara spontan mampu menggenggam tangan.
Setelah CA menggenggam tangan, terapis langsung memberikan reward dengan
mengatakan “pintar, hebat” pada anak. Lalu materi diberikan dan saat materi diberikan CA beberapa kali menunjukkan perilaku menepuk tangan. Saat anak
menunjukkan perilaku menepuk tangan, terapis mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil membantu CA untuk menggenggam tangan. Setelah
materi selesai, terapis kembali memperagakan bahwa CA tidak boleh menepuk
tangan dengan mengatakan “tidak tepuk tangan, genggam tangan” sambil
memperagakan gerakan tangan menggenggam. Setelah CA menggenggam tangan,
terapis memberikan reward.