• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap pendekatan sistem dalam alokasi lahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5. Tahap pendekatan sistem dalam alokasi lahan

sebesar 812.130 ton.

5.5.1. Konseptualisasi Model

Konseptualisasi model bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji dalam bentuk diagram kotak panah. Dalam perencanaan pemanfaatan ruang terdapat berbagai komponen penyusun yang saling mempengaruhi dalam satu proses. Oleh karena itu dalam perencanaan pemanfaatan ruang Pulau Dullah Kota Tual. Hendaknya perlu memperhatikan berbagai komponen yang ada sebagai satu kesatuan sistem. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang Pulau Dullah perlu memperhatikan komponen perkotaan yang mempengaruhi neraca air dan karbondioksida.

5.5.1.1. Sub Model Penduduk

Penduduk merupakan salah satu komponen penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan pemanfatan ruang. Pertimbangan memasukan aspek penduduk disebabkan oleh adanya kecenderungan jumlah penduduk yang selalu bertambah dengan berbagai macam aktifitasnya yang dilakukan sementara lahan perkotaan yang relatif tetap. Sebenarnya penduduk merupakan suatu level yang bisa bertambah dan berkurang karena kelahiran, kematian, emigrasi dan imigrasi. Namun karena data laju kelahiran kematian, emigrasi dan imigrasi tidak tersedia maka pertumbuhan penduduk merupakan fungsi dari waktu. Dari penduduk terdapat komponen jumlah yang berpendidikan TK, SD, SLTP dan SLTA.

5.5.1.2. Sub Model Neraca Karbon

Sub model neraca karbon atau karbondioksida merupakan sub model yang berkaitan dengan proses dihasilkannya emisi karbondioksida antropogenik dari aktifitas masyarakat dalam pemanfaatan bahan bakar fosil dari beberapa bentuk aktifitas utama yang dipandang banyak memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi karbondioksida. Gambaran tentang proses dihasilkannya emisi karbondioksida antropogenik pada model ini dibangun oleh aktivitas respirasi manusia, pemanfaatan bahan bakar fosil pada sektor transportasi, pemanfatan energi listrik, dan aktifitas rumah tangga. Sedangkan proses penyerapan karbon melibatkan berbagai tutupan lahan yang ada.

5.5.1.3. Sub Model Neraca Air

Sub model neraca air menggambarkan keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air di pullau Dullah Kota Tual. Ketersediaan air bersumber dari air tanah yang berasal dari air hujan, air permukaan yang berasal dari tiga danau dan air yang bersumber dari PDAM Kabupaten Maluku Tenggara. Sedangkan kebutuhan air terdiri dari kebutuhan domestik, kebutuhan perkotaan, kebutuhan pertanian (irigasi dan peternakan) dan kebutuhan industri.

5.5.2. Spesifikasi model kuantitatif

Pada tahap ini dilalukan melalui pemilihan struktur kuantitatif umum untuk model berdasarkan waktu, memilih unit waktu dasar untuk simulasi dimana

dalam penelitian ini unit waktu yang dipakai adalah tahun. Identifikasi berbagai komponen dapat dilihat pada Lampiran 8.

5.5.3. Evaluasi model

Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pada sub model penduduk terlihat terjadi peningkatan jumlah penduduk di Pulau Dullah yaitu dari 46.669 pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 79.093 jiwa pada tahun 2030.

Gambar 34. Grafik Jumlah Penduduk Pulau Dullah Kota Tual Selama Periode Simulasi

Perkembangan di kawasan perkotaan akibat adanya pembangunan kota menimbulkan daya tarik bagi penduduk untuk datang ke kota sehingga mengakibatkan jumlah penduduk kota semakin bertambah. Perkembangan pembangunan kota yang ditandai dengan semakin meningkatnya sarana dan prasarana perkotaan dianggap dapat membantu memberikan kesempatan kerja bagi penduduk. Adanya anggapan bahwa kota dapat memberikan kesempatan kerja merupakan salah satu daya tarik bagi penduduk untuk datang menetap di wilayah kota. 0 1 Ja n 2 0 1 0 0 1 Ja n 2 0 1 5 0 1 Ja n 2 0 2 0 0 1 Ja n 2 0 2 5 0 1 Ja n 2 0 3 0 5 0 . 0 0 0 1 0 0 . 0 0 0 1 5 0 . 0 0 0 2 0 0 . 0 0 0 2 5 0 . 0 0 0

Gambar 35. Grafik Total Emisi CO2

5.5.4. Penggunaan model

Model ini digunakan untuk menentukan alokasi pemanfaatan ruang yang optimal berdasarkan informasi ketersediaan lahan, kebutuhan lahan, serta neraca air dan karbon. Peubah keputusan yang dicari yaitu luas hutan mangrove, luas hutan lahan kering, luas pertanian lahan kering, luas kebun campuran, luas kawasan perumahan. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan lahan minimal untuk kawasan permukiman pada tahun 2030 adalah 1.172 ha sedangkan luas lahan minimal untuk areal pertanian lahan kering adalah 3.212,2 ha. Luas hutan mangrove yang tetap dipertahankan sebagai kawasan lindung seluas 164,7 ha. Hasil optimasi menunjukkan bahwa luas kawasan hutan lahan kering yang optimal adalah 3.725 ha sedangkan luas kebun campuran adalah 1.057,8 ha. Dengan komposisi luas tutupan lahan tersebut di atas dan apabila dilakukan penanaman untuk kawasan hutan maka hasil air yang diperoleh terjadi surplus sebesar 649.873 m3

01 Jan 2010 01 Jan 2015 01 Jan 2020 01 Jan 2025 01 Jan 2030 100. 000

120. 000 140. 000 160. 000

pada tahun 2030. Sedangkan surplus karbondioksida sebesar 39.963.013 ton. Pola sebaran spasial arahan pemanfaatan ruang dapat dilahat pada Gambar 36. Arahan pemanafatan ruang optimal apabila di tumpang

tindih dengan peta rencana pola ruang pulau Dullah pada draf RTRW Kota Tual dapat dilihat pada Tabel 30.

Gambar 36. Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Pulau Dullah Kota Tual. Tabel 30. Arahan RTRW Kota Tual dan Alokasi Lahan Optimal

Arahan RTRW Arahan Alokasi Lahan (%)

Danau HtMg HtLK PLK KbnCam Pkm Jumlah

1. Danau 100,0 - - - 100

2. Kaw asan Perlindungan

Setempat - 1,7 63,0 12,3 18,7 4,4 100

3. Kaw asan Suaka Alam - 90,3 0,1 2,5 4,6 2,5 100

4. Hutan Produksi Terbatas - - 85,4 8,0 6,5 - 100

5. Hutan Produksi Konversi - - 58,3 31,6 10,1 - 100

6. Perkebunan - - 26,6 52,9 16,1 4,4 100

7. Pertanian Lahan Kering - - 38,3 42,3 5,6 13,8 100

8. Ruang Terbuka Hijau - - 0,0 4,4 0,3 95,3 100

9. Permukiman - - - 0,9 - 99,1 100

10. Perdagangan - - - 100,0 100

11. Perkantoran - - - 100,0 100

12. Industri - - - 27,7 50,7 21,6 100

Sum ber: Draft RTRW Kota Tual 2011-2031

Arahan penggunaan kawas an perlindungan setem pat m enurut Draft RTRW Kota Tual periode Tahun 2011-2031 jika dibandingkan dengan arahan

penggunaan lahan optimal maka sebesar 63 % sesuai untuk penggunaan lahan hutan dan kebun campuran 18,7 %. Sementara untuk kawasan suaka alam sesuai 90,3% untuk penggunaan lahan hutan mangrove sisanya mengalami penyimpangan.

Kawasan hutan produksi terbatas di 85% sudah sesuai untuk lahan hutan dan sisanya perlu penyesuaian. Kawasan hutan produksi konversi sudah sesuai 58% untuk lahan hutan dan sisanya 31,6% untuk pertanian lahan kering. Kawasan perkebunan, 52,9% digunakan untuk pertanian lahan kering dan 26,6% untuk hutan lahan kering. Sedangkan arahan RTRW untuk pertanian lahan kering 42% sudah sesuai namun 38 % seharusnya untuk hutan lahan kering.

Kawasan ruang terbuka hijau dan kawasan terbangun (permukiman, perdagangan dan perkantoran) di dominasi oleh tutupan lahan permukiman secra berturut-turut sebesar 95,3%, 99,1%, 100%, dan 100%. Sedangkan kawasan terbangun berupa industri seharusnya untuk penggunaan lahan kebun campuran 50,7% dan pertanian lahan kering 27,7%. Kawasan ruang terbuka hijau didominasi oleh tutupan lahan perm ukim an karena merupakan ruang terbuka hijau privat yang berada disekitar permukiman.

Berdasarkan hasil tum pang tindih arahan RTRW Kota Tual dan arahan alokasi lahan optimal hasil penelitian maka perlu dilakukan revisi atau penyesuaian RTRW Kota Tual khususnya di Pulau Dullah untuk menjamin ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan.

Dokumen terkait